PENDAHULUAN
1
untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak Azasi, Penyusun Kebijakan
Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan Peningkatan
Partisipasi Politik.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender?
2. Bagaimana Ketidaksetaraan Gender di dalam
Masyarakat?
3. Bagaimana kesetaraan gender dalam pendidikan?
4. Bagaimana konsep gender dalam Islam?
5. Bagaimana pandangan Agama Islam terhadap
kesetaraan gender?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memaparkan pengertian kesetaraan gender?
2. Untuk memaparkan bagaimana ketidaksetaraan gender
di dalam masyarakat?
3. Untuk memaparkan bagaimana kesetaraan gender
dalam pendidikan?
4. Untuk memaparkan bagaimana konsep gender dalam
Islam?
5. Untuk memaparkan bagaimana pandangan Agama Islam
terhadap kesetaraan gender?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sedangkan gender, secara etimologis gender berasal dari
kata gender yang berarti jenis kelamin .4 Gender merupakan
perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh
laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang
panjang. Perbedaan perilaku antara pria dan wanita, selain
disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk
melalu proses sosial dan cultural. Oleh karena itu gender dapat
berubah dari tempat ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar
kelas sosial ekonomi masyarakat5.
4
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional
(hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut.8
9 Ibid.
10 http://filsafat.kompasiana.com/2013/05/04/kedudukan-perempuan-
dan-kesetaraan-gender-dalam-pandangan-islam--557073.html . Diakses
pada 18 Mei 2015 pukul 09:00
5
Perempuan dicitrakan lemah, kurang atau tidak rasional,
kurang atau tidak berani, sehingga tidak pantas atau tidak
dapat memimpin.
b. Steorotip masyarakat terhadap perempuan
Perempuan dan laki-laki sudah mempunyai sifat masing-
masing yang sepantasnya, sehingga tidak dapat keluar dari
qodrat yang telah ada.
c. Subordinasi terhadap perempuan
Pandangan ini memposisikan perempuan dan karya-
karyanya lebih rendah dari laki-laki, sehingga menyebabkan
mereka merasa sudah selayaknya sebagai pembantu, nomor
dua, sosok bayangan, dan tidak berani memperlihatkan
kemampuannya sebagai pribadi. 11
d. Beban ganda terhadap perempuan
Pekerjaan yang diberikan kepada perempuan lebih lama
pengerjaannya bila diberikan kepada laki-laki, karena
perempuan yang bekerja disektor publik masih memiliki
tanggungjawab pekerjaan rumah tangga yang tidak dapat
diserahkan kepada pembantu rumah tangga sekalipun
pembantu rumah tangga sama-sama perempuan.
e. Kekerasan terhadap perempuan
Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa kekerasan
psikis dan kekerasan fisik.
6
Dasar persamaan pendidikan menghantarkan setiap individu
atau rakyat mendapatkan pendidikan sehingga bisa disebut
pendidikan kerakyatan. Sebagaimana Athiyah, Wardiman
Djojonegoro menyatakan bahwa ciri pendidikan kerakyatan
adalah perlakuan dan kesempatan yang sama dalam pendidikan
pada setiap jenis kelamin dan tingkat ekonomi, sosial, politik,
agama dan lokasi geografis publik. Dalam kerangka ini,
pendidikan diperuntukkan untuk semua, minimal sampai
pendidikan dasar. Sebab, manusia memiliki hak yang sama
dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Apabila ada
sebagian anggota masyarakat, sebodoh apapun yang tersingkir
dari kebijakan kependidikan berarti kebijakan tersebut telah
meninggalkan sisi kemanusiaan yang setiap saat harus
diperjuangkan.12
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa nilai kemanusiaan
terwujud dengan adanya pemerataan yang tidak mengalami bias
gender. Masalah pendidikan, antara anak perempuan dan anak
laki-laki hendaknya harus seimbang. Anak perempuan,
sebagaimana anak laki-laki harus punya hak/kesempatan untuk
sekolah lebih tinggi. Bukan menjadi alternative kedua jika
kekurangan biaya untuk sekolah. Hal ini dengan pertimbangan
adanya penghambur-hamburan uang sebab mereka akan segera
bersuami, peluang kerjanya kecil dan bisa lebih banyak
membantu orang tua dalam pekerjaan rumah. Pendirian seperti
ini melanggar etika Islam yang memperlakukan orang dengan
standar yang materialistik. Islam menyerukan adanya
kemerdekaan, persamaan dan kesempatan yang sama antara
yang kaya dan yang miskin dalam bidang pendidikan di samping
penghapusan sistem-sistem kelas-kelas dan mewajibkan setiap
muslim laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu serta
7
memberikan kepada setiap muslim itu segala macam jalan untuk
belajar, bila mereka memperlihatkan adanya minat dan bakat.13
Dengan demikian, pendidikan kerakyatan seharusnya
memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan
minat setiap individu perempuan, bukan hanya diarahkan pada
pendidikan agama dan ekonomi rumah tangga melainkan juga
masalah pertanian dan keterampilan lain. Pendidikan dan
bantuan terhadap perempuan dalam semua bidang tersebut
akan menjadikan nilai yang amat besar-merupakan langkah awal
untuk memperjuangkan persamaan yang sesungguhnya.
Pendidikan memang harus menyentuh kebutuhan dan
relevan dengan tuntutan zaman yaitu kualitas yang memiliki
keimanan dan hidup dalam ketakwaan yang kokoh, mengenali,
menghayati dan menerapkan akar budaya bangsa, berwawasan
luas dan komprehensif, menguasai ilmu pengetahuan dan
keterampilan mutakhir, mampu mengantisipasi arah
perkembangan, berpikir secara analitik, terbuka pada hal-hal
yang baru, mandiri, selektif, mempunyai kepedulian sosial yang
tinggi dan berusaha meningkatkan prestasi. Perempuan dalam
pendidikannya juga diarahkan agar mendapatkan kualitas
tersebut sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya.
Ungkapan Athiyah tentang pendidikan perempuan seakan
menyadari kondisi riil historisitas kaum muslimin yang secara
sosial perempuan seringkali dirugikan oleh perilaku sosialnya.
Seperti gadis-gadis harus putus sekolah karena diskriminasi
gender (sebab pernikahan atau hamil diluar nikah) atau karena
keterbatasan ekonomi anak laki-laki mendapatkan prioritas
utama walau potensinya tidak lebih tinggi daripada anak
perempuan.
13 Ibid.
8
Berbicara tentang konsep gender dalam Islam ditemukan
sejumlah ayat dalam Al-Qur'an, antara lain QS Al-Hujurat: 13, Al-
Nisa':1, Al-A'raf:189, Al-Zumar:6, Fatir:11, dan Al-Mu'min: 67.
Di antaranya dalam al-Qur'an surat al-Hujurat: 13.14
3
9
perbedaan jasmaniah itu tidak sepatutnya dijadikan alasan untuk
berlaku diskriminatif terhadap perempuan. Perbedaan jenis
kelamin bukan alasan untuk mendiskreditkan perempuan dan
mengistimewakan laki-laki.
Perbedaan biologis jangan menjadi pijakan untuk
menempatkan perempuan. Perbedaan kodrati antara laki-laki dan
perempuan seharusnya menuntun manusia kepada kesadaran
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dan dengan
bekal perbedaan itu keduanya diharapkan dapat saling
membantu, saling mengasihi dan saling melengkapi satu sama
lain. Karena itu, keduanya harus bekerja sama, sehingga
terwujud masyarakat yang damai menuju kepada kehidupan
abadi di akhirat nanti. Islam secara tegas menempatkan
perempuan setara dengan laki-laki, yakni dalam posisi sebagai
manusia, ciptaan sekaligus hamba Allah SWT. Dari perspektif
penciptaan, Islam mengajarkan bahwa asal penciptaan laki-laki
dan perempuan adalah sama, yakni sama-sama dari tanah
(saripati tanah), sehingga sangat tidak beralasan memandang
perempuan lebih rendah daripada laki-laki.16
Sebagai manusia, perempuan memiliki hak dan kewajiban
untuk melakukan ibadah sama dengan laki-laki. Perempuan juga
diakui memiliki hak dan kewajiban untuk meningkatkan kualitas
dirinya melalui peningkatan ilmu dan takwa, serta kewajiban
untuk melakukan tugas-tugas kemanusiaan yang dalam Islam
disebut amar ma'ruf nahi munkar menuju terciptanya
masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.
Namun dalam perkembangannya, kesetaraan gender ini
belum sepenuhnya berlandaskan pada ajaran tersebut diatas.
Bahkan antara satu negara dengan negara lainnya yang
berpenduduk muslim tidaklah sama dalam memperjuangkan
16 Ibid., hal. 37
10
nasib perempuan. Hal ini terlihat dari keberadaan kaum
perempuan di Indonesia yang masih menjadi subordit kaum laki-
laki. Dengan kata lain, kaum perempuan tidak serta merta dapat
sejajar dengan kaum laki-laki. Hampir setiap budaya kita
menempatkan laki-laki sebagai pemimpin baik dalam
keluarga ,maupun berbangsa dan bernegara, meski juga diakui
tidak semua budaya kita menjadikan perempuan dalam posisi
kedua.17
2.5 Pandangan Agama Islam terhadap Kesetaraan Gender
Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan
diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Islam memberikan posisi
yang tinggi kepada perempuan. Prinsip kesetaraan dan keadilan
gender dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam
ajaran Islam tidak dikenal adanya isu gender yang berdampak
merugikan perempuan. Islam bahkan menetapkan perempuan
pada posisi yang terhormat, mempunyai derajat, harkat, dan
martabat yang sama dan setara dengan laki laki.18
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu
kepada ayat ayat Al-Quran. Suatu kenyataan, masih banyak
masyarakat, tidak terkecuali beberapa guru agama yang belum
memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis kelamin
perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender.
Al-Qur an sebagai Hudan linnasi, petunjuk bagi umat
manusia, dan kehadiran Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan
sunnahnya, sebagai Rahmatan lil alamin, tentu saja menolak
anggapan di atas. Islam datang untuk membebaskan manusia
18 http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/gender/gender2.htm diakses
tanggal 18 Mei 2015 pukul 11.00 WIB
11
dari berbagai bentuk ketidak-adilan. Sejak awal dipromosikan,
Islam adalah agama pembebasan.
Islam adalah agama yang dibawa Nabi Muhammad. Islam
adalah agama ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Dalam pandangan Islam, manusia mempunyai
dua kapasitas, yaitu sebagai hamba dan sebagai representasi
Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, dan
warna kulit. Islam mengamanatkan manusia untuk
memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan,
dan keutuhan, baik sesama manusia maupun manusia dengan
lingkungan alamnya.19
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
a. Sex berarti jenis kelamin yang merupakan penyifatan atau
pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Gender
merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan
disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat
Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun
perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang.
19 Ibid.
12
b. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki
dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan tersebut.
c. Berbicara tentang konsep gender dalam Islam ditemukan
sejumlah ayat dalam Al-Qur'an, antara lain QS Al-Hujurat:
13, Al-Nisa':1, Al-A'raf:189, Al-Zumar:6, Fatir:11, dan Al-
Mu'min: 67.
d. Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan
diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Islam memberikan
posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip kesetaraan
dan keadilan gender dalam Islam tertuang dalam Kitab
Suci Al-Quran.
3.3 Saran
Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku pemakalah menyadari dalam
penyusunan makalah ini yang membahas tentang Kesetaraan Gender, masih
jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang
dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini sangat kami harapkan supaya dalam penugasan makalah
yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
13
http://filsafat.kompasiana.com/2013/05/04/kedudukan-
perempuan-dan-kesetaraan-gender-dalam-pandangan-
islam--557073.html.
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/gender/gender2.htm
Lubis, Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran Agama: Merajut
Kerukunan, Kesetaraan Gender dan Demokratisasi
Masyarakat Multsikultural, Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Beragama.
14