Anda di halaman 1dari 7

HIPOTIROID

Hipotiroidism adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi


hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh
secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor geografik
dan lingkungan seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia
(Suhartono, 2012).

Hipotiroid adalah penyakit kekurangan tiroid. Kelenjar tiroid terletak di


tenggorokan di bawah laring. Fungsinya adalah untuk menghasilkan hormon tiroksin (T4)
dan triiodothyronine (T3), yang mengendalikan laju metabolisme. Dengan demikian,
anjing dengan hypothyroidism memiliki tingkat metabolisme di bawah normal.
Hypothyroidism, dalam banyak kasus, disebabkan oleh tiroiditis autoimun (juga disebut
tiroiditis limfositik), yang menghasilkan kerusakan jaringan tiroid. Tiroiditis autoimun
dikenal sebagai penyakit yang diturunkan. Idiopathic kelenjar tiroid atrofi merupakan
penyebab yang jarang pada hipotiroidisme. Penyebab kedua jenis kelenjar tiroid atrofi
tidak diketahui, tetapi faktor lingkungan dan makanan merupakan faktor yang mungkin
berkontribusi.

Hypothyroidism adalah masalah umum di anjing, tetapi penyakit ini jarang terjadi
pada kucing. Kelenjar tiroid terletak di leher dan memproduksi hormon yang
mempengaruhi banyak fungsi bagian tubuh. Walaupun penyakit tiroid pada kucing sering
menyebabkan kelebihan kerja pada kelenjar tiroid dan menghasilkan terlalu banyak
hormon, namun pada anjing dengan penyakit tiroid biasanya memiliki produksi hormon
tiroid rendah.

Kelenjar tiroid memiliki beberapa fungsi yang berbeda-beda, tetapi kelenjar ini
paling dikenal karena perannya dalam mengatur metabolisme dengan menghasilkan
hormon tiroid. Hypothyroidism adalah kondisi yang terjadi ketika hormon-hormon tiroid
tidak cukup diproduksi. Hypothyroidism menyebabkan berbagai gejala yang luas, tetapi
sering diduga pada anjing yang mengalami masalah dengan berat badan atau obesitas dan
yang menderita akibat rambut rontok dan masalah kulit.
Etiologi

Hypothyroidism adalah akibat dari gangguan produksi dan sekresi hormon tiroid.
Produksi hormon tiroid dipengaruhi oleh kelenjar pituitari, hypothalamus dan kelenjar
tiroid. Walaupun gangguan yang terjadi pada bagian mana saja di jalur hipotalamus-
hipofisis-tiroid dapat mengakibatkan hipotiroidisme, lebih dari 95% dari semua kasus
terjadi sebagai akibat kerusakan kelenjar tiroid. Sebagian besar kerusakan kelenjar tiroid
diduga disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh dari anjing itu sendiri yang membunuh sel-
sel kelenjar tiroid.

Hypothyroidism mungkin juga akibat dari atrofi jaringan tiroid dan resultan
infiltrasi dari jaringan oleh lemak atau diakibatkan oleh kanker. Hypothyroidism juga dapat
dikaitkan dengan adanya penyakit lain dan penggunaan obat tertentu. Kasus langka akibat
hipotiroidism congenital juga telah telah didiagnosa.
(Soewondo P, Cahyanur R., 2008)

Gejala Klinis

Hormon tiroid secara normal dibutuhkan untuk fungsi metabolisme seluler.


Kekurangan hormon tiroid mempengaruhi fungsi metabolisme dari seluruh sistem organ.
Akibatnya, gejala yang timbul biasanya bersifat variabel dan non-spesifik.

