Drainase
Drainase
PENDAHULUAN
Disamping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan oleh adanya campur
tangan manusia itu sendiri.Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
industri yang ada didaerah perkotaan memberikan dampak yang cukup besar pada
siklus hidrologi, sehingga berpengaruh cukup besar terhadap sistem dan jaringan
drainase di kota.
1.2. Tujuan
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim
yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah
permukaan tanah. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam
bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-
gorong di bawah tanah.
Ad.2. Topografis
Dalam pembuatan drainase ini sangat diperlukan bentuk topografis
yang mempunyai ketinggian yang berbeda. Sehingga selalu
memungkinkan adanya beda tinggi yang akan menyebabkan air tetap
mengalir. Disamping itu agar saluran drainase ini diusahakan berupa
galian semua sedangkan timbunan dihindarkan agar mendapatkan
kemiringan saluran yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir.
I=
Jika I kecil maka V = kecil dan F = besar.
Drainase Modul
Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena
apabila tidak akan menimbulkan genangan, hal ini tergantung dari
curah hujan. Data n tahun, dengan data hujan per 1 hari, 2 hari, atau
3 hari.
Dimana : Dn = R( n )T + n( IR ET P ) S
Dimana :
R = Jumlah hujan dari n hari
S = Storage
N = Jumlah hari
I = Irrigation Supplay
P = Perkolasi
ET = Evapotranspirasi
DM = Drainage Module
dimana Dn = R(n)T+n(IR-ET-P)-S
10. Menghitung lebar dasar saluran baru ( bb ) dan tinggi muka air
baru
(hb) dengan rumus :
F = ( bb + mhb ) x hb
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang
sebaiknya diambil sebagai berikut :
Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang 5
kali per tahun untuk sungai
Muka air rencana untuk saluran pembuang intern yang tingkatnya
lebih tinggi.
Muka air laut rata rata ( MSL ) untuk laut.
Analisa frekuensi digunakan untuk menentukan distribusi mana yang akan dipilih.
Setiap distribusi memilki persyaratan nilai koefisien kemencengan (Cs) dan koefisien
kurtosis (Ck) berlainan. Persyaratan tersebut harus dipenuhi agar kemencengan
distribusi tidak terlalu besar. Jenis distribusi yang memenuhi ditentukan dengan syarat
yang ada pada kriteria dibawah ini :
Tabel. Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi
No Distribusi Persyaratan
( x s ) = 68,27 %
Normal ( x 2 s) = 95,44 %
1
Cs 0
Ck 3
3
C s=C v + 3C v
Log Normal
2
C k =C 8v + 6C 6v +15C 4v +16 C 2v +3
Gumbel Cs = 1,14
3
Ck = 5,4
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Q 25
m3/dtk 20
15
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36
waktu (t)
20
15
Q
m3/dtk 10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
waktu (t)
Dari hasil yang telah didapat maka banyak limpasan yang tidak
tertampung pada saluran drainase di wiliyah Sempaja terutama pada
perempatan jalan. Pada analisa yang telah dilakukan volume debit
banjir yang didapatkan melebihi kapasitas debit saluran pada daerah
sempaja. Untuk dapat menanggulangi dengan melebarkan saluran
yang telah tersedia. Akan tetapi pelebaran saluran akan memotong
badan jalan, sehingga muncul permasalahan baru seperti
ankemacetan. Sehingga perlu dilakukan solusi yang sesuai untuk
mengatasi banjir khususnya di wilayah Sempaja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran