Anda di halaman 1dari 20

A.

Analisis Location Quotient (LQ)


A.1 Kabupaten Toraja Utara

N Sektor Toraja Sulawesi


o.Table A.1.1 Nilai PDRB Kabupaten Toraja Utara Terhadap
Utara Sulawesi
Selatan
1 Selatan 2015 Kehutanan, dan Perikanan
Pertanian, 1.038.569 68.328.328,32
,90
2 Pertambangan dan Penggalian 40.534,50 22.428.549,77
3 Industri Pengolahan 319.530,2 40.913.528,01
0
4 Pengadaan Listrik, Gas 4.488,00 192.753,53
5 Pengadaan Air, Pengelolahan Sampah, 6.850,90 360.915,02
Limbah, dan Daur Ulang
6 Bangunan 808.595,5 36.454.024,03
0
7 Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi 1.001.473 38.167.466,03
Mobil dan Sepeda Motor ,50
8 Transportasi dan Pergudangan 231.588,0 13.192.152,39
0
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 115.240,5 4.084.516,55
0
10 Informasi dan Komunikasi 212.130,9 14.849.724,86
0
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 187.543,3 10.819.828,17
0
12 Real Estat 275.106,8 11.591.154,42
0
13 Jasa Perusahaan 3.799,60 1.311.782,72
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, 240.501,7 13.293.937,69
dan Jaminan Sosial Wajib 0
15 Jasa Pendidikan 366.605,7 15.735.260,84
0
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 120.126,5 5.574.236,72
0
17 Jasa Lainnya 72.477,70 3.777.080,30
5.045.163 301.075.239,3
Total
,20 7

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Toraja Utara pada table


A.1.1 sektor yang memiliki nilai produksi terbesar terhadap PDRB
Provinsi Sulawesi Selatan adalah sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.038.569,90
kemudian di susul oleh sektor perdagangan besar dan eceran
dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.001.473,50. PDRB dengan
nilai produksi terkecil terdapat pada sektor pengadaan listrik gas
dan jasa perusahaan, ke dua sektor ini mencatat nilai produksi
terendah dengan hanya mencatatkan nilai produksi di bawah
angka Rp. 5.000,00 dari nilai produksi tertinggi yang terdapat
pada Kabupaten Toraja Utara. Dari hasil table A.1.1, maka grafik
nilai produksi PDRB pada Kabupaten Toraja Utara terhada
Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut :
Grafik A.1.1 Nilai PDRB Kabupaten Toraja Utara Terhadap Sulawesi
PDRB Toraja Utara Menurut Harga Berlaku
Selatan 2015

1,200,000.00
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00

Berdasarkan data pada table dan grafik A.1.1 maka


peruntukan sektor basis dan non basis pada Kabupaten Toraja
Utara berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) adalah
perbandingan dan total nilai produksi PDRB Kabupaten Toraja
Utara dibagi perbandingan dan total nilai produksi PDRB
terhadap Provinsi, yang dituangkan dalam rumus berikut :
[Sektor/Komoditi di Kec/Total]
LQ =
[Sektor/Komoditi di Provinsi/Total]
Table A.1.2 Nilai LQ Kabupaten Toraja Utara Terhadap Sulawesi Selatan
N Sektor
2015 Xik/X Xip/X LQ Stat
o. k p us
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,21 0,23 0,9 Non
1 Basi
s
2 Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,07 0,1 Non
1 Basi
s
3 Industri Pengolahan 0,06 0,14 0,4 Non
7 Basi
s
4 Pengadaan Listrik, Gas 0,00 0,00 1,3 Basi
9 s
5 Pengadaan Air, Pengelolahan Sampah, 0,00 0,00 1,1 Basi
Limbah, dan Daur Ulang 3 s
6 Bangunan 0,16 0,12 1,3 Basi
2 s
7 Perdagangan Besar dan Eceran ; 0,20 0,13 1,5 Basi
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7 s
8 Transportasi dan Pergudangan 0,05 0,04 1,0 Basi
5 s
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,02 0,01 1,6 Basi
Minum 8 s
N Sektor Xik/X Xip/X LQ Stat
o k p us
10 Informasi dan Komunikasi 0,04 0,05 0,8 Non
5 Basi
s
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,04 0,04 1,0 Basi
3 s
12 Real Estat 0,05 0,04 1,4 Basi
2 s
13 Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,1 Non
7 Basi
s
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, 0,05 0,04 1,0 Basi
dan Jaminan Sosial Wajib 8 s
15 Jasa Pendidikan 0,07 0,05 1,3 Basi
9 s
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,02 0,02 1,2 Basi
9 s
17 Jasa Lainnya 0,01 0,01 1,1 Basi
5 s
Total 1,00 1,00

