ANESTESI UMUM
(1409005081)
I DEWA MADE NURJA SADHI SUBADIYASA
Kelas A
Anestesi dikemukakan oleh O.W Holmes Sr yang berasal dari bahasa Yunani
anaisthesia (an= tanpa, aisthetos= persepsi, kemauan, merasa) secara umum berarti
suatu tindakan menhilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit tubuh.
Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP)
secara reversibel (Adams 2001). Anestesi umum merupakan kondisi yang
dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan
obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon
rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap
rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya
kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan Hollingshead 2003).
Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria : tiga komponen
anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi), penekanan refleks,
ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi), mudah
diaplikasikan dan ekonomis.
Preanestesi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum
dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang
halus, mengurangi dosis anestetikum, mengurangi atau menghilangkan efek
samping anestetikum, dan mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi
(Debuf 1991; McKelvey dan Hollingshead 2003). Pemilihan preanestetikum
dipertimbangkan sesuai dengan spesies, status fisik pasien, derajat pengendalian,
jenis operasi, dan kesulitan dalam pemberian anestetikum (Booth dan Branson
1995).
Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3
golongan: Obat Anestetika gas (inhalasi), Obat Anestetika yang menguap, Obat
Anestetika yang diberikan secara intravena.
Untuk memonitor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi
umum. Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari perubahan fisiologis sebagai
tanda kedalaman anestesi.
i
SUMMARY
Anesthesia was stated by O.W Holmes Sr derived from the Greek anaisthesia
(an = without, aisthetos = perception, volition, feeling) generally means an act
eliminating pain when performing surgery and various other procedures that cause
pain body.
General anesthetic agents work by suppressing the central nervous system
(CNS) in a reversible manner (Adams, 2001). General anesthesia is a condition
that is controlled by the unconscious reversible and is obtained through the use of
drugs by injection or inhalation characterized by a loss of response to pain
(analgesia), memory loss (amnesia), loss of response to a stimulus or reflex and
loss of motion spontaneously (immobility), as well as loss of consciousness
(McKelvey and Hollingshead 2003).
Good general anesthesia and should ideally meet the following criteria: the
three components of the triad of anesthesia or anesthesia (sedation, analgesia, and
relaxation), suppression of reflexes, unconsciousness, safe for vital systems
(circulation and respiration), easy to apply and economical.
Preanestesi is the provision of chemicals before the action of general
anesthesia with the main purpose of calming the patient, resulted in the induction
of anesthesia smooth, reduce the dose of anesthetics, reduce or eliminate the side
effects of anesthetics, and reduce pain during surgery and postoperatively (Debuf
1991; McKelvey and Hollingshead 2003). Selection preanestetikum considered in
accordance with the species, the patient's physical status, degree of control, type of
operation, and difficulty in giving anesthetics (Booth and Branson 1995).
General anesthetics are divided according to their physical form is divided
consists of 3 groups: drug anesthetic gas (inhalation), anesthetic drug which
evaporates, anesthetic drugs given intravenously.
To monitor the anesthesia was observed stages of general anesthesia. The
quality of anesthesia status can be seen from the physiological changes as a sign of
the depth of anesthesia.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan.
Paper ini disusun penulis sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Bedah Umum
Veteriner, yang berjudul PREMEDIKASI DAN ANESTESI. Melalui penulisan
paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang anestesi
umum.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Bedah Umum Veteriner.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Ringkasan .i
Summary .ii
Daftar Isi iv
2.1 Tujuan .. 2
2.1 Manfaat 2
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
2.1 Tujuan
Penulisan makalah yang berjudul Anastesi Umum ini bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi mengenai anastesi umum.
2. Memberikan informasi mengenai macam-macam obat anastesi umum.
3. Memberikan informasi mengenai tahapan dan metode anastesi umum.
2.2 Manfaat
2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi umum adalah subtansi yang dapat mendepres susunan saraf pusat
(SSP) secara reversibel sehingga hewan kehilangan rasa sakit (sensibilitas)
diseluruh tubuh, reflek otot hilang, dan disertai dengan hilangya
kesadaran.Anestesi ini terdiri atas 2 jenis yaitu, anestesi volatil (inhalasi) dan
non - volatil (injeksi/parenteral). Tanda- tanda anestesi umum telah bekerja adalah
hilangnya kordinasi anggota gerak, hilannya respon saraf perasa dan pendengaran,
hilangnya tonus otot , terdepresnya medulla oblongata sebagai pusat respirasi,
dan vasomotor, dan bila terjadi overdosis hewan akan mengalami kematian.
(Gunantiet al., 2011).
3
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Anestesi umum
4
adalah halotan, isofluran, sevofluran, desfluran, dietil eter, nitrous oksida dan
xenon. Anestetika umum yang diberikan secara injeksi meliputi barbiturat
(tiopental, metoheksital, dan pentobarbital), cyclohexamin (ketamine, tiletamin),
etomidat, dan propofol.
Tujuan Anestesi Umum:
Anestesi umum menjamin hdp pasien, yg memungkinkan operator melakukan
tindakan bedah dg leluasa dan menghilakan rasa nyeri.
2. Preanestesi
Preanestesi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum
dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang
halus, mengurangi dosis anestetikum, mengurangi atau menghilangkan efek
samping anestetikum, dan mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi
(Debuf 1991; McKelvey dan Hollingshead 2003). Pemilihan preanestetikum
dipertimbangkan sesuai dengan spesies, status fisik pasien, derajat pengendalian,
jenis operasi, dan kesulitan dalam pemberian anestetikum (Booth dan Branson
1995).
Preanestetikum yang paling umum digunakan pada hewan adalah atropine,
acepromazin, xylazine, diazepam, midazolam, dan opioid atau narkotik. Atropine
digunakan untuk mengurangi salivasi, peristaltik dan mengurangi bradikardia
akibat anestesi. Acepromazin digunakan sebagai penenang atau tranquilizer.
Xylazine, medetomidin, diazepam, dan midazolam digunakan sebagai agen sedatif
dan merelaksasi otot. Opioid atau narkotik digunakan untuk mengurangi rasa
sakit, seperti disajikan pada Gambar.
5
PREANESTESI
6
tidak larut dan lambat pada zat yang larut. Anestetik gas tidak mudah larut dalam
darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat meningkat. Batas keamanan
antara efek anesthesia dan efek letal cukup lebar.
Contoh : Nitrogen monoksida (N2O), Siklopropan
7
C. Anestetik yang diberikan secara intravena (anestetik perenteral)
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi anesthesia,
induksi dan pemeliharaan anesthesia bedah singkat, suplementasi hypnosis pada
anesthesia atau analgesia local, dan sedasi pada beberapa tindakan medic.
Anestesi intravena ideal membutuhkan criteria yang sulit dicapai oleh hanya satu
macam obat yaitu cepat menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek analgesia,
disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah dihilangkan
oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau sedikit mendepresi
fungsi restirasi dan kardiovasculer, pengaruh farmakokinetik tidak tergantung
pada disfungsi organ. Untuk mencapai tujuan di atas, kita dapat menggunakan
kombinasi beberapa obat atau cara anestesi lain. Kebanyakan obat anestetik
intravena dipergunakan untuk induksi. Kombinasi beberapa obat mungkin akan
saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang
lain.
Barbiturate menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi
(perangsangan) di formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil
terjadi penghambatan system penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis
ditingkatkan system perangsang juga dihambat sehingga respons korteksmenurun.
Pada penyuntikan thiopental. Barbiturate menghambat pusat pernafasan di
medulla oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi
dihambat oleh barbiturattetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen
badan berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturate tidak menimbulkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin.
Barbiturate yang digunakan untuk anestesi adalah: Natrium thiopental, Natrium
tiamilal, Natrium metoheksital, Ketamin, Droperidol dan fentanyl, Diazepam,
Etomidat, Propofol
8
preanestesi, induksi, pemeliharaan, dan pemulihan (McKelvey dan Hollingshead
2003).
Tahap preanestesi merupakan tahapan yang dilakukan segera sebelum
dilakukan anestesi, dimana data tentang pasien dikumpulkan, pasien dipuasakan,
serta dilakukan pemberian preanestetikum. Induksi adalah proses dimana hewan
akan melewati tahap sadar yang normal atau conscious menuju tahap tidak sadar
atau unconscious. Agen induksi dapat diberikan secara injeksi atau inhalasi.
Apabila agen induksi diberikan secara injeksi maka akan diikuti dengan intubasi
endotracheal tube untuk pemberian anestetikum inhalasi atau gas menggunakan
mesin anestesi. Waktu minimum periode induksi biasanya 10 menit apabila
diberikan secara intramuskular (IM) dan sekitar 20 menit apabila diberikan secara
subkutan (SC). Tahap induksi ditandai dengan gerakan tidak terkoordinasi,
gelisah dan diikuti dengan relaksasi yang cepat serta kehilangan kesadaran.
Idealnya, keadaan gelisah dan tidak tenang dihindarkan pada tahap induksi,
karena menyebabkan terjadinya aritmia jantung.
Preanestesi dan induksi anestesi dapat diberikan secara bersamaan, seperti
pemberian acepromazin, atropine, dan ketamine dicampur dalam satu alat suntik
dan diberikan secara intravena (IV) pada anjing. (Adams 2001; McKelvey dan
Hollingshead 2003; Tranquilli et al. 2007).
Selanjutnya hewan akan memasuki tahap pemeliharaan status teranestesi.
Pada tahap pemeliharaan ini, status teranestesi akan terjaga selama masa tertentu
dan pada tahap inilah pembedahan atau prosedur medis dapat dilakukan. Apabila
anestesi dilanjutkan lebih dalam, pasien akan menunjukkan respirasi dan
kardiovaskuler lebih tertekan dan pada keadaan dosis anestetikum berlebih akan
menyebabkan respirasi dan jantung berhenti. Dengan demikian, pada tahap
pemeliharaan sangat diperlukan pemantauan dan pengawasan status teranestesi
terhadap sistim kardiovaskuler dan respirasi (McKelvey dan Hollingshead 2003;
Tranquilli et al. 2007 ).
Ketika tahap pemeliharaan berakhir, hewan memasuki tahap pemulihan
yang menunjukkan konsentrasi anestetikum di dalam otak mulai menurun. Tanda
tanda adanya aktivitas refleks, ketegangan otot, sensitivitas terhadap nyeri pada
9
periode pemulihan dinyatakan sebagai kesadaran kembali (McKelvey dan
Hollingshead 2003).
