Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK

IKHTISAR ARKEOLOGI ASIA SELATAN

DHARMA STAMBHA

OLEH:

Nengah Sri Wahyu Dewi (1601551015)


Dila Adityani Saputri (1601551018)
Ida Ayu Mahatrini (1601551019)

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

\
Dharma Stambha

Dinasti Mauria merupakan dinasti kerajaan pertama yang mampu menguasai hampir
seluruh daratan India yang berdiri atas usaha Chandragupta Mauria. Ia mengusir koloni-
koloni Yunani yang ditinggalkan pasukan Iskandar Agung. Pusat kerajaan ini berada di
Pataliputra. Raja terkenal dari dinasti ini adalah Raja Ashoka.

Pada zaman Maurya, akibat pengaruh kebudayaan Achaemenid, Persia, tampak pula
pengaruh Hellenisme. Seniman-pada saat itu beralih dari bahan teracotta untuk membuat
bangunan dengan menggunakan bahan baru. Karya seni Rupa yang dihasilkan pada zaman ini
berupa stambha, yaitu tanda peringatan yang terbuat dari batu (monolit). Stambha yang
terkenal pada masa ini adalah stambha kepala singa yang ditemukan di Sarnath, menunjukkan
adanya pengaruh Persia.

Pada masa dinasti Maurya (321-184 SM) patung Budha dibuat dalam bentuk simbol
yakni patung motif pohon bodhi, patung/ relief roda ajaran dan stupa. Para penganut budha
membuat patung-patung tersebut sebagai sarana pemujaan pada budha. Seni patung budha
tertua berupa tiang-tiang batu yang disebut stambha atau dharmastambha. Pada masa
pemerintahan raja Ashoka banyak didirikan stambha dengan tinggi 15 meter dari batu
tunggal.

Stambha yang menjulang itu masih bisa dijumpai di Bihar yang dibagun sekitar 241
SM. Ajakan untuk melaksanakan ajaran Budha dituliskan pada stambha. Pada bagian atas
atau puncak stambha terdapat makhota berupa binatang (lembu, singa atau gajah) dan
lempengan batu berelief dan kapitil.

Perkembangan seni patung India kian terasa pada masa awal masehi. Pada masa ini
orang India mulai bersentuhan dengan budaya luar yakni Yunani dan Romawi. Orang-orang
India belajar cara membuat patung dalam bentuk figur manusia yang lebih ditail pada bangsa
Yunani/ Romawi yang telah dulu memvisualisasi dewanya dalam bentuk patung. Pengaruh
patung Yunani/ Romawi itu terlihat pada patung-patung pada bagian utara-barat India.
Maharaja Ashoka yang Agung mendirikan hulu tiang yang menghiasi puncak Pilar
Ashoka untuk menandai titik tempat Buddha Gautama mengajarkan Dharma untuk pertama
kalinya, serta tempat di mana Sangha Buddha dibentuk. Aslinya terdapat empat Singa
asia berdiri saling membelakangi dan berdiri di landasan abakus melingkar yang dihiasi
ukiran relief timbul bergambar gajah, kuda, lembu, dan singa yang diselingi
ukiran Dharmacakra atau Cakra Ashoka. Di dasarnya dilandasi teratai berbentuk lonceng.
Tugu ini diukir dari satu batu utuh.

Keempat singa ini (satu terhalang dari pandangan) - melambangkan kekuatan,


keberanian, harga diri, dan keyakinan - berdiri di atas landasan abakus melingkar. Landasan
ini berukir hewan yang lebih kecil yang menjaga empat arah mata angin: singa di utara, gajah
di timur, kuda di selatan, dan lembu di barat. Landasan ini ditopang teratai mekar yang
melambangkan hulu sumber air kehidupan dan inspirasi kreatif. Versi yang digunakan dalam
lambang negara tidak memasukkan lapik atau landasan bunga teratai. relief di bawah singa
hanya menampilkan Dharmacakra di tengah dengan lembu di kanan dan kuda di kiri, serta
tepi Dharmacakra di ujungnya. Semboyan Satyameva Jayate dituliskan di
bawah lambang dalam aksara Dewanagari yang bermakna 'hanya kebenaran yang berjaya'.

Anda mungkin juga menyukai