Berdasarkan hasil table A.1.2 menunjukan sektor basis yang


merata di setiap lapangan usaha berdasarkan nilai produksi
PDRB Kabupaten Toraja Utara terhadap Provinsi Sulawesi Selatan.
Terdapat 12 sektor lapangan usahan yang berstatus basis dan
hanya terdapat 5 sektor lapangan usaha yang berstatus non
basis. Mengacu pada nilai Location Quotient (LQ) yang
menunjukan angka >1 adalah sektor basis artinya pada sektor
tersebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya pun juga
dapat dieksport ke kabupaten lain, sedangkan jika angka
Location Quotient (LQ) menunjukan angka <1 adalah non basis
artinya pada sektor tersebut dapat dikatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor
dari kabupaten lain.
Grafik A.1.2 Nilai LQ Kabupaten Toraja Utara Terhadap Sulawesi Selatan
2015 NILAI LQ KABUPATEN TORAJA UTARA
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Grafik A.1.2 menunjukan sektor basis tertinggi terdapat pada


sektor penyediaan akomodasi makan dan minum dengan nilai
Location Quotient (LQ) sebesar 1,68 disusul oleh perdagangan
besar dan eceran dengan nilai Location Quotient (LQ) sebesar
1,52, serta terakhir disusul oleh sektor real estat dengan nilai
Location Quotient (LQ) sebesar 1,42, ke-3 sektor tersebutlah
yang memiliki nilai LQ terbesar dari 12 nilai LQ yang dikatakan
basis. Pada sektor non basis menurut grafik A.1.2 sektor
pertambangan dan penggalian yang memiliki nilai Location
Quotient (LQ) terendah yakni 0,11 kemudian disusul oleh sektor
pengadaan jasa perusahaan dengan nilai Location Quotient (LQ)
yakni 0,17 ini menunjukan ke-2 sektor tersebut masih memiliki
ketergantungan akan import hasil tambang dan jasa-jasa
perusahaan dari luar kabupaten. Sektor pertanian dan sektor
industri juga bukan termasuk sektor non basis pada Kabupaten
Toraja Utara dikarenakan ke-2 sektor hanya mencatatkan nilai
Location Quotient (LQ) <1 tapi tetap tidak lebih rendah dari
sektor pertambangan dan pengadaan jasa perusahaan.
Berdasarkan perbandingan akan nilai PDRB Kabupaten Toraja
Utara terhadap Provinsi Sulawesi Selatan dan nilai Location
Quotient (LQ) dapat dikatakan besaran jumlah nilai produksi
sebuah sektor tidak menjamin sektor tersebut akan unggul. (lihat
table A.1.1 dan table A.1.2). Pada table A.1.1 menunjukan sektor
pertanian, peternakan, dan kehutanan memiliki nilai produksi
terbesar terhadapa Kabupaten Toraja Utara untuk Provinsi
Sulawesi Selatan sedangkan pada table A.1.2 menunjukan sektor
pertanian, peternakan, dan perikanan jauh dari kata basis, ini
membuktikan ada kesenjangan antara nilai produksi dan nilai
Location Quotient (LQ) dimana adanya kesenjangan ini
membuktikan meskipun sektor pertanian, peternakan, dan
perikanan bukanlah sektor basis akan tetapi beberapa dari sub
sektor/komoditi dari sektor pertanian, peternakan, dan perikanan
itu sendiri masih menunjukan potensi basis terhadap Kabupaten
Toraja Utara untuk Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut adalah
penjabarannya;

Table A.1.3 Nilai Produksi dan LQ Sektor Pertanian Kabupaten Toraja


Utara
Produksi Produksi Status
Komoditi LQ
Kab Pro
Non
Padi Ladang 634 152808 0,19 Basis
Padi Sawah 117361 5273545 1,02 Basis
Non
Jagung 4870 1490060 0,60 Basis
Ubi Kayu 3507 478478 1,36 Basis
Ubi Jalar 3247 78275 7,67 Basis
Non
Kedelai 19 54679 0,06 Basis
Non
Kacang Tanah 54 34514 0,29 Basis
Non
Kacang Hijau 2 27585 0,01 Basis
Non
Bawang Merah 2 48899,5 0,02 Basis
Cabe Rawit 82,4 6800,3 5,43 Basis
Non
Kentang 5,1 13492,1 0,17 Basis
Non
Kubis 2 41904 0,02 Basis
Non
Wortel 17,2 12691,8 0,61 Basis
Sawi 123,4 12773 4,33 Basis
Kangkung 95,7 10288,8 4,17 Basis
Total 130021,8 7736793,5

