1
Alumni Magister Teknik Sipil Institut Teknolgi Bandung
Senior Geotetechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia
Main Office Building 2nd Floor, Tembagapura, Papua.
Email: Rivai_S@fmi.com;Rivai_bm@yahoo.com
2
Assistant professor, Geotechnical Engineering Research Group and Head of Soil Mechanics Laboratory Faculty of
Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology,
Email: esusila@si.itb.ac.id. esusial@gmail.com.
3
Senior Geotetechnical Engineer, Geoservices Divisions, PT. Freeport Indonesia
Main Office Building 2nd Floor, Tembagapura, Papua.
Email: Aditya_Putra@fmi.com
ABSTRAK
Penentuan perkuatan lereng dari lereng yang mengalami pergerakan dapat menjadi optimal ketika
ada pemasangan instrumentasi geoteknik seperti inclinometer, piezometer, crackmeter maupun
dengan survey monitoring. Sebuah study kasus dimana sebuah lereng mengalami pergerakan pada
struktur gedung maupun pada tanah yang telah dilakukan pemasangan instrumentasi geoteknik dan
hasilnya menunjukkan laju pergerakan dari lereng adalah 7mm/bulan. Keterbatasan lokasi lereng
yang dibatasai oleh jalan akses tambang pada bagian kaki lereng dan struktur geduang pada atas
lereng dengan jarak 5m dari ujung lereng membuat alternative perkuatan menjadi terbatas.
Perkuatan lereng dengan menggunakan soil nail merupakan salah satu alternative perkuatan lereng
dimana ruang kaki lereng sempit. Pada paper ini akan dibahas mengenai aplikasi perkutaan lereng
dengan menggunakan soil nail dengan diameter 22mm dan panjang 12m. Analisis dengan metode
elemen hingga dilakukan untuk mengetahui angka kemanan yang terjadi setelah dilakukan
pemasangan soil nail. Bidang gelincir lereng didapat dari hasil pemasangan inclinometer dimana
bidang gelincir terjadi pada kedalaman 9-10m dari permukaan tanah dasar. Modulus youngs tanah
didapat dari hasil back kalkulasi deformasi yang terjadi riil dilapangan melalui hasil instrumentasi
geoteknik (survey monitoring berupa prisma dan crackmeter pada struktur bangunan yang ada).
Berdasarkan hasil pemodelan dengan metode elemen hingga bahwa pemasangan soil nail dengan
panjang 15m dan spasi antar nail 2.5m mampu meningkatkan angka keamanan dari 1.1 menjadi 1.5.
Kata kunci: stabilitas lereng, perkuatan, soil nail, angka keamanan.
1. PENDAHULUAN
Penyebab terjadinya kegagalan lereng biasanya diakibatkan oleh beberapa factor antara lain; 1. Curah hujan yang
tinggi yang mengakibatkan lereng pada kondisi jenuh sehingga mengakibatkan gaya dorong pada lereng naik
sementara gaya yang menahan tetap, 2. Perubahan kuat geser tanah dikarenakan terjadinya excess pore water
pressure, 3. Perubahan geometri lereng yang diakrenakan proses pelapukan atau proses yang dilakuakn oleh
manusia. Konsep stabilitas lereng adalah gaya yang menahan dibagi dengan gaya yang mendorong. Jika gaya yang
mendorong lebih besar dari gaya yang menahan maka akan terjadi keruntuhan lereng yang ditandai dengan
timbulnya crack pada atas lereng (crest) ketika terjadi kenaikan gaya yang mendorng maka perlu dilakukan langkah-
langkah perbaikan dengan cara menurunkan gaya yang mendorong. Pada studi kasus ini kenaikan gaya dorong
melalui kenaikan permuakan air dapat dilakukan dengan dewatering/penirisan ataupun dengan menaikkan gaya yang
menahan dengan menambah buttress atau dengan pemasangan struktur berupa retaining wall atau dengan soil nail.
Pada paper ini akan dibahas sebuah lereng yang bergerak dikarenakan terjadinya kenaikan saturasi tanah oleh air
hujan. Pemasangan instrumentasi geoteknik berupa inclinometer, prisma monitoring maupun dengan crackmeter
untuk mengetahui bidang gelincir dan laju pergerakan lereng. Soil nail dengan diameter 22mm, panjang 15m dan
spasi 2.5m digunakan sebagai rencana perkuatan lereng untuk menaikkan angka kemanan lereng akibat terjadinya
kenaikan saturasi tanah dari air hujan.
