Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Bullying

Di SMPN 5 Samarinda

Wulan Kharisma Putri


Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pola


asuh permisif dengan perilaku bullying. Sehingga terdapat hubungan yang
diselidiki dalam penelitian ini, yaitu pola asuh permisif dengan perilaku bullying
Penelitian dikenakan kepada siswa-siswi SMPN 5 Samarinda. Subjek
dalam penelitian ini adalah 172 siswa-siswi kelas III SMPN 5 Samarinda.
Pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dimana penelitian ini menggunakan karakteristik subjek.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi product moment dari pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh permisif dengan perilaku
bullying dengan R = 0,1285 dan p = 0,000.

Kata kunci : pola asuh permisif, bullying


ABSTRACT

Wulan Kharisma Putri, 12.11.1001.3510.029, Permissive Parenting

Relationships With Bullying Behavior At SMPN 5 Samarinda

This study aimed to determine whether there is a relationship between


permissive parenting with bullying behavior. So that there is a relationship
investigated in this study which is, the permissive parenting with bullying
behavior.

Research charged to students of SMPN 5 Samarinda. Subjects in this study


were 172 students of class III SMPN 5 Samarinda. Sampling in this study using
purposive sampling technique based on the characteristics of the subjects.

Data analysis techniques used in this study is product moment correlation


technique by Pearson. The results showed a positive and significant correlation
between permissive parenting with bullying behavior with R = 0.1285 and p =
0.000.

Keywords: permissive parenting, bullying


Pendahuluan tindakan agresi yang identik dengan
intimidasi dan kekerasan.
A. Latar Belakang
Dan Olweus adalah seseorang
Di dalam kehidupan sehari- yang memulai penelitian tentang
hari terkadang kita tidak menyadari bullying di akhir 70-an. Olweus
bahwa perilaku bullying sering adalah seorang profesor riset
terjadi di sekitar kita, baik dari psikologi dan Olweus menyatakan
kalangan anak-anak hingga dewasa. setiap siswa ditindas atau menjadi
Perilaku ini seakan sudah menjadi korban bullying baik dari satu siswa
hal yang biasa di kalangan atau beberapa siswa lainnya yang
masyarakat sehingga masyarakat melakukannya dan ini terjadi
menganggap ini bukan hal yang berulang kali dan dari waktu ke
serius padahal dampak dari perilaku waktu. Ia juga menciptakan sebuah
bullying itu sendiri sangat berat program pencegahan bullying.
mulai dari menarik diri dari Program ini di buat bertujuan untuk
kehidupan sosial, menyendiri, mengurangi angka bullying di
hilangnya kepercayaan diri hingga sekolah-sekolah serta untuk melihat
depresi bahkan bunuh diri. seberapa efektif program ini dapat di
sebar luaskan, (Olweus dalam
Semakin meluasnya perilaku
Allanson, 2015).
membully itu sendiri membuat para
pelaku mempunyai perasaan Bullying sudah bukan
berkuasa terhadap teman yang menjadi permasalahan yang baru lagi
mereka anggap lemah dan menjadi di dunia pendidikan. Beragamnya
bulan-bulan sasaran empuk para kasus bullying ini membuat perilaku
pelaku bullying. Perasaan berkuasa bullying menyebar luas di kalangan
inilah yang membuat para pelaku pelajar. Dari siswa sekolah dasar
bullying terus menerus melakukan hingga mahasiswa perguruan tinggi.
perilakunya ini hingga menjadi Karena bullying sudah menyebar
sebuah kebiasaan dan turun-temurun. luas di kalangan pelajar membuat
perilaku membully itu sendiri
Bullying sudah ada sejak
menjadi hal biasa di kalangan
tahun pra 1800 namun pada saat itu
mereka, padahal dampak dari
bukan istilah bullying yang
perilaku membully itu sendiri sangat
digunakan namun lebih di kenal
berat dari berubahnya perilaku
dengan sebutan intimidasi.
korban yang tadinya ceria menjadi
Sebagaimana dikutip oleh Cowie,
pendiam hingga korban bullying
2008 sebagian besar peneliti setuju
yang memutuskan untuk bunuh diri
bahwa bullying adalah sebuah
karena tidak kuat menahan bully dari
teman-temannya.
Menurut Menteri Sosial Melihat kompleksnya kasus-
Khofifah Indar Parawansa kasus bullying yang ada, Susanto
mengungkapkan, sebanyak 40 persen (Susanto dalam Siswati, 2009) selaku
anak-anak di Indonesia meninggal Ketua Konsorsium Nasional
karena bunuh diri akibat menerima Pengembangan Sekolah Karakter
tindakan bullying. "Hari ini sudah 40 menilai bahwa Indonesia sudah
persen akibat bullying anak- masuk kategori darurat bullying di
anak bunuh diri. Dan sekolah", oleh karena itu perlu segera
memang bullying itu menyebabkan dilakukan intervensi.
frustrasi," kata Khofifah saat
memberikan pemaparan di depan Dalam perilaku kekerasan,
mahasiswa Universitas Negeri keluarga dan orang-orang dekat
Surabaya (UNS), Jawa Timur, Senin semenjak kecil menjadi referensi
(9/11/2015). sentral pembentukan karakter pribadi
seseorang. Jika orang tua atau yang
Bullying merupakan perilaku bertindak sebagai orang tua
yang tidak bisa diterima secara cenderung otoriter, atmosfer yang
sosial. Hasil studi oleh ahli intervensi terbentuk dalam keluarga tempat
