Agama Uts
Agama Uts
Pertama: menjadi orang yang baik. Hal ini tergambar dari sikap perilaku
dalam sosial kemasyarakatan, yaitu pembawaannya simpatik, rendah hati,
tidak sombong, dan sifat-sifat lainnya yang termasuk dalam akhlakul
karimah, budi pekerti yang mulia.
Kedua: mengajak orang berbuat baik, jadi tidak cukup umat itu menjadi
orang yang baik saja, tetapi wajib mengajak yang lain untuk berbuat baik.
Ketiga: memberantas kemunkaran dan kemaksiatan. Sebab apabila
kemunkaran itu tidak diberantas, maka kebaikan yang telah dibina dan
dibangun dengan susah payah itu akan berantakan kembali
Keempat; Ciri yang keempat ialah tuminuna billah, beriman kepada Allah
dalam arti Kaffah yaitu berserah diri dan tawakal kepada Allah dan selalu
dekat denganNya serta Allah pun senantiasa menyertainya. Sikap jiwa yang
demikian akan menjadi sumber kekuatan umat, dikarenakan semua kegiatan
yang dilakukannya baik yang mudah maupun yang berat semua
dilakukannya di atas landasan Aqidah Islam/Iman
2. Hakekat Manusia
Hakekat manusia menurut pandangan Islam:
a. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang
diberi bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan
Tuhanmu.
Firman tersebut menjelaskan tentang asal muasal manusia, bahwa
hanya Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya
diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia
berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang
ayah.
b. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
Firman Allah dalam Q.S. Al-Araf 189:
Posisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan
penciptaan manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (abid). Sebagai
hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang
Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba
(budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat
atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai abid,
kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas
sepenuh hati (Q.S. 2:21, 98:5, 52:56).
Ibadah berakar kata abada yang artinya mengabdikan diri, menghambakan
diri. Ibadah dalam arti sempit ialah aktivitas keagamaan ritual seperti shalat,
puasa, dan haji.
Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai dengan syariat
Islam; aktivitas ekonomi seperti berdagang, politik, seni, dan lainnya sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Semua perbuatan baik yang mendatangkan manfaat
bagi diri dan orang lain adalah ibadah atau amal saleh.
Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan Allah sebagai
abid ini. Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku Islami, karena
secara ideal, seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah benar-benar ter-
shibghah (tercelup) kedalam celupan Allah, yakni syariat Islam.
Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya berpedoman
pada ajaran Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya dikendalikan
oleh syariat Islam, sehingga ia selalu berbuat kebaikan dalam segala hal.
C. Kedudukan Manusia Sebagai Hamba
Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya
sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia
harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya.
Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus
beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji,
dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan
dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan
sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Allah SWT dan Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi.
Selain itu, manusia bertugas sebagai abdullah yaitu bisa dikaitkan dengan
proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian
terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas dua
substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari
alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti
tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi
(Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah,
sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui
Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-
Araf: 172). Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi
dirinya atau naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksana-
kannya adalah abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh
kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).
Kedudukan Manusia Dalam Pandangan Al-Qur'an
1). Makhluk termulia (Al-Israa':70)
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70)
3). Makhluk yang diberikan kebebasan memilih dan bisa membedakan antara
yang baik dan yang buruk.
..dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (QS. 91:7-10)
b. Lisan. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah
dan dua buah bibir. (QS. 90:8-9)
c. Pena. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Rabbmu
kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
(QS.Al-Qalam (68) :1-2)
6). Makhluk yang diberikan beban untuk beribadah kepada Allah SWT
semata, ibadah yang mencakup ibadah ritual dan seluruh aspek kehidupan
manusia.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. 51 (Adz Dzaariyaat: 56)
D. Pembagian Manusia Sebagai Hamba
1. Golongan yang tidak tahu atau tidak sedar yang mereka itu hamba Allah.
Mereka ini adalah golongan yang tidak tahu, tidak sedar atau tidak
mengambil tahu apakah dirinya hamba Allah atau tidak kerana mereka tidak
beriman dengan Al Quran dan As Sunnah. Begitu juga mereka mentadbir
kehidupan di dunia ini,tidak dengan syariat Tuhan tetapi dengan
ideologi yang mereka buat sendiri.
2.Golongan yang tahu bahawa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi
rasa kehambaannya tidak ada atau tidak wujud.
Golongan ini tahu dan sedar bahwa mereka adalah hamba Allah di bumi
tetapi kerana jahil, lemah melawan hawa nafsu,cinta dunianya begitu kuat,
kepentingan peribadinya
terlalu banyak, maka orang yang demikian rasa kehambaannya kepada Allah
begitu
lemah. Sebab itulah pengabdiannya kepada Allah lemah. Boleh jadi langsung
tiada. Mereka ini adalah golongan umat Islam yang fasik atau zalim dan
ditakuti kalau dibiarkan terus boleh membawa kepada kekufuran.
3.Golongan yang merasa kehambaan kepada Allah di bumi.
Rasa kehambaannya kepada Allah itu kuat. Oleh itu mereka dapat melahirkan
sifat-sifat kehambaan serta memperhambakan diri kepada Allah dengan
membaiki yang fardhu dan sunat dengan sungguh-sungguh. Mereka juga
dapat bertanggungjawab sebagai hamba-Nya di bumi sesuai dengan
kedudukan dan kemampuan masing-masing. Mereka boleh dibagikan
kepada beberapa bahagian pula iaitu:
a. Golongan yang sederhana (golongan ashabul yamin)
b. Golongan muqarrobin
c. Golongan as siddiqin
3. Perlindungan