;=
5%,
<,@4>C$86C
$80%3,=0
(A9%3,=0
Gambar 1 Pengaruh Tekanan Pompa Pada Saat Grouting (Ortigao and Sayao, 2004)
Gambar 2 Bidang Leleh Mohr-Coulomb Dalam Ruang Tegangan Utama (c = 0) dan Model Tegangan dan
regangan untuk model elastic-plastic(Manual Plaxis, 1998)
Model Soil Nailing
Input nilai E dan A pada model PLAXIS yang telah dijelaskan diatas baik nilai EA_ekivalen maupun nilai EI
ekivalen dapat dilihat pada persamaan-persamaan berikut:
(1)
(2)
(3)
Dimana:
Eg = Modulus elastisitas shotcrete
En = Modulus elastisitas nailing
An = luas penampang soil nailing
A = Luas penampang soil nailing yang telah tergrouting
Ag = Luas penampang grouting (Ag = A-An)
Sh = spasi soil nailing arah plane strain
5. STUDI KASUS
Kondisi Geoteknik
Untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah pada lokasi studi maka dilakukan pengeboran sedalam 75m dan
juga dikombinasikan dengan pengujian N-SPT. Data hasil pengeboran ini kemudian dilakukan intrepetasi
berdasarkan deskripsi visual dan pengujian laboratorium. Lapisan tanah pada lokasi studi terdiri dari jenis tanah silty
SAND lepas (material colluvium) pada kedalaman 0-10meter. Lapisan broken siltstone dengan variasi nilai N-SPT
6-10 blows/ft ditemukan pada kedalaman 4-9meter dibawah permukaan tanah dan lapisan siltstone (RQD low to
medium) terdapat pada kedalaman 10meter. Pada Gambar 3 berikut ditampilkan data borlog dan sampel tanah dari
hasil pemboran dalam dilokasi studi.
TYPE OF TEST
N = N1 + N2
DEPTH (m)
Penetration
SCALE DEPTH THICK- GWL BORING SOIL CLASSIFICATION N - VALUE Test
LEVEL NESS LOG BLOWS
1
1.50 -1.50
2 >60
3 5 2 1 3
-3.00
4
-4.50
5 4 4 4 8
6
6.00 -6.00 2 3 4 7
7
-7.50 3 7 5 12
8
9 9.00 2 5 22 27
-9.00
10
10.2
11
12 >60
12.0 -12.0
13
14
15 >60
-15.0
16
17
18 >60
-18.0
19
19.5
20
Gambar 4 a) Retakan didalam bangunan, b) Retakan diluar bangunan, c) Deformasi lateral terjadi pada slab
pondasi, d) Retakan tarik yang teramati dimulut lereng
Instrumentasi Geoteknik
Inclinometer
Untuk mengetahui lokasi bidang gelincir dan laju pergerakan lareng maka dilakukan pemasangan
inclinometer. Kedalaman inklinometer yang dipasang memiliki panjang total 75meter. Pada Gambar 5a
menampilkan hasil pengukuran dari inklinometer per dua minggu. Hasil pengukuran dilapangan menunjukkan
bahwa bidang gelincir yang terbentuk pada kedalaman sekitar 9~10meter dibawah permukaan tanah. Sampel tanah
core box dari hasil pemboran menunjukkan bahwa pada sekitar kedalaman 8~10meter terdapat bidang kontak antara
lapisan pelapukan siltstone yang terdiri dari gravell dan lanau dengan lapisan batuan siltstone dibagian bawahnya.
Hasil pengukuran inclinometer menunjukkan bahwa kecepatan deformasi kurang lebih 5 sampai 10mm per bulan.
Rekaman hasil inklinometer juga menunjukkan bahwa pada saat-saat dimana terjadi kenaikan intensitas
curah hujan di area studi memiliki hubungan yang kuat dengan pergerakan tanah yang dibuktikan dari catatatan dari
inklinomter. Perekaman hasil inklinometer menunjukkan bahwa pergerakan tanah naik signifikan setelah terjadinya
hujan. Adanya infiltrasi air hujan kedalam lapisan gelincir diyakini sebagai pelumas diantara bidang kontak antara
dua lapisan yang telah disebutkan diatas sehingga menyebabkan pergerakan tanah.
Gambar 5 Instrumentasi Geoteknik untuk mengetahui pergerakan lereng a) Alat inclinometer (b) prisma
monitoring
Prisma Monitoring
Prisma monitoring merupakan salah metode untuk mengetahu pergerakan permukaan lereng maupun
permukaan struktur dengan metode survey. Pergerakan dari sebuah titik yang diukur melalui prsima ini
didefinisikan sebagai perbedaan lokasi koordinat awal prisma (xo,yo,zo) terhadap hasil pengukuran prisma setiap kali
dilakukan pengukuran (xn,yn,zn).