Table A.1.3 menunjukan komoditi padi sawah, ubi kayu, ubi


jalar, cabe rawit, sawi dan kangkung masih memiliki potensi
basis pada sektor pertanian di Kabupaten Toraja Utara. Hal ini
membuktikan komoditi tersebut masih dapat menjadi nilai
eksport ke ringkat lokal, tingkat nasional hingga tingkat
international.
Table A.1.4 Nilai Produksi dan LQ Sektor Perkebunan Kabupaten Toraja
Utara
Produksi Produksi
Komoditi LQ Status
Kab Pro
Mangga 111 89786,3 0,30 Non Basis
Durian 523,5 45160,2 2,77 Basis
Jeruk Besar 187,2 117927,1 0,38 Non Basis
Pisang 416 103834,3 0,96 Non Basis
Pepaya 103,2 33362,4 0,74 Non Basis
Nanas 40,30 856,8 11,24 Basis
Nangka 329,90 17847 4,42 Basis
Kelapa 5 72691,00 0,01 Non Basis
Karet 0 2305,00 0,00 Non Basis
Kakao 1434 143237 1,14 Basis
Kopi Robusta 563 9564 6,70 Basis
Total 3713,1 636571,1

Table A.1.4 menunjukan komoditi buah durian, buah nanas,


buah nangka, kakao, dan kopi robusta pada sektor perkebunan di
Kabupaten Toraja Utara juga meiliki potensi basis untuk di
eksport secatara tingkat lokal, nasional, dan international.
Table A.1.5 Nilai Produksi dan LQ Sektor Kehutanan Kabupaten Toraja
Utara
Produksi
Komoditi Produksi Kab LQ Status
Pro
Kayu Bulat 166,73 60589,44 1,40 Basis
Non
Kayu Olahan 0 24477 0,00 basis
Non
Getah Pinus 0 1619748 0,00 Basis
Non
Rotan 0 0 0,00 Basis
Non
Damar 0 0 0,00 Basis
Total 166,73 1704814,4
4

Pada komoditi sektor kehutanan Kabupaten Toraja Utara,


berdasarkan table A.1.5 menunjukan komoditi kayu bulat
memiliki potensi basis untuk dikembangkan agar dapat dieksport
lebih ke tingkat lokal, nasional, hingga international.
Table A.1.6 Nilai Produksi dan LQ Sektor Peternakan Kabupaten Toraja
Utara
Produksi Produksi
Komoditi LQ Status
Kab Pro
Non
Sapi Perah 0 1464 0,00 basis
Non
Sapi Potong 13740 2100137 0,41 Basis
11,8
Basis
Kerbau 20582 108679 1
Non
Kuda 63 178077 0,02 Basis
Non
Kambing 9673 650108 0,93 Basis
Non
Domba 0 596 0,00 Basis
Babi 15180 654443 1,45 Basis
Ayam Kampung 314925 21848901 1,56 Basis
Non
Ayam Petelor 60341 10481875 0,62 Basis
Non
Ayam Pedaging 387316 50144459 0,83 Basis
Itik/Itik Manila 42056 4493043 1,01 Basis
Total 863876 90661782

Table A.1.6 menunjukan peran komoditi kerbau, babi, ayam


kampung, dan itik pada sektor peternakan di Kabupaten Toraja
Utara juga memiliki potensi basis untuk di eksport.

Table A.1.7 Nilai Produksi dan LQ Sektor Perkanan Kabupaten Toraja


Utara
Produksi Produksi
Komoditi LQ Status
Kab Pro
Perikanan 0,0
Non Basis
Laut 0 287897 0
Perairan 1,6
Basis
umum 22,4 14294,7 5
1,0
Non Basis
Budidaya 2913,1 3075497,9 0
Total 2935,5 3377689,6