bullying, Huneck (2007) seorang anak pertama kali belajar
mengungkapkan bahwa 10-60% hidup adalah sebuah atmosfer
siswa di Indonesia melaporkan telah otoritarianisme dan ini menjadi
mendapat ejekan, cemoohan, kebiasaan sehari-hari sang anak.
pengucilan, pemukulan, tendangan, Keluarga otoriter dapat dikatakan
atau dorongan, sekurang-kurangnya merupakan agen utama yang
sekali dalam seminggu. Di Indonesia, mencipta sosok individu otoriter
kasus bullying di sekolah menduduki yang cenderung melakukan
peringkat teratas pengaduan kekerasan (Kusumadewi, 2012).
masyarakat ke Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) di sektor pola asuh orang tua bukan
pendidikan. hanya memenuhi kebutuhan anak
secara fisik dan materi seperti
Dari 2011 sampai Agustus pakaian, makanan dan minuman dan
2014, KPAI mencatat 369 pengaduan lainnya tetapi anak juga
terkait masalah tersebut. Jumlah itu membutuhkan kasih sayang,
sekitar 25% dari total pengaduan di perhatian, seperti pelukan atau pujian
bidang pendidikan sebanyak 1.480 dan dukungan dari orang tua. Orang
kasus. Bullying yang disebut KPAI tua bebas menerapkan pola asuh
sebagai bentuk kekerasan di sekolah yang mana saja seperti pola asuh
mengalahkan tawuran pelajar, demokratis, otoriter dan permisif.
diskriminasi pendidikan, ataupun Pada penelitian ini peneliti
aduan pungutan liar. menggunakan pola asuh permisif
karena pada pola asuh ini banyak Bullying berasal dari kata
dialami oleh subjek yang di teliti bully yang artinya penggertak, orang
ketika peneliti melakukan assesment yang mengganggu orang lain yang
awal sementara itu peneliti ingin lebih lemah (Susanti, 2006).
membuktikan bahwa anak yang Sementara itu Wicaksana, 2008
diperlakukan secara pola asuh mendefinisikan bullying sebagai
pemisif ini akan menjadi anak yang kekerasan fisik dan psikologis jangka
agresif. panjang yang dilakukan seseorang
atau kelompok, terhadap seseorang
Menurut Baumrind (2010), yang tidak mampu mempertahankan
pola asuh orang tua yang permissive dirinya dalam situasi dimana ada
adalah pola asuh orang tua yang hasrat untuk melukai atau menakuti
bebas. Orang tua tidak mendorong orang itu atau membuat dia tertekan.
anaknya untuk mentaati norma atau
peraturan yang berlaku. Orang tua American Psychological
memberikan kebebasan kepada anak Association (2013) mengartikan
remajanya untuk mengatur Bullying sebagai a form of
kegiatannya sendiri, sejauh mereka aggressive behavior in which
masih dapat melaksanakannya. Anak someone intentionally and repeatedly
diajar untuk menanggung causes another person injury or
konsekuensi dari hasil perbuatannya discomfort. Bullying can take the
sendiri. Dengan pola asuh yang form of physical contact, words or
seperti ini, maka seorang anak more subtle actions. Pengertian
cenderung mengembangkan perilaku tersebut bermakna sebagai suatu
agresi yang terbuka atau terang- bentuk perilaku agresif yang
terangan. dilakukan seseorang secara berulang
yang menyebabkan kecederaan atau
B. Rumusan Masalah ketidaknyamanan pada orang lain.
Secara umum diartikan sebagai
Dari uraian yang dikemukakan perilaku mengganggu dan kekerasan.
di atas, maka rumusan masalah yang Jika makna ini yang digunakan
di angkat dalam penelitian ini adalah justru tidak tepat sebab perilaku
: tersebut lebih dari sekedar
mengganggu dan kekerasan
1. Apakah ada hubungan antara
pola asuh permisif terhadap
perilaku bulliying?

