10 April 2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan sumber daya hutan (SDH) secara bijaksana dan berkelanjutan telah menjadi
kebijakan pemerintah dengan berbagai peraturan perundang-undangan kelengkapannya. Namun
demikian dalam prakteknya telah terjadi pemanfaatan SDH secara berlebihan, penebangan
liar/perambahan hutan dan kebakaran hutan yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan, yang diindikasikan merosotnya fungsi hidro-orologis daerah aliran sungai
(DAS).
Memperhatikan kondisi kerusakan SDH dewasa ini yang sudah sangat mengkawatirkan, maka
telah dilakukan perubahan paradigma pembangunan kehutanan yang bertumpu pada pendekatan
ekosistem SDH berbasis pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kehutanan kedepan diarahkan
untuk memberikan peran dan partisipasi aktif masyarakat secara proporsional.
Penyuluhan kehutanan pada hakekatnya adalah upaya pemberdayaan masyarakat, dunia usaha
dan para pihak lainnya dalam pembangunan kehutanan, merupakan investasi untuk
mengamankan dan melestarikan SDH sebagai aset negara. Oleh karena itu penyuluhan
kehutanan memiliki peran strategis, baik dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kemandirian
masyarakat, maupun dalam upaya pelestarian SDH. Dua hal penting yang menjadi ciri
penyuluhan kehutanan adalah penguatan kelembagaan dan pendampingan kearah masyarakat
mandiri yang berbasis pembangunan kehutanan.
Dengan adanya pergeseran kebijakan pembangunan kehutanan dan tata pemerintahan yang
melimpahkan sebagian kewenangan kepada Pemerintah Daerah serta perubahan tata sosial-
budaya yang lebih transparan dan demokratis, sehingga diperlukan perubahan paradigma dan
penataan penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang disepahami oleh para pihak di pusat dan
daerah. Sehubungan dengan itu maka diperlukan Pedoman Umum Penyuluhan Kehutanan yang
dapat menjadi acuan bagi para pihak dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan penyuluhan kehutanan sesuai dengan Pasal 56 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah
sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas
dasar iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya
hutan bagi kehidupan manusia.
Sasaran hasil penyuluhan kehutanan adalah terwujudnya masyarakat mandiri berbasis
pembangunan kehutanan.
Sasaran kegiatan (target group) penyuluhan kehutanan adalah masyarakat yang berkaitan dengan
pembangunan kehutanan :
1. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
2. Kalangan dunia usaha yang bergerak di bidang kehutanan.
3. Aparat pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkait dengan pembangunan kehutanan.
4. Kalangan tokoh adat, pemuka agama dan generasi muda.
5. Para pihak lainnya yang berkaitan dengan sektor kehutanan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi.
D. Pengertian
Dalam Pedoman Umum Penyuluhan Kehutanan ini yang dimaksud dengan:
1. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan
pengetahuan dan sikap perilaku masyarakat sehingga menjadi tahu, mau dan mampu melakukan
usaha kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya serta mempunyai
kepedulian dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan lingkungan.
2. Penyuluh Kehutanan adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang melakukan kegiatan penyuluhan kehutanan oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi yang memiliki kewenangan dibidang penyuluhan kehutanan.
3. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) adalah anggota masyarakat yang secara
swadaya aktif berperan dan melaksanakan upaya-upaya penyuluhan kehutanan.
4. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat dalam mencermati
persoalan nyata yang dihadapi dilapangan selanjutnya mendiskusikan bersama untuk mencari
alternatif pemecahan ke arah peningkatan kapasitas dan produktivitas masyarakat.
5. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menguatkan dan mengembangkan
kelembagaan masyarakat serta pendampingan untuk meningkatan penguasaan teknologi,
kapasitas, produktivitas dan kemampuan berusaha kearah kemandirian secara berkelanjutan.
6. Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM) adalah suatu lembaga masyarakat yang
dibentuk dan dikembangkan secara partisipatif, bergerak dibidang usaha kehutanan yang bersifat
produktif berbasis ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, dan agama.
7. Masyarakat mandiri berbasis pembangunan kehutanan adalah masyarakat yang memiliki
kelembagaan yang kuat, produktifitas, kemampuan dan kemandirian secara sosial-budaya,
ekonomi dan lingkungan berbasis sumber daya hutan lestari, serta memilki pemahaman tentang
fungsi dan manfaat hutan sebagai penyangga kehidupan, sehingga berpartisipasi aktif dalam
pelestarian sumber daya hutan dan lingkungan.
1) Pemerintah Pusat
Penyuluhan kehutanan di tingkat Pusat dilaksanakan oleh unit organisasi Eselon II yang
mempunyai tugas dan fungsi dibidang penyuluhan kehutanan, yang terdiri atas unit struktural
dan kelompok jabatan fungsional penyuluh kehutanan.
Tugas pokok unit organisasi penyuluhan kehutanan di tingkat pusat adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan perencanaan makro / nasional penyuluhan
kehutanan sejalan dengan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan.
b) Menyusun kriteria dan standar serta pedoman penyuluhan kehutanan.
c) Mengembangkan sistem, metoda, kelembagaan dan SDM penyuluhan kehutanan.
d) Melakukan pembinaan, bimbingan, supervisi, fasilitasi, dan kerjasama penyuluhan kehutanan
di dalam dan luar negeri.
2) Pemerintah Provinsi
Penyuluhan kehutanan di tingkat Provinsi dilaksanakan oleh unit organisasi setingkat Eselon III
yang mempunyai tugas dan fungsi dibidang penyuluhan kehutanan, yang terdiri atas unit
struktural dan kelompok jabatan fungsional penyuluh kehutanan.
Tugas pokok unit organisasi penyuluhan kehutanan di tingkat propinsi adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan kebijakan regional dan perencanaan penyuluhan kehutanan wilayah propinsi dan
lintas kabupaten/kota, sesuai arahan dan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan.
b) Melakukan koordinasi, jejaring kerja dan fasilitasi penyelenggaraan penyuluhan kehutanan di
wilayah propinsi.
c) Melaksanakan penyusunan pedoman operasional, sistem informasi manajemen, dan pelatihan
yang berkaitan dengan penyuluhan kehutanan.
d) Melaksanakan pembinaan teknis, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan
kehutanan.
e) Melaksanakan tugas-tugas dekonsentrasi penyuluhan kehutanan.
3) Pemerintah Kabupaten/Kota
Penyuluhan kehutanan di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh unit organisasi setingkat
Eselon III atau serendah-rendahnya setingkat Eselon IV yang mempunyai tugas dan fungsi
dibidang penyuluhan kehutanan, yang terdiri atas unit struktural dan kelompok jabatan
fungsional penyuluh kehutanan.
Penempatan kelompok jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan dapat berada di bawah unit
organisasi pada Dinas Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas dan fungsi dibidang kehutanan
atau berada di instansi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi khusus dibidang penyuluhan,
termasuk penyuluhan kehutanan.
VIII. PENUTUP