Table A.1.7 menunjukan bahwa komoditi perairan ikan darat


pada sektor perikanan di Kabputaen Utara juga memiliki potensi
basis, jika ditinjau dari lokasi atau letak dari Kabupaten Toraja
Utara itu sendiri sektor perikanan laut merupakan hal mustahil,
sehingga Kabupaten Toraja Utara memanfaatkan Perairan yang
ada di daratan sebagai sumber perikanan mereka. Table A.1.7
juga menunjukan pada komoditi budidaya pada sektor perikanan
hanya mampu memenuhi kebutuhan Kabupaten Toraja itu
sendiri.
Berdasarkan penjabaran yang ditunjukan pada table A.1.3-
A.1.7 menunjukan sub-sub sektor/komoditi pada sektor
pertanian, peternakan, dan perikanan masih memiliki peluang
akan potensi basis untuk di eksport ke tingkat lokal, nasional,
hingga international meskipun pada sektor pertanian,
peternakan, dan perikanan itu sendiri berdasarkan nilai Location
Quotient (LQ) pada PDRB Kabupaten Toraja Utara untuk Provinsi
Sulawesi Selatan tidak menunjukan potensi basis.
A.2 Kabupaten Wajo
Table A.2.1 Nilai PDRB Kabupaten Wajo Terhadap Sulawesi Selatan
2015
No Sulawesi
. Sektor Wajo Selatan
4.397.539,8
1 68.328.328,32
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0
3.068.809,0
2 22.428.549,77
Pertambangan dan Penggalian 0
3 Industri Pengolahan 468.618,20 40.913.528,01
4 Pengadaan Listrik, Gas 9.572,20 192.753,53
Pengadaan Air, Pengelolahan Sampah,
5 4.253,60 360.915,02
Limbah, dan Daur Ulang
1.220.535,7
6 36.454.024,03
Bangunan 0
Perdagangan Besar dan Eceran ; 1.821.244,9
7 38.167.466,03
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0
8 Transportasi dan Pergudangan 412.577,20 13.192.152,39
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 41.749,40 4.084.516,55
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 185.213,30 14.849.724,86
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 314.804,20 10.819.828,17
12 Real Estat 424.443,10 11.591.154,42
Sulawesi
No Sektor Wajo
Selata
13 Jasa Perusahaan 14.311,00 1.311.782,72
Administrasi Pemerintahan,
509.521,60 13.293.937,69
14 Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 443.010,20 15.735.260,84
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 179.710,70 5.574.236,72
17 Jasa Lainnya 52.521,30 3.777.080,30
13.568.435, 301.075.239,3
Total 40 7

PDRB dari Kabupaten Wajo terhadap Provinsi Sulawesi Selatan


sedikit berbeda dari PDRB Kabupaten Toraja Utara terhadap
Provinsi Sulawesi Selatan. Pada table A.1.2 menunjukan sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki nilai produksi
terbesar terhadap Kabupaten Wajo untuk Provinsi Sulawesi
Selatan dengan nilai produski sebesar Rp. 4.397.539,80,
kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian
dengan nilai produksi sebesar Rp. 3.068.809,00. Besaran nilai
produksi PDRB terendah pada Kabupaten Wajo untuk Provinsi
Sulawesi Selatan adalah sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah dan daur ulang yang mencatatkan nilai produksi hanya
sebesar Rp.4.253,60 untuk Kabupaten Wajo. Berdasarkan hasil
dari table A.2.1 maka grafik dari nilai produksi PDRB untuk
Kabupaten Wajo terhadap Provinsi Sulawesi Selatan adalah
sebagai berikut :
Grafik A.2.1 Nilai PDRB Kabupaten Wajo Terhadap Sulawesi Selatan
2015 Nilai PDRB Kabupaten Wajo
5,000,000.00
4,500,000.00
4,000,000.00
3,500,000.00
3,000,000.00
2,500,000.00
2,000,000.00
1,500,000.00
1,000,000.00
500,000.00
0.00

Berdasarkan perbandingan antara nilai produksi PDRB yang


ditunjukkan pada table A.2.1 dan grafik A.2.1 maka penentuan
nilai Location Quotient (LQ) untuk menentukan sektor basis dan
non basis pada Kabupaten Wajo untuk Povinsi Sulawesi Selatan
adalah dengan rumus berikut
[Sektor/Komoditi di Kec/Total]
LQ =
[Sektor/Komoditi di Provinsi/Total]

Table A.2.2 Nilai LQ Kabupaten Wajo Terhadap Sulawesi Selatan 2015


No Xik/X Xip/X
LQ Status
. Sektor k p
1,4
0,32 0,23 Basis
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3
3,0
0,23 0,07 Basis
2 Pertambangan dan Penggalian 4
0,2 Non
0,03 0,14
3 Industri Pengolahan 5 Basis
1,1
0,00 0,00 Basis
4 Pengadaan Listrik, Gas 0
Pengadaan Air, Pengelolahan 0,2 Non
0,00 0,00
5 Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6 Basis
0,7 Non
0,09 0,12
6 Bangunan 4 Basis
Perdagangan Besar dan Eceran ; 1,0
0,13 0,13 Basis
7 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6
0,6 Non
0,03 0,04
8 Transportasi dan Pergudangan 9 Basis
Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,2 Non
0,00 0,01
9 Minum 3 Basis
0,2 Non
0,01 0,05
10 Informasi dan Komunikasi 8 Basis
0,6 Non
0,02 0,04
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 5 Basis
0,8 Non
0,03 0,04
12 Real Estat 1 Basis
0,2 Non
0,00 0,00
13 Jasa Perusahaan 4 Basis
Administrasi Pemerintahan,
0,8 Non
Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,04 0,04
5 Basis
14 Wajib
0,6 Non
0,03 0,05
15 Jasa Pendidikan 2 Basis
0,7 Non
0,01 0,02
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 Basis
0,3 Non
0,00 0,01
17 Jasa Lainnya 1 Basis
Total 1,00 1,00