TINJAUAN PUSTAKA
Aspek-aspek Bullying
A. BULLYING
Menurut Astuti (dalam Bullying ini merupakan
Sejiwa 2008) aspek-aspek perilaku jenis bullying yang paling
bullying meliputi: berbahaya karena tidak
tertangkap mata atau
a. Bullying fisik telinga jika tidak cukup
Bullying ini adalah jenis awas mendeteksinya.
bullying yang kasat mata. Praktek bullying ini
Siapapun dapat terjadi diam-diam dan di
melihatnya karena terjadi luar radar pemantauan.
sentuhan fisik antara Adapun contoh-contoh
pelaku bullying dan bullying
korbannya. Contoh- mental/psikologis antara
contoh bullying fisik lain memandang sinis,
antara lain memukul, memandang penuh
menendang, menampar, ancaman, mendiamkan,
menimpuk, menginjak mengucilkan, meneror
kaki, menjegal, meludahi, lewat sms, telepon
memalak, melempar genggam atau e-mail,
dengan barang, memandang yang
menghukum dengan merendahkan,
berlari keliling lapangan, memelototi, dan mencibir.
menghukum dengan cara
push-up.
B. POLA ASUH PERMISIF
b. Bullying non fisik atau
verbal Menurut Baumrind (2010),
Mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua yang permissive
bullying verbal adalah pola asuh orang tua yang
merupakan jenis bullying bebas. Orang tua tidak mendorong
yang juga dapat terdeteksi anaknya untuk mentaati norma atau
karena dapat tertangkap peraturan yang berlaku. Orang tua
indera pendengaran. memberikan kebebasan kepada anak
Contoh-contoh bullying remajanya untuk mengatur
verbal antara lain kegiatannya sendiri, sejauh mereka
memaki, menghina, masih dapat melaksanakannya. Anak
menjuluki, meneriaki, diajar untuk menanggung
mempermalukan di depan konsekuensi dari hasil perbuatannya
umum, menuduh, sendiri. Dengan pola asuh yang
menyoraki, menebar seperti ini, maka seorang anak
gossip, memfitnah. cenderung mengembangkan perilaku
c. Bullying agresi yang terbuka atau terang-
mental/psikologis terangan. Sedangkan menurut
Anderson (2010), orang tua yang menghindari pemberian perintah
menerapkan pola asuh permissive kepada anak. Masalahnya adalah
akan membuat anak menjadi sulit kebebasan berlebihan tidak sesuai
diatur, suka menentang dan untuk perkembangan anak, serta
membangkang terhadap orang tuanya dapat mengakibatkan timbulnya
bahkan orang dewasa lainnya. tingkah laku lebih agresif dan
impulsif. Pada bentuk pola asuh ini,
Aspek-aspek orang tua memberi bimbingan terlalu
Menurut Baumrind (dalam sedikit, sehingga anak menjadi
Bee & Boyd, 2004) pola asuh bingung mengenai apa yang
Permissive / permisif adalah pola seharusnya dilakukan, serta merasa
pengasuhan ini berbeda dengan pola cemas apakah ia sudah melakukan
asuh authoritarian. Pada pola sesuatu dengan benar atau belum.
pengasuhan permisif orang tua hanya Anak dengan pola pengasuhan ini
membuat sedikit perintah dan jarang sangat tidak dewasa. Ia mempunyai
menggunakan kekerasan dan kuasa kesulitan dalam mengontrol
untuk mencapai tujuan pengasuhan dorongan hati, tidak patuh jika
anak. Orang Tua bersikap responsif diminta melakukan sesuatu yang
terhadap kebutuhan anak tetapi bertentangan dengan keinginan
mereka menghindari segala bentuk mereka. Anak menjadi terlalu
tuntutan ataupun kontrol kepada menuntut dan tergantung pada orang
anak-anak. Orang tua menerapkan dewasa. Ia juga kurang tekun dalam
sedikit sekali disiplin dan sekalipun mengerjakan tugas-tugas prasekolah
mereka menerapkan disiplin kepada jika dibandingkan dengan anak yang
