Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pakan kasar masih menjadi pakan utama ternak ruminansia di Indonesia. Salah
satu pakan kasar yang tersedia melimpah adalah jerami, terutama jerami padi. Hal
ini karena jerami padi merupakan limbah pertanian tanaman pangan sebagian
besar penduduk Indonesia. Produksi jerami padi dapat mencapai 12-15 ton/hektar
tiap panen tergantung lokasi dan varietasnya. Jerami ini bisa digunakan untuk
pakan kasar 2-3 ekor sapi dewasa sepanjang tahun.
Penggunaan jerami untuk pakan baru berkisar 31-39% dan 7-16% untuk
industri.Dari keseluruhan produksi jerami, sebagian besar masih dibakar dan
dikembalikan ke tanah. Efek negatif dari pembakaran adalah polusi lingkungan,
mempengaruhi ekologi tanah dan hilangnya bahan organik
Komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2%, protein kasar 3,9%,
lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%, BETN 37,1% dan TDN 40,2%. Kandungan
lignin jerami berkisar 6-7% dan silikatnya 13%. Ternak yang hanya mendapatkan
jerami saja sebagai pakannya akan memiliki produktivitas rendah.
Untuk digunakan sebagai pakan, jerami sebaiknya diolah lebih dahulu.
Pengolahan jerami bisa berupa amoniasi, hidrolisis dengan alkali maupun dengan
fermentasi menggunakan mikrobia tertentu.
1. Amoniasi Jerami
a. Pengertian
Amoniasi merupakan cara pengolahan kimia dengan menggunakan amonia
untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan
kadar N (proteinnya).
Amoniasi biasanya dilakukan pada bahan pakan asal limbah pertanian
seperti berbagai jenis jerami dan bahkan juga pada kulit kopi, tergantung pada
potensi daerahnya.
b. Tujuan
Pembuatan amoniasi bertujuan meningkatkan kualitas jerami yang rendah
kandungan nutrisinya, menjadi jerami yang kandungan nutrisinya memadai dan
daya cernanya tinggi.
c. Proses
Jerami merupakan bagian tanaman yang telah tua yang memiliki
kandungan lignin dan silikat yang menyebabkan daya cerna ternak ruminansia
terhadap jerami rendah.
Amoniasi jerami padi adalah proses pengolahan jerami padi menggunakan
amonia (misalnya urea) sebagai sumber amonia dengan pemeraman pada kondisi
anaerob. Proses ini merubah tekstur jerami menjadi lunak dan rapuh sehingga
mudah dicerna. Peningkatan kandungan protein juga terjadi pada jerami amoniasi
karena peresapan nitrogen dari urea. Proses ini juga menghilangkan aflatoksin/
jamur dalam jerami.
Amonia dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel
sehingga membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa
sehingga bisa dicerna oleh mikrobia rumen. Amonia akan terserap dan berikatan
dengan gugus asetil dari bahan pakan dan bisa dimanfaatkan oleh mikrobia
rumen.
Penggunaan urea dibatasi 4-6% karena pada penggunaan <3% amonia
tidak mampu memecah ikatan lignin. Pada penggunaan > 6% amonia akan
terbuang karena jerami tidak sanggup menyerapnya jadi secara ekonomi tidak
menguntungkan.

Proses amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Proses
dengan cara basah menggunakan larutan urea sedangkan cara kering urea
langsung ditaburkan pada jerami. Dengan cara kering 3-4 kg urea digunakan
untuk 100 kg jerami. Pada pembuatan skala besar, jerami dimampatkan kotak
kotak cetakan . Selanjutnya jerami dimasukkan dalam wadahnya (sejenis dengan
silo) sambil ditaburi urea atau larutannya.
Penggunaan urea didasari pertimbangan ekonomis dan juga lebih ramah
lingkungan. Sebenarnya sumber amonia lain seperti gas amonia bisa digunakan.
Disini jerami yang telah dimasukkan ke dalam wadah tertutup disemprot dengan
gas amonia.
d. Kualitas
Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan
bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini
adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan
diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu jerami harus dalam kondisi
kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam
keadaan baik (tidak busuk atau rusak).
Jerami yang telah diamoniasi memiliki tekstur lunak dan rapuh, berwarna
coklat tua, berbau amonia dan tidak berjamur. Jika dilakukan analisa proksimat
maka kandungan protein kasarnya lebih dari 6%.

e. Penggunaan
Hasil amoniasi harus diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum diberikan
pada ternak. Tujuannya adalah untuk menghilangkan amoniak dalam jerami.
Untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama, jerami amoniasi harus dijemur
atau dikeringkan 2-3 hari. Setelah kering jerami dapat disimpan dibawah tempat
teduh atau atap. Jangan sampai terkena air hujan karena akan mengakibatkan
pembusukkan. Jerami yang sudah kering dapat disimpan selama selama 6 12
bulan tanpa penurunan kualitas.
Bila cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, jerami amoniasi tidak
perlu dikeluarkan dari wadahnya. Keluarkan sesuai kebutuhan dan angin
anginkan sebelum diberikan pada ternak.
Jerami amoniasi merupakan pakan yang miskin mineral. Ada baiknya
pemberiannya disertai dengan pemberian mineral secara teratur.
2. Hidrolisis Jerami

Perlakuan lain untuk memperbaiki kualitas jerami dilakukan dengan


hidrolisis dengan larutan basa. Larutan basa bisa dibuat dengan NaOH atau CaO.
Apabila jerami direndam dalam larutan alkali, maka ikatan antara lignin
dan selulosa dan hemiselulosa dinding sel akan terhidrolisa sehingga karbohidrat
akan lebih tersedia bagi microorganisme dalam rumen. Perlakuan dengan alkali
juga meningkatkan tingkat konsumsi.
Awalnya proses ini dilakukan di Jerman saat perang dunia I, jerami
direndam selama 1 hingga 2 hari dalam larutan NaOH (kaustik soda/soda api) 15-
30 g/l dan kemudian dicuci untuk menghilangkan residu alkalinya.
Proses ini meningkatkan daya cerna jerami tetapi sebagian nutrien larut
saat pencucian. Kemudian dikembangkan metode kering dengan kandungan
NaOH 10-40g/l. Daya cerna jerami meningkat, dari 0,4 menjadi 0,5-0,7.
Alkali lain yang juga efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO 1.3%).
Kapur sebanyak 40 gram dilarutkan dalam 10 liter air digunakan untuk merendam
1 kg jerami selama kurang lebih 48 jam (2 hari). Kemudian jerami dicuci dengan
5 liter air dan dikeringkan dengan sinar matahari. Hasil penelitian Saadullah dkk
(1981) ini meningkatkan kecernaan bahan kering jerami dari 38 menjadi 49%.
Jika pemberiannya pada domba disertai 10% molasses dan 2% urea dalam
ransum, maka kecernaan ransum menjadi 54%.

3. Fermentasi Jerami

Selain proses kimia, degradasi ikatan kimia pada jerami juga bisa
dilakukan dengan fermentasi. Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang
menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen lainnya
yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya.
Cara melakukan fermentasi adalah dengan menambahkan bahan yang
mengandung mikrobia proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat
fiksasi nitrogen non simbiotik. Mikrobia tersebut kita kenal dengan sebutan
probiotik. Campuran berbagai mikro organisme tersebut berguna untuk
mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh
ternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jerami yang telah
difermentasi dengan mikrobia secara umum menunjukkan peningkatan kualitas.
Protein meningkat dari 4,23% menjadi 8,14% dan juga disertai penurunan serat
kasar.

Pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari


hujan dan sinar matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10 ton dapat dibuat
bangunan dengan ukuran 4 x 5 m. Lantai dasar dapat dibuat dari semen atau tanah
yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa dinding. Bahan
bangunan menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng atau
bahan yang tersedia di tempat. Jarak lantai ke atap 3 m.
Hasil fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Baunya khas
Warnanya kuning agak kecoklatan
Teksturnya lemas(tidak kaku)
Tidak busuk dan tidak berjamur
Fermentasi bisa juga dipadukan dengan amoniasi. Starter yang digunakan
urea dan probiotik.
Jerami yang telah difermentasi bisa diberikan sebagai pakan kasar bagi
ternak sapi 6-8 kg/ekor/hari dengan penambahan konsentrat 1% dari berat badan
ternak. Hasil penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pertambahan
berat badan sapi bali yang diberi jerami fermentasi lebih tinggi dibandingkan sapi
yang diberi rumput lapangan.
Administrator, 2010. Fermentasi Jerami untuk Pakan Sapi. BPPT Sumatera Barat.
http://sumbar.litbang.deptan.go.id diunduh 4 Maret 2012

Anonimous, 2012. Determine The Characteristics of Good Silage and The Steps in
Producing It. http://forages.oregonestate.edu/nfgc/eo/onlineforagecurriculum
/instructurmaterials/availabletopics/mechaninalharvest/silage

Cullison, A.E. & Lowrey, R. S. 1987. Feeds and Feeding. Fourth Edition. A Resto
Book Prentice Hall. Englewood Cliffs.

Drake, D.J. Nader, G., Forero, L. 2011. Feeding Rice Straw to Cattle. University of
California.

Ensminger, M.E. 1990. Animal Science. 8th Ed. Interstate Publisher, Inc. Dannville

Kartasudjana, D. 2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak. Modul Keahlian


Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

McDonald, P, et al. 1987. Animal Nutrition. Fourth edition. Longman Group,LTd.

Nista, D. dkk. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan: UMB, fermentasi jerami,amoniasi


jerami, silage, hay.
http://bptu_sembawa.net/VI/data/download/20090816160949.pdf.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. UI Press. Jakarta.

Saribuang, M dkk. 2000. Pemanfaatan Probiotik dalam Fermentasi Jerami Sebagai


Pakan Sapi Bali Di Musim Kemarau. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Gowa. Gowa

Anda mungkin juga menyukai