Pada table A.2.2 pembagian sektor basis hanya terdapat pada


4 sektor yang mebuktikan pembagian sektor basis pada
Kabupaten Wajo untuk Provinsi Sulawesi Selatan tidak merata
yang ditandai dengan banyaknya sektor non basis dari pada
sektor basis itu sendiri. Nilai Location Quotient (LQ) terbesar
terletak pada sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai
LQ sebesar 3,04, kemudian di susul oleh sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan dengan nilai LQ sebesar 1,43. Untuk
nilai Location Quotient (LQ) terendah terletak pada sektor
penyediaan akomodasi makan dan minum dengan nilai LQ
sebesar 0,23, disusul dengan sektor industri pengolahan, jasa
perusahaan, dan pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah,
dan daur ulang yang mencatatkan nilai Location Quotient (LQ)
dibawah 0,3. Berikut adalah grafik nilai Location Quotient pada
Kabupaten Wajo terhadap Provinsi Sulawesi Selatan :
Grafik A.2.2 Nilai LQ Kabupaten Wajo Terhadap Sulawesi Selatan 2015
Nilai LQ Kabupaten Wajo
3.50

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Berdasarkan table A.2.1 dan table A.2.2 menunjukan bahwa


sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan sektor
pertambangan dan penggalian adalah sektor basis yang dapat
menjadi peluang akan besarnya potensi eksport. Berdasarkan
hasil produksi dan nilai Location Quotient (LQ) khususnya pada
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Wajo
lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten Wajo itu
sendiri sehingga jalur perdagangan eksport di bidang sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan terbuka lebar. Selain sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan yang dapat dieksport hasil
dari sektor basis pertambangan dan penggalian juga berpotensi
untuk di pasarkan sama seperti pada sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan.
Kabupaten Wajo memiliki 2 sektor basis yang sangat kuat
untuk dikembangkan dimana nilai produksi PDRB sebanding
dengan nilai Location Quotient (LQ) yang keluar. Sehingga 2
sektor basis tersebut menjadi prioritas utama untuk
dikembangan di Kabupaten Wajo itu sendiri.
B. Analisis SWOT
B.1 Toraja Utara
Table B.1 Analisis SWOT Kabupaten Toraja Utara
SO (Strength and Opportunity)
Strength - Mengembangkan pusat-pusat
- Potensi Wisata, Penyediaan dan sub pusat/komoditi yang
akomodasi, serta menjadi sektor basis
pengadaan jasa-jasa - Memanfaatkan sektor
- Potensi perdagangan eceran Pariwisata untuk meningkatkan
besar dan kecil sektor penyediaan akomodasi,
jasa-jasa dan perdagangannya
Weaknesses WO (Weaknesses and Opportunity)
- Kecenderungan mengimport - Membuat jalur penghubung
bahan baku, dan pangan antar sentra produksi dan
- Masih memanfaatkan jasa- sentra pengolahan
jasa perusahaan dari luar - Mengurangi daya import
untuk mengelola industri dengan mengembangkan
usaha. subpusat/komoditi unggul
- Tidak terdapat simpul - Membangun indsutri-indsutri
produksi yang kecil untuk mengembangkan
menghubungkan pusat- industri dalam Kabupaten
pusat produksi Toraja Utara
Opportunity
- Dapat dilalui oleh jalur arteri
trans Sulawesi ST (Strength and Trheatened)
- Merupakan sektor - Pembuatan simpul produksi
pariwisata terbesar di pada dataran yang memiliki
Sulawesi untuk potensi terkena dampak
mancanegara bencana alam relatif kecil
- Mengembangkan potensi
komoditi sektor pertanian
dan holtikultura
Trheatened WT (Weaknesses and Trheatened)
- Ancaman perubahan iklim - Menghindari peletakan simpul
yang tidak menentu pada daerah yang berisiko
- Ancaman banjir banjir

