Anda di halaman 1dari 11

NAMA : INDRAJID

NIM : G0C013025

PRODI : D3 Analis Kesehatan

KELAS : A

Soal dan jawaban .!!!

1. Bagaimana pendapat ulama wahbah al-Zuhailiy tentang prinsip dan kaidah fiqih ibadah
jelaskan ?
Jawab :
Pendapat ulama Wahbah al-Zuhailiy tentang prinsip dan kaidah fiqih. Ibadah Wahbah al-
Zuhailiy, adalah definisi yang diberikan oleh Imam Syafi'i, yaitu ilmu/pengetahuan tentang
hukum-hukum syara' yang amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci. Pendapat
Wahbah Zuhailiy tentang prinsip dan kaidah iqihf ibadah, sampai batas tertentu masih
mengikuti pola lama, tetap dibagi kepada empat bidang utama.Kitab yang pertama
mengikuti sistematika fiqih lama secara relatif total. Namun kitab yang kedua sudah
menggunakan istilah yang sedikit berbeda, bagian pertama tetap diberi nama Al-`Ibadah tiga
jilid, bagian kedua diberi nama Al Nazhariyyat al-Fiqhiyyah wa al-`Uqud wa al-Milkiyyah
wa Tawabi`uha dua jilid, bagian ketiga Al-Fiqh al-`Am satu jilid, dan bagian yang
keempat Al-Ahwal al-Syakhshiyyah dua jilid juga. Terhadap istilah dan sistematika yang
digunakan Wahbah dapat disimpulan:
a. adanya penggunaan istilah baru kelihatannya tidak mendorong Wahbah untuk mengubah
jumlah sistematika, karena pembagiannya masih tetap empat, sama seperti yang ada
dalam pembagian Imam Syafi`i.
b. dari segi isi, pada bagian yang kedua, sudah muncul istilah al-nazhariyyat al-
fiqhiyyah (teori-teori fiqih) yang dalam sistematika lama tidak ditemukan, dan memang
beliau sudah berupaya untuk memasukkan prinsip, asas dan teori-teori tentang akad
(obligasi) ke dalamnya, sehingga bagian ini sudah berbeda dengan fiqih lama, menjadi
lebih luas dan menjadi lebih padu. Pembahasan tentang teori akad sebelum membahas
tentang akadnya sendiri, dan merupakan upaya monumental, karena pembahasan tentang
akad tidak lagi bersifat lepas dan terpisah-pisah.Sudah ada upaya untuk mengikatnya
menjadi satu kesatuan yang bulat, yang didukung oleh teori dan prinsip-prinsip. Karena
itu akan sangat baik sekiranya pembahasan tentang prinsip dan teori ini tidak hanya
diberikan terhadap bidang perikatan (akad, obligasi), tetapi juga dimasukkan di bidang
ibadah, munakahat dan jinayat.
digunakan istilah yang relative baru, yang kelihatannya tidak digunakan dan
belum diusulkan oleh ulama lain pada masa sebelumnya. Lebih dari itu, isinya pun
kelihatannya relatif berbeda dengan kitab fiqih tradisional, telah diberi perluasan sebagai
berikut. Bab petama tentang Al-Hudud al-Syar`iyyah, bab yang kedua Al-Ta`zir, bab
yang ketiga, Al-Jinayat wa `Uqubatuha (Al-Qishash wa al-Diyyat), bab yang
keempat, Al-Jihad wa Tawabi`uh, bab yang kelima, Al-Qadha wa Thuruqu Itsbat al-Haq,
bab yang keenam, Nizham al-Hukm fi al-Islam. Bab yang terakhir ini beliau isi dengan
tiga pasal, pertama Al-Siyadah-Sulthah al-Tasyri` al-`Ulya fi al-Hukm al-
Islamiy (kekuasaan legislasi); yang kedua Sulthah al-Tanfidz al-`Ulya (kekuasaan
eksekutif) dan yang ketiga al-Sulthah al-Qadhaiyyah fi al-Islam (kekuasaan yudikatif).
Pembahasan ini berisi masalah-masalah yang sebelumnya tidak ada di dalam fiqih,
sehingga isi bab ini relatif sudah sangat luas sekiranya dibandingkan dengan fiqih lama.
Apa yang kita sebut sebagai hukum tata negara, termasuk sistem peradilan, sampai batas
tertentu sudah beliau bahas di dalam bagian ini.

2. Buatlah skema ruang lingkup kajian fiqih ibadah


Jawaban :

DIENUL ISLAM

QURAN & SUNNAH


Syariah

Amaliyah
Aqidah Aqidah
Tauhid: Risalah : Hablumminallah
Ahkam
Rububiyah Qudwah
Fiqih Hablumminannas
Uluhiyah Hablumminalalam
Asma wa Sifat

Ibadah Muamalah Munakahah Jinayah

Transaksi Siayasah

AQAD

3.Sebutkan hukum fiqih dan jelaskan !

Jawab :

1. Wajib (Fardlu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh pemeluk agama islam yang telah
dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa.
2. Sunnah/Sunnat
Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan
jika tidak dilaksanakan tidak berdosa.
Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain
sebagainya.
Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
- Sunah Muakkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti
shalat ied dan shalat tarawih.
- Sunat Ghairu Muakad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat
muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa
di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang
tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika
dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram).
5. Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan
mendapat dosa dan tidak mendapat pahala.
Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.

4. Buatlah skema proses terbentuknya hukum fiqih

Jawab :
5. Jelaskan perbedaan antara wajib dan sunnah dalam pandangan muhammadiyah dan berikan
contohnya pada wilayah ibadah mahdloh dan ghairu mahdloh !

Jawab :
Wajib
yaitu : Suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan mendapatkan siksa. Seperti shalat fardhu, puasa ramadhan,
mengeluarkan zakat, haji dan lainnya. Wajib ini menunjukkan perintah yang tetap.

Sunnah
yakni : Suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan
tidak mendapat siksa. Seperti shalat tahiyyatul masjid, shalat dhuha, puasa senin-kamis dan
lainnya. Sunnah ini menunjukkan perintah yang tidak tetap.
Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah
akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah,
adalah :
Wudhu,
Tayammum
Mandi hadats
Shalat
Shiyam ( Puasa )
Haji
Umrah
Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah.
misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain

6. apa yang di sebut dengan ijtihad ? bagaimana syarat seorang sebagai mujtahid?

Jawab :
Dari segi bahasa Ijtihad adalah mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan.
Sedangkan menurut istilah Ijtihad adalah mengerahkan segala potensi dan kemampuan
untuk menetapkan hukum-hukum syariat.
Syarat-syarat Mujtahid :
1. Mengetahui segala ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum.
2. Mengetahui masalah-masalah yang telah di ijmakan oleh para ahlinya
3. Mengetahui Nasikh dan Mansukh.
4. Mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya secara sempurna.
5. Mengetahui ushul fiqh.
6. Mengetahui rahasia-rahasia tasyrie (Asrarusyayariah).
7. Menghetahui kaidah-kaidah ushul fiqh.
8. Mengetahui seluk beluk qiyas.
7. apa yang di maksud dengan Tarjih ? Bagaimana metode muhammadiyah dalam menetapkan
suatu hukum fiqih ?
Jawab :
Tarjih menurut bahasa berarti melebihi sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah
menguatkan salah satu dalil atas dalil lainnya yakni memilih dalil yang kuat diantara dalil-
dalil yang nampaknya berlawanan. Dalil yang lebih kuat disebut Rojih dan dalil yang
lemah disebut dengan Marjuh. Tarjih ini terjadi dan digunakan setelah jalan yang
ditempuh melalui jama (megompromikan) tidak bias.

METODE-METODE PENETAPAN HUKUM ISLAM

Metode yang dimaksud di sini adalah cara, teori atau kerangka konseptual yang
dipergunakan para ulama dalam menetapkan hukum suatu persoalan. Metode-metode ijtihad
di kelompokan menjadi dua, yaitu metode yang disepakati berlakunya oleh jumhur ulama
(fuqaha dan usuliyyin) dan metode yang diperselisihkan di antara mereka. Metode yang
disepakati berlakunya adalah Ijmak dan Qiyas, sedangkan metode yang tidak disepakati
antara lain: istihsan, istishab, maslahah mursalah, urf, dan saddudz dzariah.

