PENDAHULUAN
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan
di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Makanan jajanan yang juga
dikenal sebagai street foods adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di
stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis.
Kita mengenal kehadiran makanan jajanan ini lebih dominan di sekolah. Bagi anak
sekolah, makanan jajanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari
mereka. Makanan jajanan digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
sekolah karena keterbatasan waktu orang tua mengolah makanan di rumah. Selain murah
makanan jajanan juga mudah didapat. Berdasarkan kondisi ini seharusnya makanan jajanan
dapat dikelola menjadi produk sehat yang aman dikonsumsi. Makanan jajanan sehat adalah
makanan yang memiliki ciri sebagai berikut:
1. Bebas dari lalat, semut, kecoa dan binatang lain yang dapat membawa kuman
penyakit.
2. Bebas dari kotoran dan debu lain.
3. Makanan yang dikukus, direbus, atau digoreng menggunakan panas yang cukup
artinya tidak setengah matang.
4. Disajikan dengan menggunakan alas yang bersih dan sudah dicuci lebih dahulu
dengan air bersih.
5. Kecuali makanan jajanan yang di bungkus plastik atau daun, maka pengambilan
makanan lain yang terbuka hendaklah dilakukan dengan menggunakan sendok, garpu
atau alat lain yang bersih, jangan mengambil makanan dengan tangan.
6. Menggunakan makanan yang bersih, demikian pula lap kain yang digunakan untuk
mengeringkan alat-alat itu supaya selalu bersih.
Sedangkan makanan jajanan yang aman merupakan makanan yang mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut:
Karena pentingnya makanan bagi tubuh kita maka hendaknya perlu untuk menjaga
hygiene dan sanitasi makanan tersebut agar dapat kita konsumsi secara sehat dan tidak
menimbulkan penyakit bagi tubuh kita.
1. Apakah produsen jajanan pinggir jalan sudah memenuhi aturan regulasi dari sanitasi
pangan?
2. Bagaimana cara menanggulangi sanitasi di masyarakat?
1.3 Tujuan
a) Kebersihan diri
Penyakit
Rambut
Tangan
Pakaian
Tabiat
b) Menyedikan makanan
Alatan bersih
Tutup bahan makanan
Makanan dinyahfros dengan sempurna
Tidak disejuk bekukan semula
Elakkan pencernaan silang
Penggunaan tong sampah yang betul dan bersih
c) Memasak makanan
Alatan tidak retak atau sumbing
Camca rasa makanan tidak digunakan semula
Menggunakan tuala yang khusus untuk kerja-kerja yang tertentu
Cuci alatan berminyak dengna air panas
Alatan yang kotor dicuci dengan segera
Membuang sisa makanan
d) Menyaji makanan
Guna perkakas yang bersih dan tidak sumbing
Alatan menghidang bersih dan ditutup
Guna alatan khas menghidang
Mengambil makanan dengan alat
Menghidangkan makanan dengan segera
e) Menyimpan bahan makanan segar
Makanan segar disimpan didalam peti sejuk pada tempat yang sesuai
Makanan segar dibersihkan sebelum disimpan
Suhu didalam peti sejuk mesti sesuai dengan makanan
Makanan kering disimpan ditempat yang kering
Semak tarikh luput makanan kering
f) Menyimpan makanan yang telah dimasak
Guna bekas yang bersih
Disimpan didalam peti sejuk dengan segera selepas makanan
disejukkan
Jangan lwetak berdekatan dengan makanan mentah
Jangan simpan didalam bekas logam untuk tempoh yang lama.
C. Regulasi
Regulasi sanitasi pangan mengacu pada Undang Undang Undang No. 7 Tahun
1996 Tentang : Pangan serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 Tentang: Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan.