Durasi atau lama waktu kerja anestetikum dan kualitas anestesi dapat dilihat
dari pengamatan perubahan fisiologis selama stadium teranestesi. Dikenal dua
waktu induksi pada durasi anestesi. Waktu induksi 1 adalah waktu antara
anestetikum diinjeksikan sampai keadaan hewan tidak dapat berdiri. Waktu
induksi 2 adalah waktu antara anestetikum diinjeksikan sampai keadaan hewan
tidak ada refleks pedal atau hewan sudah tidak merasakan sakit (stadium operasi).
Durasi adalah waktu ketika hewan memasuki stadium operasi sampai hewan sadar
kembali dan merasakan sakit jika daerah disekitar bantalan jari ditekan. Waktu
siuman atau recovery adalah waktu antara ketika hewan memiliki kemampuan
merasakan nyeri bila syaraf disekitar jari kaki ditekan atau mengeluarkan suara
sampai hewan memiliki kemampuan untuk duduk sternal, berdiri atau jalan
(Moens dan Fargetton 1990; Verstegen dan Petcho 1993; McKelvey dan
Hollingshead 2003).
McKelvey dan Hollingshead (2003) dan Tranquilli et al. (2007) menyatakan
bahwa untuk memonitor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi
umum. Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari perubahan fisiologis sebagai
tanda kedalaman anestesi, seperti disajikan pada Tabel 1.
10
jantung >90x/mnt 60-90/mnt, <60x/mnt,
>90x/mnt CRT CRT lama,
meningkat, membran
Pulse lemah pucat.
Denyut
Ada respon
Respon bedah/ jantung dan
Kuat Kuat dengan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
insisi respirasi
gerakan
meningkat
Kedalaman Tidak Tidak
Dangkal Sedang Dalam Over dosis Mati
anestesi teranestesi teranestesi
Tengah, Sering Ditengah,
Posisi Bola Tengah, tidak
Tengah rotasi, tidak rotasi di rotasi di Tengah Tengah
mata tetap
tetap ventral ventral
Mungkin Dilatasi Dilatasi Dilatasi
Ukuran Pupil Normal Normal Dilatasi lebar
berdilatasi ringan sedang lebar
Sangat
Respon Pupil (+) (+) (+) Lambat (-) (-)
lambat, (-).
Sangat
Kejangan Otot Baik Baik Baik Relaksasi Lembek Lembek
menurun
Ada
(patella,
telinga, Semua
Ada, mungkin Ringan,
Refleks Ada palpebral, minimal, Tidak ada Tidak ada
berlebih hilang
kornea), hilang
yang lain
hilang
Stadium 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi
segera setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium
ini masih sadar tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap
rasa nyeri. Respirasi dan denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua
refleks masih ada; Stadium 2 atau stadium delirium atau eksitasi adalah stadium
yang dimulai dari hilangnya kesadaran. Semua refleks masih ada dan bisa muncul
berlebihan. Hewan masih dapat mengunyah, menelan, dan mulut umumnya
11
menganga. Kondisi pupil yang dilatasi tetapi akan berkontriksi apabila ada
rangsangan sinar. Stadium ini berjalan cepat dan bahkan akan terlewati apabila
diberikan preanestesi yang baik. Stadium 2 akan berakhir apabila hewan
menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi menurun, dan terjadi penurunan
refleks; Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium melakukan tindakan
bedah dan dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan, plane 2
atau anestesi pembedahan, plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa;
dan Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis).
12
berbeda-beda dalam hal potensi, keamanan dan kemampuan untuk menimbulkan
analgesia dan relaksasi otot rangka.
Anastesia inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui peredaran
darah sampai ke jaringan otak. Inhalasi gas (N2O etilen siklopropan) anestetika
menguap (eter, halotan, fluotan, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan
fluroksen)
Faktor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi dan sifat-sifat. Fisik zat
anestetika mempengaruhi kekuatan manapun kecepatan anastesia.
13
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Anestesi dikemukakan oleh O.W Holmes Sr yang berasal dari bahasa
Yunani anaisthesia (an= tanpa, aisthetos= perpepsi, kemauan, merasa) secara
umum berarti suatu tindakan menhilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit tubuh.
Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat
(SSP) secara reversibel (Adams 2001). Anestesi umum merupakan kondisi yang
dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan
obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon
terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta
hilangnya kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan Hollingshead 2003).
Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria : tiga
komponen anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi), penekanan
refleks, ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi), mudah
diaplikasikan dan ekonomis.
Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3
golongan: Obat Anestetika gas (inhalasi), Obat Anestetika yang menguap, Obat
Anestetika yang diberikan secara intravena.
Tahap preanestesi merupakan tahapan yang dilakukan segera sebelum
dilakukan anestesi, dimana data tentang pasien dikumpulkan, pasien dipuasakan,
serta dilakukan pemberian preanestetikum.
Untuk memonitor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi
umum. Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari perubahan fisiologis sebagai
tanda kedalaman anestesi.
14
5.1 Saran
Tindakan anestesi pada hewan yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria :
tiga komponen anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi),
penekanan refleks, ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan
respirasi), mudah diaplikasikan dan ekonomis. Pada saat melakukan tindakan
anestesi perlu di perhatikan durasi dan dosis yang diberikan agar tidak
mengancam nyawa pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hughes, J.M.L. 2008. Anaesthesia for the geriatric dog and cat. 61. Irish
Veterinary..............02.
Richard Bednarski, MS, DVM, DACVA (Chair), Kurt Grimm, DVM, MS, PhD,
DACVA, DACVCP, Ralph Harvey, DVM, MS, DACVA, Victoria M. Lukasik,
DVM, DACVA, W. Sean Penn, DVM, DABVP (Canine/Feline),Brett Sargent,
DVM, DABVP (Canine/Feline), Kim Spelts, CVT, VTS, CCRP (Anesthesia),
Robert Smith, MD. 2011. AAHA Anesthesia Guidelines for Dogs and Cats.
VETERINARY PRACTICE GUIDELINES. 377. www.JAAHA.ORG. 02.
Sardjana, I Komang Wiarsa dan Diah Kusumawati. 2004. Anastesi Veteriner Jilid
I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sellers, Glen, Hui-Chu Lin, Manuel Felipe Chamorro, and Paul Harold
Walz.2013. Comparison of Isoflurane and Sevoflurane Anesthesia in Holstein
Calves for Placement of Portal and Jugular Vein Cannulas. American
Journal of Animal and Veterinary Sciences. 8 (1): 1-7.
16
LAMPIRAN
17
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
ISSN : 1411 - 8327
Jalan Paglima Besar Sudirman Denpasar Bali Tlp. (0361) 223791. Email: sudisma@yahoo.com
2)
Laboratorium Penyakit Dalam, 3) Laboratorium Bedah, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus Dramaga Bogor 16680 Tlp. (0251) 8626460
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas dan efektivitas penggunaaan kombinasi ketamin-
propofol secara gravimetrik pada anjing. Kualitas waktu anestesi serta fungsi kardiovaskuler dan respirasi
dievaluasi pada 20 ekor anjing domestik. Anjing dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing
empat ekor sebagai ulangan. Semua hewan coba dipremedikasi atropinxilazin (AX) (0,03 dan 2 mg/
kgBB) secara intramuskuler, setelah 10 menit diinduksi intravena dengan ketamin-propofol (KP) (masing-
masing 4 mg/kg BB), dan 15 menit kemudian diinfus intravena secara gravimetrik dengan ketamin-
propofol (K-P-) sampai menit ke-120. Dilakukan infus ketamin-propofol 0,2 mg/kg/menit pada perlakuan
AXKP-K2P2, 0,4 mg/kg/menit pada AXKP-K4P4, dan dosis 0,6 mg/kg/menit pada perlakuan AXKP-K6P6.
Sedangkan perlakuan AXKP-P4 diinfus dengan propofol 0,4 mg/kg/menit, serta perlakuan AXKP-I
dianestesi dengan isofluran 1-2%. Sebelum dan selama hewan teranestesi dilakukan pemeriksaan fungsi
kardiovaskuler yaitu frekuensi denyut jantung, capillary refill time (CRT), dan elektrokardiogram (EKG)
serta pemeriksaan fungsi respirasi yaitu frekuensi respirasi, end tidal CO2 (ET CO2), dan saturasi oksigen
(Sp O2). Semua kombinasi anestetik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap waktu
induksi, waktu anestesi, waktu sadar, dan waktu pemulihan. Perlakuan AXKP-K2P2 dan AXKP-K4P4
berpengaruh minimal terhadap denyut jantung, respirasi, ET CO2, Sp O2, nilai CRT, dan EKG. Perlakuan
AXKP-K6P6 menyebabkan penurunan tajam terhadap Sp O2 dan peningkatan tidak stabil terhadap
denyut jantung, respirasi, serta ET CO2. Pemeliharaan status teranestesi dengan AXKP-P4 menyebabkan
tertekannya respirasi dan penurunan denyut jantung. Keseluruhan kombinasi anestetik tidak
memengaruhi gambaran listrik jantung. Penelitian ini menunjukkan kombinasi ketamin-propofol dosis
0,2-0,4 mg/kg/menit menghasilkan kualitas anestesi yang baik dan dapat digunakan untuk pemeliharan
status teranestesi secara gravimetrik sebagai alternatif pengganti anestesi inhalasi pada anjing.
Kata-kata kunci : anestesia, gravimetrik, ketamin, propofol, anjing
ABSTRACT
This study aim was to evaluate quality of anaesthesia by using gravimetric infusion anaesthesia with
ketamine and propofol in dogs. The quality of anaesthesia, duration of actions, and the physiological responsse
of anaesthesia were evaluated in twenty domestic dogs. Anaesthesia was induced intramuscularly with
atropine (0.03 mg/kg)-xylazine (2 mg/kg) (AX), intravenously ketamine-propofol (KP) (4 mg/kg), and
maintained with continuous intravenous infusion with pre-mixed propofol (P) and normal saline containing
2 mg/ml of propofol and 2 mg/ml of ketamine (K). Domestic stray dogs were randomly divided into five
groups. Groups AXKP-K2P2, AXKP-K4P4, and AXKP-K6P6 were treated with ketamine-propofol the dose
0.2 mg/kg/minute, 0.4 and 0.6 mg/kg/minute respectively, while group AXKP-P4 was given propofol 0.4 mg/
kg/minute and group AXKP-I was given isoflurane 1-2%. Heart rate (HR), respiratory rate (RR),
electrocardiogram (ECG), blood oxygen saturation (SpO2), end tidal CO2 (ET CO2), and capillary refill time
(CRT) were measured. No significant difference (P>0.05) found between the groups in anaesthetion times.
All groups showed rapid and smooth inductions, prolonged surgical stage, and rapid recovery. Groups AXKP-
K2P2 and AXKP-K4P4 showed minimal physiological effect on the dogs. The HR, RR, ET CO2, SpO2, CRT,
and ECG wave were stabl. Combination of AXKP-K6P6 induced SpO2 depression, increased and instability
of HR, RR and ET CO2. Groups AXKP-P4 showed decreased of HR and respiratory depression. All anaesthetic
combinations showed no significant influence (P>0.05) on the electricity of the dogs heart. The combination
of ketamine-propofol at dose 0.2 and 0.4 mg/kg/minute were found to be better as an application for
maintaining anaesthesia by gravimetric continuous intravenous infusion. The method is a suitable
alternative for inhalation anaesthesia in dogs.
189
Sudisma et al Jurnal Veteriner
190
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
Jones, 1996; Muir et at., 2000; McKelvey dan dan pedal), dan arah bola mata menuju
Hollingshead, 2003). Selama proses adaptasi, ventrokantus. Durasi anestesi diukur mulai
semua anjing dibebaskan dari parasit eksternal hewan teranestesia sampai hewan sadar
dan internal dengan memberikan obat cacing ditandai dengan adanya gerakan, munculnya
dan ektoparasit (McKelvey dan Hollingshead, respons rasa nyeri, suara, dan refleks. Waktu
2003). Penelitian ini menggunakan alat fisiograf sadar diukur dari infus dicabut sampai hewan
(model BSM-800, Nihon Kohden), oxymetri mulai sadar. Waktu pemulihan (recovery)
(VE02-14), dan elektrokardiogram (Cardisuni diukur dari hewan mulai sadar sampai hewan
D300). bisa berdiri dengan keempat kaki.
191
Sudisma et al Jurnal Veteriner
dengan uji wilayah berganda Duncan dengan mempunyai tempat kerja yang berbeda dengan
selang kepercayaan 95% dan 99% (Rossi dan propofol, mekanisme ketamin menghasilkan
Junqueira, 2003; Steel dan Torrie, 1981). anestesi bekerja secara antagonis dengan
reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan
mampu meningkatkan pengaruh anestesia
HASIL DAN PEMBAHASAN apabila dikombinasikan dengan propofol untuk
induksi anestesi pada manusia (Lerche et al.,
Waktu anestesi 2000).
Perlakuan AXKP-K2P2, AXKP-K4P4,
AXKP-K6P6, AXKP-P4, dan perlakuan AXKP- Denyut Jantung
I mempunyai waktu induksi, durasi, sadar, dan Terjadi penurunan denyut jantung pada
waktu pemulihan yang tidak berbeda nyata awal perlakuan disebabkan karena pengaruh
(P>0,05) (Tabel 1). premedikasi atropin-xilazin (Gambar 1a). Xilazin
Waktu induksi tidak berbeda karena mempunyai potensi bekerja lebih cepat
premedikasi dan induksi yang digunakan sama dibandingkan atropin dan berpengaruh sangat
yaitu atropin-xilazin-ketamin-propofol (AXKP). kuat menurunkan denyut jantung (Rossi dan
Sedangkan durasi, waktu sadar, dan waktu Junqueira, 2003; Adams, 2001; Bishop, 1996).
pemulihan pada semua perlakuan tidak berbeda. Golongan a2-adrenergik agonis seperti xilazin
Hal tersebut berarti pemeliharaan status menyebabkan penurunan transmisi simpatik
teranestesi secara infus gravimetrik dengan dari susunan saraf pusat, tertekannya
kombinasi ketamin-propofol dosis 0,2 0,6 mg/ pacemaker secara langsung, tertekannya
kg/menit tidak berbeda dengan anestesi inhalasi konduksi, terhambatnya pelepasan
isofluran. Kombinasi ketamin-propofol noradrenalin dari ujung saraf simpatik,
memberikan pengaruh positif terhadap waktu peningkatan pelepasan acetylcholine dari saraf
anestesi, menghasilkan waktu induksi cepat dan parasimpatik, dan meningkatnya tonus vagal
lembut, waktu anestesinya lama, waktu sadar (Rossi dan Junqueira, 2003). Xilazin
dan waktu pemulihan juga cepat dan lembut. menyebabkan aktivitas simpatik menurun dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian aktivitas vagal meningkat (Kul et al., 2001).
VanNatta dan Rex (2006), Holmeister et al., Selanjutnya pada menit ke-20 terjadi
(2008), dan Muhammad et al., (2009) bahwa peningkatan denyut jantung karena atropin
kombinasi ketamin dan propofol dapat diberikan secara intramuskuler bersamaan
menghindari depresi respirasi, induksi lembut, dengan xilazin, sehingga atropin bekerja lebih
waktu pemulihan cepat dan lembut, dan fungsi lambat dibandingkan dengan xilazin. Atropin
psikomotornya cepat kembali saat pemulihan. mampu meningkatkan denyut jantung dan
Propofol menghasilkan pengaruh anestesi mencegah terjadinya bradikardia akibat xilazin.
dengan mekanisme yang bekerja pada reseptor Atropin merupakan obat antimuskarinik
Amino Butiric Acid A (GABAA) dan digunakan digunakan untuk mengurangi salivasi, sekresi
sebagai induksi anestesi karena mempunyai bronkhial, dan untuk melindungi serta
mula kerja dan waktu pengeluaran dari tubuh mencegah kejadian aritmia yang disebabkan
yang cepat (Stoelting, 1999). Ketamin oleh prosedur atau sifat obat-obat anestesi
Tabel 1 Nilai rata-rata simpangan baku (rata-rata SD) waktu induksi, durasi, sadar, dan
waktu pemulihan selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-propofol (AXKP) dan
pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan propofol(P) pada
anjing
192
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
(Bishop, 1996). Atropin termasuk obat yang pengaruh anestesi apabila dikombinasikan
bekerja secara kompetitif terhadap dengan propofol (Lerche et al., 2000). Dosis
acetylcholine, sehingga berpengaruh untuk ketamin yang rendah menghasilkan pengaruh
meningkatkan denyut jantung (Carlson, 1986). analgesik yang baik dan efek samping yang
Pemeliharaan status teranestesi melalui minimal (Intelisano et al., 2008).
tetes infus gravimetrik dengan propofol (0,4 mg/
kg/menit) menyebabkan penurunan denyut Elektrokardiogram (EKG)
jantung sangat nyata pada menit ke-70 sampai Perubahan amplitudo gelombang P dan R,
140 (Gambar 1a). Hal tersebut karena infus durasi PR dan QRS selama teranestesi pada
dengan propofol menyebabkan penurunan semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
denyut jantung karena pengaruh premedikasi nyata dengan nilai awal (Gambar 1b,1c,1d, dan
xilazin sangat kuat menurunkan denyut 1f). Hal tersebut berarti bahwa perlakuan
jantung dan pengaruh premedikasi atropin yang premedikasi, induksi, dan pemeliharaan status
diberikan secara intramuskuler sudah hilang teranestesi belum menyebabkan perubahan
sampai menit ke-50. Ko et al., (2001) terhadap listrik jantung pada saat terjadi
melaporkan bahwa penambahan atropin pada depolarisasi dan repolarisasi atrium mau pun
anjing yang mengalami sedasi akibat anestesi, depolarisasi ventrikel. Otot jantung mampu
sangat efektif mencegah bradikardia selama 50 berkontraksi sendiri akibat aliran listrik dari
menit. Propofol menimbulkan pengaruh tidak nodus sino-atrial sebagai pace maker, nodus
nyata terhadap denyut jantung anjing atrio-ventrikel, berkas His, dan serabut
(Mohamadnia et al., 2008). Begitu pula Purkinje. Sistem saraf hanya dapat
penelitian Belo et al., (1994) pada manusia, memodifikasi aliran listrik pada jantung,
bahwa propofol menyebabkan penurunan sehingga perubahan aliran listrik atau aksi
tekanan darah tetapi tidak menyebabkan potensial pada sistem saraf akibat perlakuan
perubahan pada denyut jantung. Propofol anestesi belum mampu mengubah aliran listrik
mempunyi molekul mirip alkohol, melekulnya pada atrium maupun ventrikel jantung.
bekerja dan berikatan pada reseptor GABAA Durasi interval QT pada perlakuan AXKP-
pada membran sel saraf pada otak khususnya P4 dan AXKP-I mengalami peningkatan.
reseptor GABAA subtipe 3 (pada transmembran Pemeliharaan status teranestesi hanya dengan
(TM)2 dan TM3 bagian N265 (N265)) sehingga propofol dan isofluran menyebabkan perlam-
menyebabkan kehilangan kesadaran batan repolarisasi ventrikel sehingga durasi
(unconciousness) dan pada reseptor GABAA interval QT meningkat. Perlakuan kombinasi
subtipe 2 (50% pada CNS) menyebabkan sedasi. AXKP-K2P2 dan AXKP-K4P4 tidak menyebab-
Propofol menghilangkan kesadaran dan pelemas kan perubahan (Gambar 1e). Pemeliharaan
otot yang baik, menyebabkan hipotensi arterial anestesi hanya dengan propofol dan isofluran
dan bradikardi terutama apabila diberikan cenderung memengaruhi waktu yang
secara cepat dengan dosis yang tinggi (Miller, dibutuhkan jantung untuk berdenyut lebih lama
2010; Franks, 2008; Stawicki, 2007). terutama pada saat terjadinya repolarisasi
Tetes infus gravimetrik dengan kombinasi ventrikel, sedangkan kemampuan atau
ketamin-propofol dosis 0,2 dan 0,4 mg/kg/menit, kekuatan jantung untuk berdenyut tidak
serta isofluran dosis 1-2% tidak berpengaruh terpengaruh. Keadaan tersebut bersamaan
nyata terhadap denyut jantung, tetapi dengan dengan terjadinya penurunan frekuensi denyut
kombinasi ketamin-propofol dosis 0,6 mg/kg/ jantung. Telah diketahui bahwa waktu untuk
menit menyebabkan denyut jantung meningkat ventrikel mengadakan repolarisasi berbanding
tidak stabil (Gambar 1a). Hal tersebut lurus dengan laju jantung. Semakin cepat
disebabkan karena pengaruh anestesi dan efek jantung berdenyut, semakin cepat pula waktu
samping propofol sangat berhubungan dengan untuk repolarisasi, dan semakin pendek interval
dosis dan keuntungan penggunaaan propofol QT. Sebaliknya apabila denyut jantung semakin
diperoleh dengan cara mengatur dosis dan lambat, maka semakin panjang pula interval
mengkombinasikan dengan anestetik lain seperti QT (Karim dan Kebo, 2002). Dalam penelitian
ketamin (McKelvey dan Hollingshead, 2003). ini, perpanjangan interval QT disebabkan oleh
Ketamin mempunyai tempat kerja yang berbeda penggunaan xilazin pada perlakuan premedikasi
dengan propofol, mempunyai pengaruh anestesi dan pada saat pemeliharaan status
antinosiseptik, serta mampu meningkatkan teranestesi tidak dikombinasikan dengan
193
Sudisma et al Jurnal Veteriner
a b
c d
e f
Gambar 1 Perubahan nilai rataan denyut jantung (a), gelombang P (b), gelombang R (c), interval
PR (d), interval QT (e), dan komplek QRS (f) selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-
propofol (AXKP) dan pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan
propofol(P) pada anjing. I= isofluran; P4= propofol 0,4 mg/kg/menit; K2P2= ketamin propofol 0,2
mg/kg/menit; K4P4= ketamin propofol 0,4 mg/kg/menit; K6P6= ketamin propofol 0,6 mg/kg/menit.
194
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
a b
c d
Gambar 2 Perubahan nilai rataan respirasi (a), endtidal CO2 (ET CO2) (b), saturasi oksigen (Sp
O2) (c), dan capillary refill time (CRT) (d) selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-propofol
(AXKP) dan pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan propofol(P)
pada anjing. I= isofluran; P4= propofol 0,4 mg/kg/menit; K2P2= ketamin propofol 0,2 mg/kg/menit;
K4P4= ketamin propofol 0,4 mg/kg/menit; K6P6= ketamin propofol 0,6 mg/kg/menit.
menyebabkan penurunan respirasi dan saturasi 2007). Subtipe 3 yang terdapat pada reseptor
oksigen. Penurunan saturasi oksigen juga GABAA juga merespons terjadinya depresi
disebabkan karena obat obat anestetik respirasi akibat etomidat dan propofol pada CNS
menyebabkan relaksasi otot bronkhus dan (Henschel et al., 2008). Propofol secara tunggal
penurunan tingkat oksigenasi darah (Ismail et menyebabkan apnea dan kombinasi ketamin-
al., 2010). Premedikasi xilazin juga menyebab- propofol mampu mengurangi tekanan respirasi
kan penurunan saturasi oksigen akibat dibandingkan hanya dengan propofol (Maddison
menurunnya respirasi. Baniadam et al., (2007) et al., 2002; Andrews et al., 1997; Stawicki, 2007;
juga melaporkan bahwa xilazin menyebabkan Mohamadnia et al., 2008).
penurunan saturasi oksigen, sehingga nilai Tetes infus gravimetrik dengan kombinasi
saturasi oksigen menurun lebih tajam pada ketamin-propofol dosis 0,2 dan 0,4 mg/kg/menit,
menit ke-10 dan 20. serta isofluran dosis 1-2% tidak berpengaruh
Pemeliharaan status teranestesi melalui nyata terhadap respirasi dan saturasi oksigen.
tetes infus gravimetrik dengan propofol (0,4 mg/ Tetapi kombinasi ketamin-propofol dosis 0,6 mg/
kg/menit) menyebabkan penurunan frekuensi kg/menit menyebabkan respirasi meningkat
respirasi sangat nyata pada menit ke-40 sampai tidak stabil dan nilai saturasi oksigen menurun
70 (Gambar 2a). Hal tersebut disebabkan karena tajam pada menit ke-50 sampai menit ke-140
infus dengan propofol menghasilkan pengaruh (Gambar 2a, 2c). Hal tersebut disebabkan
menghilangkan kesadaran dan pelemas otot karena pengaruh anestetik dan efek samping
yang baik, menyebabkan hipotensi arteri, propofol sangat berhubungan dengan dosis dan
bradikardi, dan depresi respirasi terutama keuntungan penggunaaan propofol diperoleh
apabila diberikan secara cepat dengan dosis yang dengan cara menurunkan dosis dan
tinggi (Miller, 2010; Franks, 2008; Stawicki, mengombinasikan dengan agen anestetik lain
195
Sudisma et al Jurnal Veteriner
seperti ketamin (McKelvey dan Hollingshead, (hiperventilasi) yang menyebabkan tekanan CO2
2003). Ketamin mampu meningkatkan respirasi menurun (Aditama, 1987). Dosis
pengaruh anestesia apabila dikombinasikan propofol lebih tinggi (0,6 mg/kg/menit) menekan
dengan propofol (Lerche et al., 2000), sedangkan respirasi lebih kuat dan memaksa jantung
penurunan nilai saturasi oksigen yang tajam berdenyut lebih kuat sehingga respirasi naik
pada menit ke-50 sampai menit ke-140 turun dan tekanan CO2 sangat tajam naik turun
disebabkan karena tingginya konsentrasi dan tidak stabil.
propofol. Propofol mempunyai potensi mendepresi
respirasi, menyebabkan penurunan metabolik Capillary Refill Time (CRT)
dan saturasi oksigen (Seymour dan Novakovski, Nilai CRT mengalami peningkatan pada
2007). Mohamadnia et al., (2008) melaporkan menit ke-20 sampai 40, selanjutnya menurun
bahwa saturasi oksigen menurun akibat mendekati nilai awal sampai menit ke-140
pemberian propofol dengan konsentrasi lebih (Gambar 2d). Hal tersebut disebabkan karena
tinggi. Penurunan saturasi oksigen juga dapat penurunan denyut jantung, curah jantung, dan
disebabkan oleh terjepitnya leher dan karena dilatasi pembuluh darah perifer dapat
adanya tranduser pada lidah sehingga menyebabkan meningkatnya nilai CRT (Rossi
mengganggu respirasi. dan Junqueira, 2003; Kul et al., 2001).
Konsentrasi propofol yang tinggi berpotensi
End Tidal CO2 (ET CO2) mendepresi respirasi dan menyebabkan
Perubahan nilai ET CO 2 pada semua penurunan metabolik (Seymour dan
perlakuan tidak berbeda nyata dengan nilai awal Novakovski, 2007). Subtipe 3 yang terdapat
(Gambar 2b), perlakuan anestesi belum pada reseptor GABAA juga merespons terjadinya
mengakibatkan perubahan terhadap volume depresi respirasi akibat propofol pada CNS
tidal dan nilai CO2 respirasi. Hal tersebut (Henschel et al., 2008). Efek samping
menunjukkan bahwa volume tidal sangat penggunaaan propofol adalah hipotensi dan
ditentukan oleh kedalaman respirasi. Respirasi apnea (Stawicki, 2007), secara langsung
yang lebih dalam dengan frekuensi yang lebih menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi
rendah dapat mempertahankan volume tidal pembuluh darah (Karsli et al., 1999), sehingga
dan jumlah gas CO2 respirasi. Greene dan nilai CRT menjadi lebih lama.
Thurmon (1988) melaporkan bahwa tidak
ditemukan perubahan tekanan O2 dan CO2
setelah penyuntikan xilazin pada anjing, SIMPULAN
demikian juga Allen et al., (1986) mendapatkan
bahwa kombinasi xilazin dan ketamin pada Kombinasi ketamin-propofol secara
kucing tidak menyebabkan perubahan pada gravimetrik, menghasilkan kualitas anestesi
tekanan CO2 dan O2. yang baik untuk pemeliharan status teranestesi
Pemeliharaan status teranestesi melalui pada anjing. Kombinasi ketamin-propofol
infus gravimetrik dengan kombinasi ketamin- menghasilkan waktu induksi cepat dan lembut,
propofol menyebabkan penurunan nilai CO2 waktu anestesi panjang, dan waktu pemulihan
tetapi tidak berbeda nyata dengan nilai awal. singkat, serta memiliki resiko yang minimal
Perubahan nilai CO2 yang tidak stabil terjadi terhadap fungsi kardiovaskuler dan respirasi
pada perlakuan AXKP-K6P6 (0,6 mg/kg/menit) pada anjing selama teranestesi. Kombinasi
walaupun tidak berbeda nyata dengan nilai awal ketamin-propofol dapat digunakan untuk
(Gambar 2b), karena efek samping penggu- pemeliharaan status teranestesi secara
naaan dosis propofol dan ketamin yang tinggi. gravimetrik melalui infus intravena sebagai
Pemberian anestetik menyebabkan penurunan alternatif anestesi inhalasi pada anjing.
metabolisme tubuh dan menyebabkan
penurunan tekanan oksigen sehingga tubuh
berusaha mempertahankan homeostasis supaya SARAN
tetap normal dengan cara metabolisme
anaerobik dan terjadi alkalosis respirasi yang Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
ditandai dengan penurunan tekanan CO 2 menggunakan kombinasi ketamin-propofol
respirasi (Woodrow, 2004). Apabila kondisi dengan variasi dosis yang lebih banyak untuk
tekanan oksigen darah menurun, terjadi mendapatkan kombinasi yang paling optimum.
rangsangan untuk stimulasi pernapasan
196
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
197
Sudisma et al Jurnal Veteriner
Karsli B, Kaya T, Sarioglu Y. 1999. Effects of Muir WW, Hubbell JAE, Skarda RT, Bednarski
ketamine, propofol and midazolam on RM. 2000. Veterinary anesthesia. 3rd Ed.
spontaneus contractions of isolated pregnant United States of America: Mosby.
rat myometrium. T Klin J Med Res. 17:70- Pathak SC, Migan JM, Peshin PK, Singh AP.
76. 1982. Anesthetic and hemodynamic effecs
Ko JCH, Fox SM, Mandsager RE. 2001. Effects of ketamine hydrochloride in buffalo calves.
of preemptive atropine administration on Am J Vet 5:875-877.
incidence of medetomidine-induced Pretto EA. 2002. Pursuing the holy grail of
bradycardia in dogs. JAVMA 218: 52-57. anesthesia. Anesthesiology News. 1:1-9.
Kul M, Koc Y, Alkan F, Ogurtan Z. 2001. The Rossi RD, Junqueira AL. 2003. Analgesic and
effects of xylazine-ketamine and diazepam- systemic effects of ketamine, xylazine, and
ketamine on arterial blood pressure and lidocaine after subarachnoid administration
blood gases in dog. OJVR 4:124-132. in goats. Am.Journal Vet.R 64: 51-56.
Lerche P, Nolan AM, Reid J. 2000. Comparative Seymour C, Novakovski TD. 2007. Manual of
study of propofol or propofol and ketamine canine and feline anaesthesia and analgesia.
for the induction of anaesthesia in dog. The 2nd Ed. Brithis Small Animal Veterinari
Veterinary Record. 146:571-574. Association. P. 71.
Lumb WV, Jones EW. 1996. Veterinary Stawicki SP. 2007. Common sedative agents.
Anesthesia. 3rd Ed. Philadelphia: Lea and OPUS 12 Scientist. 1:8-9.
