Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sklerosis multipel adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf
perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit
dengan menyebabkan pembengkakan danedema yang merusak neuron-neuron
dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.
Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya
sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang
sembuh 100 %. Sklerosis multipel memang merupakan penyakit yang terasa
atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi
penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan
biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau
berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Sklerosis Multipel ?
2. Bagaimanakah Etiologi Sklerosis Multipel ?
3. Bagaimanakah Klasifikasi Sklerosis Multipel ?
4. Bagaimanakah Patofisiologi Sklerosis Multipel ?
5. Bagaimanakah Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel ?
6. Bagaimanakah Komplikasi Sklerosis Multipel ?
7. Bagaimanakah Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel ?
8. Bagaimanakah Penatalaksanaan Sklerosis Multipel ?
9. Bagaimana WOC dari Multiple Sklerosis ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Sklerosis Multipel.
2. Untuk mengetahui Etiologi Sklerosis Multipel.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Sklerosis Multipel.
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Sklerosis Multipel.
5. Untuk mengetahui Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel.
6. Untuk mengetahui Komplikasi Sklerosis Multipel.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel.
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Sklerosis Multipel.

1
9. Untuk mengetahui WOC Multiple Sklerosis.
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis
Multipel.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP)
kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).
Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai autoimun dimana system
imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk
mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan
yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu

2
lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk
melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai
dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghasilkan
berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut
sebagai plaque.

2.2 Etiologi
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan
dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang
mengaitkan dengan factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
1. Kehamilan
2. Infeksi yang disertai demam
3. Stress emosional
4. Cedera
Faktor presipitasi yang mungkin termasuk infeksi, cedera fisik dan strees
emosional, kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :
1. Gangguan autoimun ( kemungkinan dirangsang / infeksi virus )
2. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
3. Racun yang beredar dalam CSS
4. Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing )

2.3 Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori
multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adalah jenis multiple sklerosis yang klasik yang sering kali timbul
pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu
erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu. Yang
dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat
penderita terlihat pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak
lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya
kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum
terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik
dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan
pulih 70-95% saja. Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan
penderita sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut berakibat semakin
memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu

3
dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila
dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita
MS pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali
mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary
Progressiv MS.
2. Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat saat
penderita tidak mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak
mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam
pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir
dengan kematian.
3. Secondary Progressiv Multiple Sclerosis
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini
kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary
Progresssiv MS.
4. Benign Multiple Sclerosis
Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu
menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada
siapapun.Serangan serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah
berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita MS.

2.4 Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan
gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi
inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya
bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima
individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel
ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu
memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang
membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang
dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri
dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi
astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis
dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak

4
dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin
tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung.
Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang
merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala
menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara
total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh
jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa
mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada
saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi
secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan
penurunan fungsisaraf secara progresif.
2.5 Manifestasi Klinik
Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
1. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi
sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
2. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor
intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah
dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.
3. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah
tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung
dan disorientasi.
4. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing,
tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
5. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
6. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan
urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut
dan inkontinensia.
7. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat
hilang, demensia.
8. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan
kehilangan refleks abdomen.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan
ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G
(IgG).

5
2. CT Scan : gambaran atrofi serebral
3. MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan
mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.
4. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
5. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitif.

2.7 komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3. Infeksi saluran kemih
4. Konstipasi
5. Dekubitus
6. Edema pada kaki
7. Pneumonia

2.8 Diagnosa banding


a. Perkinson
b. GBS
c. Mestenia Gravis

2.9 Penatalaksaan
Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul
1. Farmakoterapi :
Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat
meningkatkan konduksi saraf.
Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin,
betaseron.
Baklofen sebagai antispasmodic
2. Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan
kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut.
3. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot.

2.10 Therapi
1. Obat
Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple Sclerosis 100%.
Obat obatan yang ada hanyalah menghambat interval serangan, sedikit
mengurangi tingkat keparahan serangan,memperlambat progreifitas atau
perburukan MS. Obat yang biasa I berikan dokter adalah obat yang dapat
mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja. Misalnya, jika
gejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat
sakit kepala. Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk

6
memperlambat kerusakan yaitu Interferon beta-1a atau kortikosteroid.
Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara teratur seumur hidup.
Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala gejala influenza,
seperti sakit kepala, demam dan myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu
ini akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama
beberapa jam.efek samping yang lain adalah moon face, wajah terlihat
menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan gemuk,insomnia (sulit
tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan perasaan tertekan (depresi
ringan).
2. Bed Rest
Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami
serangan baik serangan kecil maupun erangan hebat.lamanya istirahat
tergantung kondisi penderita,semakin hebat serangan yang di alami semakin
lama waktu istirahat yang diperlukan.istirahat ini bisa dilakukan di
rumahsakit atau dirumah sendiri.
3. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk
Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi
penderita MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah
menjalani pengobatan dengan transplantasi sel induk dari sum sum tulang
belakangnya sendiri (sebelum pengobatan tersebut kehidupan penderita dari
amerika terjebak dalam kursi roda lumpuh total setelah pengobatan meskipun
tidak 100% sembuh,ia akhirnya dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).
Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan
100%,serta mengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat
dalam,namun setidaknya pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru
bagi sebagian kecil penderita MS.

BAB III
PATHWAY

Faktor predisposisi: virus, respon autoimun dan genetik

Edema dan degenerasi mielin

Diemielinisasi yang mengkerut menjadi plak

7
Lesi sclerosis multiple terjadi pada substansia SSP

Demilenasi

Terhentinya alur impuls saraf

Saraf optic dan Serebelum dan batang Serebrum Medulla


khiasma otak spinalis
Disfungsi
Gangguan
serebral
penglihatan Nistagmus Lesi kortiko Gangguan
spinalis sensorik,
Resiko tinggi trauma Ataksia serebral Hilangnya daya kelemahan
ingat dan dimensia
gangguan afek spastic anggota
gerak
Kerusakan
Disartia
komunikasi
verbal Hambatan
mobilitas fisik

Perubahan eliminasi Tirah baring lama


Perubahan Eforia; kehilangan
urinarius, risiko
kemampuan kemampuan menyelesaikan
terhadap disfungsi
merawat diri masalah; perubahan
seksual
sendiri mengawasi keadaan yang
kompleks dan berfikir Resiko tinggi
abstrak; emosi labil, kerusakan integritas
Defisit Koping keluarga tidak
pelupa, apatis; loss deep jaringan
perawatan efektif, perubahn peran
memory dalam keluarga
diri( makan,
minum,
berpakaian,
hyegiene), Perubahan proses fikir,
perubahan kerusakan interaksi social,
nutrisi koping tdk efektif
BAB IV
kurang dari
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MULTIPLE SKLEROSIS
kebutuhan
tubuh
Contoh kasus :

Seorang perempuan berusia 25 tahun, mengeluhkan hilangnya penglihatan mata


kiri selama 48 jam, dengan nyeri sekitar mata kiri saat menggerakan mata. Pada
keadaan yang terburuk,visus mata kiri adalah 6/60 dan mata kanan normal. Pada

8
mata kiri, penglihatan warna berkurang dan terdapat defek pupil aferen relatif.
Gejala ini membaik dalam 4 minggu. Dua tahun kemudian, kaki kirinya mati rasa.
Dalam waktu satu minggu, rasa baal menyebar ke kaki kanan dan meluas sampai
pinggang, tidak melibatkan perinium. Pemeriksaan saat itu menunjukan defek
pupil aferen relatif pada mata kiri, walaupun ketajaman penglihatannya normal,
dan funduskopi menunjukan diskus optikus yang pucat. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan Suhu : 36,5 C, Berat Badan : 60 kg, Tinggi Badan : 160
cm, Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 98 x/mnt, RR : 24 x/mnt

Pengkajian

Tanggal : 5 Mei 2015


Jam : 12.45 WIB
Tempat : RSUD Jombang
Pengkajian Data
Identitas Klien

Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kalimas Rt/Rw : 01/01, Ngaliyan Jombang
No. Reg : 0428
Tgl. Mrs : 03 Mei 2015
Diagnosa : Multiple Sklerosis

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

A. Keluhan Utama : Mati rasa rasa pada kaki


B. Riwayat penyakit sekarang
25 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kirinya hilang
namun setelah 4 minggu mulai membaik. Setelah 2 tahun kemudian
pasien mengeluh kaki kirinya mati rasa diikuti oleh kaki kanan dan
meluas sampai pinggang,kemudian oleh anggota keluarga dibawa ke
Rumah Sakit.

9
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu
2 tahun yang lalu pasien pernah menderita gangguan penglihatan pada
mata kiri dan membaik dalam waktu 4 minggu.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama.
E. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal klien dekat dengan tempat pembuangan


sampah dan sungai.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Tanda Tanda Vital


Suhu : 36,5 C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/mnt
RR : 24 x/mnt
B. Keadaan umum pasien : pasien tampak
C. Pemeriksaan Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas efektif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor

10
Auskultasi : vesikuler
b. Kardiovaskuler dan limfe
Wajah
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis normal
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula
sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal )

c. Persyarafan
Anamnesa

Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu
putih.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Saat klien diminta membuka mulut dan bersuara aaaa dan
diketukkan palu reflek di garis tengah dagu klien menutupkan
mulut dengan tiba tiba
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata
tertutup, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit

11
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan
berkataah.
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan
melawan tahanan.
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah.
Pemeriksaan rangsangan selaput otak
Kaku kuduk normal
Tingkat kesadaran
GCS: 9 (E4V5M0)
d. Perkemihan dan eliminasi uri
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi
maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : ada pembesaran kandung kemih
Palpasi : ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
e. Sistem pencernaan eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab , gigi tidak ada plak dan karies.
Tidak ada pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.
Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas
operasi.
Palpasi : abdomen teraba lunak

12
Perkusi : tidak ada acietes.
f. Sistem muskuloskeletel dan integumen.
Anamnesa
Ada kelemahan ekstremitas / sendi
Warna kulit : kering, tidak mengelupas dan bersisik.

5 5
Kekuatan otot

0 0

g. Sistem endokrin dan eksokrin


Anamnesa
Klien merasa lemah, pandangan kabur, berat badan menurun.
Kepala
Inspeksi : tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak),
rambut rontok
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada
nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : tidak ada edema non piting.
h. Sistem reproduksi
Perempuan
Payudara
Inspeksi : tidak ada luka dan bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan abnomal, dan tidak ada nyeri tekan
Axila
Inspeksi : tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak
ada tanda - tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
i. Persepsi sensori
Anamnesa

13
Ada penurunan tajam penglihatan, mata kabur, tinnitus (berdenging),
penurunan pendengaran.
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, adanya diskus optikus
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak
mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat
palpasi fosa kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus
frontalis dan fosa kanina

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : untuk mengungkapkan


adanya ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G ( IgG
), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
2. Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu
memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau
perubahan penyakit.
3. CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral
4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk
mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek pengobatan.
5. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung
kemih.
6. Pengujian neuropsikologik dapat diindikasikan untuk mengkaji
kerusakan kognitif

3.2 Analisa Data Pasien

DIAGNOSA :
DOMAIN :
KELAS :

Analisa Data Pasien

14
NS.
DIAGNOSIS : 1. Hambatan mobilitas
2.
(NANDA-I)

1. Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau lebih


DEFINITION: ektremitas secara mandiri dan terarah.
2.

1. Hambatan mobilitas
a. Perubahan cara berjalan
b. Kesulitan membolak balik posisi
c. keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan
DEFINING
motorik halus
CHARACTERI d. keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan
STICS motorik kasar
e. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
f. Ketidakstabilan postur
g. Pergerakan lambat

1. Hambatan mobilitas fisik


a. Intoleransi aktivitas
b. Fisik tidak bugar
c. Penurunan kekuatan otot
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
RELATED f. Kaku sendi
g. nyeri
FACTORS:

4.3 Intervensi

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

1. TERAPI - Tentukan MOBILITAS Keseimbangan (3)


LATIHAN : pembatasan
Definisi : Koordinasi (2)
MOBILITAS pergerakan dan
kemampuan
efeknya Perpindahan otot (3)
(0224) untuk bergerak

15
Definisi : - Monitor sengaja dalam Perpindahan sendi (3)
pergerakan ketidaknyamanan lingkungan
Performa posisi tubuh (3)
atau rasa sakit secara mandiri
tubuh baik
selama aktivitas dengan atau
aktif maupun
tanpa alat bantu
pasif untuk - Kaji rasa sakit

memelihara sebelum memulai


latihan
atau
mengembalika - Posisikan pasien
nfleksibilitas seoptimal dalam
melaklukan
pergerakan pasif
atau aktif

- Melakukan
PROM atau
bantu latihan
AROM

- Instruksikan
pasien atau
keluarga
bagaimana cara
yang sistematis
melakukan
PROM atau
AROM

- Dorong pasien
untuk mencoba
menggerakkan
badan sebelum
memulai ROM

- Pada saat
pergerakan, kaji
adanya rasa sakit,

16
kelelahan

- Motivasi untuk
tetap melakukan
pergerakan walau
ditempat tidur

3.3 Intervensi

Inisial Pasien :
Nama Mhs :
Tanggal :
Diagnosa Keperawatan :
Definisi :
NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

Def : Def :

3.4 Implementasi

No. diagnose
masalah Tgl/jam Tindakan paraf
kolaboratif

29-01-
2015

08.00

17
09.00

10.00

3.5 Evalusi

Masalah Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf


kep/kolaboratif

30-01-2015 S:

08.00
O : Tanda- tanda Vital
Suhu : C

18
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Tekanan Darah :
Nadi : x/mnt
RR : x/mnt
Skala :

A:
P : Rencana tindakan keperawatan
1,2,3 sampai 15 dilanjutkan

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp)
kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple
sclerosis secara umum dianggap sebagai autoimun dimana system imun tubuh

19
sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh
terhadap virus dan bakteri. Klasifikasi dari multiple sklerosis antara lain :
1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
2. Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
3. Secondary Progresssiv Multiple Sclerosis
4. Benign Multiple Sclerosis
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan
dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan
dengan factor genetic. Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
1. Kehamilan
2. Infeksi yang disertai demam
3. Stress emosional
4. Cedera
Klien perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan
pengobatan agar dapat menjaga kesehatannya.

5.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk
mengikuti terapi yang dianjurkan.

20

Anda mungkin juga menyukai