Ijmak
Definisi ijmak adalah kesepakatan seluruh mujtahid pada suatu masa terhadap suatu
hukum syara setelah wafatnya Rasulullah. Pengertian seperti ini mengindikasikan sebuah
masyarakat formal yang dihadiri para ulama yang berakhir dengan keputusan mufakat.
Qiyas

Menurut Ulama, Qiyas berarti menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nash kepada
kejadian lain yang ada nashnya pada nash hukum yang telah menetapkan lantaran adanya
kesamaan diantara dua kejadian itu dalam illat (sebab terjadinya) hukumnya.

Istihsan

Istihsan artinya memandang dan menyakini baiknya sesuatu. Menurut


Syatibi, Istihsan adalah memberlakukan kemaslahatan parsial ketika berhadapan dengan
kaidah umum, atau mendahulukan maslahah mursalah dari qiyas. Dapat disimpulkan bahwa,
istihsan adalah mengalihkan hukum sesuatu kepada hukum baru karena adanya alasan yang
lebih kuat, atau lebih sesuai dengan kemaslahatan umat manusia.

Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah adalah penetpan hukum berdasarkan kemaslahatan yang tidak didukung
oleh dalil nash secara terperinci, tetapi didukung oleh makna sejumlah nash. Metode
maslahah mursalah merupakan hasil induksi dari logika sekumpulan nash, bukan nash parsial
sebagaimana dalam metode qiyas.

Istishab

Secara etimologi, istishab artinya membandingkan sesuatu dan mendekatkannya. Dalam


kajian metode ijtihad, istishab adalah memberlakukan hukum asal yang ditetapkan
berdasarkan nash sampai ada dalil lain yang menunjukan perubahan hukum tersebut.

Urf

Secara etimologi, urf berarti sesuatu yang dipandang baik, yang dapat diterima akal sehat.
Menurut ulama usul fiqh, urf adalah kebiasaan mayoritas masyarakat baik dalam perkataan
maupun perbuatan.

Saddudz Dzariah

Secara bahasa saddudz dzariah berarti melarang jalan yang menuju kepada sesuatu. Para
ulama mendifinisikannya dengan mencegah sesuatu yang menjadi jalan kerusakan, atau
menyumbat jalan yang dapat menyampaikan seseorang pada kerusakan.

8. pertentangan dan konflik antar golongan dan organisasi dalam menetapkan suatu
permasalahan fiqih menjadi kompleksitas permasalahan, pertanyaanya mengapa terjadi
pertentangan tersebut?jelaskan!
Jawab :
Disebut Ikhtilaf Mahmud jika merupakan hasil ijtihad yang berlandaskan niat mencari
kebenaran dan memenuhi syarat dan adabnya, bahkan meskipun hasil ijtihad tersebut
keliru.Sebab Ikhtilaf Mahmud:

a. Perbedaan Tabiat & Latar belakang Seseorang

b. Perbedaan Sampai tidaknya dalil


sebab ini adalah yang paling banyak menjadikan perbedaan diantara para salaf, karena
menguasai seluruh hadits Nabi SAW itu tidak akan dapat dilakukan oleh seorangpun dari
umat ini
c. Perbedaan Kuat Lemah Dalil
Perbedaan dalam menilai kuat tidaknya suatu hadits. Maka yang menganggap kuat akan
beramal dengannya, sementara yang menganggap lemah akan beramal dengan hadits lain
yang berbeda maknanya.
d. Perbedaan Pemaknaan terhadap Lafadz Dalil
Bisa karena Lafadz asing : munabadzah, muhaqolah, urbun.
Bisa karena lafadz mempunyai banyak makna Contoh lafadz Quru.
Bisa karena diartikan makna hakiki dan makna majazy
e. Perbedaan metodologi dalam Istinbath Hukum
Dalam kajan Ushul Fiqh, kita mengenal bahwa setiap imam mempunyai prioritas yang
berbeda-beda dalam menentukan urutan dalil syarinya. Setelah mereka bersepakat
urutan pertama dan kedua adalah Al-Quran dan Sunnah, maka urutan berikutnya terdapat
banyak perbedaan. Bahkan ada sebuah dalil bagi madzhab tertentu yang mungkin tidak
dianggap oleh ulama madzhab lainnya.