Febiger. Steel RGD, Torrie JH. 1981. Principles and
Maddison J, Page S, Church D. 2002. Small procedures of statistics. 2 nd Ed. Tokyo.
animal clinical pharmacology. 1st Ed. USA. McGraw Hill International Book.
WB Saunders. Stoelting RK.1999. Nonbarbiturate induction
McKelvey D, Hollingshead KW. 2003. Veterinary drugs. In Pharmacology and Physiology in
Anesthesia and Analgesia. 3rd Ed. United Anesthetic Practice. Philadelphia.Hlm.140-
States of America: Mosby. 448 hlm. 157.
Miller RD. 2010. Millers Anesthesia. 7thEd. VanNatta ME, Rex DK. 2006. Propofol alone
United States of America: Churchill titrated to deep sedation versus propofol in
Livingston Elsevier. combination with opioid and/or
Muhammad N, Zafar MA, Muhammad G, benzodiazepines and titrated to moderate
Masood MZ, Manzoor A, sarfaraz I. 2009. sedation for colonoscopy. Amer J
Comparative anaesthetic efficacy of propofol, Gastroenteral 101: 2209-2217.
thiopental sodium and combination of Wanna O, Werawatganon T, Piriyakitphaiboom
propofol with ketamine hydrochloride in S, Taesiri B. 2004. A comparison of propofol
dogs. Pakistan Vet J 29: 11-15. and ketamine as induction agents for
Mohamadnia AR, Shabazkia H, Akhlaghi M, cesarean section. J Med Assoc Thai 87:774-
Shahrokhi M, saberin L. 2008. Clinical 9
evaluation of repeated propofol total Woodrow P. 2004. Blood gas analysis. Nursing
intravenous anesthesia in dog. Pakistan Standart 18:45-52.
Journal of Biological Sciences 11: 1820-
1824.
198
Irish Veterinary Journal Volume 61 Number 6
hand, fluid overload is more likely to result in congestive (Harvey and Paddleford, 1999). When one takes into
heart failure and pulmonary oedema than in the adult account the fact that ageing decreases the requirement for
patient, so fluid rates should be tailored to the patients anaesthetic agents, this effect can be significant. Conversely,
requirements (see below). lipophilic drugs (i.e., most anaesthetic agents, including
Conduction system changes in the older patient make the thiopentone and propofol) will have an increase in volume
heart more prone to arrhythmias (Fisch, 1981; Carpenter of distribution in elderly patients due to increased body
et al. 2005). In addition, whilst under anaesthesia, hypoxia, fat. This may result in decreased peak plasma levels; this
hypercapnia, pain and many of our drugs (for example is not usually a problem due to decreased anaesthetic
atropine, halothane and xylazine) also increase the risk of requirements in the older patient. However, an increased
arrhythmias (Egger, 2007). Many older dogs have cardiac volume of distribution can lead to an increase in total
disease such as chronic valvular disease or cardiomyopathy. drug to be cleared and, therefore, an increased duration of
These diseases make the heart inefficient as a pump, which action (Aucoin, 1989). Since clearance of most anaesthetic
may result in reduced perfusion pressures and myocardial drugs is dependent largely on hepatic blood flow and renal
hypoxia in the face of increased myocardial work (Carr, filtration and secretion, all of which may be decreased in
2004). the geriatric, duration of action may be further prolonged.
The clinical significance of the changed pharmacokinetics
Sympathetic stimulation of propofol in dogs over eight-and-a-half years of age has
During stress, sympathetic stimulation (the fight or flight been documented (Reid and Nolan, 1996). In this elderly
response) can be detrimental to the older animal as it will population, less propofol was required for induction of
cause a further rise in heart rate and myocardial work. anaesthesia, post-induction apnoea was seen in four of six
If this demand is not met by adequate oxygenation, the dogs and total body clearance was lower than in young
incidence of cardiac arrhythmias will increase, which may mixed breed dogs (i.e., plasma levels remain elevated for
or may not be fatal. Additionally, sympathetic stimulation longer). When studying the pharmacokinetics of pethidine
results in visceral vasoconstriction, reducing the blood flow in dogs over 10 years of age, Waternam and Kalthun
to vital organs such as the kidney (see below) (Guyton and (1990) found that the absorption of the drug from the
Hall, 1996). intramuscular site is slower than in young dogs. This
resulted in a delayed time to peak plasma concentration
The central nervous system (33.3 minutes versus 12.5 minutes), which could be mis-
For reasons that are not fully understood, older patients interpreted as a need for further dosing. Moreover, as
require less injectable and inhalant anaesthetic drugs to elimination was delayed in the older dogs, there is a
produce general anaesthesia. Some of the proposed reasons reduced requirement for repeat dosing. However, total
for this in humans include: (i) a decrease in brain weight; body clearance of the drug was not affected, suggesting
(ii) a decrease in neurotransmitters or a reduced receptor that the ability of the liver to metabolise pethidine is not
affinity for the neurotransmitters; (iii) a decrease in cerebral adversely affected by age alone (Waterman and Kalthum,
blood flow; and, (iv) a change in drug pharmacokinetics 1990). As patients grow older, the number of drugs they
(see below) (Muravchick, 1999). Also, the effects of ageing are prescribed on a daily basis increases and this, combined
on the central nervous system (CNS) can result in poor with changes in absorption, distribution, metabolism and
temperature regulation and this, combined with the elimination of drugs, increases the risk of adverse drug
changes in body composition (see below), put the older reactions by three- to seven-fold (Nies, 2001).
patient at risk from hypothermia. Additionally, many older Not all older dogs are fat, and a decrease in fatty tissue puts
animals have poor vision and hearing and some degree of the older animal at increased risk from hypothermia and
cognitive dysfunction, making them confused and anxious decubital ulcers. In all older patients atrophied muscles tire
in a hospital environment, and perhaps difficult to handle more easily. This includes the respiratory muscles which,
(Landsberg and Araujo, 2005). This causes stress and when they cease to function adequately under anaesthesia,
increases detrimental sympathetic stimulation (see above). will result in hypercapnia; hypoxaemia is also likely if
the animal is not receiving oxygen supplementation (see
Body composition and drug pharmacokinetics below).
The effects of ageing on the onset of action, duration Many older animals have painful joint conditions; this
of action and toxicity of drugs are complex and depend should be taken into account when positioning them for
on factors such as alterations in body composition and surgery or radiography. Efforts should be made to avoid
cardiac, renal and hepatic function. Overall, it is safest pulling limbs into abnormal positions or over-extending
to assume that elderly patients require reduced loading joints, and to provide adequate analgesia following these
doses and longer dosing intervals for most anaesthetic procedures.
drugs. In the elderly patient with less lean body tissue
(and therefore increased body fat) there will be a decrease The renal system
in total body water and thus blood volume. This results Some authors suggest that 15-20% of geriatric cats and
in a greater effect for a given dose of hydrophilic drugs dogs will have renal insufficiency as renal mass, renal
with a small volume of distribution (e.g., NSAIDs) blood flow and glomerular filtration rate are all reduced
(Burkholder, 2000). The ability of the kidney to conserve 1977); this assumes particular importance when the older
sodium, concentrate urine and excrete acid is reduced, with patient is anaesthetised. Older human patients have lower
resultant polydipsia and polyuria. This puts the kidneys resting oxygen levels than young adults (Muravchick,
of the geriatric animal at increased risk during periods of 1999), however this has not been confirmed in elderly dogs
water deprivation, for example pre-anaesthetic fasting. (King et al., 1992). The trachea and larynx are increased in
Moreover, uraemia affects drug activity and toxicity; it diameter in the geriatric, leading to increased anatomical
affects the ability of albumin to bind to drugs and increases dead space and retention of carbon dioxide (Knudson et
the proportion of free (active) drug in the plasma. In al., 1977). Finally, there may be a decrease in the protective
addition, uraemia affects the permeability of the blood laryngeal and pharyngeal reflexes, making aspiration
brain barrier to some drugs (Fishman, 1970), and this may more likely if the animal regurgitates (Pontoppidan and
include thiopentone and other barbiturates, making a given Beecher, 1960). The latter point is important as, in dogs,
dose more potent. As already mentioned, if anaesthesia and increased age is associated with an increased risk of
surgery increase sympathetic stimulation (with resultant gastro-oesophageal reflux during anaesthesia (Galatos and
vasoconstriction), renal blood flow may be further reduced. Raptopoulos, 1995).
The end result of these processes is that a poorly managed If inadequate oxygen is delivered to body tissues, cells will
anaesthetic hastens the development of renal failure. die. This may not be catastrophic if the tissues involved
have ample reserve, as in the normal young animal.
The hepatic system However, in older patients, either with organ disease
Hepatic metabolism of drugs is dependent on two main or in the elderly normal animal, this can have serious
systems hepatic enzymes and hepatic blood flow. consequences. It is often all that is required to precipitate
While enzyme activity remains almost the same in the the decline into renal or cardiac failure.
elderly patient, hepatic mass is reduced, resulting in The effects of hypercapnia often go undetected in
a functional reduction in hepatic microsomal enzyme animal patients, largely because many veterinary
systems. Moreover, there may be reduced metabolism of surgeons do not measure carbon dioxide levels on a
some drugs, such as the benzodiazepines, especially if routine basis. Hypercapnia will result in a sympathetic
another drug is co-administered (e.g., cimetidine) which response (see above). The cardiovascular effects of this
inhibits the enzyme system (cytochrome P-450) required are tachycardia, hypertension and arrhythmias, and the
for metabolism. In this case, the duration of action of effects on the kidney, liver and intestines result from
diazepam or midazolam may be significantly prolonged. visceral vasoconstriction and reduced blood supply which
Age-related reductions in hepatic blood flow lead to compromise cell function, again possibly leading to organ
prolonged plasma clearance of many anaesthetic drugs such failure. Moreover, hypercapnia results in respiratory
as acepromazine, morphine and lidocaine (Dowling, 2005). acidosis, which in turn causes myocardial depression, often
Furthermore, drugs requiring activation by the liver (e.g., masked by tachycardia until the effects are terminal.
