Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM
STASE MATERNITAS DI RUANGAN NIFAS RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh :

SRI SUHARTINI

1614901110196

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

TAHAP PROFESI NERS


2016
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

1.1 Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1.1 Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi
uterus dalam rongga pelvis.

Ovarium biasa disebut dengan indung telur.Ovarium memiliki ukuran kurang


lebih sebesar ibu jari tangan. Kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
ovarium terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (cortex) dan bagian dalam
(medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel primordial. Pada medulla terdapat
pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh limpa (Anggun, 2012)

1.1.2 Fisiologi Ovarium

Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah:

a. Memproduksi ovum

Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior mengendalikan


(melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel
(FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis
mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH) dan sekresi
luteotrofin dari korpus lutenum.

b. Memproduksi hormon estrogen

Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai


sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah
besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen
penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan
perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat
fisik dan mental yang menandakan wanita normal.

c. Memproduksi hormon progesterone

Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang


dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium
menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi.

1.2 Konsep Penyakit Kista Ovarium


1.2.1 Definisi/deskripsi Kista Ovarium
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik.Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium.Dalam kehamilan
tumor ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor Ovarium yang cukup besar dapat menyebabkn kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam
panggul (Wiknjosastro,2005).

Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri
atas sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi, kista ini tumbuh lambat dan
ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental
berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit (Smeltzer,2002).

Kista Ovarium adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang berlapis
epitel yang berisi cairan / semi cairan tubuh tidak normal didalam rongga suatu
organ (Priyatno, 2014).

1.2.2 Etiologi Kista Ovarium


Menurut Eni (2009) faktor terjadinya Kista Ovarium yaitu :
a. Faktor reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini, kualitas yang rendah dan infetilitas,
Menars dini dan Menopouse yang terlambat meningkatkan resiko untuk
berkembangnya Kista Ovarium peningkatan insiden Kista Ovarium pada
wanita lajang, Biarawati dan wanita nulipara menunjukkan ovulasi yang
teratur yang tidak diselingi dengan kehamilan, meningkatkan predisposisi
wanita mengidap keganasan.
b. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon ektrogen pada terapi gejala menopause berhubungan
dengan peningkatan resiko insiden maupun tingkat moralitas Kista Ovarium.
Beberapa literatur menunjukan penggunaan terapu sulit hormon jangka
panjang (>5-10 tahun) mengakibatkan peningkatan resiko 1,5-2,0 kali lipat.
Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon
estrogen tanpa disertai progesteron. Peningkatan berat badan juga
memungkinkan terjadinya peningkatan resiko terjangkit penyakit ini.
c. Faktor Genetik
Pada umumnya Kista Ovarium bersifat sporadic/ tidak beraturan. Pada
familial/ hubungan keluarga dan herediter/ keturunan dilaporkan hanya 5-
10%. Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukan apakah
seorang wanita untuk mengidap Kista Ovariu, resiko pada wanita ini akan
meningkat menjadi 7%.
d. Faktor Lingkungan
Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap Kanker Ovarium
dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini kemungkinan berhubungan
dengan tingginya angka insiden Kista Ovarium

1.2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik) Kista Ovarium


a. Gejala akibat pertumbuhan
1) Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah
2) Mengganggu miksi atau defekasi
3) Tekanan tumor dapat menimbulkan obtipasi (bentuk konstipasi parah
biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus) atau edema pada tungkai bagian bawah
b. Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor menimbulkan gangguan terhadap patrun menstruasi. Menstruasi yang
datang terlambat dan disertai rasa nyeri, nyeri menstruasi hebat dan terus
menerus, dan serangan yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian
bawah.
c. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
1) Pendarahan, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
2) Perputaran tungkai
a) Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tungkai, yang menimbulkan
nyeri abdomen.
b) Perputaran tungkai nyeri mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
d. Terjadi infeksi pada Tumor Karena suatu hal yang terjadi infeksi kista ovarium
sehingga menimbulkan gejala infeksi.
e. Robekan dinding kista Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi
robekan sehingga isi kista tumpah kedalam ruang abdomen.
f. Degenerasi ganas kista ovarium Keganasan kista ovarium sering dijumpai :
1) Kista pada usia menarche
2) Kista pada usia diatas 45 tahun

1.2.4 Patofisiologi Kista Ovarium


Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan
FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal
sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari
normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus
menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik (Corwin, 2002).
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen
dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan
limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder
akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa
tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi (Price, Wilson,
2006). Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap
sebagai varian fisiologik.

Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau
pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan
nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring
dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

1.2.5 Patway Kista Ovarium

Degenerasi Infeksi ovarium


Ovarium
Cistoma ovari Histerektomi

Kurang informasi Pembesaran Coverektomi,


ovarium kistektomi

Kurang Rupture ovarium


pengetahuan
Resiko
Ansietas
perdarahan

Komplikasi peritonitis Gangguan perfusi


jaringan

Peritonitis
Metabolism Luka

Resiko Hipolisis asam Diskontinuitas


perdarahan laktat jaringan

Gangguan
metabolisme
Deficit perawatan

Port dentri
Nyeri

Resiko cedera Resiko infeksi

Reflek menelan dan Nervus Anastesi


muntah
Peristaltic usus
Resiko aspirasi

Absorb air di kolon


Konstipasi

1.2.6 Komplikasi Kista Ovarium


Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini ialah kista
tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi dari
kista ovarium yang dapat terjadi ialah (Prawirohardjo,2010)
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur-angsur menyebabkan kista
membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala- gejala klinik
yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri
diperut.Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya
kista yang berpotensi pecah.Pecahnya kist bisa menyebabkan pembuluh darah
robek dan menimbulkan terjadinya pendarahan (Hakimi, 1993).
2. Infeksi pada kista
Jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen.
3. Torsio ( Putaran tangkai )
Torsio atau putaran tangkai trjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5
cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum roduntum
pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark
peritonitis dan kematian.Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista,
karsinoma TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
wanita usia reproduksigejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat
abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.
4. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites dalam
hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa
menapouse sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan
bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tandatanda akut.

1.2.7 Prognosis Kista Ovarium


Prognosis untuk kista yang jinak baik. Walaupun penanganan dan pengobatan
kista ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil
pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk
pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka
kelangsungan hidup 5 tahun penderita kista ovarium stadium lanjut hanya kira-
kira 20-30%, sedangkan sebagian penderita 60-70% ditemukan dalam keadaan
stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut dengan silent killer.

Prognosis dari kista ovarium juga tergantung dari beberapa hal: stadium, jenis
histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista, umur penderita, ukuran kista
dan free disease interval. Kista yang timbul pada wanita usia reproduktif
umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak. Kista yang timbul pada wanita
menopause tidak boleh diabaikan karena merupakan gejala dari adanya tumor
patologis maupun ganas. Dari tipe kista: kalau kista jinak umumnya tidak
berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi untuk menjadi ganas. Sedangkan ,
kista ganas berbahaya, bila kista ganas terdeteksi pada stadium lanjut
maka survival rateakan semakin kecil

1.2.8 Penganan Medis Kista Ovarium


Dua prinsip dalam manajemen kista ovarium (Eni, 2009):
a. Sikap wait and see
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut
dengan sendirinya dalam 2-3 bulan semakin dini deteksinya semakin mudah
pengobatannya. Alternatif terapi dapat berupa pemberian pil KB dengan
maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya kista tidak akan tumbuh.
b. Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus
menstruasi/kista yang memiliki ukuran demikian besar. Kista yang ditemukan
pada perempuan menopouse/kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa
lebih-lebih sampai timbul perdarahan. Bentuk-bentuk pembedahan yang ada
dalam kebidanan, yaitu: laparatomi, histerektomi dan secsio caesarea.

Lebih lanjut penatalaksanaan kista ovarium menurut Setiati (2010) menyebutkan


bahwa :
a. Menggunakan kontrasepsi oral atau pil KB. Ini disebabkan oleh kemampuan
kontrasepsi ini dalam mencegah produksi sel telur. Ketiadaan sel telur di
dalam ovarium berarti tidak ada cairan yang dapat digunakan untuk mengisi
folikel.
b. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan tinggi.
c. Menjaga kebersihan sekitar daerah kewanitaan dilakukan untuk mencegah sel-
sel tumor berkembang oleh bakteri d. Menjalani pola hidup sehat seperti pola
makan yang baik dan berolahraga secara teratur. ovarium yang berukuran
kecil tidak menunjukkan gejala atau rasa sakit kecuali kalau kista tersebut
pecah atau terpuntir sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat di daerah
perut bagian bawah dan daerah tersebut menjadi kaku. Kista yang berukuran
besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala, seperti rasa sakit
pada panggul, sakit pinggang, sakit saat berhubungan seksual, serta
perdarahan rahim yang abnormal (Setiati, 2009).

1.3 Rencana asuhan klien dengan Penyakit Kista Ovarium


1.3.1 Pengkajian
Identitas
a. Identitas pasien
b. identitas penanggung jawab
Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
Pemeriksaan fisik: Head To toe

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.


a. Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
b. Mata
a) Sklera : ikterik/tidak
b) Konjungtiva : anemis/tidak
c) Mata : simetris/tidak
c. Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
e. Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
a. Adanya konstipasi
b. Susah BAK

Pemeriksaan penunjang
(1) Laparaskopi yaitu pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat kista.
(2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
(3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat adanya gigi dalam kista.
(4) Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri Akut (00132) (Diagnosis Keperawatan 2015-2017)
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi aytau diprediksi.
2.2.2 Batasan karakteristik
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis., skala
Wong-Backer FACES, skala analog visual, skala penialaian numeric)
Mengekspresikan perilaku (mis.,gelisah, merengek,menangis,waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Sikap melindungi area nyeri
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Agens cedera biologis (mis, infeksi, iskemia, neoplasma)
Agens cedera fisik (mis, abses, amputasi, luka bakar, prosedur bedah,
trauma)
Agens cedera kimiawi ( mis, luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agen
mustard).

Diagnosa 2: Ansietas (00146) (Diagnosis Keperawatan 2015-2017)


2.2.4 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom
(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
istyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
2.2.5 Batasan karakteristik
Perilaku
Agitasi
Gelisah
Gerakan ekstra
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
Penurunan produktifitas
Perilaku mengintai
Tampak waspada

Afektif
Berfokus pada diri Menyesal
sendiri Peka
Distress Perasaan tidak adekuat
Gelisah Putus asa
Gugup Ragu
Kesedihan mendalam Sangat khawatir
Ketakutan Senang berlebihan
Menggerutukkan gigi

Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Suara gemetar
Tremor
Tremor tangan
Wajah tegang

Simpatis
Anoreksia Lemah
Diare Mulut kering
Dilatasi pupil Peningkatan denyut nadi
Eksitasu kardiovaskuler Peningkatan frekuensi
Gangguan pernafasan pernapasan
Jantung berdevbar-debar Peningkatan refleks
Kedutan otot Peningkatan tekanan
darah Wajah memerah
Vasokontriksi superficial

Parasimpatis
Anyang-anyangan Letih
Diare Mual
Dorongan segera Nyeri abdomen
berkemih Penurunan denyut nadi
Gangguan pola tidur Penurunan tekanan darah
Kesemutan pada Pusing
ekstremitas Sering berkemih

Kognitif

Bloking pikiran
Cenderung menyalahkan oranglain
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
Konfulsi
Lupa
Melamun
Menyadari gejala fisiologis
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
Penurunan lapang persepsi
Preokupasi

2.2.6 Faktor yang berhubungan
ancaman kematian
ancaman pada status terkini
hereditas
hubungan interpersonal
kebutuhan yang tidak dipenuhi
konflik nilai
konflik tentang tujuan hidup
krisis maturasi
krisis situasi
pajanan pada toksin
penularan interpersonal
penyalahgunaan zat
perubahan besar mis., status lingkungan, ekonomi, kesehatan, fungsi peran
riwayat keluarga tentang ansietas
stressor.

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri Akut (00132)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan
nyeri berkurang dengan kriteria :
1. Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2. Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5:tidak pernah, jarang,kadang-kadang,sering, atau selalu)
Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
( sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi nyeri pada
wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi nyeri, merintih dan menangis,
gelisah.


2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
a. Manajemen Nyeri: (Meringankan atau mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien)
b. Pemberian Analgesik : (Menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri)
c. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
d. Bantuan Analgesia : Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan
analgesic oleh pasien
e. Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan
memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik
atau terapeutik
Pengkajian
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
- Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respons pasien
- Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
- Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas , intensitas atau
keparahan nyerim dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga

- Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum , frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi
obat tersebut (misalnya , pembatasan aktivitas fisik , pembatasan diet)
dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
- Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid
(misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis)
- Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
- Manajemen Nyeri (NIC) :
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan-balik
biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, atau kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan
nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama penggunaan
tindakan peredaan nyeri yang lain.
Aktivitas Lain
- Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan
efek samping
- Bantu pasien mengidentifikan tindakan kenyamanan yang efektif di
masa lalu, seperti , distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin
- Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tidakan sebagai
berikut:
- Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi Ganti linen
tempat tidur, bila diperlukan
- Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang
mendukung
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
aktivitas perawatan.
- Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio,
tape dan interaksi dengan pengunjung
- Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons pasien
terhadap analgesic (misalnya Obat ini akan mengurangi nyeri Anda)

Diagnosa 2: Ansietas (00146) (Diagnosis Keperawatan 2015-2017)


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh nukti tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas,
konsentrasi, dan koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5; tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering atau selalu):
-Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
-Mempertahankan performa peran
-Memantau distorsi persepsi sensori
-melakukan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas.
Pasien akan meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami
kecemasan
Pasien akan memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal.

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik
pasien.
Rasional : Mengetahui seberapa cemas yang pasien alami saat itu.
2. Kurangi stressor (termasuk membatasi akses individu pada pasien jika sesuai
Rasional : seminimal mungkin jika memungkin untuk menciptakan iklim
yang tenang dan terapeutik.
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan terhadap
kecemasan yang dirasakannya.
Rasional : Perawat dapat mengetahui faktor penyebab kecemasan pasien
4. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Relaksasi dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dirasakan
pasien.











III. Daftar Pustaka
Nurarif A, dan Kusuma H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda NIC NOC, Edisi Revisi jilid 1 & 2.

Taylor, Cynthia M (2010). Diagnosis keperawatan : dengan rencana asuhan
keperawatan Ed.10. Jakarta : EGC.

Wilkinson. J. M dan Ahern.N.R .(2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,


Edisi 9. Penerbit buku kedokteran :EGC

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-ikamerdeka-6744-2-babii.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-titienangg-5160-2-bab2.pdf





Banjarmasin, Maret
2017


Preseptor Preseptor klinik,


akademik,

(.........................
(......................... ...........................
........................... .............)
.............)

Anda mungkin juga menyukai