Fisika
Fisika
Oleh :
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
Gambar diatas adalah gardu induk transmisi listrik tegangan bolak-balik. Transmisi listrik
jarak jauh dilakukan pada tegangan tinggi untuk mengurangi energi listrik yang hilang dan
menghemat biaya saluran. Oleh karena itu, pada gardu induk di dekat pusat pembangkit
dipasang transformator step-up untuk menaikkan tegangan dan pada gardu induk dekat
dengan pelanggan dipasang transformator step-down untuk menurunkan tegangan.
(1)
Beda potensial diantara dua titik pada sumber gaya gerak listrik bolak-balik
disebut dengan tegangan bolak-balik yang dilambangkan dengan V. karena itu,
tegangan bolak-balik (V) juga berubah terhadap waktu yang sesuai dengan persamaan
sebagai berikut :
(2)
(3)
Jika tegangan bolak-balik dipasang pada suatu rangkaian, maka arus yang
mengalir pada rangkaian juga merupakan arus bolak-balik yang berubah terhadap
waktu menurut fungsi sinus. Arus bolak-balik ini memiliki kecepatan sudut ( ),
periode (T) dan ferkuensi (f) yang sama dengan kecepatan sudut ( ), periode (T) dan
frekuensi (f) tegangan bolak-balik yang menimbulkannya, sehingga arus bolak-balik
dapat dinyatakan dengan pesamaan berikut ini :
(4)
(5)
Berikut adalah gambar dari arus bolak-balik dan tegangan sebagai fungsi waktu.
(a)
Gambar 3. (a) Arus listrik melalui penghantar, (b) grafik arus dan tegangan sebagai
fungsi waktu
Konsep fase, sudut fase dan beda fase biasanya digunakan untuk menyatakan
keadaan sesuatu yang mengalami pengulangan secara periodik dan konsep ini telah
dipelajari sebelumnya pada bahasan gelombang.
Pada arus dan tegangan bolak-balik, konsep fase, sudut fase dan beda fase ini
juga digunakan. Untuk persamaan , nilai
sudut disebut sudut fase yang umumnya dilambangkan dengan , yang dapat
dinyatakan dalam derajat atau radian. Sedangkan fase dapat dinyakan dengan periode
(T). Sebagai contoh, untuk arus , ketika sudut fase tersbut
radian, maka fase arus tersebut adalah . Arus bolak-balik dapat dinyatakan
dalam grafik arus terhadap waktu atau juga terhadap sudut fase seperti pada contoh
berikut :
Gambar 4. Grafik hubungan arus bolak-balik (I) dengan waktu (t) dan sudut fase ( )
(6)
Dengan :
: beda fase
Jika arus dan tegangan mempunyai beda fse maka arus bolak-balik dapat
( ) (7)
2. Diagram Fasor
yang digunakan untuk menetapkan sudut dan menyatakan nilai sesaat I atau V. Lihat
contoh diagram fasor untuk arus bolak-balik berikut ini.
Karena , maka :
(8)
(9)
Dengan :
Untuk menghitung nilai efektif dari arus bolak-balik secara matematika, maka
kita perlu mengetahui nilai rata-rata dari yang dapat ditentukan dari grafik
fungsi tehadap t. Seperti pada gambar berikut.
( )
[ ]
[ | | ]
[ ]
(10)
Dengan menggunakan cara yang sama, maka nilai efektif tegangan bolak-balik
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
(11)
Nilai efektif I dan V juga disebut sebagai nilai akar rata-rata kuadrat. Karena itu,
dalam istilah teknik digunakan lambang . Indeks rmsmerupakan
seingkatan dari root mean square. Jadi, dalam hal ini, dan .
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai arus dan tegangan bolak-balik dinyatakan
dalam nilai efektifnya. Sebagai contoh tegangan listrik 220 volt merupakan nilai efektif
tegangan bolak-balik yang berubah diantara nilai maksimum +310 volt dan -310 volt.
Pada dasarnya alat ukur listrik arus bolak-balik tidak menunjukkan nilai yang
sesungguhnya, melainkan nilai efektifnya. Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik
dapat diukur dengan menggunakan instrumen seperti amperemeter AC, dan
galvanometer AC untuk arus dan voltmeter AC untuk tegangan. Sedangkan untuk
melihat nilai yang sesungguhnya, misalkan nilai maksimumnya atau untuk mengetahui
tegangan puncak ke puncak yang sering disebut Vp-p dapat digunakan alat ukur yang
disebut dengan CRO yaitu singkatan dari Cathoda Rays Osciloskop atau dikenal pula
dengan istilah osiloskop.
Gambar 7. Osiloskop
Pada layar CRO dapat terlihat bentuk grafik dari arus atau tegangan bolak-balik
terhadap waktu. Pada prinsipnya, pada sebuah CRO terdapat tombol pengatur vertikal
(penguat tegangan) yang sering disebut volt/dive dan tombol pengatur horizontal yang
disebut sweeptime yang menyatakan lamanya waktu sapuan ke arah horisontal.
Misalkan tombol volt/dive menunjuk pada 1 volt yang artinya tinggi 1 kotak dalam
layar CRO tersebut menyatakan besarnya tegangan 1 volt sedangkan jika jika tombol
sweeptime menunjuk pada angka 20 ms yang berarti untuk menempuh 1 kotak
horizontal pada layar osiloskop membutuhkan waktu 20 mili sekon. Misalkan sebuah
tegangan sinusoidal arus bolak-balik pada layar osiloskop terlihat bahwa 1 gelombang
menempati 4 kotak ke arah horisontal dan 6 kotak ke arah vertikal (perhatikan gambar
berikut).
Gambar 8.(a) Tampilan pada layar osiloskop, (b) Pengukur arus dan tagangan
Apabila tombol pengatur menunjuk pada angka 2 volt dan pengatur horisontal
menunjuk pada angka 5 ms. Dapat diperoleh hasil pemnbacaan sebagai berikut :
Periode = T = 4 x 5 ms = 20 ms = 0,02 s
Sedangkan hasil pembacaan pada alat ukur arus atau tegangan bolak-balik
dapat dinyatakan dengan :
(12)
Dimana :
Contoh, gambar 6.(b) , dari skala yang terbaca alat ukur, kita dapat mencari nilai HP
sebagai berikut :
Gambar 9. Lambang rangkaian untuk (a) sumber tegangan AC, (b) resistor, (c) induktor
dan (d) kapasitor.
(a) (b)
Gambar 11.(a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu (b) diagram fasor
rangkaian resistor murni
Gambar 12. Daigram fasor dan grafik V,I=f( ) pada rangkaian resistif
Besarnya kuat arus yang melalui hambatan dapat dinyatakan dengan :
Jika (13)
b. Rangkaian Induktif
Secara sederhana, rangkaian induktif dapat digambarkan sebagai berikut.
Dimana
Sehingga,
(14)
Jika maka
atau (15)
Apabila kita lihat antara persamaan (kuat arus dalam induktor) dengan V
(tegangan sumber) terlihat bahwa arus listrik dengan tegangan listrik menjadi selisih
sudut fase sebesar atau . Jadi, pada rangkaian induktif, arus listrik mempunyai
fase yang berbeda dengan tegangan. Sesuai dengan persamaan V dan I di atas, maka
beda fase antara arus dan tegangan pada rangkaian induktif, tegangan (V) mendahului
arus (I) dengan beda fase sebesar atau . Keadaan ini dapat digambarkan dengan
diagram fasor dan grafik fungsi sudut fase dan arus tegangan sebagai berikut.
Gambar 14.(a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu, (b) diagram fasor
rangkaian induktor murni
Gambar 15. Daigram fasor dan grafik V,I=f( ) pada rangkaian induktif
Meskipun pada rangkaian induktif tidak terdapat resistor, tetapi pada rangkain ini
terdapat besaran yang mempunyai sifat yang sama dengan hambatan listrik, yaitu
reaktansi induktif. Apabila kita perhatika persamaan :
(16)
Dengan :
= resistansi induktif ()
= kecepatan sudut (rad/s)
= frekuensi sumber AC (Hz)
= induktansi induktor (H)
Dalam rangkaian indukutor, jika I menyatakan kuat arus yang mengalir pada
induktor, menyatakan reaktansi induktif, menyatakan tegangan maksimum,
dan menyatakan tegangan efektif tegangan sumber arus AC , berlaku hubungan :
(17)
Rangkaian kapasitif di atas terdiri dari sebuah kapasitor dengan kapasitas C dan
sebuah sumber tegangan bolak-balik. Tegangan yang dipasang pada kapasitor tersebut
berubah terhadap waktu sesuai dengan persamaan :
Sehingga arus listrik pada kapasitor dapat dinyatakan dengan laju perpindahan muatan
listrik pada keping kapasitor yang dapat ditentukan sebagai berikut.
Dimana
Maka,
(18)
Jika ( )
Maka,
Hal ini identik dengan , dimana identik dengan sebuah hambatan yang disebut
(19)
Dimana :
= reaktansi kapasitif ()
= kapasitas kapasitor (F)
Sesuai dengan persamaan I dan V di atas, maka pada rangkaian kapasitif, arus
mempunyai beda fase sebesar dengan tegangan. Dalam hal ini, arus (I)
mendahului tegangan dengan beda fase sebesar atau . Keadaan ini dapat
digambarkan dengan diagram fasor dan grafik fungsi sudut fase dan arus tegangan
sebagai berikut.