phenoxybenzamine) may be ineffective in older patients Maintenance of normal respiratory function is, therefore,
with poor liver function. Additional problems caused by vital in the geriatric patient. In order to prevent
reduced liver function include increased clotting times and hypoxaemia, all older patients should receive supplemental
thus risk of bleeding, hypoproteinaemia and poor glucose oxygen during anaesthesia and recovery; pre-oxygenation
regulation leading to hypoglycaemia and hypothermia. is also beneficial (see below). Room air contains 21%
oxygen, which is not adequate for oxygenation in the
The respiratory system presence of respiratory depression (which accompanies
The main functions of the respiratory system are, of course, almost all anaesthetic agents). Shivering in the recovery
to oxygenate the blood and remove carbon dioxide. In period increases oxygen requirements by up to 400%:
humans, many factors make the older patient more at if this demand is not met, myocardial hypoxia and
risk from hypoxaemia (reduced oxygen in the blood) and arrhythmias often develop (Holden, 2007). The incidence
hypercapnia (increased carbon dioxide levels in the blood); of hypercapnia can be reduced by using drugs with
few of these causes have been studied in dogs. minimal respiratory depression, keeping the patient warm
The lung loses elasticity with age and the small airways and keeping anaesthetic time to a minimum. Hypercapnia
close at a higher lung volume. This tends to lead to may be prevented or treated by providing positive pressure
a reduction in the volume of the lung available for ventilation, and this is essential if older animals are to be
maximal inspiration and exhalation (vital capacity) and anaesthetised for protracted periods.
the area of lung which acts as a reservoir for oxygen
(functional residual capacity). Moreover, ventilation Pre-anaesthetic assessment
perfusion mismatching is increased, potentially leading Patient pre-anaesthetic assessment is, of course, an
to hypoxaemia and hypercapnia, and there may also be a important part of every anaesthetic protocol. In the elderly
decreased capacity for diffusion in the lungs, due to disease. patient it is essential to detect concurrent disease prior
In people, the thoracic cage becomes more rigid with age, to anaesthesia. A thorough history should be obtained
decreasing compliance, and the respiratory muscles have including any previous or concurrent disease and any
decreased strength, leading to early fatigue (Knudson et al., ongoing medication. A full physical examination should be
carried out, paying particular attention to the body systems renal function is lost before plasma urea rises in dogs and
mentioned above. While pre-anaesthetic blood testing is cats. During anaesthesia, select a fluid that is appropriate
more important in the elderly patient than in the normal to the patients condition normally this will be lactated
young healthy patient, this should never replace the taking Ringers solution, but use a fluid with reduced sodium if
of a full history and carrying out a clinical examination. the animal has cardiac disease. If the animal is not clinically
For elective procedures it is preferable to collect blood and dehydrated, a rate of 5-10 ml/kg/hour will be adequate
urine a few days in advance of surgery to determine the during anaesthesia and recovery. Fluid therapy should be
extent of systemic disease. This will give time to correct continued in the post-anaesthetic period until the animal is
any major abnormalities prior to anaesthesia. A suggested eating and drinking adequately.
minimum panel should include:
packed cell volume (PCV) Pre-oxygenation
total plasma protein and albumin If the elderly patient will tolerate a face mask delivering
glucose 100% oxygen for three to five minutes prior to induction
urea and creatinine of anaesthesia, this will be very beneficial. This fills the
alkaline phosphatase (AP) and alanine animotransferase functional residual capacity of the lung with oxygen
(ALT) which acts as a reservoir in case of apnoea or respiratory
urine specific gravity depression at induction of anaesthesia. However, if the
Common endocrine diseases in the older dog and cat patient struggles during pre-oxygenation this causes a
include hypothyroidism and diabetes mellitus in the dog detrimental sympathetic response, and the mask should
and hyperthyroidism in the cat, and screening tests should be removed. Unless you are using a new face mask and
be performed as appropriate. breathing system, flush the system with oxygen for a
Many older animals presenting for anaesthesia are minute or two before introducing the face mask to the dog
receiving medication for arthritis, heart disease, endocrine or cat, to eliminate the smell of anaesthetic agent. Flow-
disorders or other abnormalities. The majority of by oxygen (holding a source of oxygen close to the nose /
medications should be given as normal on the day of mouth) is also helpful and causes minimal patient stress.
anaesthesia. However, some medications do interact
with anaesthetics and it is best to consult an up-to-date Anaesthetic techniques
formulary or a comprehensive review (Mealey and Note, as the safest anaesthetic is often the one you are most
Matthews, 1999). Here are three examples: familiar with, especially if carried out carefully, the new
Acepromazine should be avoided as a premedicant techniques below should be tried out in advance, in healthy
for animals receiving ACE inhibitors, calcium patients.
channel blockers or pimobendan for cardiac disease:
acepromazine will potentiate vasodilation, causing Premedication and sedation
severe hypotension. Several aims of the premedication include:
Patients receiving digoxin are more at risk of reduction of patient stress;
developing arrhythmias under anaesthesia: any drug reduction of doses of subsequent drugs;
which promotes arrhythmias should be avoided, e.g., provision of pre-emptive analgesia; and,
xylazine, atropine, halothane. provision of a smooth recovery period.
Many older animals are receiving long term non- In the geriatric patient, low doses of mild sedative drugs
steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) for should be used to provide a stress-free pre-operative period,
arthritis. These animals should not receive the full post- rather than cause profound sedation (Dodman et al.,
operative dose of NSAID after surgery. NSAIDs should 1984). Low doses of acepromazine (0.01-0.02 mg/kg IM)
never be given concurrently with steroids. For further are suitable for many patients, provided they do not have
information on the use of NSAIDs for peri-operative significant cardiovascular disease. The benzodiazepines
analgesia see below. (midazolam 0.2 mg/kg IM or IV, or diazepam 0.2 mg/kg
IV), which are poor sedatives in young bouncy animals,
Fluid therapy usually have a mild to good sedative effect in the elderly
Older animals should be fasted from food as per normal patient, with minimal cardiovascular and respiratory side
adults, but water should not be withdrawn until the time effects. Oral diazepam should be avoided in cats due to
of premedication (i.e., 15-20 minutes prior to anaesthesia). the risk of iatrogenic hepatic failure (Center et al., 1996).
As many old animals have some degree of polydipsia and Combining either acepromazine or a benzodiazepine
polyuria, the above practice helps prevent dehydration. with an opioid increases the sedative effects, whilst also
In the authors opinion, an intravenous (IV) cannula providing some pre-emptive analgesia. In the animal that is
should be placed in all geriatric patients. Fluids should be already experiencing pain, analgesia is of particular benefit
administered as appropriate prior to anaesthesia this is in the premedication as it reduces sympathetic stimulation,
especially important in a cat or dog with renal disease and heart rate, myocardial oxygen demand and the risk of
these patients should receive IV fluids for at least 12 hours arrhythmias.
prior to anaesthesia. It should be remembered that 75% of The four opioids in most common use in dogs and cats
are morphine, pethidine, buprenorphine and butorphanol Saffan (6-12 mg/kg IV) results in minimal cardio-
(Table 1). Of these, morphine is the most effective analgesic vascular and respiratory depression and is generally
and the one that the author recommends for animals suitable for induction of anaesthesia in the old cat.
undergoing major surgery: it is also a good sedative. However, Saffan may result in unexpected oedema of
Buprenorphine has the longest duration of action, is also the feet, ears and occasionally the larynx or lungs and,
a good sedative and is suitable for moderate pain relief, for this reason, propofol may be preferable. Saffan is
particularly in cats. Butorphanol is short acting and a poor not suitable for use in the dog, but a new preparation of
analgesic. It is, however, an excellent cough suppressant alfaxalone solubilised in cyclodextrin has recently been
and sedative and can be recommended for these effects. licensed in the UK (Alfaxan).
Pethidine provides good, although short-lived, analgesia Midazolam (0.2 mg/kg IV) and fentanyl (5-10 g/kg
and is a moderate sedative when combined with other IV) may be used together for induction of anaesthesia
drugs. in very ill patients but this combination usually requires
Atropine and other anti-cholinergic drugs should be intermittent positive pressure ventilation immediately
avoided for routine premedication as most elderly patients following induction of anaesthesia.
already have a high resting heart rate. Alpha-two agonists Mask induction with gaseous anaesthesia is stressful
(e.g., xylazine and medetomidine) produce a range of for the elderly patient and promotes environmental
cardiovascular effects including bradycardia, arrhythmias, pollution, so is best avoided. If no other method is
hyper and hypotension and vasoconstriction (Murrell, available, isoflurane is preferred over halothane as the
2007). These variations in cardiovascular function are not former is relatively insoluble, results in more rapid
well tolerated in the older patient with poor cardiovascular induction and does not promote catecholamine-induced
and/or renal reserve and. in the opinion of the author. they arrhythmias.
are best avoided unless very low doses are employed (e.g., Intra-muscular combinations of xylazine (or
2 g/kg medetomidine). Medetomidine is preferred over medetomidine) and ketamine should be avoided in the
xylazine as a specific reversal agent is available (see below). geriatric because of the severe cardiovascular effects
of the alpha-two agonist drugs (see above) and the
Induction of anaesthesia prolonged induction times which invariably result in
Thiopentone and propofol (or Saffan in the cat) may be hypoxaemia.
used for induction of anaesthesia. Propofol (1-3 mg/kg Propofol and diazepam (or midazolam) may be used
IV, following pre-medication) has several advantages over as co-induction agents to induce anaesthesia in the sick
thiopentone in the elderly patient: or elderly patient when pre-medication has not been
it may be given very slowly without causing excitement; possible. The following points outline the technique:
it is not arrhythmogenic; and, - Pre-oxygenate the patient using a face mask and 100%
animals recover quickly. oxygen.
However, propofol causes just as much respiratory and - Administer propofol slowly (1 mg/kg IV).
cardiovascular depression as thiopentone and, for this - Wait 1 minute.
reason, pre-oxygenation is beneficial. Propofol takes up to - Administer diazepam/midazolam (0.2 mg/kg IV).
two minutes to take its full effect, so it is important not to - Wait 1 minute.
administer incremental doses too soon. Also, propofol may - Administer more propofol slowly to effect until
cause twitching for 20 to 30 minutes in some patients which intubation is possible.
makes it difficult to carry out delicate surgical procedures. - Only then remove the face mask and oxygen.
