KISTA OVARIUM
STASE MATERNITAS DI RUANGAN NIFAS RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh :
SRI SUHARTINI
1614901110196
Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi
uterus dalam rongga pelvis.
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah:
a. Memproduksi ovum
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri
atas sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi, kista ini tumbuh lambat dan
ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental
berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit (Smeltzer,2002).
Kista Ovarium adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang berlapis
epitel yang berisi cairan / semi cairan tubuh tidak normal didalam rongga suatu
organ (Priyatno, 2014).
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder
akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa
tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi (Price, Wilson,
2006). Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap
sebagai varian fisiologik.
Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau
pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan
nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring
dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
Peritonitis
Metabolism Luka
Gangguan
metabolisme
Deficit perawatan
Port dentri
Nyeri
Prognosis dari kista ovarium juga tergantung dari beberapa hal: stadium, jenis
histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista, umur penderita, ukuran kista
dan free disease interval. Kista yang timbul pada wanita usia reproduktif
umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak. Kista yang timbul pada wanita
menopause tidak boleh diabaikan karena merupakan gejala dari adanya tumor
patologis maupun ganas. Dari tipe kista: kalau kista jinak umumnya tidak
berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi untuk menjadi ganas. Sedangkan ,
kista ganas berbahaya, bila kista ganas terdeteksi pada stadium lanjut
maka survival rateakan semakin kecil
Pemeriksaan penunjang
(1) Laparaskopi yaitu pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat kista.
(2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
(3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat adanya gigi dalam kista.
(4) Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
Afektif
Berfokus pada diri Menyesal
sendiri Peka
Distress Perasaan tidak adekuat
Gelisah Putus asa
Gugup Ragu
Kesedihan mendalam Sangat khawatir
Ketakutan Senang berlebihan
Menggerutukkan gigi
Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Suara gemetar
Tremor
Tremor tangan
Wajah tegang
Simpatis
Anoreksia Lemah
Diare Mulut kering
Dilatasi pupil Peningkatan denyut nadi
Eksitasu kardiovaskuler Peningkatan frekuensi
Gangguan pernafasan pernapasan
Jantung berdevbar-debar Peningkatan refleks
Kedutan otot Peningkatan tekanan
darah Wajah memerah
Vasokontriksi superficial
Parasimpatis
Anyang-anyangan Letih
Diare Mual
Dorongan segera Nyeri abdomen
berkemih Penurunan denyut nadi
Gangguan pola tidur Penurunan tekanan darah
Kesemutan pada Pusing
ekstremitas Sering berkemih
Kognitif
Bloking pikiran
Cenderung menyalahkan oranglain
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
Konfulsi
Lupa
Melamun
Menyadari gejala fisiologis
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
Penurunan lapang persepsi
Preokupasi
2.2.6 Faktor yang berhubungan
ancaman kematian
ancaman pada status terkini
hereditas
hubungan interpersonal
kebutuhan yang tidak dipenuhi
konflik nilai
konflik tentang tujuan hidup
krisis maturasi
krisis situasi
pajanan pada toksin
penularan interpersonal
penyalahgunaan zat
perubahan besar mis., status lingkungan, ekonomi, kesehatan, fungsi peran
riwayat keluarga tentang ansietas
stressor.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri Akut (00132)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan
nyeri berkurang dengan kriteria :
1. Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2. Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5:tidak pernah, jarang,kadang-kadang,sering, atau selalu)
Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
( sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi nyeri pada
wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi nyeri, merintih dan menangis,
gelisah.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
a. Manajemen Nyeri: (Meringankan atau mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien)
b. Pemberian Analgesik : (Menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri)
c. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
d. Bantuan Analgesia : Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan
analgesic oleh pasien
e. Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan
memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik
atau terapeutik
Pengkajian
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
- Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respons pasien
- Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
- Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas , intensitas atau
keparahan nyerim dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
III. Daftar Pustaka
Nurarif A, dan Kusuma H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda NIC NOC, Edisi Revisi jilid 1 & 2.
Taylor, Cynthia M (2010). Diagnosis keperawatan : dengan rencana asuhan
keperawatan Ed.10. Jakarta : EGC.