9. jelaskan pengertian manzhab dan mengapa islam harus bermadzhab?


Jawab :
madzhab secara bahasa artinya jalan atau tempat berjalan. Secara istilah diartikan sebagai
cara seorang mujtahid dalam mengambil (istinbath) dari dalil Al-Quran ataupun al-hadits
yang berbeda-beda antara seorang mujtahid dengan mujtahid lain. Islam harus bermadzab
agar umat islam terhindar dari taqlid buta dan umat islam bisa mendudukan ketetapan
hukum sesuai fungsinya. Dimama terjadi perbedaan istinbath dalam hadits yang waktu itu
belum terkodifikasi secara sistematis. Sehingga ada Hadits yang diterima oleh satu
madzhab, sementara madzhab yang lain belum mendapatkannya.

10. apa yang di maksud dengan al-fiqh an-nazilah al-fiqh muashirah ?jelaskan! ada beberapa
tahapan dakam metodologi hukum fiqih kontemporer ? jelaskan
Jawab :
al-fiqh an-nazilah yang mana permasalahan fiqih disini mempunyai domain yang lebih luas
dari yang ada pada masa Rasulullah saw. Adapun al-fiqh al-mu`ashirah yang kita kenal
memilki cakupan yang lebih sempit dimana permasalahan yang dikaji sama sekali tidak
pernah ditemukan pada masa Rasulullah saw. Tahapan dalam metodologi hukum fiqih
kontemporer ada 3,yaitu:
1. diagnosis masalah (tahrir mahal an-niza) dan visualisasi masalah (tashawwur).
Sebuah kaedah yang sangat akrab sering kita dengar alhukmu ala syain farun an
tashawwurihi. Jika kita ingin mengetahui hukum sebuah masalah maka kita harus mem-
visual-kan masalah itu secara utuh. Agar hasil yang diharapkan juga tepat. Adapun yang
perlu divisualkan (tashawwur) adalah masalahnya dan kondisi yang berada di sekitar
masalah. Seperti jika seseorang ingin mengetahui hukum aborsi. Pertama ia harus
mengetahui proses aborsi itu dan kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan
aborsi. Jika ada yang kurang pada visualisasinya maka akan menimbulkan kesimpulan
yang tidak tepat.
2. membingkai masalah dengan fiqih (takyif al-fiqh)
Tahapan-tahapannya adalah:
meruju nash dan ijma yang ada tentang masalah tersebut, Ini dapat dilakukan dengan
melihat nash baik itu umum, khusus, manthuq, mafhum dan yang lainnya. Seperti
larangan memakan hewan yang mati terkena sentrum, karena bangkai tidak boleh
dimakan terdapat dalam Al Quran QS Almaidah 4.
jika tidak ditemukan maka lanjut pada tahapan berikutnya yaitu takhrij dimana
permasalahan yang ada diqiyaskan kepada masalah yang serupa yang pernah ada atau
penqiyasan pada pendapat ulama terdahulu. Seperti mengqiyaskan penyalinan mushaf
dalam CD/DVD, program komputer dan HP dengan upaya para sahabat mengumpulkan
atau mangkompilasikan al Quran.
3. Memberikan Hukum Masalah
Setelah kedua langkah di atas dipenuhi maka barulah kita masuk kepada tahap
menghukumi masalah. Diantara pertimbangan paling fundamen yang perlu diperhatikan
adalah hukum masalah tidak menyebabkan raibnya mashlahat tertinggi. Yang lebih
dikenal denganmaqashid syariah alulya.
Setidaknya ada beberapa poin yang harus menjadi pertimbangan ketika hendak
menghukumi masalah.
Menimbang antara maslahat dan madharat yang ada pada masalah.
Menimbang kondisi darurat dan kondisi masyarakat luas (umum al balwa)
Melihat realita adat, kebiasaan, tempat dan waktu.

Anda mungkin juga menyukai