Other induction techniques include: Some important facts about this technique:
Diazepam (or midazolam) (0.25 mg/kg IV) and (1) The drugs should be given into a free running IV drip
ketamine (5 mg/kg IV) are suitable for induction of or, alternatively, the cannula should be flushed well
anaesthesia in many elderly patients except those with between injections in case the drugs precipitate out and
pre-existing tachycardia, hypertrophic cardiomyopathy, block the cannula.
head trauma or those undergoing intraocular surgery. (2) Pre-oxygenation is essential as induction of anaesthesia
Mix equal quantities of the two drugs in a syringe and takes several minutes and most patients will develop
administer 1 ml per 10 kg IV. Administer incremental cyanosis if not receiving oxygen.
doses slowly until intubation is possible; this combination (3) Moreover, this technique may be too prolonged in
takes up to two minutes for its full effect. patients where rapid control of the airway is required,
Table 1: Details of opioid drugs in common use in dogs and cats
Drug Analgesic efficacy Dose and route Duration of action Major drawbacks
Morphine Excellent 0.1-0.2 mg/kg IM Up to 4 hours May cause vomiting
warm. All recovering geriatric patients should receive systolic blood pressure greater than 90-100 mmHg
oxygen supplementation and be monitored closely until - Haemoglobin saturation should at least 95%
their protective pharyngeal reflexes have returned. - Normal values for end-tidal carbon dioxide are 5.3
0.5 kPa (40 5 mmHg)
Summary - In the high risk patient, monitor urine output and
When anaesthetised, the geriatric patient is at increased risk maintain at 1-2 ml/kg/hr
from: Be prepared to support respiration with manual or
Hypoxaemia and hypercapnia automatic ventilation.
Dehydration, hypovolaemia, hypotension and poor tissue Use adequate analgesia, especially opioids.
perfusion Do not use NSAIDs without checking renal and hepatic
Cardiac arrhythmias function and never use them concurrently with steroids.
Hypothermia Consider alternative analgesic techniques, e.g., local
Prolonged drug action and delayed recovery from anaesthetics.
anaesthesia Keep the patient warm.
Adverse drug reactions
Stress Age itself is not a contra-indication for anaesthesia;
however, age-related diseases make anaesthesia more
The following recommendations should reduce the challenging. Thorough pre-operative assessment, careful
incidence of these complications for the elderly patient and choice of anaesthetic and analgesic techniques, vigilant
improve the prognosis following general anaesthesia: monitoring and attentive supportive care will improve the
Carry out adequate pre-anaesthetic examination and probability of a successful outcome for the elderly patient.
tests to discover the extent of underlying diseases.
Stablilise and / or optimise the patients condition prior References
to anaesthesia. Aucoin, D.P. (1989). Drug therapy in the geriatric animal: the effect of
Keep anaesthetic time to a minimum. For example, if aging on drug disposition. Veterinary Clinics of North America, Small
the patient does not have a painful condition and is not Animal Practice 19: 41-47.
stressed, consider clipping the hair etc. once the animal is Burkholder, W.J. (2000). Dietary considerations for dogs and cats with
sedated. renal disease. Journal of the American Veterinary Medical Association 216:
Reduce doses of all drugs because of the lower blood 1730-1734.
volume, increased plasma levels of active drug and the Carpenter, R.E., Pettifer, G.R. and Tranquilli, W.J. (2005). Anesthesia for
reduced requirement for all anaesthetic drugs. Dose all geriatric patients. Veterinary Clinics of North America, Small Animal Practice
drugs according to lean body mass. 35: 571-580.
Use drugs that: Carr, A.P. (2004). Cardiac Disease in Geriatric Dogs and cats. In: Geriatrics
- result in minimal cardiac depression, e.g., and Gerontology of the Dog and Cat. 127-148. Hoskins, J.D. (Ed.). 2nd ed.
benzodiazepines St. Louis, USA: Saunders.
- can be antagonised, e.g., benzodiazepines and opioids Center, S.A., Elston, T.H., Rowland, P.H., Rosen, D.K., Reitz, B.L., Brunt,
- have a short duration of action, e.g., propofol. J.E., Rodan, I., House, J., Bank, S., Lynch, L.R., Dring, L.A. and Levy,
Avoid very heavy sedation in elderly animals. J.K. (1996). Fulminant hepatic failure associated with oral administration
Try to avoid alpha-two agonists as their cardiovascular of diazepam in 11 cats. Journal of the American Veterinary Medical
effects are too detrimental in the elderly patient. If you Association 209: 618-625.
have to use them, use very low doses, combine them Conzen, P. and Peter, K. (1995). Inhalation anaesthesia at the extremes of
with an opioid and reverse them as soon as possible age: geriatric anaesthesia. Anaesthesia 50 Suppl: 29-33.
Maintain normal hydration, blood pressure and renal Dodman, N.H., Seeler, D.C. and Court, M.H. (1984). Aging changes in the
function by providing adequate IV fluids. geriatric dog and their impact on anesthesia. Compendium on Continuing
Use oxygen pre-, intra- and post-operatviely because Education for the Practicing Veterinarian 6: 1106-1113.
geriatric patients are at increased risk from hypoxaemia. Dowling, P.M. (2005). Geriatric pharmacology. Veterinary Clinics of North
Monitor the patient closely and keep all physiological America, Small Animal Practice 35: 557-569.
parameters within the normal range. Use a veterinary Egger, C. (2007). Anaesthetic complications, accidents and emergencies.
nurse dedicated to recording heart and pulse rate, In: BSAVA Manual of Small Animal Anaesthesia and Analgesia. 310-332.
respiratory rate, depth of anaesthesia, mucous membrane Seymour, C. and Duke-Novakovski, T. (Eds.). Gloucester, UK: British
colour and capillary refill time, and anything else Small Animal Veterinary Association.
that you have the equipment to measure. Suggested Fisch, C. (1981). Electrocardiogram in the aged: an independent marker of
minimum monitoring equipment for the geriatric heart disease? American Journal of Medicine 70: 4-6.
patient should include an oesophageal stethoscope, pulse Fishman, R.A. (1970). Permeability changes in experimental uremic
oximeter and non-invasive blood pressure, e.g., Doppler encephalopathy. Archives of internal medicine 126: 835-837.
flow detector. ECG, capnography and body temperature Galatos, A.D. and Raptopoulos, D. (1995). Gastro-oesophageal reflux
are also recommended: during anaesthesia in the dog: the effect of age, positioning and type of
- Maintain mean blood pressure above 70 mmHg or surgical procedure. Veterinary Record 137: 513-516.
Guyton, A. and Hall, J. (1996). The autonomic nervous supply; the adrenal
medulla. In: Textbook of Medical Physiology. 769-782. 9th ed. Pennsylvania:
Saunders.
Harvey, R.C. and Paddleford, R.R. (1999). Management of geriatric
patients: a common occurrence. Veterinary Clinics of North America, Small
Animal Practice 29: 683-699.
Holden, D. (2007). Postoperative care: general principles. In: BSAVA
Manual of Canine and Feline Anaesthesia and Analgesia. 12-17. Seymour, C.
and Duke-Novakovski, T. (Eds.). 2nd ed. Gloucester UK: British Small
Animal Veterinary Association.
King, L.G., Anderson, J.G., Rhodes, W.H. and Hendricks, J.C. (1992).
Arterial blood gas tensions in healthy aged dogs. American Journal of
Veterinary Research 53: 1744-1748.
Knudson, R.J., Clark, D.F., Kennedy, T.C. and Knudson, D.E. (1977).
Effect of aging alone on mechanical properties of the normal adult human
lung. Journal of Applied Physiology 43: 1054-1062.
Landsberg, G. and Araujo, J.A. (2005). Behavior problems in geriatric pets.
Veterinary Clinics of North America Small Animal Practice 35: 675-698.
Mealey, K.A. and Matthews, N.S. (1999). Drug interactions during
anesthesia: general principles. Veterinary Clinics of North America, Small
Animal Practice 29: 629-643.
Morgan, G., Mikhail, M. and Murray, M. (2002). Clinical Pharmacology.
In: Clinical Anesthesiology. 127-150. Ge, M., Mikhail, M. and Murray, M.
(Eds.). 3rd ed. New York: Lange Medical Books / McGraw-Hill.
Muravchick, S. (1998). The aging process: anesthetic implications. Acta
anaesthesiologica Belgica 49: 85-90.
Muravchick, S. (1999). Anesthesia for the Elderly. In: Anesthesia. 2,
2140-2156. Miller, R. (Ed.). 5th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone.
Murrell, J.C. (2007). Premedication and sedation. In: BSAVA Manual of
Canine and Feline Anaesthesia and Analgesia. 120-132. Seymour, C.and
Duke-Novakovski, T. (Eds.). 2nd ed. Gloucester UK: British Small
Animal Veterinary Association.
Nies, A. (2001). Principles of therapeutics. In: Goodman & Gilmans The
pharmacological basis of therapeutics. 44-66. Hardman, J.and Limbird, L.
(Eds.). 10th ed. London: McGraw-Hill.
Pontoppidan, H. and Beecher, H.K. (1960). Progressive loss of protective
reflexes in the airway with the advance of age. Journal of the American
Medical Association 174: 2209-2213.
Reid, J. and Nolan, A.M. (1996). Pharmacokinetics of propofol as an
induction agent in geriatric dogs. Research in veterinary science 61: 169-171.
Stoelting, R.K. (1999). Opioid agonists and antagonists. In: Pharmacology
and Physiology in Anesthetic Practice. 77-112. Stoelting, R.K. (Ed.). Third
ed.: Lippincott Williams & Wilkins.
Waltemath, C.L. and Harkness, T.T. (1963). Blood volume studies on
normal geriatric subjects. Anesthesia and Analgesia 42: 551-558.
Waterman, A.E. and Kalthum, W. (1990). Pharmacokinetics of pethidine
administered intramuscularly and intravenously to dogs over 10 years old.
