Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu mata rantai yang tidak bisa dipisahkan dalam

kehidupan manusia karna dalam proses pendidikan terdapat proses pembelajaran,

dalam pembelajaran pun terdapat berbagai macam metode dan strategi yang

digunakan oleh guru dalam meningkatkan efektifitas dan strategi untuk

meningkatkan belajar mengajar dalam suatu lembaga pendidikan.

Made Pidarta. Landasan kependidikan stimulus ilmu pendidikan bercorak

indonesia.(2007:1) didalam bukunya mengatakan Kegiatan belajar dan mengajar

merupakan dua kegiatan yang berbeda akan tetapi berlangsung secara bersamaan

dan memiliki hubungan yang sangat erat .

Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju, proses

pembelajaran saat ini tidak bisa lagi dilaksanakan dengan tanpa adanya suatu

strategi dan menejemen yang baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar

tersebut, agar tujuan pendidikan yang di inginkan tercapai.

Menurut Syaiful Bahri Djamara dkk ( 2010 : 1 Strategi Belajar

Mengajar) Belajar Mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.

Selain dari metode guru juga harus memahami strategi-strategi agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien artinya seorang tenaga pendidikan harus
2

benar-benar memahami metode maupun strategi yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar.

Ditambah dengan fakta bahwa dikalangan anak manapun dapat dipastikan

mempunyai kemampuan berbicara untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Tapi

didalam proses pembelajaran anak lebih cenderung diam dan anak masih malu-

malu untuk maju didepan kelas untuk mengungkapkan pendapat apa yang anak

ketahui. Sehingga sedikit sekali anak yang lantang atau langsung bertanya kepada

guru tentang apa yang telah didengar.

Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu dilakukan usaha untuk

meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Karena tujuan berbicara adalah agar

siswa dapat mengungkapkan gagasannya.

Dari pengamatan yang dilakukan penulis, pada pelaksanaan pembelajaran

Bahasa Indonesia di SDN 34/1 Teratai terlihat anak kurang aktif sehingga

interaksi antara murid dan guru sangat minim. Dan siswa pun masih malu malu

untuk betanya. permasalahan tersebut terjadi dikarenakan, terkadang guru terpaku

mengajar dengan satu metode, hal itu dapat menimbulkan kebosanan, dan

monoton, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Seorang guru dituntut

harus dapat membangkitkan kemampuan minat siswa untuk berbicara salah

satunya adalah merencanakan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih

tertarik untuk pembelajaran Bahasa Indonesia.

Ketika proses pengajaran didalam kelas berlangsung, peran atau tugas

guru menjadi dua. Pertama menyampaikan materi dengan baik sehingga anak

memiliki kompetensi , kedua guru juga harus mampu mengelola kelas dengan
3

baik agar terciptanya pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta

didik, salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai pembelajaran yang kreatif,

inovatif serta menyenangkan, guru harus benar-benar menguasai materi dan

memiliki berbagai macam strategi dan metode pembelajaran agar anak didik

merasa nyaman dan menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan permasalahan di atas efektivitas kemampuan berbicara

dibutuhkan kondisi stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar

pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal. Salah satu stimulasi

kemampuan berbicara yaitu dengan menggunakan metode bermain peran.

Metode Bermain Peran merupakan salah satu strategi yang dirancang

khusus untuk menunjang kemampuan berbicara belajar siswa dan membantu

siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dengan bantuan kelompok.

Bermain bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar

mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi

dalam kondisi sedang terjadi konflik.

Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang

dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain

berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan

yang dimilikinya sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang

positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki

kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4

Bermain peran dalam penelitian ini pada dasarnya mendramatisasikan

tingkah laku untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi positif dan

meningkatkan stabilitas emosional siswa. Dengan dramatisasi, siswa

berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu.

Melalui role playing, siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk

mengembangkan seluruh pikiran dan minatnya dan juga perilakunya yang negatif

menjadi positif, emosinya yang meledak-ledak menjadi halus dan tidak emosian,

siswa yang tidak dapat berempati menjadi dapat bersikap empati, yang kurang

bertanggung jawab menjadi bisa lebih bertanggung jawab, siswa yang kendali

dirinya lemah dapat menjadi terkendali, siswa yang interpersonal skillnya rendah

bisa menjadi bagus.

