3.1. Hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari
3.4. Beda antara perkembangan antro kesehatan biological pole dan sosio
cultural pole
Waktu : 2 x 50 menit
Ilmu antropologi berbeda dari disiplin-disiplin ilmu yang lain tentang manusia,
ilmu antropologi lebih luas ruang lingkupnya. Ilmu tersebut memang dimaksudkan
sebagai ilmu yang khusus dan langsung menyoroti segala jenis manusia ( tidak hanya
bangsa tetangga saja) dan manusia dalam semua zaman diperhatikannya, mulai dari jenis
manusia yang muncul lebih dari sejuta tahun yang lalu dan ditelusurinya
perkembangannya sampai zaman sekarang. Jadi, para ahli antropologi berusaha
memperluas ilmu yang mendalami tentang manusia, melalui pendekatan perbandingan
maupun pendekatan historis terhadap kebudayaan di seluruh dunia. Setiap bagian dari
dunia yang pernah didiami oleh manusia menarik perhatian para ahli antropologi.
Fase pertama
Dimulai dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Penemuan dunia baru
yang kita kenal sekarang sebagai benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia
mendorong bangsa-bangsa Eropa Barat terutama para pelaut, musfir, penyiar agama,
dan para pedagang untuk mengenal penduduk pribumi yang mereka anggap aneh.
Keanehan itu antara lain terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit, bahasa dan benda-
benda hasil budaya yang sangat berbeda dengan budaya orang-orang Eropa.
Fase Kedua
Dimulai dari pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada saat itu,
antropologi sudah menampakkan kegiatannya, yaitu menghimpun dan
mengintegrasikan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan umat manusia yang tersebar
di seluruh permukaan bumi. Para ahli antropologi pada waktu itu berupaya untuk
merekonstruksi sejarah tumbuh dan berkembangnya kebudayaan manusia. Mereka
berkesimpulan bahwa kebudayaan umat manusia berkembang secara evolusi.
Perkembangan itu dimulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang primitif atau
sederhana menuju bentu-bentuk kebudayaan yang lebih maju atau modern.
Kebudayaan yang primitif oleh para ahli pada saat itu digambarkan seperti
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat pribumi yang ada di luar Eropa. Adapun
kebudayaan yang dikatakan maju atau modern adalah kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat bangsa Eropa. Perlu dijelaksan bahwa antropologi yang berkembang pada
saat itu hanya bergerak di kalangan akademis, yaitu di kalangan universitas dan
lembaga ilmu pengetahuan lainnya.
Fase Ketiga
Dimulai pada permulaan abad ke-20 sampai dengan tahun 1930-an. Pada saat itu,
penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa Barat terhadap bangsa-bangsa
Asia dan Afrika sedang mencapai puncaknya. Negara-negara besar seperti Inggris,
Perancis, Jerman dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk memperluas daerah
jajahannya, termasuk Belanda pada saat itu sedang menjajah Indonesia.
Sejalan dengan perlombaan untuk memperluas daerah jajahan, yang kita kenal
sebagai masa kolonialisme, antropologi dimanfaatkan untuk menganalisis masyarakat
dan kebudayaan bangsa-bangsa terjajah. Semenjak itu, antropologi tidak semata-mata
bergerak di kalangan dunia akademis. Antropologi sudah mulai difungsikan untuk
keperluan praktis atau terapan (applied), yakni untuk kepentingan kolonial.
Fase Keempat
Terjadi pada kurun waktu sesudah tahun 1930-an. Pada fase ini, antropologi sudah
memperlihatkan perkembangannya, baik untuk kepentingan akademis dengan segala
metode dan konsep-konsep ilmiahnya maupun untuk kepentingan praktis dengan
segala analisis dan metode penelitian lapangannya. Hal ini justru terjadi setelah para
ahli antropologi sadar benar bahwa apa yang disebut masyarakat dan budaya primitif
yang belum tersentuh budaya Barat sudah hampir hilang. Apalagi setelah berakhirnya
Perang Dunia II, kolonialisme cenderung berakhir, sehingga antropologi seolah-olah
kehilangan objek penelitiannya.