Research in Veterinary Science 48: 245-248.
anjing Kintamani yang terdapat di daerah kombinasi yang saling melengkapi antara
Kintamani, etek analgesik dan relaksasi otot serta
sangat baik dan efektif untuk anjing
Kecintaan masyarakat terhadap anjing karena memiliki rentang keamanan yang
memberikan arti tersendiri bagi lebar.
pemiliknya, selain sebagai hewan
peliharaan dan penjaga rumah anjing juga Namun kendala yang ditimbulkan adalah
sudah memiliki nilai ekonomi yang cukup dosis pemberian pada anjing ras yang
tinggi dan mulai disenangi oleh memiliki keragaman yang kompleks,
masyarakat kalangan ekonomi menengah kelebihan dosis pada anjing ras dapat
ke atas. Disamping itu pula anjing berakibat fatal, dan sering anjing
memiliki beberapa keistimewaan antara teranestesi dengan dosis tinggi memiliki
lain; bulunya indah, pintar, lucu, dapat waktu pemulihan yang lama, sehingga
dilatih untuk membantu manusia dan juga dapat menimbulkan rasa panik bagi
bisa menjadi teman bermain. pemilik maupun dokter hewan yang
melakukan operasi. Disamping itu pula
Demikian penting peranan anjing, maka kombinasi xylazin-ketamin hidroklorida
segala sesuatu yang berhubungan dengan dapat mengakibatkan penurunan yang
kesehatannya merupakan hal yang harus nyata pada denyut jantung, output
diutamakan dan harus mendapatkan jantung, volume, stroke, efektifitas
perhatian. Dalam menangani kesehatan ventilasi alveolar, dan transport oksigen
anjing, tidak jarang para dokter hewan (Steve dkk., 1986).
memerlukan transqualizer (penenang) dan
anestetik (obat bius) yang erat kaitannya Agen anestesi lain yang dapat digunakan
dengan pembedahan. Sebelum melakukan selain kombinasi xylazin-ketamin
pembedahan perlu diberikan anestesi liidroklorida adalah kombinasi tiletamin
sesuai dengan kebutuhan apakah anestesi hidroklorida dengan zolazepam
umum atau lokal. Cara pemberian (diazepinon transquilizer), kedua zat ini
anestesi juga bervariasi ada yang dikombinasikan dengan perbandingan
diberikan secara intra vena, yang sama dan mempunyai sirnbol CI-
intramuskuler, inhalasi atau bisa juga 774, preparat tersebut telah dievaluasi
dikombinasikan. melalui injeksi secara parenteral pada
berbagai spesies hewan di laboratorium
Anestesi umum pada anjing dapat (Virbac., 1992), akan tetapi sejauh mana
diberikan secara parenteral atau inhalasi. kombinasi obat ini mampu menutupi efek
Salah satunya adalah kombinasi Xylazin- negatif dari kombinasi xylazin-ketamin
Ketamin Hidroklorida. Kombinasi kedua terutama terhadap denyut jantung dan
obat ini mempunyai beberapa keuntungan pulsus belum banyak diketahui serta
yaitu; ekonomis, mudah dalam untuk mengetahui perbandingan obat
pemberiannya, induksinya yang cepat, anestesi mana yang lebih. efektif dan
mempunyai pengaruh relaksasi yang baik aman sebagai anestesi pada anjing, maka
serta jarang menimbulkan komplikasi dari itu penelitian ini dilakukan.
klinis. Kombinasi kedua obat ini sudah
pernah dilaporkan penggunaannya pada METODE PENELITIAN
anjing dan kucing (Benson, dkk., 1985),
burung unta (Gandini, dkk., 1986). Materi Penelitian
Menurut Walter (1985), kombinasi
xylazin-ketamin merupakan agen
10
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Hewan yang digunakan pada penelitian dengan. dua perlakuan yaitu XK 2:15 dan
ini adalah anjing lokal jantan dengan ZZ 20, secara berturut-turut
berat badan 7-10 kg sebanyak 10 ekor. menggunakan dosis 2 mg/kg xylazin
Sebelum dilakukan tindakan anestesi, dengan 15 mg/kg ketamin hidroklorida
dilakukan pemeriksaan fisik dan dan 20 mg/kg Zoletil (zolazepam-
diadaptasikan selama satu minggu. tiletamin). Setiap perlakuan
Bahan dan obat-obatan yang dipakai menggunakan lima ekor anjing sebagai
adalah ketamin hidroklorida (Ketamil 100 ulangan, sehingga jumlah anjing yang
mg/ml diproduksi oleh Ilium, Australia), digunakan adalah 10 ekor. Data yang
xylazin hidroklorida (ilium xylazil diperoleh diuji dengan menggunakan
20mg/ml diproduksi oleh Ilium. Sidik Ragam dan bila di dapatkan hasil
Australia), gabungan tiletamin-zolazepam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan
(Zoletil 50 diproduksi oleh uji Wilayah Berganda Duncan (Stell dan
Virbac,Perancis), dan atropin sulfat Totrie, 1989).
(0,25mg/ml).
HAS1L DAN PEMBAHASAN
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan
kombinasi dosis yaitu xylazin 2 mg/kg Total frekuensi denyut jantung
dan ketamin hidroklorida 15mg/kg yang
diberikan secara intramuskuler sebagai Rerata frekuensi denyut jantung disajikan
perlakuan I. Pada perlakuan II diberikan pada Tabel 1. dari pemberian anestesi
anestesi kombinasi tiletamin dan xylazin-ketamin hidroklorida dengan
zolazepam dengan dosis 20 mg/kg secara tiletamin-zolazepam adalah 122,56
intra muskuler. Lima belas menit sebelum x/menit dan 130,0 x/menit dengan rata-
anestesi, diberikan atropin sulfat sebagai rata masing-masing perlakuan 30 menit
premedikasi dengan dosis 0,04 mg/kg sebelum dianestesi (T -30) atau T kontrol,
secara subkutan pada kedua perlakuan. saat mulai teranestesi T(0), saat
Variabel yang diamati adalah frekuensi teranestesi 30 menit T(30), 60 menit
denyut jantung dan pulsus 30 menit T(60), 90 menit T(90 ) adalah 134,4
sebelum dianestesi, saat teranestesi, x/menit, 140,0x/menit 126,0 x/menit,
setelah 30 menit, 60 menit, dan setelah 90 117,0 x/menit dan 114,0 x/menit. Hasil
menit periode teranestes. Frekuensi sidik ragam pada tabel 2 menunjukkan
denyut jantung dihitung dengan bahwa perlakuan memberikan hasil yang
menggunakan stetoskop dan frekuensi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap
pulsus dihitung dengan menekan arteri frekuensi denyut jantung, akan tetapi
femoralis dengan jari. Kedua variabel waktu pengamatan menunjukan
dihitung frekuensinya permenit. perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap frekuensi denyut jantung pada
Penelitian ini menggunakan Rancangan anjing jantan lokal.
Acak Lengkap (RAL) pola split in time
Tabel 1. Hasil Rata -Rata Total Frekuensi Denyut Jantung pada Setiap Perlakuan
dan Waktu Pengamatan yang Berbeda pada Anjing Jantan Lokal
11
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Tabel 2. Rerata frekuensi pulsus pada setiap perlakuan dan waktu pengamatan yang
berbeda pada anjing jantan lokal.
mg/kg BB) mengalami peningkatan yang jantung. Hal ini sesuai dengau pendapat
nyata pada T (0) dan mengalami Virbac, (1992) yang menyatakan bahwa
penurunan pada T (30) sampai dengan T anestesi tiletamin-zolazepam pada anjing
(90). dapat menimbulkan takikardia,
peningkatan tekanan darah yang bersifat
sementara dan induksi polipnea.
Peningkatan denyut jantung pada anjing
disebabkan efek tiletamin-zolazepam
dapat mencapai jantung dan merangsang
saraf simpatis. Cohen, (1979)
menyatakan, efek anestesi umum selain
mengenai susunan saraf pusat juga
sampai pada jantung, Denyut jantung
Ket, FP: Frekuensi Pulsus(x/menit) berada di bawah kontrol saraf otonom dan
Perlakuan I : Anestesi xylazin- perangsangan saraf simpatis pada jantung
ketamin hidroklorida dapat meningkatkan denyut jantung dan
Perlakuan II : Anestesi tiletamin- intensitas jantung (Knight, 1989). Hasil
zolazepam penelitian ini sesuai dengan Cullen dan
Reynoldson (1997), yang membuktikan
Pembahasan
bahwa anestesi tiletamin-zolazepam dapat
menyebabkan peningkatan tekanan arteri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan denyut jantung pada anjing.
pada kedua perlakuan mengalami
peningkatan frekuensi denyut jantung dan
Perbedaan waktu pengamatan
frekuensi pulsus dibanding kontrol (T-30)
menunjukkan hasil yang berbeda sangat
dan mengalami penurunan pada T (30) -
nyata terhadap frekuensi denyut jantung
T (90) setelah pemberian. Hasil penelitian
dan berbeda nyata terhadap frekuensi
ini menunjukkan bahwa perbedaan
pulsus. Meningkatnya frekuensi denyut
perlakuan yang diberikan tidak berbeda
jantung dan pulsus pada perlakuan 1
nyata terhadap frekuensi denyut jantung
disebabkan oleh pengaruh ketamin
dan pulsus pada anjing lokal jantan. Hal
sebagai perangsang kardiovaskuler,
ini disebabkan oleh kedua perlakuan yang
dimana adanya efek antidysrhthymia
diberikan tenyata memberikan kekuatan
yang mencegah reflek adrenergik hasil
yang sama pada perangsangan
reaksi dari pembuluh darah sekelilingnya
kardiovaskuler yaitu menaikkan tekanan
menurun mengakibatkan terjadinya
darah sistolik daa diastolik dan kecepatan
vasodilatasi pada jaringan terutama oleh
pulsus meningkat (Aitkison dan
reseptor - adrenergik dan vasokonstriksi
Rushman, 1993).
oleh reseptor (Smith dan Aitkenheard,
1996). Pada menit ke-30 sampai menit
Walaupun secara statistik perbedaan
ke-90 terjadi penurunan dimana efek dari
perlakuan yang digunakan memberikan
xylazin sudah mulai terlihat. Xylazin
pengaruh yang sama terhadap denyut
menyebabkan penurunan aktivitas
jantung dan frekuensi pulsus, tetapi rerata
simpatetik dan efek depresor pada umpan
denyut jantung pada tiletamin-zolazepam
balik baroreseptor dan inenunmkan
jauh lebih tinggi dari pada xylazin-
tekanan vagal yang dihasilkan oleh
ketamin hidroklorida. Perbedaan denyut
ketamin pada penurunan denyut jantung
jaatung tersebut terjadi karena anestesi
(Mustafa, dkk., 2000). Hasil ini sesuai
tiletamin-zolazepam lebih kuat pada
dengan penelitian Sepiawati (2002), yang
13
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
14
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Mustafa, Yilmaz Koc,Fahretti Alkan, Wilson, R.P., I.S. Zagon, D.R. Larach,
Zeki Ogurtan. 2000. The Effect of dan C.M Lang. 1993.
Xylazine -Ketamine and Diazepam- Cardiovascular and Respiratory
Ketamine.QJVR. Effects of rih.tamin-Zo!azepam.
Pharmacol. Biochem. Behav. : 1-8.
Murray, F.E. 1986. Zoo and Wild Animal (Medline).
Medicine.2M ed.Saunders Company
Philadelpia. Toronto London. Walter, H.H. 1985. Xylazin-Pentobarbital
Anasthesia in Dog and Its
Sepiawati, M. 2002. Pengaruh Kambinasi Antagonism Yohimbin. Am. J. Vet.
Xylazin-Ketamin Hidroklohda Ress : 852-855.
Terhadap Frekuensi Denyut Jantung
dan Nafas pada Anjing Lokal. Wilson dan Gisvold. 1982. Teks Book of
Skripsi. Fakultas Kedokteran Organic Medical and
Hewan, Universitas Udayana, Pharmaceutical Chemistry. Edisi ke-
Denpasar. 8. Diterjemahkan oleh Fatali,
Medisinal Organik. IKID. Semarang
Press
15