Dalam buku model pembelajaran oleh Hamzah (2007: 26) mangatakan

bahwa Metode Bermain Peran merupakan pemeranan tokoh-tokoh dengan tujuan

untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan

pengembangan yang dilaksanakan. Sehingga mereka dapat mengatasi masalah

seperti dalam perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan

masalah, serta mendorong siswa untuk mengekspresikan perasaannya juga dapat

melibatkan sikap, nilai, keyakinan dan mengarahkan pada kesadaran melalui

keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Salah satu permasalahan yang menjadi tantangan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia adalah kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara. Banyak

faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan siswa berbicara diantaranya :


5

1) Sebagian siswa enggan berbicara dalam bahasa indonesia karena siswa banyak

dipengaruhi oleh bahasa ibu; (2) siswa takut salah saat berbicara ; (3) cara guru

mengajar masih monoton,; (4) Guru tidak menggunakan strategi atau metode yang

tepat; (5) pembelajaran di kelas hanya mengejar target kelulusan ujian akhir

nasional.

Ketika penulis melakukan observasi awal di SD terlihat guru di sekolah

tersebut mengajar dengan berbagai macam metode dan strategi untuk

meningkatkan prestasi anak, dalam berbagai macam metode dan strategi itu ada

salah satu yang menerapkan metode Bermain peran. Metode ini merupakan

metode pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model atau pendekatan

yang disebut intraksi sosial.

Pendekatan ini, proses pembelajaran yang dilakukan berupaya untuk

mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain/ siswa lain, mengembangkan sikap dan prilaku

demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa.

Keterlibatan siswa dalam suatu topic materi dengan memerankan salah

satu tokoh diharapkan dapat merangsang siswa untuk menghargai perasaan orang

lain, membagi tangung jawab, belajar mengambil keputusan secara spontan, serta

dapat merangsang kelas untuk berfikir untuk memecahkan masalah. Sebagai

upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa, selain mempertimbangkan

faktor pendekatan pembelajaran yang diterapkan, guru juga perlu memperhatikan

factor internal siswa, salah satunya adalah minat.


6

Bertolak belakang dari latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui

secara lebih mendalam tentang Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran

serta kendala dan upaya apa yang dilakukan guru dalam penerapan strategi

tersebut. Berdasarkan gambaran masalah Efektivitas yang terjadi dalam

kemampuan berbicara. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu

kajian penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul : Efektivitas

Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Siswa Sekolah Dasar Kelas III Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian

penting yang harus ada didalam penulisan suatu karya ilmiah. Oleh karena itu

seorang peneliti sebelum melakukan penelitian harus mengetahui terlebih dahulu

permasalahan yang ada. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka proses

pemecahannya pun akan terarah dan terfokus pada permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah Apakah Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Dapat

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa kelas III SD Pada Pembelajaran

Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang

menjadi tujuan penelitian, secara umum adalah untuk Mengetahui Efektivitas


7

Penggunaan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara

siswa Sekolah Dasar kelas III pada pembelajaran Bahasa indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan peneliti

sebagai calon guru untuk menerapkan metode Bermain Peran pada

pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk sekolah dalam

menerapkan metode bermain peran yang dapat berpengaruh positif

terhadap kemampuan berbicara siswa, sehingga dapat memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran bahasa indonesia.

3. Bagi orang tua dapat dijadikan acuan untuk mengajak anak bermain yang

memberikan manfaat bagi perkembangan kecerdasannya.

4. Bagi siswa SD dapat melakukan bentuk bermain peran , sehingga potensi

yang ada pada siswa dapat dikembangkan.

5. Bagi lembaga terkait terutama Dinas Pendidikan , diharapkan model

bermain Peran di SD dapat dijadikan masukan sebagai alternatif untuk

mengembangkan potensi anak sidini mungkin.

6. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak Akademi Fakultas Ilmu

Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekilah dasar Universitas Negeri

Jambi dan peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dengan judul

yang sama.
8

1.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Penelitian maka penulis dapat mengemukakan hipotesis

dalam penelitian ini adalah : Terdapat Efektivitas positif yang signifikan Metode

Bermain Peran dalam meningkatkan kemampuan siswa berbicara Sekolah Dasar

kelas III pada pembelajaran Behasa Indonesia.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bermain Peran

2.1.1 Metode Bermain Peran

Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang

dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain

berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan

yang dimilikinya sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang

positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki

kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Menurut Martinis Yamin Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik

(2012:109) mengatakan bahwa Metode bermain peran adalah metode yang

melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi.

Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang dilakoni.

Metode ini dapat dipergunakan di dalam mempraktekkan isi pelajaran yang baru,

mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga

menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan

sesungguhnya. Metode ini menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari

peran yang diperagakan siswa.

Dalam buku model pembelajaran oleh Hamzah (2007: 26) mangatakan

bahwa Metode Bermain Peran merupakan pemeranan tokoh-tokoh dengan tujuan


10

untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan

pengembangan yang dilaksanakan. Sehingga mereka dapat mengatasi masalah

seperti dalam perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan

masalah, serta mendorong siswa untuk mengekspresikan perasaannya juga dapat

melibatkan sikap, nilai, keyakinan dan mengarahkan pada kesadaran melalui

keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Menurut Syaiful Bahri Dkk Strategi Belajar Mengajar 2010:88

mengatakan bahwa Sosiodrama/Bermain Peran pada dasarnya mendramatisasikan

tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Metode

Bermain Peran merupakan salah satu strategi yang dirancang khusus untuk

menunjang kemampuan berbicara belajar siswa dan membantu siswa menemukan

makna diri (jati diri) di dunia sosial dengan bantuan kelompok. Bermain bagian

terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan

mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi dalam kondisi

sedang terjadi konflik.

2.1.2 Kelebihan Metode Bermain Peran

Metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan yang membuat

seseorang memilih metode-metode pembelajaran itu,sesuai dengan yang mereka

inginkan. Seperti halnya metode-metode pembelajaran lain, metode bermain peran

juga memiki kelebihan yaitu sebagai berikut (Roestiyah 2008:93) : (1) Siswa lebih

tertarik perhatiannya pada pembelajaran, (2) Mudah memahami masalah-masalah


11

sosial, (3) Dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, (4) Dapat

menghargai orang lain, (5) Siswa dapat lebih aktif

Dengan pertimbangan kelebihan dari metode inilah seorang Guru dapat

lebih mengaktifkan siswa dalam pelajaran, dan dapat membuat mereka

memahami, menerapkan apa yang mereka dapat dalam pembelajaran di kehidupan

mereka sehari-hari.

2.1.3 Kelemahan Metode Bermain Peran

Setiap metode-metode pembelajaran juga selalu memiliki kelemahan.

Kelemahan kelemahan inilah yang menjadi antipasi untuk mencegah terjadinya

hal yang tidak diinginkan dalam penerapan metode ini.

Menurut Roestiyah (2008:92) Sebelum melaksanakan metode ini maka

perlu dipertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam metode bermain peran

yaitu sebagai berikut: Apabila guru tidak menguasai tujuan pembelajaran maka

Bermain Peran tidak akan berjalan dengan baik, dengan Bermain Peran ini jangan

sampai timbul sifat berprasangka buruk terhadap orang lain sehingga tujuannya

menyimpang. Dengan kata lain, metode ini akan sedikit kemungkinan terjadi

kesalahn apabila dilakukan secara sistematis sehingga tidak menyimpang dari

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.1.4 Langkah-langkah Metode Bermain Peran

Setiap metode pembelajaran yang diterapkan oleh Guru dalam kegiatan

pembelajaran yang terjadi di kelas, yang perlu diperhatikan agar metode dapat
12

terlaksana dengan baik, adalah dengan memperhatikan dan menjalankan metode

pembelajaran sesuai dengan sistematika yang sesuai dengan aturannya. Adapun

langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan metode

pembelajaran ini yaitu salah satunya berdasarkan dari pendapat Yusra (2010:57)

yang menjabarkan langkah-langkah pelaksanaan metode bermain peran sebagai

berikut :

1. Guru menyiapkan atau menyusun sekenario yang akan ditampilkan,


2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari beberapa skenario dua hari

sebelum kegiatan belajar mengajar


3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang,
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan sekenario

yang sudah dipersiapkan


6. Masing-masing siswa duduk dikelompoknya masing-masing sambil

memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan


7. Setelah selesai dipentaskan masing-masing siswa diberi kertas sebagai

lembar kerja untuk membahas


8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup

2.2 Bahasa Indonesia

Kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat

standar kompetensiyang meliputi keterampilan bebicara, keterampilan menulis,

keterampilan membaca, dan keterampilan mendengarkan. Keempat standar

tersebut dalam pelaksanaannyaharus seimbang (khaerudin, 2007:1)


13

Secara umum bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau

berkomunikasi dalam menyampaikan fikiran, gagasan, konsep atau perasaan yang

digunakan oleh seorang manusia yang berupa bunyi. Bahasa diciptakan sebagai

alat komunkasi yang diharapkan dapat dimengerti oleh setiap manusia dengan

manusia lainnya.