anak, mereka bersikap tidak orang tuanya lebih menunjukkan
konsisten dalam penerapan. Mereka kontrol. Pada anak laki-laki, kaitan
memberikan kebebasan sebanyak antara pola asuh permissive dan
mungkin pada anak untuk berbuat tingkah laku nonprestasi lebih
semaunya dan anak tidak dituntut terlihat. Individu pada masa remaja
untuk belajar bertingkah laku baik banyak menghabiskan waktu dengan
atau belajar mengerjakan tugas-tugas rekan sebaya sehingga hal itu
rumah. Orang tua memperbolehkan mendorong dirinya untuk meminta
anak untuk mengatur dan membuat kebebasan yang lebih banyak dari
keputusan bagi diri sendiri, meskipun orang tua. Baumrind mengatakan
anak tersebut belum siap untuk itu. bahwa orang tua membiarkan remaja
Selain itu orang tua juga bersikap laki-laki pergi dari rumah tanpa
tidak menghukum dan menerima pengawasan. Apabila orang tua
serta menyetujui apa saja yang menempatkan pengawasan yang
dilakukan anak. Orang tua seperti ini ketat pada remaja laki-laki, hal itu
tetap menyayangi anak tetapi dapat mengganggu
perkembangannya. Sedangkan yang E. Hipotesis
diinginkan orang tua adalah agar
anak remajanya bertumbuh matang Hipotesis dari penelitian ini
secara sosial. Oleh karena banyak ada hubungan pola asuh permisif
kebebasan itu peran orang tua dengan perilaku bulliying.
penting untuk mengarahkan remaja METODOLOGI PENELITIAN
terhadap hal-hal pengaruh
lingkungan yang negatif. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu
C. Hubungan Antar Variabel mengunakan penelitian kuantitatif.
Semakin banyaknya kasus Populasi yang diambil dalam
bulliying di Indonesia membuat penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas
bullying bukan hal yang baru lagi di III SMPN 5 Samarinda dengan
Indonesia. Maraknya bullying yang jumlah populasi sebanyak 340 orang.
terjadi di sekolah, baik sekolah dasar Teknik pengambilan sampel dalam
hingga perguruan tinggi membuat penelitian ini menggunakan
perilaku membully itu sendiri sudah purposive sampling. Dengan jumlah
menjadi hal yang biasa. Perlunya sampel sebanyak 172 orang.
peran dan pola asuh yang tepat dari HASIL PENELITIAN
orang tua diharapkan dapat Uji Normalitas
membantu mengurangi angka 1) Uji asumsi normalitas
bullying di Indonesia karena pelaku menggunakan teknik statistik
dan korban kebanyakan adalah usia non parametrik one sample
remaja dimana pada masa itu para Kolmogrov-Smirnov. Kaidah
remaja butuh pendampingan dan yang digunakan adalah jika p >
bimbingan orang tua. Oleh karena itu 0.05 maka sebarannya normal,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih sebaliknya jika p < 0.05 maka
jauh apakah ada hubungan antara sebarannya tidak normal (Hadi,
pola asuh permisif dengan perilaku 2004). Hasil uji asumsi
bulliying. normalitas sebaran terhadap
variabel pola asuh permisif
D. Kerangka Konseptual menghasilkan nilai Z = 1,173
Dalam penelitian ini dan p = 0,128 (p>0.05). Hasil uji
menggunakan dua variabel yaitu berdasarkan kaidah
variabel babas (X) dan variabel menunjukkan sebaran butir-butir
terikat (Y) pola asuh permisif adalah
Variabel bebas pola asuh normal, yang berarti data ini
permisif (X) sesuai dengan teori yang ada di
Variabel terikat bullying (Y) kuesioner dan definisi
operasional. Hasil uji asumsi
normalitas sebaran terhadap yang digunakan adalah
variabel bullying menghasilkan analisis korelasi product
nilai Z = 1,247 dan p = 0,089 moment. Berdasarkan hasil
(p<0.05). Hasil uji berdasarkan pengujian korelasi atas
kaidah menunjukkan sebaran variabel bebas Pola Asuh
butir-butir bullying adalah Permisif dan dengan variabel
normal, .yang berarti data ini terikat Perilaku Bullying
sesuai dengan teori yang ada di yang menunjukkan bahwa
kuesioner dan definisi Pola Asuh Permisif dengan
operasional. Perilaku Bullying memiliki
hubungan yang signifikan
Uji Linearitas dan Uji Hipotesis dengan R = 0,1258 dan p =
Uji asumsi linearitas 0,000. Kaidah yang
dilakukan untuk mengetahui digunakan adalah jika p <
linearitas hubungan antara 0,005 maka ada hubungan
variable bebas dengan yang signifikan antara kedua
variabel terikat. Uji linearitas variabel tersebut. Karena p =
dapat pula untuk mengetahui 0,000 , 0,005. Hal tersebut
taraf penyimpangan dari bermakna bahwa hipotesis
linearitas hubungan tersebut. mayor dalam penelitian ini di
Adapun kaidah yang terima.
digunakan dalam uji
Pembahasan
linearitas hubungan adalah
bila nilai linearity p < 0.05 Hasil uji korelasi product
maka hubungan dinyatakan moment menunjukkan adanya
linear, atau bila nilai deviant hubungan yang signifikan antara
from linierity p > 0.05 maka kedua variabel penelitian dengan R =
hubungan dinyatakan linier. 0,1258 dan p = 0,000, dimana jika p
Hasil uji asumsi linieritas < 0,05, maka Ha diterima. Karena p
antara bullying dengan pola = 0,000 < 0,05, maka hal tersebut
asuh permisif mempunyai bermakna bahwa hipotesis yang
nilai linearity F = 24,191 dan menyatakan ada hubungan pola asuh
p = 0.000 < 0.05 yang berarti permisif dengan perilaku bullying
hubungannya dinyatakan siswa-siswi Sekolah Menengah
linier. Sedangkan hasil uji Pertama Negeri 5 Samarinda di
hipotesis dalam penelitian terima.
adalah untuk mengetahui
hubungan antara Pola Asuh Analisis hasil penelitian
Permisif dengan Perilaku menunjukkan hasil bahwa terdapat
Bullying. teknik analisis hubungan yang signifikan pada pola
asuh permisif dengan perilaku Selain itu, terdapat faktor-faktor
bullying. Artinya, pola asuh permisif lainnya yang dapat pula
berhubungan dengan perilaku mempengaruhi perilaku bullying
bullying dengan sumbangan efektif seperti iklmin sekolah, kecerdasan
sebesar 12,5% sedangkan sisanya emosi, peer group dan lainnya.
dapat pula di pengaruhi oleh faktor
lainnya seperti iklim sekolah, Kesimpulan
kecerdasan emosi, peer group dan Penelitian ini meneliti tentang
sebagainya. pola asuh permisif dan perilaku
Hasil penelitian ini sejalan bullying pada siswa-siswi kelas III
dengan apa yang di kemukakan oleh SMPN 5 Samarinda. Penelitian ini
Coloroso (2006) salah satu faktor untuk mencari hubungan pola asuh
yang mempengaruhi bullying yaitu permisif dengan perilaku bullying.
faktor keluarga. Pola asuh keluarga penelitian ini dilakukan di SMP
dan orang tua yang diterapkan seperti Negeri 5 Samarinda. Penelitian ini
pola asuh permisif dan otoriter yang menggunakan metode kuantitatif
dapat memicu anak untuk korelasional untuk mengetahui
memberontak. signifikansi hubungan antara pola
asuh permisif dan perilaku bullying.
Menurut Baumrind (2010), Penelitian ini telah dikenakan kepada
pola asuh orang tua yang permissive 172 siswa-siswi kelas III SMPN 5
adalah pola asuh orang tua yang Samarinda. Pengambilan sampel
bebas. Orang tua tidak mendorong pada penelitian ini menggunakan
anaknya untuk mentaati norma atau teknik purposive sampling, dimana
peraturan yang berlaku. Orang tua dalam pengambilan sampel peneliti
memberikan kebebasan kepada anak menggunakan karakteristik, sehingga
remajanya untuk mengatur di ambil 172 siswa-siswi tersebut
kegiatannya sendiri, sejauh mereka sebagai sampel pada penelitian ini.
masih dapat melaksanakannya. Anak Alat ukur dalam penelitian ini adalah
diajar untuk menanggung skala pola asuh permisif dan skala
konsekuensi dari hasil perbuatannya bullying yang masing-masing terdiri
sendiri. Dengan pola asuh yang dari 80 aitem. Teknik analisis data
seperti ini, maka seorang anak menggunakan teknik analisa product
cenderung mengembangkan perilaku moment dari pearson.
agresi yang terbuka atau terang-
terangan. Hasil uji normalitas terhadap
variabel pola asuh permisif
Dari uraian di atas menjelaskan menunjukkan sebaran butir-butir
bahwa pola asuh permisif terdapat normal dan pada variabel perilaku
hubungan dengan perilaku bullying. bullying menunjukkan sebaran butir-
butir tidak normal. Hasil uji linearitas 2. Bagi SMPN 5 Samarinda
antara pola asuh permisif dengan Di harapkan para guru
perilaku bullying menunjukkan membuat program
hubungan yang linear. Hasil uji penanganan bullying di
hipotesis yang menggunakan analisis sekolah mereka seperti
correlation product moment memanggil siswa yang
menunjukkan bahwa terdapat melakukan perilaku bullying
hubungan yang signifikan pola asuh lalu meminta penjelasan
permisif dengan perilaku bullying mengapa siswa tersebut
dengan sumbangan efektif sebesar melakukan hal tersebut lalu
12,5% sedangkan sisanya memberikan hukuman dan
dipengaruhi oleh faktor lainnya sanksi kepada pelaku
seperti iklim sekolah, kecerdasan bullying serta
emosi, peer group dan sebagainya. memotivasinya untuk tidak
mengulangi perilakunya
Maka kesimpulan dari kembali dan memberikan
penelitian ini adalah terdapat hukuman dan sanksi yang
hubungan yang signifikan antara pola lebih berat dari sebelumnya
asuh permisif dengan perilaku jika pelaku bullying
bullying pada siswa-siswi Sekolah mengulanginya lagi. Peneliti
Menengah Pertama Negeri 5 berharap saran tersebut dapat
Samarinda. menekan angka bullying
Saran yang semakin meningkat
serta di tambahnya hukuman
Berdasarkan hasil penelitian di bagi pelaku di harapkan akan
atas, berikut saran yang dapat memberikan efek jera
diberikan oleh peneliti: terhadap pelaku bullying.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Bagi Siswa-siswi SMPN 5
Samarinda Dengan sumbangan efektif sebesar
Semakin banyaknya kasus 12,5% dari pola asuh permisif
bulliying yang terjadi di terhadap bullying, disarankan kepada
kalangan pelajar, di harapkan peneliti selanjutnya untuk dapat
menjadi cerminan bagi meneliti variabel-variabel lain yang
siswa-siswi lainnya agar lebih berpengaruh terhadap bullying
tidak meniru perilaku negatif seperti iklim sekolah, peer group,
tersebut dengan cara kecerdasan emosi dan variabel
mengikuti kegiatan lainnya.
ekstrakulikuler baik di
bidang olahraga maupun
seni.
DAFTAR PUSTAKA Allanson, Patricia Bolton Lester,
Robin Rawlings Notar,
Azwar, Saifuddin. 2014. Tes Prestasi Charles E. (2015). A
jilid II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. History of Bullying.
International Journal of
Gunarsa, Yulia Singgih & Gunarsa, Education and Social
Singgih. 2012. Psikologi Untuk Science Vol. 2 No. 12;
Keluarga. Jakarta: Libri. December.

Gunarsa, Yulia Singgih & Gunarsa, Efendhi, Fahrizal. Pengaruh Pola


Singgih. 2012. Psikologi Untuk Asuh Orang Tua Terhadap
Muda-Mudi. Jakarta: Libri. Kemandirian Dalam Belajar
Siswa. Jurnal Ilmiah
Gunarsa, Yulia Singgih & Gunarsa, Pendidikan Bimbingan dan
Singgih. 2012. Psikologi Remaja. Konseling IKIP Veteran
Semarang.
Jakarta: Libri.
Fatimah. Hubungan Pola Asuh
Gunarsa, Yulia Singgih & Gunarsa, Orang Tua dengan
Singgih. 2012. Psikologi Perkembangan Anak di R.A
Perkembangan. Darussalam Desa Sumber
Jakarta: Libri. Mulyo, Jogoroto, Jombang.
Kebidanan FIK UNIPDU
Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Butir Jombang.
untuk
Instrumen.Yogyakarta: Andi Halimah, Andi Khumas, Asiar
Offset Zainuddin, Kurniati. (2015).
Persepsi pada Bystander
Hurlock, Elizabeth B. 2006. terhadap Intensitas Bullying
Psikologi Perkembangan. Jakarta: pada Siswa SMP. Jurnal
Erlangga. Psikologi Volume 42, No. 2,
Agustus 2015.
Kasmadi & Sunariah, Nia Siti. 2014.
Panduan Modern Penelitian Jayantini, Ni Md. Sri - Sulastri,
Kuantitatif. Bandung: Made Sedanayasa, Gede.
Alfabeta (2014). Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Terhadap
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kemandirian Belajar Siswa
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Kelas XI SMA Negeri 1
Sukasada Tahun Pelajaran
2013/2014. e-journal
Undiksa Jurusan Bimbingan Nurhayanti, Rida Novitasari, Dwi
Konseling Volume: 2 No 1 Natalia. (2013). Tipe Pola
Asuh Orang Tua Yang
Kljakovic, Moja Hunt, Caroline Berhubungan Dengan
Victoria, Paul E. Jose. Perilaku Bullying Di SMA
(2015). Incidence of Kabupaten Semarang.
Bullying and Victimisation Jurnal Keperawatan Jiwa.
among Adolescents in New Volume 1, No. 1, Mei 2013.
Zealand. New Zealand
Journal of Psychology Vol. Rahmawan, Imanda Arief .
44 No. 2, September. Hubungan Antara Pola
Asuh Permisif Dengan
Levianti. (2008). Konformitas Dan Intensi Bullying Pada
Bullying Pada Siswa. SiswaSiswi Kelas Vlll SMP
Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Muhammadiyah 4
Juni 2008. Yogyakarta. Fakultas
Psikologi Universitas
Masafoor, Sadigh. (2013). The Ahmad Dahlan.
relationship between
parenting styles and the Rozali, Yuli A. (2015). Kecerdasan
educational achievement. Interpersonal Remaja
Department of Science and ditinjau dari Penerapan Pola
Technology, Government of Asuh Orang Tua. Seminar
India. Life Science Journal. Psikologi & Kemanusiaan
Psychology Forum UMM,
Ningrum, Anindita Widya ISBN: 978-979-796-324-8
Christiana, Elisabeth -
Nursalim, Moch - Simbolon, Mangadar. (2012).
Lukitaningsih, Retno. Studi Perilaku Bullying pada
Tentang Perilaku Bullying Mahasiswa Berasrama.
Di Sekolah Menengah Jurnal Psikologi Volume 39,
Pertama Se-Kecamatan No. 2, Desember 2012.
Prajurit Kulon Kota
Mojokerto Serta Siswati & Widayanti, Costrie Gane.
Penanganan Oleh Guru (2009). Fenomena
BK. Bimbingan dan Bullying Di Sekolah Dasar
Konseling, Fakultas Ilmu Negeri Di Semarang Sebuah
Pendidikan, Universitas Studi Deskriptif. Jurnal
Negeri Surabaya
Psikologi Undip, Vol. 5, No. http://news.liputan6.com/read/23615
2. 51/mensos-bunuh-diri-anak-
indonesia-40-persen-karena-bullying
Starr, Meghan L. 2011. The (diakses pada 20 April 2016 pada
Relationship Between pukul 09.41)
Parenting Styles, Learning
Autonomy, And Scholastic http://news.okezone.com/read/2016/0
Achievement In 5/03/338/1378936/aksi-bullying-
Undergraduate College terjadi-di-sman-3-jakarta (diakses
Students. Theses. Bucknell pada 14 Mei 2016 pada pukul 14.19)
University.
http://megapolitan.kompas.com/read/
TisIna Nur Arofah & Suroso. 2016/05/09/12434451/Kepala.Sekola
(2015). Pola Asuh Otoriter, h.SMAN.3.Jakarta.Pastikan.Siswi.Pe
Konformitas dan Perilaku laku.Bullying.Tak.Lulus (diakses
School Bullying. Persona pada 14 Mei 2016 pada pukul 14.20)
Jurnal Psikologi Indonesia
Mei, Vol. 4, No. 02.
Usman, Irvan. (2013). Kepribadian,
Komunikasi, Kelompok
Teman Sebaya, Iklim
Sekolah Dan Perilaku
Bullying. Humanitas, Vol.
X No.1 Januari 2013.

Yuniartiningtyas, Fitri. Hubungan


Aantara Pola Asuh Orang
Tua Dan Tipe Kepribadian
Dengan Perilaku Bullying
Di Sekolah Pada Siswa
SMP. Universitas Negeri
Malang.
Yusuf, Husmiati & Fahrudin, Adi.
(2012). Perilaku Bulliying
Asesmen Multidimensi Dan
Intervensi Sosial. Jurnal
Psikologi Undip Vol. 11,
No.2, Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai