Anda di halaman 1dari 3

Filsafat, Berpikir Filosofis, dan Hubungannya dengan Ilmu Pengetahuan

oleh Elang Fajar Tryadi, 1606885233

Judul : Filsafat

Pengarang : Dr. Bagus Takwin dan Dra. Wuri Prasetyawati, M.Psi

Data Publikasi : Buku Ajar 1 Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat,


Logika dan Etika, Depok 2013

Filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami


segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi
itu dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah
proses, bukan semata produk. Produk filsafat adalah
pemikiran yang perlu dikaji, direfleksikan, dan dikritik lagi. Setidaknya, filsafat
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah Latin kritein yang
berarti memilah milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai.
Artinya, berfilsafat bermakna selalu hatihati dan waspada terhadap
berbagai kemungkinan kebekuan pikiran.

2) Radikal berarti mendalam; sampai ke akarakarnya. Pemahaman yang


ingin diperoleh dari kegiatan filsafat adalah pemahaman yang mendalam.
Berpikir kritis memungkinkan kita untuk dapat berpikir radikal. Dengan
berpikir kritis yang sifatnya luas dan mendalam, kita tidak begitu saja
menerima apa yang ada.

3) Sistematis yang berasal dari kata systema yang berarti keteraturan,


tatanan dan saling keterkaitan. Sistematis di sini memiliki pengertian
bahwa upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu
aturan tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti
suatu aturan tertentu pula.

4) Rasional yang secara luas berarti filsafat mencakup logika. Artinya,


filsafat selalu memegang keyakinan akan daya argumen dan penalaran.

Ada berbagai cara untuk membagi filsafat menjadi cabang-cabang yang


memiliki obyek kajian khusus. Kita dapat menemukan pembagian filsafat
berdasarkan sistematika permasalahan (Gazalba, 1979) atau area kajian filsafat
yang secara garis besar terdiri dari ontologi, epistemologi dan axiologi.

Seperti yang sudah disebut, filsafat secara sistematis terbagi menjadi 3


bagian besar:

1) Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being) atau
tentang apa yang nyata;

2) Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang


lingkup pengetahuan;

3) Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan


apa yang seharusnya dilakukan manusia.

Berpikir secara filosofis berarti kita berpikir tanpa menggunakan sebuah


jaring pengaman dan pijakan kokoh yang biasanya kita injak. Dengan berpikir
filosofis, orang dapat berpikir mendalam dan mendasar. Mereka juga dapat
memperoleh kemampuan berpikir kritis, analisis, dan logis. Orang dapat terus
bertambah pengetahuannya dengan berpikir filosofis. Dengan demikian, berpikir
filosofis merupakan suatu cara untuk membangun pengetahuan dan
kebijaksanaan dengan kekuatan yang dikandungnya.

Filsafat kerap kali didefinisikan sebagai induk dari ilmu pengetahuan


(mother of science.)
Keterangan ini merupakan keterangan yang sifatnya historis. Artinya, filsafat
disebut demikan karena kemunculannya mendahului ilmu pengetahuan. Jadi,
Ilmu pengetahuan merupakan perkembangan lanjut dari filsafat.

Ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan hubungan antara gejala


gejala yang tertangkap oleh pengamatan manusia. Seiring dengan
perkembangan yang terjadi di tubuh ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan kini
semakin beragam dan spesifik. Posisi filsafat setelah ilmu pengetahuan menjadi
sedemikan spesifik adalah sebagai disiplin lapis kedua (secondorder discipline)
yang tidak lagi menyelidiki realitas secara menyeluruh melainkan sebagai
peralatan analitik untuk memeriksa penyelidikan rasional ilmu pengetahuan.
Kita semua tentu sering berkhayal dan memikirkan sesuatu yang rumit
saat kita masih kecil. Misalkan saja mengapa matahari terus mengikuti kita saat
berjalan? Mengapa pepohonan terlihat seperti berlari saat kita berada di dalam
mobil? Hal tersebut juga saya pikirkan sejak kecil. Dan ternyata, hal tersebut
telah dikategorikan sebagai berpikir filosofis. Dengan adanya ilmu pengetahuan,
banyak pertanyaan yang kita tanyakan saat kecil mungkin terjawab. Inilah salah
satu contoh hubungan antara berpikir secara filosofis dengan ilmu pengetahuan.

Secara umum, disadari atau tidak, filsafat digunakan manusia untuk


menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jika orang menyadarinya, maka lebih
banyak lagi manfaat berpikir filosofis yang dapat diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai