Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Astigmatisme adalah kelainan refraksi, yaitu berkas sinar sejajar yang masuk ke

dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan pada lebih dari satu titik

fokus. Pada keadaan ini pembiasan dari berbagai meridian tidak sama.1

Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa, kelainan

posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk kornea sebagian

besar bersifat kongenital, yang tersering adalah kurvatura vertikal lebih besar dari

horisontal. Pada saat lahir bentuk kornea umumnya sferis.1

Astigmatisma baru timbul 68%, pada saat anak berusia 4 tahun dan 95% pada

usia 7 tahun. Dengan bertambahnya usia dapat hilang dengan sendirinya atau berubah

sebaliknya kurvatura horisontal lebih besar dari vertikal. Kelainan yang didapat

misalnya pada berbagai penyakit kornea seperti ulkus kornea, trauma pada kornea

bahkan trauma bedah pada operasi katarak. Kelainan posisi lensa misalnya subluksasi

yang menyebabkan efek decentering. Sedangkan kelainan indeks refraksi lensa dapat

merupakan hal yang fisiologis dimana terdapat sedikit perbedaan indeks refraksi pada

beberapa bagian lensa, namun hal ini dapat makin berat jika kemudian didapatkan

katarak.1

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. Yuliana
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Alamat : Pelaihari
Pekerjaan : Mahasiswi
Tgl. Pemeriksaan : 25 Januari 2017
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Mata kabur
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kabur sejak 3 bulan yang lalu. Mata

kabur dirasakan pada kedua mata dan muncul perlahan-lahan. Keluhan

dirasakan terutama saat melihat jauh dan melihat garis seperti berbayang.

Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala terutama di bagian depan kepala.

Keluhan mata berair, nyeri pada mata, silau, dan trauma disangkal. Pasien

memiliki kebiasaan membaca, menonton, dan bermain handphone sambil

berbaring. Pasien juga sering mengucek mata jika dirasa gatal.


3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan mata sebelumnya : (-)
Riwayat Diabetes Melitus : (-)
Riwayat hipertensi : (-)
Riwayat jantung : (-)
Riwayat penggunaan kacamata : (-)
Riwayat trauma pada mata : (-)
Riwayat penggunaan steroid jangka lama : (-)
Riwayat alergi makanan dan obat : (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)

2
Riwayat Jantung : (-)
Riwayat Diabetes Melitus : (-)
Riwayat alergi : (-)
C. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4-5-6
Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 82x/menit.
Suhu : 36,0oC.
Respiration Rate : 20 x/ menit
D. Status Oftalmologi

Pemeriksaan Okuli sinistra Okuli dextra


VISUS 5/15 (manual) 5/12 (manual)
S-1.25 C-0.25 95o
S-1.00
PALPEBRA Edema superior (-) Edema superior (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Nodul (-) Nodul (-)
BULBUS OKULI Gerak mata normal Gerak mata normal
Enoftalmus (-) Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-) Eksoftalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
KONJUNGTIVA Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Secret (-) Secret (-)
SCLERA Warna putih jernih Warna putih jernih
KORNEA Arcus senilis (-) Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+) Permukaaan licin (+)
Edema (-) Edema (-)
COA Normal, jernih Normal, jernih
IRIS & PUPIL Iris normal, pupil sentral, Iris normal, pupil sentral,

diameter 3mm, reflek diameter 3mm, reflek cahaya

3
cahaya direk/indirek (+/+) direk/indirek (+/+),
LENSA Jernih Jernih

E. Diagnosis Kerja
OD Miopia Astigmatisma Kompositus
OS Miopia Simpleks
F. Penatalaksanaan
Pada pasien disarankan untuk menggunakan kacamata lensa silinder
G. Prognosis

Quo Okuli Dextra Okuli Sinistra


Ad Vitam ad bonam ad bonam
Ad cosmetican ad bonam ad bonam
Ad fungsionam ad bonam ad bonam

BAB III

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan seorang perempuan berusia 23 tahun di RSUD Ulin

Banjarmasin yang terdiagnosa sebagai OD Astigmatisme. Pada kasus ini, diagnosa

ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan opthalmologi.

Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana titik fokus dalam bentuk satu

titik. Yang dimaksud dengan astigmat atau silinder adalah terdapatnya variasi

kurvatura atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang

akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik. Pembiasan sinar pada mata

tidak sama pada semua bidang atau meridien. Kelengkungan jari-jari pada satu

meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus dimana

dalam hal ini keluhan silau bisa terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari inferior

4
jauh melebihi kecerahan yang berlebihan, baik yang terlihat langsung atau melewati

pantulan. Astigmatisme termasuk dalam ametropia, yaitu sinar pada cahaya paralel

tidak jatuh pada fokus di retina mata, sehingga diperlukan perubahan refraksi untuk

mendapatkan penglihatan jelas.2,3,4,5

5
Berdasarkan bentuknya astigmatisme terbagi atas astigmatisme reguler dan

ireguler. Pada astigmatisme reguler terdapat dua meridian utama yang saling tegak

lurus yang masing-masing memiliki daya bias terkuat dan terlemah. Astigmatisme

reguler ini dapat dikoreksi dengan lensa silinder. Jika meridian vertikal memiliki daya

bias terkuat, disebut astigmatisme with the rule, lebih sering pada usia muda dan

dikoreksi dengan lensa silinder minus dengan aksis 180o atau silinder plus dengan

aksis 90o. Jika meridian horizontal memiliki daya bias terkuat disebut astigmatisme

against the rule lebih sering pada usia tua dan dikoreksi dengan lensa silinder minus

dengan aksis 90o atau silinder plus dengan aksis 180 o. Pada astigmatisme ireguler

didapatkan titik fokus yang tidak beraturan dengan penyebab tersering adalah

kelainan kornea (dapat berupa sikatriks atau keratokonus) dan dapat juga disebabkan

kelainan pada lensa seperti pada katarak imatur. Kelainan ini tidak dapat dikoreksi

sepenuhnya dengan lensa silinder. Berdasarkan tipenya, astigmatisme terbagi atas

astigmatisme hipermetropia simpleks yaitu salah satu meridian utama emetropia dan

meridian utama lainnya hipermetropia; astigmatisme miopia simpleks yaitu salah satu

meridian utama emetropia dan meridian utama lainnya miopia; astigmatisme

hipermetropia kompositus yaitu kedua meridian utama hipermetropia dengan derajat

yang berbeda; astigmatisme myopia kompositus yaitu kedua meridian utama miopia

dengan derajat yang berbeda; dan astigmatisme mikstus, yaitu satu meridian utama

hipermetropia dan meridian utama yang lain miopia. Terdapat juga istilah

astigmatisme oblik yaitu meridian utama lebih dari 20 o dari meridian vertikal atau

horisontal. Misalnya pada 45o dan 135o. Pada astigmatisme yang ringan, keluhan

6
yang sering timbul adalah mata lelah khususnya jika pasien melakukan satu pekerjaan

terus menerus pada jarak yang tetap; transient blurred vision pada jarak penglihatan

dekat yang hilang dengan mengucek mata; dan nyeri kepala di daerah frontal.

Astigmatisme against the rule menimbulkan keluhan lebih berat dan koreksi terhadap

astigmatisme jenis ini lebih sukar untuk diterima oleh pasien. Pada astigmatisme yang

berat dapat timbul keluhan mata kabur; keluhan asthenopia atau nyeri kepala jarang

didapatkan tapi dapat timbul setelah pemberian koreksi astigmatisme yang tinggi;

memiringkan kepala (tilting of the head), umumnya pada astigmatisme oblik;

memutar kepala (turning of the head) biasanya pada astigmatisme yang tinggi;

memicingkan mata seperti pada myopia untuk mendapatkan efek pinhole, tetapi pada

astigmatisme dilakukan saat melihat jauh dan dekat; dan penderita astigmatisme

sering mendekatkan bahan bacaan ke mata dengan tujuan mendapatkan bayangan

yang lebih besar meskipun kabur. Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan

obyektif. Seperti halnya miopia dan hipermetropia, pemeriksaan subyektif dilakukan

dengan kartu Snellen. Bila tajam penglihatan kurang dari 6/6 dikoreksi dengan lensa

silinder negatif atau positif dengan aksis diputar 0-180o. Kadang-kadang perlu

dikombinasi dengan lensa sferis negatif atau positif. Pemeriksaan secara objektif

dapat dilakukan dengan retinoskopi, autorefraktometer, tes Placido untuk mengetahui

permukaan kornea yang ireguler, teknik fogging dan Jackson's crosscylinder. Koreksi

astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa kontak atau dengan

bedah refraktif. Pemberian kacamata untuk astigmatisme reguler diberikan koreksi

sesuai kelainan yang didapatkan yaitu silinder negatif atau positif dengan atau tanpa

7
kombinasi lensa sferis. Sedangkan untuk astigmatisme ireguler, jika ringan dapat

diberikan lensa kontak keras, dan untuk yang berat dapat dilakukan

keratoplasti.1DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2013.

2. Budiono, Sjamsu et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: AUP, 2013.

3. Ilyas, Sidarta. Glosari Sinopsis: Kelainan Refraksi dan Kacamata. Edisi Kedua.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006.

4. James, B., Chew, C., Bron, A Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Erlangga
Medical Series: Jakarta. 2006.

5. Fitri Permatasari, Yunani Setyandriana. Keluhan Mata Silau pada Penderita


Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Jurnal Mutiara Medika Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta 2013. Volume 13 No.2.

Anda mungkin juga menyukai