B.2 Kabupaten Wajo


Table B.2 Analisis SWOT Kabupaten Toraja Utara
Strength SO (Strength and Opportunity)
- Potensi pertanian, - Pemanfaatan lahan SDA dan
pertambangan dan SDE
penggalian - Peningkatan eksport terhadap
- SDA dan SDE yang sektor pertanian, kehutanan,
melimpah dan perikanan, serta sektor
- Kecenderungan Eksport pertambangan dan penggalian
Weaknesses WO (Weaknesses and Opportunity)
- Belum terdapat simpul - Membuat jalur penghubung
produksi yang dapat antar sentra produksi dan
menghubungkan pusat- sentra pengolahan
pusat produksi - Mengembangkan industri-
- Masih memanfaatkan jasa- industri dalam Kabupaten
jasa perusahaan dari luar untuk meningkatkan daya
untuk mengelola industri eksport
usaha
- Penyediaan akomodasi
untuk menarik wisatawan
sangat minim
Opportunity
ST (Strength and Trheatened)
- Dapat dilalui oleh jalur arteri
- Pengembangan sektor
trans Sulawesi
pertanian tanpa mengabaikan
- Investasi pada bidang
sektor lainnya yang berpotensi
pertambangan dan
- Pembuatan simpul produksi
penggalian
pada dataran yang memiliki
- Mengembangkan investasi
potensi bencana alam relatif
pada sektor pertanian,
kecil
kehutanan, dan perikanan
Trheatened
WT (Weaknesses and Trheatened)
- Ancaman banjir setiap
- Menghindari peletakan simpul
musim penghujan akibat
pada dataran yang beresi
luapan dari danau tempe

C. Strategi Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dan analisis
SWOT memberikan strategi dalam pengembangan sektor unggul
dengan memanfaatkan peluang potensi-potensi sektor basis
untuk menutupi sektor-sektor lemah pada Kabupaten Wajo dan
Kabupaten Toraja Utara.
Table C.1 Sektor Pengembangan Kabupaten Toraja Utara dan
Kabupaten Toraja
Kabupaten Utara
Wajo Kabupaten Wajo
Sektor Penyediaan Akomodasi dan Sektor Pertanian, kehutanan, dan
Makan Minum perikanan
Sub Sektor/Komodoti basis dari
sektor pertanian, perkebunan, Sektor Pertambangan dan
kehutanan, peternakan, dan Penggalian
perikanan
Sektor Perdagangan Besar dan
Perdagangan Besar dan Eceran ;
Eceran ; Reparasi Mobil dan Sepeda
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Motor

Sektor-sektor pengembangan sebagai bentuk strategi


pemasaran yang di tunjukkan oleh table C.1. Perbandingan
sektor basis pada ke-2 Kabupaten tersebut didasarkan pada nilai
Location Quotient (LQ) terbesar yang dimiliki ke-2 Kabupaten
tersebut. Dapat dilihat pada table C.1 Sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum di Kabupaten Toraja Utara lebih
unggul dari pada Kabupaten Wajo, sedangkan Kabupaten Wajo
unggul akan sektor pertaniannya dan sektor pertambangan dan
penggaliannya. Artinya sektor basis yang dapat dikembangkan
pada Kabupaten Toraja Utara adalah sektor yang berbasis bukan
eksport sedangkan pada Kabupaten Wajo sektor pengembangan
berbasis sektor eksport. Berikut adalah penjabaran kebutuhan
pada setiap sektor di Kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten
Wajo.

Table C.2 Persentase Sektor Basis dan Kebutuhannya Pada Kabupaten


Toraja Utara %
% Persenta
N
Sektor LQ Persent se
o
ase Kebutuh
an
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,91 5,04 -0,52
2 Pertambangan dan Penggalian 0,11 0,60 -4,96
3 Industri Pengolahan 0,47 2,59 -2,97
4 Pengadaan Listrik, Gas 1,39 7,72 2,16
Pengadaan Air, Pengelolahan Sampah,
5 1,13 6,29 0,73
Limbah, dan Daur Ulang
6 Bangunan 1,32 7,35 1,79
Perdagangan Besar dan Eceran ;
7 1,57 8,70 3,14
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1,05 5,82 0,26
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 1,68 9,35 3,79
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 0,85 4,74 -0,82
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,03 5,75 0,19
12 Real Estat 1,42 7,87 2,31
13 Jasa Perusahaan 0,17 0,96 -4,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
14 1,08 6,00 0,44
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 1,39 7,72 2,16
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,29 7,14 1,58
17 Jasa Lainnya 1,15 6,36 0,80
18,0
18 Total 100,00
0
*Ket : LQ 1 : 5,56%
LQ <1 : <5,56%
LQ >1 : >5,56%

Berdasarkan Table C.2 persentase basis pada sektor


pengembangan perdagangan besar dan eceran mencapai 8,70 %
jika mengacu pada setiap nilai LQ 1 adalah sama dengan 5,56%
artinya untuk memenuhi kebutuhan akan perdagangan besar
dan eceran untuk Kabutan Toraja Utara sendiri idealnya hanya
membutuhkan 5,56%, sisanya terdapat 3,14% inilah yang akan
menjadi daya tarik investor luar dalam meningkatkan investasi-
investasi dalam bidang perdagangan di Kabupaten Toraja Utara,
sedangkan pada sektor penyediaan akomodasi dan makan
minum persentase basisnya mencapai 9,35% dengan kebutuhan
utama hanya sebesar 5,56% artinya masih terdapat 3,79% nilai
produksi yang dapat dikembangkan sebagai nilai tambah dimana
pada penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan
sektor pendukung pariwisata untuk menarik datangnya
wisatawan baik dari nusantara maupun mancanegara. Pada table
C.2 juga menunjukan sektor pertanian masih mebutuhkan suplay
produksi pangan sebesar 0,52% dari luar Kabupaten Toraja Utara
itu sendiri, akan tetapi sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan bukanlah sektor basis yang akan dikembangkan
melainkan sub-sub sektor/komoditi dalam sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan itu sendiri yang akan menjadi nilai
tambah dengan memasarkannya ke skala tingkat lokal, tingkat
nasional, dan tingkat international. Berikut adalah penjabaran
persentase nilai tambah pada sub sektor/komoditi sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Table C.3 Persentase Sub Sektor/Komoditi Basis pertanian dan
Kebutuhannya % %
Komoditi Produksi LQ Persenta Persentase
se Kebutuhan
Padi Ladang 634 0,19 0,74 -3,12
Padi Sawah 117361 1,02 3,94 0,09
Jagung 4870 0,60 2,33 -1,52
Ubi Kayu 3507 1,36 5,22 1,37
Ubi Jalar 3247 7,67 29,56 25,71
Kedelai 19 0,06 0,25 -3,61
Kacang Tanah 54 0,29 1,11 -2,74
Kacang Hijau 2 0,01 0,05 -3,80
Bawang Merah 2 0,02 0,07 -3,78
Cabe Rawit 82,4 5,43 20,92 17,06
Kentang 5,1 0,17 0,65 -3,20
Kubis 2 0,02 0,08 -3,77
Wortel 17,2 0,61 2,34 -1,51
Sawi 123,4 4,33 16,68 12,82
Kangkung 95,7 4,17 16,06 12,20
Total 130021,8 25,95 100,00
*Ket : LQ 1 : 3,85%
LQ <1 : <3,85%
LQ >1 : >3,85%
Table C.3 menunjukan besar persentase pengembangan
basis nilai produksi pada sub-sub sektor/komoditi pertanian yang
mampu mengeksport atau dapat dieksport. Terlihat ubi jalar
mendominasi akan hal eksport untuk meningkatkan nilai tambah
sektor pertanian itu sendiri dengan memasarkan ke wilayah-
wilayah yang kurang akan supply ubi jalar, selain ubi jalar, cabe
rawit juga menunjukan angka persentase yang tinggi terhadap
nilai tambah di Kabupaten Toraja Utara.
Table C.4 Persentase Sub Sektor/Komoditi Basis perkebunan dan
Kebutuhannya
%
% Persent
Komoditi Produksi LQ Persent ase
ase Kebutuh
an
Mangga 111 0,30 1,03 -2,46
Durian 523,5 2,77 9,67 6,18
Jeruk Besar 187,2 0,38 1,32 -2,17
Pisang 416 0,96 3,34 -0,15
Pepaya 103,2 0,74 2,58 -0,91
Nanas 40,30 11,24 39,24 35,75
Nangka 329,90 4,42 15,42 11,93
Kelapa 5 0,01 0,03 -3,46
Karet 0 0,00 0,00 -3,49
Kakao 1434 1,14 3,98 0,49
Kopi Robusta 563 6,70 23,39 19,90
Total 3713,1 28,64 100,00
*Ket : LQ 1 : 3,49%
LQ <1 : <3,49%
LQ >1 : >3,49%
Berdasarkan table C.4 pengembangan eksport pada komoditi
buah nanas, komoditi kopi robusta memiliki nilai tambah untuk
dieksport ke tingkat lokal, nasional maupun international dengan
mencatatkan nilai pengembangan sektor basis mencapai 35,75%
nilai produksi yang dapat di eksport.
Table C.5 Persentase Sub Sektor/Komoditi Basis peternakan dan
Kebutuhannya %
% Persent
Komoditi Produksi LQ Persent ase
ase Kebutuh
an
Sapi Perah 1464 0,00 0,00 -5,37
Sapi Potong 2100137 0,41 2,19 -4,96
Kerbau 108679 11,81 63,35 6,44
Kuda 178077 0,02 0,12 -5,34
Kambing 650108 0,93 4,98 -4,44
Domba 596 0,00 0,00 -5,37
Babi 654443 1,45 7,76 2,39
Ayam 2184890
Kampung 1 1,56 8,36 2,99
1048187
Ayam Petelor 5 0,62 3,34 -2,03
Ayam 5014445
Pedaging 9 0,83 4,48 -0,89
Itik/Itik
Manila 4493043 1,01 5,43 0,06
9066178
Total 2 18,64 100,00
Tabel C.5 pengembangan akan komoditi di sektor peternakan
yang memiliki persentase nilai basis paling tinggi untuk dapat di
eksport adalah komoditi kerbau dengan persentase nilai eksport
sebesar 6,44% dengan cara memasarkanya dalam bentuk kerbau
yang sudah dipotong untuk dapat dijual di pasaran baik tingkat
lokal, nasional, hingga internasional. Kerbau adalah nilai harga
tertinggi untuk kaum masyarakat yang tinggal dan sudah
menjadi tradisi budaya di Tana Torja itu sendiri.
Table C.5 Persentase Sektor Basis dan Kebutuhannya Pada Kabupaten
Wajo
%
% Persenta
Sektor LQ Persent se
ase Kebutuha
n
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,43 10,75 3,22
Pertambangan dan Penggalian 3,04 22,86 15,33
Industri Pengolahan 0,25 1,91 -5,62
Pengadaan Listrik, Gas 1,10 8,30 0,77
Pengadaan Air, Pengelolahan Sampah,
0,26 1,97 -5,56
Limbah, dan Daur Ulang
Bangunan 0,74 5,59 -1,94
Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi 1,06 7,97 0,44
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 0,69 5,23 -2,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,23 1,71 -5,82
Informasi dan Komunikasi 0,28 2,08 -5,45
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,65 4,86 -2,67
Real Estat 0,81 6,12 -1,41
Jasa Perusahaan 0,24 1,82 -5,71
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
0,85 6,40 -1,13
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 0,62 4,70 -2,83
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,72 5,39 -2,14
Jasa Lainnya 0,31 2,32 -5,21
13,2
Total 100
8
*Ket LQ 1 : 7,53%
LQ<1 : <7,53%
LQ>1 : >7,53%
Table C.5 menunjukan bahwa sektor basis pengembangan
terbesar terletak pada sektor pertambangan dan penggalian
dengan persentase nilai tambah sebesar 15,33% untuk di
eksport. Hasil tambang dan galian yang dapat dieskport dari
Sumber Daya Alam (SDA) yang terdapat di Kabupaten Wajo
berupa pertambangan gas, kerikil, dan pasir. Selanjutnya disusul
oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan
persentase nilai tambah sebesar 3,22% yang dapat di eksport
minimal pada tingat nasional. Sektor pengembangan terakhir
yaitu pada sektor perdagangan besar dan eceran dengan besar
persentase nilai tambah adalah 0,44% yang artinya investor-
investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten
Wajo hanya sebesar 0,44%.
Dari Table C.2-C.5 dapat disimpulkan bahwa nilai sektor basis
pada suatu Kabupaten dapat menutupi nilai sektor non basis
pada kabupaten lain, contohnya dapat dilihat pada sektor
pertanian di Kabupaten Toraja Utara akan tetapi Kabupaten
Toraja Utara masih memiliki sub sektor/komoditi yang dapat
dikembangkan potensi basisnya sedangkan pada Kabupaten
Wajo yang sudah unggul akan sektor pertanianya dapat
menutupi kekurangan produksi pangan pada komoditi berstatus
Non Basis.
D. Pola Distribusi
Pola distribusi yang terdapat pada Kabupaten Toraja Utara dan
Kabupaten Wajo terdiri atas 3 jenis pola distribusi, yaitu :
1. Distribusi melalui jalur darat yang memanfaatkan jalur
arteri trans sulawesi dan terminal barang pada setiap
kabupaten
2. Distribusi melalui jalur laut untuk mendistribusikan hasil
produksi ke luar pulau Sulawesi
3. Distribusi oleh pihak pengembang atau biasa disebut pihak
ke-3 yang dapat dieksport hingga ke negara tetangga
Berdasarkan hasil analisis matrix SWOT menunjukan
Kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten Wajo memerlukan
adanya simpul produksi yang dapat menghubungkan pusat-pusat
produksi guna mendukung pemasaran itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai