Kekuatan dan stabilitas budaya berasal dari kenyataan bahwa tiap individu
berpegang pada asumsi dasar untuk meratifikasi keanggotaannya dalam
kelompok.
Semua kelompok awalnya terbentuk dari peristiwa : kecelakaan lingkungan
(misalnya, ancaman mendadak yang terjadi dalam kerumunan orang dan
membutuhkan respon biasa), keputusan seorang pencetus untuk membawa
sekelompok secara bersama-sama dalam mencapai tujuan, atau peristiwa
yang diiklankan atau pengalaman yang menarik perhatian individu.
Model untuk memahami pembentukan pengelompokan dan budaya adalah
dengan mengamati bagaimana tahap formatif individu dalam melakukan
tindakan tetapi juga mengerti apa yang terjadi setelah tindakan yang
dilakukan kelompok sebagai respon dari kelompok.
Untuk memahami arti dari pengelompokan, seseorang harus menghubungkan
pengalaman dan arti dari pengalaman tersebut. Penghubungan tersebut
sebagai tindakan individu, motivasi individu untuk memimpin dan
konsekuensinya.
Tahap evolusi kelompok tediri dari,
1) Group formation: memiliki asumsi dominan yang bergantung ketika
pemimpin tahu apa yang harus dilakukan. Fokus sosioemosional dari
tahap ini adalah orientasi diri yang fokus pada isu-isu emosional
inklusi, kekuasaan dan pengaruh, penerimaan dan keakraban serta
identitas dan peran.
2) Group building: Memiliki asumsi dominan fusi bahwa kelompok besar
memiliki kesamaan satu sama lain. Fokus sosioemosional kelompok
sebagai objek ideal (fokus emosional pada harmoni/keseimbangan,
kesesuaian dan menelusuri keakraban. Perbedaan anggota tidak
dihargai).