Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana yang terdiri dari bagian-bagian struktur sebagai susunan (model, tata
letak) suatu bangunan. Bangunan tersebut dikelompokkan kedalam beberapa
kelompok yaitu bangunan gedung (kantor, rumah sakit, rumah), bangunan
transportasi (jembatan, rel kereta api, terminal), bangunan air (bendungan, saluran
irigasi), dan bangunan khusus (seperti anjungan lepas pantai). Bangunan gedung
merupakan wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan usaha maupun kegiatan khusus.
Untuk mencapai hasil bangunan gedung yang baik tentu dibutuhkan berbagai
sumber daya. Sumber daya tersebut meliputi material, peralatan, modal dan
manusia. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat substantive pada
pelaksanaan proyek konstruksi. Hal tersebut dikarenakan peran sumber daya
manusia sangat dominan dimana SDM merupakan motor penggerak paling utama
dalam melaksanakan segala kegiatannya untuk mencapai tujuan (Atmaji, 2011).
Manusia yang merupakan tenaga kerja bagi sebuah proyek konstruksi
bangunan kadang kala sering diabaikan sebagai asset yang berharga. Tak jarang,
sebuah proyek konstruksi bangunan hanya menganggap bahwa tenaga kerja
sebagai beban yang harus ditekan untuk mengurangi biaya dalam produksi. Namun
hal tersebut kurang tepat. Pekerja konstruksi merupakan salah satu asset yang
sangat mendukung keberhasilan suatu proyek yang harus selalu dijaga dan
dikembangkan sehingga memberikan output yang optimal.
Tuntutan pada tenaga kerja seperti hal penguasaan teknologi baru, batasan
atau waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan terhadap hasil kerja, serta
perubahan dalam peraturan kerja dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan
pekerja.

1
Situasi yang menekan tersebut menyebabkan pekerja sering mengalami
kecemasan, kejenuhan sehingga mengakibatkan terjadinya stress.
Stress kerja adalah suatu kondisi dimana tuntutan terhadap pekerjaan
melebihi kemampuan dari pekerja sehingga menimbulkan reaksi negative terhadap
fisik, psikologis, maupun prilaku pekerja. Stress lebih sering dihubungkan dengan
tuntutan dan sumber daya. Tuntutan tersebut seperti tanggung jawab, pressure,
kewajiban, atau bahkan ketidakpastian yang dihadapi pekerja di tempat kerja.
Sedangkan sumber daya adalah hal hal atau benda yang dapat difungsikan oleh
individu untuk memenuhi tuntutan.
Linda dalam Ibem dkk (2011) juga mengidentifikasikan bahwa sifat proses
produksi yang terjadi di industri konstruksi menjadikan pekerjaan konstruksi
berbahaya dan penuh dengan resiko sehingga dapat mengakibatkan stress. Selain
itu, jumlah kasus stress kerja yang terjadi di Proyek konstruksi meningkat setiap
tahunnya. Umumnya pada Konstruksi bangunan gedung yang memiliki
kompleksitas pekerjaan yang tinggi dan intensitas kerja yang begitu berat
menimbulkan stress kerja pada pekerja konstruksi. Stress kerja tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya hari hilang kerja akibat kecelakaan kerja dan timbulnya
kesakitan. Kerugian yang dialami perusahaan akibat stress kerja juga tidak sedikit.
Kerugian yang begitu besar sebagai akibat dari kecelakaan, absenteisme, turnover
pekerja, dan kompensasi asuransi akibat stress kerja yang dialami pekerjanya.
Proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung saat ini sedang
dalam masa pembangunan, dimana para pekerja dituntut untuk tepat waktu dan
lebih cepat dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga hampir seluruh proyek
konstruksi di daerah ini di kejar deadline. akan tetapi kenyamanan ruang gerak
dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang pandangan serta tingkat
kebisingan di daerah ini menyebabkan pekerja konstruksi rentan sekali mengalami
stress kerja. Selain itu, teknologi yang sangat terbatas dan sumber daya manusia
yang masih rendah juga menyebabkan pekerja konstruksi di Kabupaten Badung
mengalami stress. Hal ini tentu akan berdampak terhadap produktifitas pekerja
dan hasil kinerja dari proyek konstruksi tersebut.

2
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu diidentifikasi tentang
fakor-faktor apa saja yang mempengaruhi job stress pada pekerja konstruksi
gedung di Kabupaten Badung sehingga pemimpin proyek dapat mengantisipasi
lebih dini permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan stres pada pekerja proyek
konstruksi di Kabupaten Badung?
2. Apa faktor dominan penyebab terjadinya stres pada pekerja proyek
konstruksi di Kabupaten Badung?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor penyebab stres kerja pada
pekerja konstruksi menggunakan analisis faktor.
2. Untuk mengetahui apa faktor dominan penyebab terjadinya stres kerja pada
pekerja konstruksi.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dikaji ini adalah untuk memberikan pemikiran
yang substantif kepada pemimpin proyek sehingga bisa mengetahui gejala stress
(stressor) pada pekerjanya dan dapat lebih segera dalam mengambil tindakan
preemptive untuk bisa lebih memotivasi dan mendorong semangat kerja yang
pengaruhnya sangat berdampak terhadap produktivitas kerja. Dari penelitian ini
juga bermanfaat bagi lingkungan akademik berupa pengembangan teori dan

3
untuk pengembangan ilmu sebagai hasil karya dalam menambah wawasan
pengetahuan yang dapat lebih memperluas wawasan mengenai stress kerja.

1.5 Batasan Masalah


Adapun yang menjadi batasan masalah tugas akhir ini adalah :
1. Objek penelitian dilakukan di Kabupaten Badung.
2. Penelitian akan difokuskan hanya pada proyek konstruksi gedung.
3. Penelitian dilakukan pada proyek konstruksi yang sedang berjalan.
4. Dalam kajian penelitian ini, responden yang akan diinklusikan adalah tukang,
dan pembantu tukang

4
5

Anda mungkin juga menyukai