Menghadapi situasi serupa itu, para ahli antropologi dunia sepakat untuk
mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Di bidang akademis, merumuskan pengertian tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan cara mempelajari berbagai bentuk fisik, masyarakat (sosial), dan
kebudayaannya.
2. Di bidang penelitian praktis atau terapan (applied), melaksanakan penelitian
lapangan untuk membantu usaha-usaha pembangunan masyarakat suku-suku bangsa
yang berada di luar Eropa.
Anthropology atau ilmu tentang manusia adalah suatu istilah yang pada awalnya
mempunyai makna yang lain, yaitu ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia. Dalam
fase ketiga perkembangan antropologi, istilah ini terutama mulai dipakai di Inggris
dan Amerika dengan arti yang sama seperti Ethonology pada awalnya. Di Inggris,
istilah anthropology kemudian malah mendesak istilah ethnology, sementara di
Amerika anthropology mendapat pengertian yang sangat luas, karena meluputi
bagian-bagian fisik maupun sosial dari ilmu tentang manusia. Di Eropa Barat dan
Eropa Tengah istilah anthropology hanya diartikan sebagai ilmu tentang ras-ras
manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya.
Cultural anthropology akhir-akhir ini terutama digunakan di Amerika, tetapi
kemudian digunakan juga di negara-negara lain untuk bagian dari antropologi yang
tidak mempelajari physical anthropology, yaitu yang secara khusus mempelajari
tubuh manusia. Universitas Indonesiasecara resmi memakai istilah antropologi
budaya untuk menggantikan istilah G.J. Held, ilmu kebudayaan.
Social anthropology dipakai di Inggris untuk fase ketiga antropologi, untuk
membedakannya dari ethnology, yang dinegara itu dipakai untuk fase-fase pertama
dna kedua ilmu itu. Di Amerika tempat segala macam metode yang saling
bertentangan deselaraskan, sosial anthropology dan ethnology merupakan dua sub
bagian dari antropologi.
C. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi
Antopologi berasal dari kata Latin antropos yang berarti manusia, dan logos
yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi antropologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang manusia.
Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia batasannya terlalu umum,
seolah-olah, semua ilmu yang mempelajari manusia disebut antropologi. Padahal, hal ini
hanyalah merupakan suatu penekanan terhadap ruang lingkup kajian antropologi yang
mempelajari aspek-aspek manusia dan kebudayannya. Oleh sebab itu, kajian antropologi
dapat dibedakan dari kajian ilmu-ilmu lainnya yang juga mempelajari manusia, seperti
anatomi, psikologi, maupun sosiologi.
Dalam garis besanya, antropologi terbagai atas dua bagian ilmu, yakni :
1. Antropologi fisik mempelajari fisik manusia seperti bentuk tubuh dan ciri-ciri
tubuh yang dominan.
2. Antropologi budaya mempelejari aspek-aspek kebudayaan manusia.
Antropologi fisik terbagi atas dua subbagian ilmu, yakni paleoantropologi dan
antropologi fisik dalam arti khusus yang biasa juga disebut somatologi.
Antropologi budaya terbagi atas tiga subbagian ilmu, yakni :
1. etnolinguistik
2. prasejarah
3. etnologi.
Untuk lebih jelasnya kelima bagian ilmu tersebut akan dijelaskan batasannya pada
uraian berikut ini.
1. Paleoantropologi :
mempelajari asal usul dan evolusi manusia mulai dari bentuk-bentuk pramanusia
sampai menjadi manusia homosapiens. Penelitiannya dilakukan terahdap sisa-sisa
kerangka manusia yang sudah membatu atau menjadi fosil.
2. Antropologi fisik
dalam arti khusus yang biasa juga disebut somatologi mempelajari keanekaragaman
ras manusia. Ras adalah penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri tubuh yang khas
atau dominan. Ciri-ciri tubuh itu ada yang tampak dari luar (disebut fenotype),
misalnya warna kulit, warna dan bentuk mata, bentuk muka, bentuk bibir dan hidung,
serta ukuran atau indeks kepala. Ada juga beberapa ahli yang melihat perbedaan itu
atas dasar ciri-ciri genetika (disebut genotype), misalnya frekuensi golongan darah.