Gambar 17. (a) Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu, (b) diagram fasor
rangkaian kapasitor murni
Gambar 18. Daigram fasor dan grafik V,I=f( ) pada rangkaian kapasitif
Seperti juga pada rangkaian induktif, maka rangkaian kapasitif terdapat sebuah
besaran reaktansi yang disebut rangkaian kapasitis dan besarnya dapat ditentukan
sebagai berikut.
(20)
Dengan :
= reaktansi kapasitif ()
= kapasitas kapasitor (F)
Setelah kita mengetahui rangkaian resistif, induktif dan kapasitif, maka dalam hal
ini akan membahas karakteristik rangkaian yang terdiri dari gabungan komponen-
komponen resistor, induktor dan kapasitor, yaitu rangkaian seri resistor (R) dengan
induktor (L), rangkain seri resistor (R) dengan kapasitor (C),serta rangkaian seri resistor
(R), induktor (L) dan kapasitor (C).
arus, sedangkan tegangan induktor mendahului arus dengan beda fase sebesar .
keadaan ini dapat digambarkan dengan diagram fasor sebagai berikut
Jadi,
(21)
Dengan :
(23)
Besarnya sudut pergeseran antara arus dan tegangan pada rangkaian RL seri tidak lagi
sebesar , melainkan kurang dari , dimana tegangan mendahului arus.
Seperti juga pada rangkaian R-L seri, ketika gabungan seri antara resistor (R)
dengan kapasitor (C) dipasang ada sumber tegangan bolak-balik, maka arus listrik (I)
akan mengalir pada kedua komponen tersebut dan di antara kedua ujung komponen
terjadi tegangan VR dan VC. VR. Merupakan tegangan di antara ujung-ujung resistor dan
VC merupakan tegangan di antara ujung-ujung kapasitor. Tegangan resistor mempunyai
fase yang sama dengan arus, sedangkan tegangan kapasitor tertinggal oleh arus dengan
beda fase sebesar . keadaan ini dapat digambarkan dengan diagram fasor sebagai
berikut :
Jadi,
(24)
atas dinamakan impedansi rangkaian R-C seri, yaitu merupakan ukuran hambatan
rangkaian terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut (arus AC). Biasanya
inpedansi dinyatakan dengan Z. Sehingga pada rangkaian R-C seri berlaku persamaan
berikut :
(25)
Dengan :
Selain itu, beda fase antara arus (I) dengan tegangan (V) pada rangkaian R-C seri
dapat ditentukan dengan hubungan sebagai berikut :
(26)
Besarnya sudut pergeseran antara arus dan tegangan pada rangkaian RC tidak lagi
sebesar , melainkan kurang dari dimana tegangan tertinggal terhadap arus.
Ketika gabungan seri antara resistor (R) dengan induktor (L) dan kapasitor (C)
dihubungkan ke sumber teganagn AC, maka akan mengalir arus pada masing-masing
komponen dan di antara ujung-ujung induktor timbul tegangan VL dan di antara ujung-
ujung kapasitor timbul tegangan VC. Dalam hal ini tegangan resistor mempunyai fase
yang sama dengan arus, tegangan induktor mendahului arus dengan beda fase , dan
tegangan kapasitor tertinggal oleh arus dengan beda fase . Keadaan ini dapat
digambarkan dengan diagram fasor sebagai berikut :
Jika sudut kita pilih sebagai sumbu x, maka diagram fasor untuk I, VR, VL dan
VC dapat digambarkan dengan gambar di atas dan besarnya tegangan jepit pada
rangkaian seri RLC dapat dicari dengan menjumlahkan fasor dari VR, VL dan VC.
Sesuai dengan diagram fasor di atas, hubungan V, VR, VL, dan VC dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :
Dimana :
Besarnya arus yang melewati rangkaian RLC adalah sama sehingga besarnya tegangan
pada masing-masing komponen R,L dan C dapat dinyatakan dengan :
Maka,
Jadi,
(27)
(28)
besarnya yang disebut dengan impedansi rangkaian RLC yang disusun seri yang
dinyatakan dengan :
(29)
Dari diagram fasor terlihat bahwa antara tegangan dan arus terdapat beda sudut
fase sebesar , beda fase antara tegangan (V) dengan arus (I) pada rangkaian R-L-C
seri dapat ditentukan dengan hubungan sebagai berikut :
(30)
Karena arus yang mengalir pada semua komponen pada rangkaian R-L-C seri
adalah I, maka :
Sehingga diagram fasor pada rangkaian R-L-C seri dapat diganti dengan diagram
fasor impedansi Z, R, XL, dan XC seperti pada gambar di bawah ini.
(31)
(32)
(33)
Pada saat terjadi resonansi berlaku :
- Impedansi rangkaian bernilai minimun
Suatu rangkaian arus bolak-balik dalam hal ini rangkaian R-L-C seri, dapat
mengalami peristiwa resonansi. Rangkaian R-L-C seri berada pada keadaan resonansi
jika harga reaktansi induktif (XL) sama dengan harga reaktansi kapasitif (XC). Sehingga
keadaan ini XL-XC = 0. Atau impedansi rangkaian sama dengan hambatan (Z=R).
Berdasarkan hal tersebut, apabila suatu rangkaian R-L-C seri berada dalam keadaan
resonansi, maka rangkaian tersebut berperilaku sebagai rangkaian resistif murni.
Gambar 29. Resonansi dalam rangkaian RLC untuk tiga nilai R berbeda
Rangkaian RLC memiliki suatu frekuensi alami dari osilasi dan menganggap
pada rangkaian tersebut bekerja suatu pengaruh luar, yang di dalam kasus ini adalah
tegangan gerak elektrik bolak-balik yang diberikan dalam persamaan V = Vmax sin t,
dengan adalah frekuensi sudut dari gaya penggerak. Respons maksimum, Irms, terjadi
bila frekuensi sudut dari gaya penggerak tersebut persis menyamai frekuensi
alami 0 dari osilasi untuk osilasi bebas dari rangkaian tersebut.
Nilai menyatakan sudut alami 0 untuk rangkaian RLC, yaitu nilai Irms maksimum
terjadi jika frekuensi dari gaya penggerak adalah tepat sama dengan frekuensi
alami 0, yang dinyatakan:
= 0 (34)
Kondisi pada persamaan (34) disebut resonansi. Resonansi pada rangkaian RLC
ditunjukkan oleh Gambar.29, di mana grafik hubungan Irms terhadap untuk nilai-
nilai Vm, C, dan L yang tetap terjadi tetapi untuk tiga nilai R yang berlainan. Dalam
kehidupan sehari-hari kita menerapkan prinsip ini pada saat menyetel sebuah radio.
Dengan memutar kenop (tombol), kita menyesuaikan frekuensi alami 0 dari sebuah
rangkaian dalam radio dengan frekuensi dari sinyal yang dipancarkan oleh antena
stasiun, sampai persamaan (34) terpenuhi.
pemancar. Rangkaian resonansi pada radar, radio atau televisi tersebut dinamakan
dengan rangkaian penala yang terhubung ke antena dan peasawat penerima.
panjang gelombang radio yang diterima radio. Nilai kapasitansi pada kapasitor dalam
rangkaian sebuah radio dapat diubah. kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi yang
dapat diubah disebut kapasitor variabel
Setiap alat-alat listrik seperti halnya lampu, seterika listrik, kompor listrik
ataupun alat-alat elektronik misalnya TV, radio, komputer jika dinyalakan atau
dihidupkan beberapa lama akan memerlukan energi listrik. Energi yang diperlukan tiap
satuan waktu atau tiap detiknya disebut dengan daya.
Pada rangkaian arus searah, daya suatu rangkaian ditentukan oleh arus listrik
yang melalui suatu hambatan listrik. Demikan juga pada rangkaian arus bolak-balik.
Dalam hal ini, jika rangkaian arus bolak-balik terdiri dari induktor, resistor dan
kapasitor, maka induktor dan kapasitor murni tidak menimbulkan disipasi energi.
Resistorlah yang mendisipasikan energi listrik dan mengubahnya dalam bentuk kalor.
Besarnya energi listrik yang diubah menjadi kalor disebut daya.
Pada umumnya dalam rangkaian arus bolak-balik terjadi perbedaan sudut fase
antara arus dan tegangan. Apabila tegangan bolak-balik adalah , maka
arus bolak-balik dapat dinyatakan dengan . Daya sesaat pada
rangkaian dapat ditentukan sebagai berikut.
[ ][ ]
[ ]
[ ]
[ ( )]
[ ]
(35)
(36)
Dengan
(37)
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto,dkk.,2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XII (bse). Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemem Pendidikan Nasional
Sunardi & Irawan. 2006.Fisika Bilingual untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1 dan 2.
Bandung : CV.Yrama Widya
Supriyanto. 2007. Fisika Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Phibeta
Tipler. 2004. Physics for Scientist and Engineers. (softcopy-pdf)