Indonesia adalah suatu negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang

terbebtang luas dari sabang sampai mirauke. Oleh karena itu indonesia memiliki

beragam bahasa yang berbeda-beda dari setiap daerah, namun bahasa resmi yang

digunakan adalah bahasa indonesia.

Kesimpulan dari Bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi unruk

berinteraksi dengan orang lain, guna menyampaikan maksud yang ada didalam

hati dan fikiran seseorang. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat

berhubungan dengan alam sekitarnya terutama dengan manusia lainnya.

2.2.1 Pengajaran Bahasa Indonesia Di Sekilah Dasar

Pengajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah

mengajarkan Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai Bahasa Nasional dan

Bahasa Negara. Untuk itu fungsi pengajaran Bahasa Indonesia selain untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, ada fungsi lainnya yaitu :

1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan Bangsa

2. Sarana peningkatan dan keterampilan berbahasa indonesia dalam rangka

pelestarian dan pengembangan budaya

3. Sarana pengembangan kemampuan intelektual / penalaran


14

Oleh karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai upaya

mengindonesiakan anak-anak Indonesia melalui Bahasa Indonesia.

2.2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah dasar

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan

pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan

cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan berupa analisis

tujuan, karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, isi pembelajaran,

menetapkan strategi pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil

pembelajaran. Oleh karena itu setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam

memilih strategi pembelajaran.

Pendidikan Sekolah dasar merupakan momentum awal bagi anak untuk

meningkatkan kemampuan dirinya. Mereka mendapatkan imunitas belajar yang

kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang akan mereka lakukan dikelmudian

hari. Sehingga peran Guru sangat penting untuk dapat menanamkan kebiasaan

baik bagi siswanya .

Salah satu keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan berbahasa

yang baik, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Ada empat

keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, antara lain :

Mendengarkan, Berbicara, Membaca dan Menulis yang dimodali kekayaan

kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya otak manusia yang berpendidikan .

Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan, sebagai makhluk

sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan


15

menggunakan bahasa sebagai media. Baik berkomunikasi menggunakan bahasa

lisan atau bahasa tulis.

Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan

menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi kemampuan membaca

dan menulis. Pada saat manusia berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran,

gagasan, dan perasaan dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk

dipahami oleh lawan bicaranya. Begitu pun kemampuan berbahasa tulisan

meliputi membaca dan menulis, kemampuan ini berkaitan dengan kegiatan

memilih dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Fungsi

bahasa yang paling utama adalah tujuan berbicara, dengan berbahasa bisa

menyampaikan berita, informasi, pesan, kemauan dan lain-lain.

Menurut solahuddin dkk (2007) menguraikan bahwa bahasa sering

dikatakan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu 1). Deskriptif adalah

menyampaikan informasi faktual. 2). Ekspresif adalah memberi informasi

mengenai pembaca itu sendiri mengenai perasaan, pengalaman, kesenangan dan

prasangka. 3). Sosial adalah melestarikan hubungan-hubungan sosial antar

manusia.

Didalam buku Ahmad Susanto Teori Belajar dan Pembelajaran di

Sekolah dasar(2013:245) BSNP,2006:81 standar isi Bahasa Indonesia sebagai

berikut : Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.


16

2.3 Berbicara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, seperti yang

dikemukakan Sugiyono (2014:15) bahwa Penelitian Kualitatif digunakan untuk


17

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah . Penelitian ini pada hakikatnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, dan

berusaha memahami pemikiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan tersebut maka penelitian ini

bersifat Deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

siswa berbicara dengan menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran

bahasa indonesia. Penelitian ini dianalisis yang sistematis dengan cara observasi

dan wawancara kepada setiap responden yaitu siswa kelas III lalu

mempresentasekan dengan indikator hasil belajar, apakah terdapat kemampuan

berbicara dalam diri siswa tersebut.