3. Etnolinguistik
yang biasa juga disebut antropologi linguistik mempelajari penyebaran bahasa-
bahasa yang ada di dunia. Analisis mengenai penyebaran bahasa erat sekali
hubungannya dengan kebudayaan para pengguna bahasa itu. Di Indonesia,
etnolinguistik mempelajari bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara.
4. Praserajah
yang biasa juga disebut prehistori mempelajari semua kebudayaan manusia,
semenjak manusia ada kira-kira pada satu juta tahun yang lalu sampai dikenalnya
tulisan. Penelitian prasejarah dilakukan terhadap artefak-artefak atau sisa-sisa
kebudayaan materi yang diketemukan dalam situs-situs prasejarah.
5. Etnologi
(etnos = bangsa, logos = ilmu) adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari
dasar-dasar kebudayaan manusia, terutama mengenai sejarah pertumbuhan dan
persebarannya. Untuk memperoleh gambaran tentang dasar-dasar kebudayaan
manusia, para ahli etnologi mengadakan penelitian terhadap sejumlah kebudayaan
suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Mengingat sedemikian banyaknya
kebudayaan suku-suku bangsa itu, upaya untuk memperoleh pengetahuan tentang
dasar-dasar kebudayaan itu harus dilakukan melalui penelitian lapangan yang
saksama. Dalam melakukan penelitiannya, para ahli antropologi biasanya memilih
salah satu tipe penelitian, yaitu penelitian diakronik atau sinkronik.
Penelitian diakronik dilaksnakan untuk mengkaji sejarah perkembangan
kebudayaan suatu suku bangsa yang berada di suatu daerah tertentu. Inti dari kegiatan
penelitian diakronik adalah etnografi suku bangsa yang bersangkutan. Hasil penelitian
mengenai bahasa lokal, ras manusia, dan fosil manusia, serta benda-benda
peninggalan purbakala diperoleh melalui penelitian etnolinguistik, antropologi fisik
dan prasejarah. Keseluruhan hasil penelitian diakronik ditulis atau dideskripsikan
dalam bentuk Descriptive Integration atau Etnologi dalam arti khusus dari
kebudayaan suku bangsa yang sedang diteliti itu.
Penelitian sinkronik dilaksanakan terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa
secara serempak dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang asas-asas kesamaan dari keanekaragaman
unsur-unsur kebudayaan suku-suku bangsa yang bersangkutan, misalnya tentang
sistem keagamaan/religi, sistem kekerabatan, sistem politik, kesenian, pendidikan.
dan perekonomian.
Penelitian semacam ini biasa juga disebut Generalizing Approach atau
Antroplogi Sosial.
Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas, bagian-bagian antropologi dapat
dipelajari melalui bagan berikut ini.
Paleoantropologi
Antropologi Fisik
(Antropologi Regawi) Somatologi (Antropologi
fisik dalam arti khusus)
Antropologi
Etnolinguistik
Antropologi Budaya Prasejarah/Arkeologi
Etnologi
BAGAN ILMU ILMU BAGIAN DARI ATROPOLOGI
Paleantropologi
Antropologi biologi
Antropologi fisik
Antropologi
Prehistori/Prasejarah
Etnolinguistik
Antropologi diakronik
(Ethnology)
Antropologi budaya
Etnologi
Antropologi sinkronik
(Sosial anthropology)
Etnopsikologi
Antropologi ekonomi
Antropologi politik
Antropologi kependudukan
Antropologi
Spesialisasi Antropologi kesehatan
Antropologi pendidikan
Antropologi perkotaan
E. Aspek-Aspek Budaya
1. Pengertian Budaya
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sangsekerta buddayah, yaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga hal yang menyatakan bahwa budaya
berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya
dari budi itu berarti cipta, karsa dan rasa.
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya menurut beberapa ahli.