Pengukuran koordinat Prism di area studi ini diukur dengan menggunakan alat survey (total station atau
teodolit). Hasil pengukuran prisma memiliki pola yang fluktuatif karena beberapa faktor antar lain jarak yang terlalu
jauh antara base point dan lokasi prisma, atmospheric dan kondisi cuaca. Dalam kasus ini, pembacaan sangat
dipengaruhi oleh keakuratan alat dan hasil pengukuran. Data hasil pemantauan Prisma hanya dapat digunakan
sebagai indikasi adanya trend pergerakan dalam permukaan lereng atau struktur. Gambar-5 menunjukkan prisma
sebagai titik yang dibaca dari base station yang menyajikan trend pergerakan lereng yang terpasang pada beberapa
lokasi. Hasil pengukuran prisma menunjukkan adanya pergerakan tanah yang cukup signifikan dalam periode 6
bulan. Kecepatan pergerakan yang terjadi pada bagian atas lereng berkisar 30mm/bulan dan 20mm/bulan di
tengah bangunan.
Crack-meter
Alat manual crack meter yang dipasang bertujuan untuk mengukur pergerakan sebuah crack atau retakan.
Pada study kasus ini manual crack meter dipasang untuk mengetahui pergerakan antara slab beton bangunan dan
retakan pada pondasi bangunanseperti tampak pada gambar 6 berikut. Pengukuran hasil pembacaan manual crack
meter dilakukan setiap 2 hari. Dalam 2 minggu pertama setelah dilakukan pemasangan crack meter, tidak ada tanda-
tanda gerakan tambahan pada slab beton bangunan. Setelah itu, dalam periode 07-21 Maret, 2012, terjadi beberapa
kali hujan deras dengan intensitas rata-rata 10 - 15mm/jam. Intensitas curah hujan yang tinggi diyakini memicu
deformasi pada bangunan sebagai beban tambahan pada lereng mengakibatkan pergerakan manual crack meter naik
secara signifikan yaitu sebesar 5mm/2 minggu.
Gambar 7 a) Hasil Pembacaan Inklinometer (b) Hasil Pembacaan Prisma Monitoring (c) Hasil Bacaan Manual
Crack Meter
6,C0C'!(
466",>0<4,6
!470=>980
Gambar 8 Hasil Analisis Elemen Hingga Pada Kondisi Perbaikan Lereng Dengan Soil Nail
6. KESIMPULAN
Kasus pergerakan lereng pada studi ini memiliki rate pergerakan yang kecil sehingga secara visual hanya dijumpai
kerusakan struktur tetapi tidaj dijumpai adanya crack pada lereng baik pada sisi atas maupun sisi bawah.
Pemasangan isntrumentasi geoteknik menjadi sangat penting dalam menentukan posisi bidang gelincir dan juga
pengaruh curah hujan terhadap pergerakan lereng. Pemasangan inclinometer dan prisma monitoring menunjukkan
lereng bergerak di sebabkan oleh saturasi tanah yang menambah beban dorong pada lereng. Untuk menentukan
perkuatan yang optimal maka digunakan software elemen hingga (PLAXIS) untuk mengetahui panjang soil nail
yang dibutuhkan dan spasi antar soil nail. Pada studi ini menggunakan analisis balik untuk mengetahui parameter
kondisi actual lapangan karena jika menggunakan parameter hasil pengeboran lereng dalam kondisi stabil.
Berdasarkan hasil pemodelan dengan metode elemen hingga bahwa pemasangan soil nail dengan panjang 15m dan
spasi antar nail 2.5m mampu meningkatkan angka keamanan dari 1.1 menjadi 1.5.
REFERENSI
BONITA, G., TARQUINIO, F. and WAGNER, L., 2006. Soil Nail Support of Excavation System for the
Embassy of the Peoples Republic of China in the United States, Proceedings of the Deep Foundations
Institute (DFI) 31st Annual Conference on Deep Foundations, October
Kutschke, W., Tarquinio, F. and Petersen, W., 2007. Practical Soil Nail Wall Design and Constructability Issues,
Proceedings of the Deep Foundations Institute (DFI) 32st Annual Conference on Deep Foundations, October
Plaxis Bulletin No. 25. Spring 2009
Ortigao and Sayao. 2004. Handbook of Slope Stabilization. Springer.