Dalam Bab II tentang Keamanan Pangan, disebutkan pada Pasal 4 ayat 1 yang
berbunyi bahwa pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. Penjelasan
pasal tersebut ialah yang dimaksud dengan "persyaratan sanitasi" adalah standar
kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi sebagai upaya mematikan atau
mencegah hidupnya jasad renik patogen dan mengurangi jumlah jasad renik lainnya
agar pangan yang dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan dan jiwa
manusia. Dalam pengertian "persyaratan sanitasi" sudah tercakup pula pengertian
persyaratan higienis.
Kemudian dibahas kembali pada sub bagian I tentang Sanitasi Pangan pada
Pasal 4 ayat 2 yang berbunyi bahwa persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan
secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.
Maksud dari pasal tersebut ialah persyaratan sanitasi dimaksud ditetapkan secara
berjenjang, sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan, karena kebutuhan sanitasi
dari setiap kegiatan tersebut berbeda. Penetapan dan penerapan persyaratan sanitasi
dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan,
misalnya, untuk proses produksi, penyimpanan, dan pengangkutan.
Kemudian pada Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa Sarana dan atau prasarana
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi
persyaratan sanitasi. Maksud dari pasal tersebut ialah yang dimaksud "sarana dan atau
prasarana" dalam ketentuan ini, antara lain, meliputi kelaikan desain dan konstruksi,
peralatan dan instalasi, fasilitas pembuangan limbah, dan fasilitas lainnya yang secara
langsung atau tidak langsung digunakan dalam kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan
Kemudian pada Pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan kegiatan
atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan serta
penggunaan sarana dan prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
sesuai dengan persyaratan sanitasi. Maksud dari pasal tersebut ialah kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan senantiasa
dilakukan dengan memperhatikan standar kebersihan dan kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 agar pangan yang dihasilkan aman untuk
dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pangan.
Kemudian pada Pasal 6 disebutkan bahwa setiap orang yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib:
a. memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;
b. menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan
c. menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi
Maksud dari pasal 6 secara keseluruhan tersebut ialah yang dimaksud dengan "setiap
orang yang bertanggung jawab" dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang
melakukan, berkepentingan, atau memperoleh manfaat dari kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan, misalnya,
produsen, penyedia tempat penyimpanan, pengangkut, dan atau pengedar pangan,
baik milik sendiri maupun menyewa sarana dan prasarana yang diperlukan. Ketentuan
ini juga berlaku bagi mereka yang diberi tanggung jawab atau bertanggung jawab di
bidang sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan atau peredaran pangan, baik melalui ikatan kerja, kontrak, maupun kesepakatan
yang lain.
Penjelasan pasal 6a memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau
keselamatan manusia. Kewajiban untuk selalu menjaga tingkat kebersihan dan
kesehatan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau
peredaran pangan tidak hanya terbatas pada pemenuhan persyaratan yang ditetapkan
Pemerintah berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4, tetapi juga dalam arti yang lebih
luas sehingga mencakup pula persyaratan keamanan dan atau keselamatan manusia
dengan batasan yang objektif, faktual, dan berdasarkan akal sehat.
Pada Pasal 7 disebutkan bahwa orang perseorangan yang menangani secara
langsung dan atau berada langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
Pada Pasal 8 disebutkan bahwa setiap orang dilarang menyelenggarakan
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran
pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada dasarnya sebagian besar produsen jajanan pinggir jalan masih belum memenuhi
syarat sanitasi makanan seperti:
Cara untuk menanggulangi sanitasi masyarakat dan pedagang yang awam terhadap
sanitasi makanan yaitu dengan adanya penyuluhan kepada pedagang dan masyarakat
setempat tentang sanitasi makanan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat
meyelenggarakan sanitasi makanan yang efektif :
2
BAB IV
KESIMPULAN
Dari tinjauan pustaka dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa produsen jajanan
pinggir jalan belum memenuhi aturan regulasi dari sanitasi pangan menurut Undang Undang
yang telah ditetapkan.
http://ain-hygiene.blogspot.com
http://putraprabuwordpress.com/2009/penyajian-makanan-prinsip-food-hygiene
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/sip-02-Regulasi-sanitasi-Industri-Pangan.pdf