1) Sir Edwar Burnett Tylor, seorang ahli antropologi dari Inggris, pada tahun 1871
untuk pertama kalinya mendefinisikan budaya secara rinci sebagai pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2) Prof. Dr. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia yang besar
jasanya dalam pengembangan antropologi di Indonesia, mendefinisikan budaya
sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara
belajar.
3) William A. Haviland, seorang ahli antropologi Amerika, mendefinisikan budaya
sebagai seperangkat peraturan yang standar, yang apabila dipenuhi atau
dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya akan mengahasilkan perilaku yang
dianggap layak dan dapat diterima oleh anggota masyarakatnya.
Keterangan :
= Pria
= Wanita
= Kawin
= Anak Kandung
Keterangan :
= Pria
= Wanita
= Kawin
= Anak Kandung
= Ego / saya
Keterangan :
= Pria
= Wanita
= Kawin
= Anak Kandung
= Ego / saya
Sistem
Keyakinan
Peralatan Ritus
dan Upacara
7) Sistem kesenian.
Sistem kesenian merupakan salah satu perwujudan budaya manusia akan rasa
seni dan keindahan.
Pada berbagai suku bangsa di Indonesia dikenal berbagai ragam seni
tradisional.
(1) Seni gerabah atau tembikar pada orang Jawa.
(2) Seni pahat atau seni ukir pada orang Bali, Jawa, dan orang Asmat.
(3) Seni tenun pada orang Bugis, Minangkabau, dan Timor.
(4) Seni batik pada orang Jawa, Sunda, dan Betawi.
(5) Seni musik dan seni suara, seperti seni karawitan pada orang Sunda, seni
gamelan pada orang Jawa dan Bali, dan seni tabuh pada orang Maluku dan
Irian.
(6) Seni sastra dan drama, seperti seni wayang pada orang Jawa, dan seni
lenong pada orang Betawi.
(7) Seni bangunan dan bentuk rumah adat seperti rumah-rumah orang Jawa,
Batak, Minangkabau, Toraja, dan Bali.
(8) Seni kerajinan tangan atau seni kriya, seperti bentuk anyaman bambu
(Sunda), anyaman rotan (Dayak), dan kerajinan perak (Jawa dan Bali).
Dalam banyak hal, dapat kita perhatikan bahwa sistem kesenian tradosional
erat sekali hubungannya dengan unsur budaya lainnya, terutama unsur religi
atau keagamaan.
(1) Seni tenun ulos pada orang Batak erat sekali hubungannya dengan
berbagai upacara adat, seperti pada upacara perkawinan atau kematian.
(2) Seni pahat dalam bentuk seni patung pada orang Dayak dan Asmat
melambangkan Totemisme. Totemisme adalah kepercayaan dari sebuah
kelompok masyarakat yang merasa mempunyai hubungan suci dengan
binatang tertentu, atau gejala alam tertentu seperti air, angin, bulan, dan
matahari.
(3) Seni pertunjukan wayang kulit yang menggelar cerita atau lakon
Murwokolo, sering dipertunjukkan dalam upacara adat ngruwat pada
orang Jawa. Upacara ini diperuntukkan bagi keluarga yang antara lain
memiliki anak tunggal, anak kembar, anak wanita diantara dua anak pria
dan anak pria diantara anak wanita. Upacara ini dimaksudkan agar hidup
mereka terhindar dari berbagai marabahaya, terutama dari ancaman
seorang raksasa yang disebut Bhatara Kala.
5. Sifat-Sifat Budaya
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada
setiap budaya, kapapun dan dimana pun budaya itu berada.
Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu. Sepintas lalu tampak tidak ada
perbedaan antara sub ilmu antropologi sosial (atau antropologi sinkronik) dan sosiologi.
Seperti yang telah kita lihat dalm sub-bab di atas, antropologi sosial berupayamencari
unsur-unsur yang sama di antara beragam masyarakat dan kebudayaan yang ada di dunia,
dengan tujuan mecapai pengertian tentang asas-asas kehidupan masyarakat dan
kebudayaan pada umumnya. Yang memang juga merupakan tujuan sosiologi, dengan
demikian kedua ilmu memang mempunyai tujuan yang sama.
