Oleh :
Kelompok 1
Fatimah 1414051038
Indrajati 1414051048
FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITASLAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN
Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, alpokat, kacang
tanah, dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak. Lemak
dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisible fat).
Sedangkan lemak dan minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau
bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai minyak biasa atau lemak
kasat mata (visible fat) (Ketaren, 1986).
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan merupakan suatu hal
yang penting dilakukan dalam rangka dapat dilakukan dengan alat
ekstraktor Soxhlet. Kadar lemak merupakan kandungan lemak yang
terdapat dalam bahan pangan, untuk mengetahui kadar lemak harus
terlebih dahulu diteliti kadar airnya. Ekstraksi dengan alat Soxhlet
merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan
dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak,
bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain
memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan
mempengaruhi dalam perhitungan. Namun pada praktikum yang akan
dilakukan, bahan snegaja tidak dikeringkan terlebih dahulu agra nantinya
dapat dibandingkan hasil perhitungan anlalsis kadar lemak pada bahan
yang basah dnegan bahan yang kering. (Ketaren, 1986).
Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air.Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti
kloroform,eter dan benzen. Unsur penyusun lemak antara lain adalah
Karbon(C),Hidrogenn(H),Oksigen(O) dan kadang-kadang Fosforus(P)
serta Nitrogen(N). Molekul lemak terdiri dari empat bagian,yaitu satu
molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak.Asam lemak terdiri dari
rantai Hidrokarbon(CH) dan gugus Karboksil(-COOH). Molekul gliserol
memiliki tiga gugus Hidroksil(-OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi
dengan gugus karboksil asam lemak (Kusharto, 2000).
Minyak adalah lemak tak jenuh yang cair pada suhu kamar. Jika hanya ada
satu ikatan rangkap dalam molekulnya, maka dikenal sebagai lemak tak
jenuh tunggal; misalnya minyak zaitun. Jika ada lebih dari satu ikatan
rangkap, maka dikenal sebagai lemak tak jenuh ganda; misalnya minyak
canola. Lemak tak jenuh membantu menurunkan kadar kolesterol darah
sedangkan lemak jenuh berkontribusi pada pembentukan plak di arteri.
Lemak atau minyak tak jenuh biasanya berasal dari tumbuhan dan
mengandung asam lemak tak jenuh cis. Cis dan trans menunjukkan
konfigurasi molekul sekitar ikatan rangkap. Jika hidrogen berada pada
bidang atau sisi yang sama, ini disebut sebagai lemak cis; jika atom
hidrogen pada dua sisi yang berbeda, ini disebut sebagai lemak trans. Ikatan
rangkap cis menyebabkan kestabilan yang menjadikan minyak cair pada
suhu kamar (Muchtadi, 2010).
Dalam industri makanan, minyak terhidrogenasi secara artifisial untuk
membuat mereka semi-padat dan konsistensi yang diinginkan untuk banyak
produk makanan olahan. Selama proses hidrogenasi ini, gas ditiupkan
melalui minyak untuk memperkuat mereka, dan ikatan rangkap dari cis
dalam rantai hidrokarbon dapat dikonversi menjadi dua kali lipat obligasi di
trans-konformasi. Margarin, beberapa jenis selai kacang, dan shortening
adalah contoh artifisial terhidrogenasi lemak trans. Studi terbaru
menunjukkan bahwa peningkatan lemak trans dalam makanan manusia
dapat menyebabkan peningkatan kadar lipoprotein low-density (LDL), atau
kolesterol buruk, yang pada gilirannya dapat menyebabkan deposisi plak
di arteri, sehingga menyebabkan penyakit jantung. Banyak restoran cepat
saji baru-baru ini melarang penggunaan lemak trans (Muchtadi, 2010).
2.2. Metode Ekstraksi Lemak dan Minyak
Petroleum ether adalah bahan pelarut lemak nonpolar yang paling banyak
digunakan karena harganya relatif murah, kurang berbahaya terhadap risiko
kebakaran dan ledakan, serta lebih selektif untuk lemak nonpolar. Sebagian
lemak terdapat dalam keadaan terikat (secara erat) dengan protein atau
bahan-bahan lain, sehingga ekstraksi dengan pelarut tidak akan dapat
melarutkannya. Salah satu tingkat persiapan penentuan jumlah lemak secara
kuantitatif adalah pemecahan ikatan lipida dengan protein tersebut misalnya
dengan asam. Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga
terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang
lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar
Pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi lemak adalah heksan, ether
atau khloroform. Pemilihan pelarut yang paling sesuai adalah dengan
menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah
larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lemak
berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua
macam lemak. Contoh di bawah ini menunjukkan beberapa jenis bahan
pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lemak tertentu :
Senyawa trigliserida yang bersifat nonpolar akan mudah diektraksi dengan
pelarut-pelarut nonpolar, misalnya heksan atau petroleum ether. Glikolipida
yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar. Lesitin akan
mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alkohol. Fosfolipida
yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam khloroform yang
sedikit polar dan basa. Senyawa ini tidak larut dalam alkohol.
Karakteristik Jumlah
Warna, abu, dan konsistensi Normal
Kadar air maksimal (%) 3
Kadar abu maksimal (%) 2,7
Kadar lemak maksimal (%) 45-55
Kadar protein maksimal (%) 25
Kadar serat kasar maksimal (%) 2
Logam berbahaya
-Pb maksimal (ppm) 2
-Cu maksimal (ppm) 30
-Zn maksimal (ppm) 40
-As maksimal (ppm) 1
Afltoksin maksimal (ppb) 50
Sumber : Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 1992
2.5.3. Alpukat
Alpukat atau Avocado merupakan buah yang berasal dari Amerika
Tengah dan Meksiko. Ditempat asalnya buah dinamakan ahuacat
oleh bangsa Aztek dan pasukan Spanyol mulai masuk pada abad ke
16 dan memperkenalkan ke bangsa Eropa. Buah alpukat memiliki
bentuk yang lonjong membuat, memiliki kulit berwarna hijau tua
sampai ungu kecoklatan. Daging buah alpukat memiliki tekstur
yang sangat lembut dan memiliki warna hijau muda ( dekat kulit )
dan kuning ( dekat biji .
2.5.4. Dodol
Dodol ketan (dodol garut) adalah dodol yang terbuat dari bahan
baku tepung beras ketan. Tepung beras ketan digunakan sebagai
bahan baku pembuaatan dodol, karena beras ketan mengandung
amilopektin yang sangat tinggi sehingga mempunyai sifat lengket,
lentur dan elastis hal ini akan berpengaruh baik pada kualitas
elastisitas dan kelenturan dodol atau jenang.. Dodol mengandung
energi sebesar 395 kilokalori, protein 3 gram, karbohidrat 81,2
gram, lemak 5,7 gram, kalsium 12 miligram, fosfor 80 miligram,
dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam Dodol juga
terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan
vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Dodol, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 %
2.5.5. Sosis
Sosis merupakan makanan yang dibuat dari daging maupun ikan
yang telah dicincang, dihaluskan, diberi bumbu-bumbu, lalu
dimasukkan ke dalam pembungkus berbentuk bulat panjang
(casing) berupa usus hewan atau pembungkus buatan. Sosis dapat
dikonsumsi dengan memasak, tanpa dimasak, dengan atau tanpa
diasap. Daging segar dapat diolah oleh konsumen menjadi produk
olahan daging yang siap saji, seperti sosis (Prayitno, dkk., 2009).
Sosis Daging mengandung energi sebesar 452 kilokalori, protein
14,5 gram, karbohidrat 2,3 gram, lemak 42,3 gram, kalsium 28
miligram, fosfor 61 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu
di dalam Sosis Daging juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Sosis
Daging, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
III. BAHAN DAN METODE
IV.2 Pembahasan
Kadar lemak atau minyak pada suatu bahan pangan dapat dianalisis
kadarnya dengan tujuan untuk penilaian kualitas bahan pangan tersebut,
terutama pada standar kadar lemak yang seharusnya terkandung di
dalamnya. Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam
pelarut polar, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti benzene, heksana,
kloroform, dan lainnya. Lemak tersusun atas rantai hidrokarbon panjang
berantai lurus, bercabang atau membentuk struktur siklik. Pada suhu kamar
lemak berwujud padat dan berwarna putih kekuningan. Sebagai zat gizi,
lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung
asam lemak tidak jenuh. Penerapan kadar lemak dengan ekstraksi
menggunakan pelarut pada bahan merupakan analisa kadar lemak kasar
karena tidak hanyak lemak yang terekstraksi tetapi juga fosfolipid, asam
lemak bebas, dan pigmen larut lemak lainnya.
Analisa lemak kasar ada dua cara, yaitu cara kering dan cara basah. Salah
satu analisa lemak kasar dapat dengan menggunakan metode soxhletasi.
Cara kering digunakan untuk analisa bahan yang tidak mengandung kadar
air tinggi dan sampel dibungkus lalu diletakkan dalam thumble. Pada cara
ini, bahan yang akan dianalisa tidak boleh banyak mengandung air karena
bahan pelarut akan sulit masuk kedalam jaringan bahan sehingga hasil
ekstraksi kurang optimal (Sudarmadji, 1996).
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kadar lemak berat basah dan
berat kering dari setiap bahan-bahan hasil pertanian, seperti dodol,
chocholate spread, alpukat, peanut butter, dan sosis. Secara teori bahan-
bahan tersebut sudah adalah bahan-bahan dengan kandungan lemak atau
minyak yang cukup tinggi. Pengujian kadar lemak dilakukan dengan
metode ekstraksi soxhlet, Prinsipnya ialah ekstraksi menggunakan pelarut
yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena
pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang
dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju
ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah
pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk
ekstraksi senyawa yang tahan panas (Whitaker,1915).
Menurut Tejasari (2015), prinsip analisa lemak metode soxhlet modifikasi
adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak yaitu petroleum ether. Pelarut
yang digunakan untuk mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas
yang sama dengan lemak yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat
dilakukan secara terputus-putus. Thimble yang sudah terisi sampel
dimasukkan kedalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan
ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat
ekstraksi lemak mulai dipanaskan. Pelarut yang memiliki titik didih lebih
rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu
pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi,
ditunggu hingga pelarut turun kembali dan residu lemak akan dioven untuk
menguapkan sisa pelarut. Setelah itu ditimbang hingga mencapai berat
konstan kemudian dapat ditentukan persentase kadar lemaknya, yaitu nisbah
berat lemak terhadap berat sampel dikali 100%
Pada analisis kadar lemak chocholate spread, diketahui bahwa kadar lemak
(wb) pada fresh product sebesar 29,84 %, sedangkan kadar lemak (wb) dry
product sebesar 30,49 %. Besarnya kadar lemak (wb) buah alpukat pada
fresh product adalah sebesar 4,80 %, sementara pada dry product kadar
lemak (wb) alpukat adalah 58,50 %. Perbandingan lainnya dapat terlihat
pada besar kadar lemak (wb) pada fresh product sosis, yaitu sebesar 6,66 %
yang jauh lebih rendah dibanding kadar lemak (wb) pada dry product sosis
yang mencapai 21,38 %. Namun, dalam analisis ini, kadar lemak fresh
product pada peanut butter malah lebih besar dibanding pada dry product.
Hal tersebut dapat terjadi, karna pada product peanut butter yang basah
maupun yang kering tidak berbeda jauh sifatnya. Terlihat dari besarnya
kadar air kedua bahan yang tidak jauh berbeda, yaitu 1,29 % untuk produk
kering dan 0,65 % untuk produk basah. Selain itu, pada produk dodol, kadar
lemak pada dry product menunjukan hasil perhitungan yang negatif, dimana
berat bahan sesudah ekstraksi malah jauh lebih besar dibanding dengan
bahan awal. Terjadinya penyerapan air kembali pada cawan sebelum
ditimbang dapat menyebabkan hasil timbangan bahan akhir setelah dioven
malah lebih besar dibanding dengan yang sebelum dioven. Dari situ dapat
terlihat, penggunaan desikator dalam rangka mempertahankan kondisi
cawan penting dilakukan dan harus diperhatikan agra keslahan praktikum
seperti ini tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Kusharto M, Clara dan Suhardjo. 2000. Prinsip- Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius.
Bogor
Muchtadi, Tien R, dkk 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alafabeta. Bogor
Sudarmadji, Slamet. Et all. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry.
Eschenbach Printing Company. Easton
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN
Peanut
4 2,45 3,09 5,52
Butter
1. Chocolate Spread
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,40 g+3,00 g ) 5,39 g
= 3,00 g x 100% = 0,33 %
2. Alpukat
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,42 g+3,03 g )2,76 g
= 3,03 g x 100% = 88,78 %
3. Dodol
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,76 g+3,09 g ) 5,19 g
= 3,09 g x 100% = 21,36 %
4. Peanut Butter
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,45 g+3,09 g )5,52 g
= 3,09 g x 100% = 0,65 %
5. Sosis
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,45 g+3,00 g )3,72 g
= 3,00 g x 100% = 57,67 %
1. Chocolate Spread
( Be rat cawankosong + Berat ba h an )Berat sesudah dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 4,51 g+3,10 g ) 7,55 g
= 3,10 g x 100% = 1,94 %
2. Peanut Butter
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,43 g+3,10 g )5,49 g
= 3,10 g x 100% = 1,29 %
3. Dodol
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 2,45 g+3,01 g )5,57 g
= 3,01 g x 100% = - %
4. Sosis
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 3,04 g+ 2,97 g )5,91 g
= 2,97 g x 100% = 3,37 %
5. Alpukat
( Berat cawan kosong +Berat ba h an )Berat sesuda h dioven
%KA = Berat ba h an x
100%
( 1,51 g+3,03 g )4,39 g
= 3,03 g x 100% = 4,95 %
1. Chocolate Spread
W = 0,33 %
Berat air = 0,33 % x 25,03 gram
= 0,08 gram
S = 99,67 %
Berat padatan = 99,67% x 25,03 gram atau = (25,03 0,08)gram
= 24,95 gram = 24,95 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
7,47 g
= 25,03 g x 100 % = 29,84 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
7,47 g
= 24,95 g x 100 % = 29,94 %
2. Alpukat
W = 88,78 %
Berat air = 88,78 % x 25,02 gram
= 22,21 gram
S = 11,22 %
Berat padatan = 11,22% x 25,02 gram atau = (25,02 22,21)gram
= 2,81 gram = 2,81 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
1,20 g
= 25,02 g x 100 % = 4,80 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
1,20 g
= 2,81 g x 100 % = 42,70 %
3. Dodol
W = 21,36 %
Berat air = 21,36 % x 25,00 gram
= 5,34 gram
S = 78,64 %
Berat padatan = 78,64% x 25,00 gram atau = (25,00 5,34)gram
= 19,66 gram = 19,66 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
1,48 g
= 25,00 g x 100 % = 5,92 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
1,48 g
= 19,66 g x 100 % = 7,53 %
4. Peanut Butter
W = 0,65 %
Berat air = 0,65 % x 25,19 gram
= 0,16 gram
S = 99,35 %
Berat padatan = 99,35% x 25,19 gram atau = (25,19 0,16)gram
= 25,03 gram = 25,03 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
11,20 g
= 25,19 g x 100 % = 44,46 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
11,20 g
= 25,03 g x 100 % = 44,74 %
5. Sosis
W = 57,67 %
Berat air = 57,67% x 25,06 gram
= 14,45 gram
S = 42,33 %
Berat padatan = 42,33% x 25,06 gram atau = (25,06 14,45)gram
= 10,61gram = 10,61 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
1,67
= 25,06 x 100 % = 6,66 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
1,67
= 10,61 x 100 % = 15,73 %
1. Chocolate Spread
W = 1,94 %
Berat air = 1,94 % x 15,89 gram
= 0,31 gram
S = 98,06 %
Berat padatan = 98,06% x 15,89 gram atau = (15,89 0,31)gram
= 15,58 gram = 15,58 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
4,75 g
= 15,89 g x 100 % = 29,89 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
4,75 g
= 15,58 g x 100 % = 30,49 %
2. Peanut Butter
W = 1,29 %
Berat air = 1,29 % x 15,48 gram
= 0,20 gram
S = 98,71 %
Berat padatan = 98,71% x 15,48 gram atau = (15,48 0,20)gram
= 15,28 gram = 15,28 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
4,95 g
= 15,48 g x 100 % = 31,98 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
4,95 g
= 15,28 g x 100 % = 32,40 %
3. Dodol
W = 21,36 %
Berat air = 21,36% x 15,18 gram
= 3,24 gram
S=%
Berat padatan = % x gram atau = ()gram
= gram = gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
g
= g x 100 % = %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
g
= g x 100 % = %
4. Sosis
W = 3,37 %
Berat air = 3,37% x 15,06gram
= 0,51gram
S = 96,63%
Berat padatan = 96,63% x 15,06 gram atau = (15,060,51)gram
= 14,55 gram = 14,55gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
3,22 g
= 15,06 g x 100 % = 21,38%
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
3,22 g
= 14,55 g x 100 % = 22,13%
5. Alpukat
W = 4,95 %
Berat air = 4,95 % x 10,53gram
= 0,52 gram
S = 95,05%
Berat padatan = 95,05 % x 10,53 gram atau = (10,530,52)gram
= 10,01gram = 10,01 gram
Berat Minyak
% KL (wb) = Berat Ba h an x 100%
6,16 g
= 10,53 g x 100 % = 58,50 %
Berat Minyak
% KL (db) = Berat Padatan x 100%
6,16 g
= 10,01 g x 100 % = 61,54 %