1. Perubahan pada Kulit dan Rambut;


Kering, rambut rapuh dan kulit yg berlapis ketombe, ini sering terjadi pada awal
timbulnya penyakit.
Rambut rontok, ini terjadi secara bertahap dan sering lapisan kulit anjing menjadi
tipis sebelum rambut mulai rontok. Kurangnya tiroid berarti siklus pertumbuhan
rambut dihentikan, sehingga rambut rontok.
Hilangnya rambut terjadi pertama di daerah yang sering terkena gesekan, misalnya
pada leher, jika anjing memakai ikat leher.
Tanda klasik lain dari hipotiroidism yang disebabkan oleh hilangnya rambut
adalah 'Rat Tail' (Rambut di ekor tipis dan dapat berakhir dengan kebotakan)
Hilangnya rambut bisa menjadi 'bilateral simetris' pada bagian flank. Ini merupakan
pola kehilangan rambut yang khas pada gangguan hormonal.
Infeksi kulit juga umum terjadi, dan dapat muncul kembali meskipun diobati
dengan antibiotik. infeksi kulit yang berulang kali merupakan suatu alasan untuk
melakukan uji terhadap hipotiroidism.
2. Lethargy dan Berat Badan;
Anjing menjadi diam dan pasif. Anjing juga kurang mampu untuk melakukan
exercise dan cepat capek.
Anjing akan bertambah berat badannya dan bisa menjadi gemuk meskipun makan
dalam jumlah normal.
3. Perubahan Neurologi;

Spektrum gambaran klinik hipotiroidism sangat lebar, mulai dari keluhan cepat
lelah atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma miksedema). Dewasa ini
sangat jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma miksedema (Syahbuddin S., 2009).
Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahan dingin,
berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan kejang otot. Pengaruh hipotiroidism
pada berbagai sistem organ dapat dilihat pada tabel di bawah :
(Purnamasari D, Subekti I., 2007)

Koma miksedema (gangguan kesadaran berat) merupakan salah satu keadaan klinis
hipotiroidism yang jarang dijumpai dan merupakan merupakan keadaan yang kritis dan
mengancam jiwa. Terjadi pada pasien yang lama menderita hipotiroidism berat tanpa
pengobatan sehingga suatu saat mekanisme adaptasi tidak dapat lagi mempertahankan
homeostasis tubuh. Koma miksedema ditegakkan dengan :
1. Tanda dan gejala klinis keadaan hipotiroidism dekompensata.
2. Perubahan mental, letargi, tidur berkepanjangan (20 jam atau lebih).
3. Defek termoregulasi, hipotermia.
4. Terdapat faktor presipitasi : kedinginan, infeksi, obat-obatan (diuretik, tranguilizer,
sedatif, analgetik), trauma, stroke, gagal jantung, perdarahan saluran cerna (Suhartono,
2012).
Diagnosa

Ada beberapa tes yang berbeda digunakan untuk mendiagnosa hipotiroidism pada
anjing. Tes yang dipilih akan tergantung pada gejala yang timbul (Syahbuddin S., 2005).

Tes T4 dasar: Tes paling umum digunakan adalah tes T4 dasar. Contoh darah diambil dan
diuji oleh radioimmunoassay untuk menentukan tingkat hormon tiroid T4 dalam aliran
darah. Hormon T4 hanya diproduksi di kelenjar tiroid dan anjing dengan kegagalan
kelenjar tiroid akan memiliki penurunan tingkat hormon ini. Namun, ada kondisi lain yang
dapat menyebabkan penurunan T4 jadi jika tes skrining hipotiroidism menunjukan hasil
positif maka tes lain perlu dilakukan untuk memastikan diagnosa.

T3 dasar: Tes skrining lain yang dapat dijalankan adalah uji T3 dasar. T3 merupakan
bentuk lain dari hormon tiroid yang ditemukan dalam aliran darah. Tes ini dapat digunakan
sebagai tes skrining, menggantikan T4. Uji T3 tidak akurat dalam kasus-kasus awal
hipotiroidism dan kadang-kadang akan normal ketika tingkat T4 berkurang. Untuk alasan
ini, tes ini tidak sering digunakan; jikapun digunakan, umumnya dikombinasi dengan
tingkat TSH atau uji stimulasi TSH.

TSH Level: Ini merupakan tes darah untuk mengukur jumlah TSH dalam aliran darah.
Pada anjing hipotiroid, tingkatnya akan tinggi karena tubuh sedang mencoba untuk
merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Jika T4 dasar
dan T3 dasar menunjukan hasil yang rendah dan TSH yang menujukkan hasil yang tinggi,
maka hasil diagnosa adalah positif hypothyroid.

Tes stimulasi TSH: Jika anjing memiliki T3 atau T4 rendah, tes ini dapat dilakukan untuk
mengkonfirmasikan diagnosis hipotiroidism. Sejumlah kecil Tiroid Stimulating Hormone
(TSH) disuntikkan ke dalam vena. Setelah 6 jam, sampel darah diambil dan tingkat T4
diperiksa. Seekor anjing tanpa penyakit tiroid yang mungkin memiliki kondisi lain
menyebabkan T4 rendah akan memiliki tingkat T4 tinggi setelah injeksi TSH. Seekor
anjing dengan hypothyroidism tidak akan memiliki peningkatan T4 setelah injeksi.

CBC: Merupakan salah satu tes yang paling umum dilakukan pada hewan peliharaan
manusia. CBC memberi informasi mengenai status hidrasi, anemia, infeksi, kemampuan
pembekuan darah dan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk merespon penyakit. Tes
ini sangat penting untuk hewan peliharaan dengan gejala demam, muntah, diare,
kelemahan, gusi pucat atau kehilangan nafsu makan. Seperti namanya, CBC digunakan
untuk menentukan jumlah sel darah spesifik berbagai hewan peliharaan. Umumnya
komponen CBC meliputi :

RBC (sel darah merah)


HCT ( Hematokrit )
HBG (Hb) & MCHC
WBC (sel darah putih)
PLT (Platelet)
Reticulosit

Pengobatan

Hipotiroidisme menimbulkan gangguan umum yang mempengaruhi sistem


kardiovaskular, sistem organ pernapasan, hematopoietik, dan ginjal, yang masing-
masingnya mempunyai hubungan yang erat pada tindakan bedah. Terapi hipotiroidisme
dianjurkan diberikan sebelum dilakukan tindakan bedah dan hipotiroidisme harus
dikembalikan pada keadaan eutiroid (kelenjar tiroid normal). Bila operasi bersifat elektif,
hipotiroidisme sedang dan berat dapat ditunda sampai keadaan menjadi eutiroid,
sedangkan bila hipotiroidisme ringan dapat langsung dilakukan tindakan operasi
(Purnamasari D, Subekti I., 2007).
Terapi terdiri dari memberikan anjing dosis harian hormon tiroid sintetis yang
disebut tiroksin (levothyroxine). Ada berbagai merek obat ini. Dosis dan frekuensi
pemberian obat ini bervariasi tergantung pada beratnya penyakit dan respon individu
hewan untuk obat. Seekor anjing biasanya diberikan dosis standar sesuai berat
badannya dan kemudian sampel darah diambil secara berkala untuk memeriksa respon dan
kemudian dosisnya disesuaikan. Sekali terapi dimulai, anjing harus menjalani perawatan
selama sisa hidupnya. Biasanya setelah pengobatan dimulai, sebagian besar gejala dapat
diatasi (Sismami, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2007. Hypothyroidism in Dogs. http://pets.webmd.com/dogs/hypothyroidism-


in-dogs?page=2. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014.
Purnamasari D, Subekti I. 2007. Penyakit Tiroid. Dalam: Mansjoer A, Sudoyo AW, Rinaldi
I, et al. Kedokteran perioperatif evaluasi dan tatalaksana dibidang ilmu penyakit
dalam. Pusat penerbit ilmu penyakit dalam FKUI. Jakarta. Interna publishing. 181-
188.
Soewondo P, Cahyanur R. 2008. Hipotiroidisme dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium. Dalam : Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen
ilmu penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 14-21.
Sismami. 2012. Interna Penyakit Kulit. http://sismami-ayu.blogspot.com/2011/10/interna-
penyakit-kulit.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014.
Suhartono, dkk. 2012. Pajanan Pestisida Sebagai Faktor Resiko Hipotiroidesme pada
Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian. M. Med Indones. 4(26):91-99.
Syahbuddin S. 2005. Hipotiroidisme: Etiologi, Patofisiologi dan Pengobatan. Dalam:
Naskah lengkap temu ilmiah dan simposium nasional IV penyakit kelenjar tiroid. Ed.
Djokomoeljanto R dkk. Badan penerbit Universitas diponegoro. Semarang. 167-178.
Syahbuddin S. 2009. Diagnosis dan Pengobatan Hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto
R, Darmono, Suhartono T, GD Pemayun T, Nugroho KH, editors. The 2nd
Thyroidologi Update 2009. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 197-
205.

Anda mungkin juga menyukai