Namun secara lebih khusus ada beberapa perbedaan yang lebih mendasar, yaitu :
1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yang
berbeda
2. Perbedaan sejak awal itu menyebabkan pengkhususan pada pokok dan bahan
penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing pokok dan bahan penelitian dari kedua
ilmu itu masing-masing
3. Perbedaan sejak awal itu juga telah menyebabkan berkembangnya metode-metode
dan masalah-masalah yang khusus pada antropologi budaya maupun sosial dan
sosiologi.
Selain dengan ilmu psikologi dan sosilogi, antropologi berkut sub-sub ilmunya
yang tercantum pada Bagan I, juga mempunyai hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu
lain, seperti misalnya geologi, paleontologi, anatomi, kesehatan masyarakat, psikiatri,
linguistik, arkeologi, sejarah, geografi, ekonomi, hukum adat, administrasi dan politik.
H. MAKHLUK MANUSIA
Dari sudut biologi, manusia hanya satu di antara lebih dari sejuta jenis makhluk
yang pernah atau masih hidup di dunia. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi (di
antaranya yang terpenting adalah C. Darwin) mengumumkan pendirian (proposisi)
tentang proses evolusi biologi, yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk hidup yang tertua
adalah makhluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain protozoa. Dalam
waktu puluhan juta tahun, kemudian berkembang berbagai bentuk kehidupan, yaitu
makhluk-makhluk yang memiliki organisme yang makin lama makin kompleks, sampai
pada kera dan manusia.
Dalam proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama itu banyak
bentuk makhluk sederhana itu telah hilang dan punah dari muka bumi, tetapi banyak juga
yang mampu bertahan dan hidup sampai sekarang. Bentuk-bentuk makhluk baru yang
bercabang dari yang lama itu, kemudian menjadi begitu banyak, sehingga makhluk yang
sekarang menghuni bumi kita hampir mendekati angka satu juta jenis.
Untuk mengetahui jenis-jenis makhluk apa saja yang ada, para ahli biologi telah
membuat sistem klasifikasi dari semua makhluk yang hidup di bumi berdasarkan
morfologinya.
Sepeti halnya beribu-ribu jenis makhluk lain, makhluk manusia menyusui
keturuannya, dan berdasarkan ciri itulah manusia dikelaskan bersama makhluk-makhluk
tersebut di dalam golongan binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini
terdapat sub-golongan (disebut juga suku) Primat. Termasuk dalam suku Prima adalah
semua jenis kera, mulai dari yang rupa dan ukurannya mirip tupai (yaitu Tarsii), sampai
pada yang besar, seperti gorila. Memang, sebelum zaman Darwin para ahli biologi telah
lama mengamati bahwa antara organisme kera dan organisme manusia terdapat banyak
persamaan ciri.
Suku Primat terbagi ke dalam dua sub-suku, yaitu
1. sub-suku prosimii,
2. sub suku Anthropoid.
Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub suku Anthropoid, yang
kemudian masih dibagi menjadi tiga infrasuku, yaitu
1. infrasuku Ceboid,
2. infrasuku Cercopithecoid,
3. infrasuku Hominoid.
Dalam infrasuku Ceboid termasuk semua jenis kera, baik yang telah punah
maupun yang sampai sekarang masih hidup di daerah katulistiwa, khususnya dibenua
Amerika; dalam infrasuku Cercopithecoid termasuk semua jenis kera, baik yang telah
punah maupun yang sampai sekarang masih hidup di kawasan tropis benua Asia dan
Afrika; dan dalam infrasuku Homonoid termasuk swemua jenis kera besar dan manusia.
Infrasuku Homonoid kemudian secara lebih khusus dibagi lagi ke dalam dua keluarga,
yaitu Pongidae dan Hominidae. Keluarga Pongidae adalah beberapa jenis kera besar
yang hidupnya terutama di daerah Asia dan Afrika (misalnya kera gibbon, orang utan,
simpanse, gorila dan Homo Neadertal, serta manusia yang ada sekarang, yang juga
disebut Homo Sapiens. Secara lebih khusus Homo Sapiens terbagi ke dalam empat ras
yang berbeda-beda. Dalam Bagan kita dapat melihat kedudukan makhluk manusia di
antara sesama makhluk Primat.
Australoid
Homo Mongoloid
Sapiend Causasoid
Negoroid
Homonidae Neandertal
Anthropoid
Cereopithecoid Pongidae
Ceboid
Primat
Tarsiiformes
Lorisiformes
Prosimii Daubentonioid
Taupaioid
Lemuroid
Proses mitosis bagi semua sel itu sama, kecuali pada sel-sl gamete, yaitu sel-sel
sperma pada pria dan sel-sel telur pada wanita.
Pembentukan sel-sel baru tidak terjadi melalui pembelahan kromosom, melainkan
melalui pemisahan dari ke-46 kromosom mejadi dua golongan,yaitu A dan A1, yang
masing-masing terdiri dari 23 kromosom, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang
berbeda.
Saat itu merupakan saat yang sangat penting, karena jumlah gen yang menentukan
berbagai ciri organisme yang akan masuk ke dalam sel kelamin A dan A1, akan terjadi
secara kebetulan belaka.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara
kebetulan terdapat dalam sperma yang membuahi sel telur ibu, dan hanya sebagian
dari ciri-ciri ibu yang secar akebetulan berada dalam sel telur yang dibuahi, menjadi
bahan bagi pembentukan organisme yang baru itu. Dan menjadi bahan bagi
pembentukan organisme yang baru itu.
Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan terdapat dalam sel-sel kelamin itu juga
tidak semua akan tampak lahir dalam organisme yang baru, karena hanya ciri-ciri
pada gen yang kuat (dominan) saja yang akan tampak, sedang ciri-ciri pada gen yang
tidak kuat (resesif), tidak.
Apabila misalnya, ayah mempunyai gen untuk rambut keritik yang dominan, tetapi
ibu mempunyai gen rambut kejur yan resesif, maka anak akan mempunyai rambut
keriting.
Dengan demikian, anggapan populer yang mengira bahwa kalau rambut keritik dari
ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu, maka akan mendapat rambut setengan
keriting kejur, adalah anggapan yang keliru.
Anggapan itu juga disebabkan karena umumnya biasanya mengira bahwa ciri-ciri
yang berbeda yang dimiliki sepasang ayah-ibu, juga akan tercampur melalui darah.
Pengetahuan bahwa ciri-ciri tubuh tidak diturunkan melalui darah, melainkan jalan
lain itu sebenarnya telah diajukan oleh seorang pendeta bangsa Austria, Gregor
Mendel, lebih dari seabad yang lalu.
ayah ibu
anak
cucu
Ayah secara genotipe memiliki gen untuk rambut keriting, dan secara fenotipe memiliki
rambut keriting pula. Ibu secar genotipe maupun fenotipe memiliki gen untuk rambut
kejur. Anak mereka secar genotipe memilki tipe keriting dari ayah dan gen kejur dari ibu,
tetapi karena gen buat rambut keriting itu dominan, maka si anak secara fenotip
memiliki rambut keriting. Apabila ia kawin dengan orang yang memiliki ciri-ciri
genotipe yang sama, maka setiap satu diantara empat orang anak yang lahir dari
perkawinan itu secara genotipe mempunyai gen buat rambut keriting, dan secara
fenotipe mempunyai rambut keriting. Setiap dua di antara keempat anak secara genotipe
memiliki gen untuk rambut keriting dan gen untuk rambut kejur, dan baik secara
genotipe maupun secara fenotipe mempunyai gen untuk rambut kejur.
AKTIFITAS INDIVIDU DALAM SOSIAL
OLEH : Dra. HENNY FITRIYAH, M.Pd.
TUGAS PERORANGAN !
Mata Kuliah : ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI DASAR
Kode Mata Kuliah : MKK 4.2.1
Dosen Pengajar : Dra. HENNY FITRIYAH, M.Pd.
Beban Studi : 2 SKS
Nama Mahasiswa : ............................................
NIRM : ............................................
NILAI : ............................................