Hal ini akan dilihat efektivas penggunaan metode bermain oeran dalam

meningkatlan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3.2 Subjek Penelitian

Sesuai dengan data yang diperoleh di SDN 34/1 Teratai diketahui jumlah

siswa kelas III A sebanyak 20 siswa.

Menurut Arikunto (2006:134) apabila subjek penelitian kurang dari 100

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,

karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 yaitu sebanyak 20 orang

siswa maka diambil keseluruhan sebagai sampel.

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian


18

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di SDN 34 Teratai, kecamatan

Muara Bulian, Kabupaten Batanghari. Waktu penelitian dilakukan pada semester

ganjil atau semester I tahun ajaran 2014-2015.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya ( Sugiono, 2012:38).

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Terdapat dua jenis variabel yang

digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.

3.4.1 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2012:39) Variabel bebas atau variabel independen

adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya/timbulnya

variabel dependen (terikat). Dari pengertian ini maka yang menjadi variabel

independen pada penelitian ini adalah pengaruh metode pembelajaran Bermain

Peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3.4.2 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2011: 39) Variabel dependen atau variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Dari pengertian ini maka yang menjdi variabel dependen pada
19

penelitian ini adalah Kemampuan berkomunikasi siswa menggunakan Metode

Bermain Peran

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

(Sugiyono, 2010:308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.5.1 Tahap Pertama

Tahap pertama dalam pengumpulan data terlebih dahulu peneliti

merancang perencanaan sebelum memasuki lapangan penelitian diantaranya

adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan lembar observasi


b. Menyiapkan wawancara
c. Menyiapkan angket penelitian untuk siswa

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian, dalam pelaksanaan penelitian, peneliti

menerapkan apa yang telah direncanakan. Melakukan observasi dan kemudian

wawancara .

3.5.3 Tahap Akhir


20

Tahap akhir dalam penelitian ini adalah menyajikan data, penyusunan hasil

penelitian dan melakukan analisis hasil penelitian. Untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan siswa berbicara setelah menggunakan metode bermain peran

dapat dilakukan dengan analisis data angket, lembar observasi siswa, dan lembar

observasi wawancara.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasinya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah

(arikunto, 2010:160).

Sedangkan menurut Sugiyono (2012:102), Instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan

khususnya dibidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditemukan.

Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan

untuk penelitian.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi, wawancara dan lembar angket.

3.6.1 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam,dan bila


21

responden yang diamati tidak terlalu besar. Berdasarkan kesimpulan teori pada

Bab II terdapat aspek-aspek yang menjadi ciri-ciri seseorang yang mampu

berbicara dengan penggunaan Metode Bermain Peran.

3.6.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Karena wawancara ini bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.

3.6.3 Angket (Questionnaire)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa kelas III

SDN34 Teratai yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan

peneliti. Dalam penelitian ini penelitian menggunakan jenis angket tertutup,

(angket berstruktur).

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pengumpulan Data efektivitas penggunaan metode bermain

peran

Aspek Indikator Nomor Jumlah


Butir Butir
A. Ketertarikan 1.Ketertarikan perhatiannya untuk 1,2,3 3
dalam belajar belajar
B. Senang mencari 2.Senang mencari dan menyelesaika 4,5 2
22

dan memecahkan n masalah sosial


masalah 3.Senang belajar dengan metode 6,7,8 3
bermain peran
C. Ketekunan dan 4.Tekun dalam menyelesaikan 9,10 2
kemampuan latihan yang diberikan Guru
dalam belajar 5.Mampu menempatkan diri seperti 11,12,13 3
watak orang lain
D. Menghargai 6.Menghargai sesama teman dalam 14,15,16 3
orang lain belajar
E. Lebih aktif dalam 7.Lebih aktif dalam belajar 17.18 2
belajar
F. Mampu 8.Mampu menyediakan waktu untuk 19,20,21 3
mengalokasikan belajar matematika
waktu untuk
belajar

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini, data yang diperoleh berupa data kualitatif. Maka teknik

analisis data yang digunakan juga menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Dalam penilitian kualitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

terkumpul dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul

(Sugioyono,2011).

Anda mungkin juga menyukai