Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Kata kunci:
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kondisi sosial dan masyarakat yang semakin beragam, bisa
penjuru dunia. Selain itu internet juga banyak memberikan hiburan di antaranya
berupa film, pertandingan olahraga, seni, dll. Hiburan dengan porsi yang cukup
bisa membuat pikiran menjadi segar, tetapi apabila hiburan tersebut terlalu banyak
aplikasi pada handphone atau gadget dan internet. Penggunaan gadget yang
berlebihan pada anak akan berdampak negatif karena dapat menurunkan daya
berbagai hal yang semestinya dapat dilakukan sendiri. Dampak lainnya adalah
semakin terbukanya akses internet dalam gadget yang menampilkan segala hal
yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak. Menurut sudut pandang
ilmu kesehatan jiwa, pengunaan gadget usia dini tidak disarankan, akibat hal ini
anak tidak dapat belajar dengan cara alami bagaimana berkomunikasi dan
sosialisasi. Anak juga tidak mampu mengenali dan berbagi aneka emosi, misal
simpati, sedih, atau senang, alhasil anak tidak dapat meresponi hal yang ada di
sekelilingnya baik secara emosi maupun verbal. Terbatasnya respon anak akan
2
Permasalahan yang terjadi pada generasi saat ini adalah pemberian gadget yang
perkembangan anak di usia dini. Banyak anak yang mulai kecanduan gadget dan
Dampak lain yang bisa muncul diakibatkan karena teknologi tersebut adalah
perubahan sikap sosial anak. Anak lazimnya banyak berinteraksi dengan teman-
temannya secara langsung, akan tetapi sikap ini akan berubah apabila anak sudah
merasa puas dengan dunianya yaitu dunia maya. Anak bisa saja merasa sangat
kehilangan serta kecewa apabila dipisahkan dengan dunia barunya. Dampak nyata
yang bisa dilihat, bisa saja anak merasa menjadi rendah diri serta stress, sehingga
bisa dikatakan bahwa kondisi kesehatan psikis anak tersebut mengalami gangguan
dan memerlukan terapi. Salah satu bentuk terapi kesehatan psikis yang dapat
dilakukan bermain.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan
bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, salah satu
prinsip pembelajaran di pendidikan anak usia dini adalah bermain dan belajar.
Pada usia anakanak fungsi bermain berpengaruh besar sekali bagi perkembangan
3
anak. Jika pada orang dewasa sebagian besar perbuatannya diarahkan pada
pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk kegiatan kerja, maka kegiatan anak
sebagian besar dalam bentuk bermain. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-
senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain,
fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku,
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Makalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
1. Pengertian Bermain
Setiap anak di dunia ini memiliki hak untuk bermain. Bermain juga adalah
kegiatan yang memiliki nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media
merupakan jembatan bagi anak dari belajar informal menjadi formal. Dengan
saja, tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut
seluruh tahapan perkembangan anak dapat berfungsi dan berkembang dengan baik
dan hasil dari perkembangan yang baik itu akan muncul dan terlihat pada saat si
anak menginjak masa remaja. Bermain, atau permainan sebagai aktivitas terkait
dengan keseluruhan diri anak, bukan hanya sebagian, namun melalui permainan
mendorong anak untuk lebih kreatif. Mulai dari perkembangan emosi, kemudian
suatu aktivitas yang menyenangkan bagi semua orang. Bermain akan memuaskan
5
tuntutan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial, nilai- nilai dan sikap
hidup. Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau takanan dari luar atau kewajiban. Piaget
menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
yang tidak memiliki peraturan kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan ada
hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar. (Hurlock, 1995; 320 dalam
zulvia Trinova, 2012:210). Bermain diartikan sebagai suatu kegiatan atau tingkah
menggunakan alat atau untuk mencapai tujuan tertentu (Soegeng Santoso dalam
Rani Yulianti, 2012: 7). Dengan bermain anak-anak akan berusaha untuk memiliki
perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat
dan menemukan hal-hal baru. Bermain juga dikatakan suatu kegiatan yang
imajinasi yang lebih mendominan pada belahan otak kiri anak usia dini (Anggani
Sudono, 2000:5).
6
2. Fungsi dan Manfaat Bermain
(2011:94-95), bermain memiliki fungsi yang sangat luas bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik secara fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, maupun
dan lain sebagainya. Keterampilan motorik halusnya meningkat, pada saat anak
menyentuh, meraba, memegang suatu benda (alat permainan), secara spontan hal
pensil atau krayon, menyuap makanan sendiri, mengikat tali sepatu dan lain-lain.
sendiri dari interaksi. Mereka dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan pada
saat bermain, sehingga anak dapat terlatih untuk berfikir logik. Bermain penting
untuk Perkembangan bahasa anak. Pada saat anak bermain, ketika kemampuan
kognitifnya tumbuh dan berkembang, anak mulai berfikir secara simbolik melalui
diri, ketika anak tumbuh secara kognitif dan fisik, ia akan mulai menyadari
keberadaan dirinya. Dalam sosial emosional, yaitu kemampuan anak berbagi rasa,
7
lingkungan sekitar, baik teman sebaya, ataupun orang dewasa. Keterampilan
sosial ini akan terus bertambah ketika ia mulai berhubungan dengan lebih banyak
Ada 5 (lima) manfaat nyata dari bermain, yaitu manfaat motorik, afektif,
yang mencakup dalam kelompok ini, antara lain naluri/insting, perasaan, emosi,
anak-anak yaitu:
8
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya. Setidaknya
bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh
seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu
9
instrinstik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan
sendiri. b) Perasaan dari orang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh
dari satu aktifitas ke aktivitas lain. d). Lebih menekankan pada proses yang
elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak kecil f.) Mempunyai
326) karakteristik permainan pada masa anak- anak adalah sebagai berikut:
lebih besar, yang menirukan dari generasi anak sebelumnya. Jadi dalam
usia dan tidak pada usia lain, tanpa mempersoalkan lingkungan, bangsa,
status sosial ekonomi dan jenis kelamin. Kegiatan bermain ini sangat
yang lebih spesifik. Berbagai macam permainan juga mengikuti pola yang
10
balok dan menumpuknya dalam bentuk tidak teratur; kedua, membangun
alasan. Anak yang lebih besar kurang memiliki waktu untuk bermain dan
kebanyakan mainan mereka adalah sosial, seperti yang ada dalam kegiatan
bermain kerja sama, tetapi hal ini dilakukan apabila mereka telah memiliki
11
perhatian yang sama dan permianannya menimbulkan kepuasan tertentu
bagi mereka.
f) Bermain semakin lebih sesuai dengan jenis kelamin. Anak laki-laki tidak
sekolah, tetapi juga menjauhkan diri dari semua kegiatan bermain yang
kapan saja dan dengan mainan apa saja yang mereka sukai, tanpa
formal.
h) Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia. Perhatian
anak dalam permainan aktif mencapai titik rendahnya selama masa puber
awal. Anak-anak tidak saja menarik diri untuk bermain aktif, tetapi juga
anak.
j) Terdapat variasi yang jelas dalam permainan anak. Walau semua anak
melalui tahapan bermain yang serupa dan dapat diramalkan, tidak semua
anak bermaian dengan cara yang sama pada usia yang sama. Variasi
12
4. Pengertian Anak dan Pekembangannya
Anak adalah individu yang unik, yang mengalami tumbuh kembang serta
progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir
Yusuf, 2004: 15). Menurut Endang Rini Sukamti (2007: 2), perkembangan adalah
artinya organ-organ tubuh makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan, dan
dari lahir hingga usia dewasa dengan perubahan pada fisik dan psikis serta
perubahan yang bisa diukur atau dihitung. Sedangkan perubahan dalam bentuk
semakin baik, semakin teratur, semakin lancar, dan sebagainya yang pada
dasarnya merupakan perubahan yang tidak bisa atau sukar diatur. Menurut
13
Syamsu Yusuf (2004: 17-20), prinsip-prinsip perkembangan antara lain sebagai
berikut:
fisik dan mental mencapai kematangan pada waktu yang berbeda (ada
belajar bicara sampai usia 2 tahun, (2) pada usia 3-6 tahun
14
perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar
perkembangan berikutnya.
3) Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu anak
perkembangan anak.
1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik penting untuk dipelajari karena baik secara langsung
dalam bergerak, misalnya anak usia 6 tahun yang mengalami hambatan atau
15
cacat tertentu maka jelas tidak mungkin mengikuti permainan yang dilakukan
bagaimana dia memandang orang lain. Misalnya, anak yang gemuk akan
menyadari bahwa dia tidak bisa mengikuti permainan yang dilakukan oleh
gemuk terlalu lamban dan tidak pernah diajak bermain lagi. Perasaan tidak
mampu dan merasa tertimpa nasib buruk ini akan memberikan warna
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi.
3) Perkembangan bicara
Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam
kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
untuk berkomunikasi. Pada waktu sedang bermain, anak sering kali berbicara
dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Tetapi, pada saat minat untuk
16
menjadi bagian dari kelompok sosial berkembang, anak sebagaian besar bicara
sendiri.
4) Perkembangan emosi
Mempelajari emosi anak-anak tergolong sulit karena informasi tentang
aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi,
salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya,
sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain dapat
yang akan digunakan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain
adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah
17
dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang,
dirinya. Terapi bermain yang berpusat pada siswa merupakan media bagi anak
rasakan serta alami. Menurut Tedjasaputra (2005: 48) contoh anak yang
memerlukan terapi adalah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) anak
agresif, suka menyerang orang lain, (2) anak yang mempunyai kebiasaan
mencabut rambutnya sendiri, (3) anak yang sulit bergaul. Suyanto (2005: 202)
(1) autisme, (2) hiperaktif, (3) phobia (korban bencana, penculikan,dll). Inti dari
sebuah terapi adalah mengembalikan kondisi anak pada kondisi yang senyatanya
dijalani (normal).
Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki,
18
adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk anak
gaya hidupnya.
b) Model Terapi Client-Centered, Teori yang mendasari adalah teori Rogers,
pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak
memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu
manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri sendiri
dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami
19
kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka
psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
h) Model Psikoanalitik, Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa
tradisional, yang memiliki dasar filosofi tentang anak yaitu anak memiliki
mereka.
b) Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan
20
c) Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba
pada jarak tertentu benda yang menjadi mainan anak dapat terkontrol dengan baik.
anak atau kelompok anak. Dalam merancang beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh pendamping adalah karakteristik anak yang diberi terapi dan bentuk terapi itu
sendiri, dalam hal ini bentuk terapi yang akan disampaikan adalah aktivitas
akuatik yang dikemas dalam bentuk bermain. Selain itu pemahaman pendamping
terhadap karakteristik anak secara umum sangat diperlukan. Hal ini akan
yaitu:
dan bermain adalah bahasa mereka. Oleh karena itu dalam terapi bermain
21
pikiran dan perasaannya. Misalnya keluarga boneka manusia, keluarga
rumah. Contoh lain seperti krayon, malam, kertas lipat, balok kayu dll.
c) Mainan untuk menyalurkan emosi, Anak dapat menggunakan cat, pasir,
tanah liat untuk menyalurkan perasaannya yang kuat dimana dia tidak
ekspresi simbolik dari kemarahan, dan jika diberi kebebasan bermain akan
Adapun proses terapi bagi anak melewati beberapa tahapan sebelum anak
diberikan terapi bermain. Berikut proses pemberian terapi psikis pada anak:
22
anak serta dukungan orangtua. Untuk mendapatkan rancangan
perlu menciptakan rasa aman dan kebebasan pada diri anak untuk
hanya diam saja di ruang terapi bermain, oleh sebab itu sangat
Menurut Mc. Mahon (2001), ada beberapa cara untuk mengajak anak
tangan, bermain Teddy Bear atau boneka lain, atau membuat hal-hal
yang lucu. Hal ini dilakukan untuk membuat anak mau bermain, bukan
23
pelaksanaan treatment, yaitu : pastikan bahwa alat-alat permainan
tersebut, bagi terapis atau orang lain yang terlibat. Kemudian pada saat
sesi treatmen. Hasil observasi segera dicatat setelah sesi selesai, bila
Secara garis besar, tujuan dari terapi ini adalah menolong anak untuk
(Mc. Mahon). Oleh sebab itu ada beberapa tahap kemajuan yang
Misalnya: suatu saat anak menyuapi boneka, disaat yang lain dia
24
efektif jika dilakukan pada anak yang pendiam atau pasif karena
mereka akan sangat sulit untuk diajak bermain oleh terapis. Proses dan
lamanya terapi bervariasi tiap anak dan kasus, dari beberapa minggu
25
bagaimanapun juga terapis memerlukan katarsis untuk membantu anak
menghadapi perasaannya.
c. Re-creating Yang dimaksud dengan re-creating adalah menciptakan
secara bebas. Mereka mengatur ruangan dengan cara yang sama untuk
masalahnya.
26
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap anak di dunia ini memiliki hak untuk bermain. Bermain juga adalah
kehidupan selanjutnya. Saat ini penggunaan gadget pada anak lebih dominan
diberikan sebagai sarana bermain anak tanpa ada pengawasan dari orang tua
langsung. Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif
anak untuk dapat mengerjakan berbagai hal yang semestinya dapat dilakukan
sendiri. Dampak lainnya adalah semakin terbukanya akses internet dalam gadget
yang menampilkan segala hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-
anak. Menurut sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, pengunaan gadget usia dini
tidak disarankan, akibat hal ini anak tidak dapat belajar dengan cara alami
bagaimana berkomunikasi dan sosialisasi. Anak juga tidak mampu mengenali dan
berbagi aneka emosi, misal simpati, sedih, atau senang, alhasil anak tidak dapat
meresponi hal yang ada di sekelilingnya baik secara emosi maupun verbal.
27
bergaul dan beradaptasi. Ganguan psikis pada anak tidak hanya disebabkan oleh
tidak sama. Hal tersebut disampaikan Ahmad (----:12), aktivitas bermain akan
merangsang psikis anak untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan
subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini
yang berpusat pada anak secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-
dirinya.
c) Model Kognitif-Behavioral, Model ini berpandangan bahwa anak
memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu
28
Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan
temannya.
f) Model Gestalt, Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan
dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami
29
dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang
berupa memiliki rasa takut yang berlebihan akibat pernah jatuh ketika bermain.
psikoanalisis lebih menenkankan pada ganguan rasa takut, khawatir, dan cemas.
30
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah aktivitas bermain dapat menjadi terapi
psikis anak. Hal ini di dukung penenlitian oleh Ahmad Rithaudin dengan judul
penelitian aktivitas akuatik sebagai terapi psikis bagi anak, dan penelitian oleh
pengawasan ketika anak bermain, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
31
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad rithaudin.-----. Aktivitas akuatik sebagai terapi psikis bagi anak. Uny:
universitas negeri yogyakarta.
Anggani Sudono. (2000). Sumber belajar dan alat permainan untuk PAUD.
Jakarta: Grasindo.
Landreth, Garry L. 2001. Innovations in play therapy. Taylor & Francis Group.
Mc.Mahon, Linnet. The Handbook of Play Therapy. London and New York.
Rahadjo, Budi. (2007). Aplikasi teori bermain untuk anak usia sekolah. didaktika
Vol 8, september 07.
32
Suyanto, Slamet.(2005). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini. Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Zulvia Trinova. (2012). Hakikat belajar dan bermain menyenagkan bagi peserta
didik. Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012.Padang:
Universitas IAIN Iman Bonjol.
33