BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PROTEIN
Protein merupakan suatu senyawa polimer dengan bobot molekul yang sangat besar,
susunannya sangat kompleks serta tersusun dari rangkaian asam amino. Ikatan utama asam
amino yang satu dengan yang lain terjadi karena adanya ikatan peptida, sehingga protein
sering disebut polipeptida. Protein terdiri dari unsur-unsur C, H, O, dan N serta kadang-
kadang dijumpai S dan P. Bila protein dihidrolisa dengan menggunakan larutan asam atau
bantuan enzim, menghasilkan asam amino.
Protein mempunyai berbagai kegunaan, diantaranya sebagai zat pembangun,
pengganti sel-sel yang rusak, zat pengemulsi, zat penghasil energi, pembentukan enzim,
buffer untuk mempertahankan pH tubuh, dan penghasil wol dan sutera sintetis pada industri
tekstil. Disamping mengandung protein, bahan pangan biasanya juga mengandung mineral
Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, zat Besi maupun mineral lainnya. Keberadaan
mineral-mineral (dalam bentuk oksidanya) tersebut dapat diketahui dari kandungan abunya.
Asam amino merupakan asam organik yang mempunyai gugus karboksil COO yang
bersifat asam dan juga gugus NH3+ yang bersifat basa. Di dalam asam amino tersebut, baik
gugus asamnya maupun basanya bersifat lemah.
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekulnya,komponen,penyusunnya,
asalnya maupun fungsinya.
1. Berdasarkan bentuk molekul meliputi: Globular, Fibrosa, Konjugasi.
2. Berdasarkan komponen penyusun meliputi: Protein sederhan, Protein
Majemuk/kompleks.
3. Berdasarkan sumbernya meliputi: Nabati, Hewani.
4. Berdasarkan fungsi biologis meliputi: Enzim, Hormon, Pembangun, Kontraktil,
Pengangkut.
Metode Kjeldahl
Metode ini (AOAC,2000) paling banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan
kesalahannya tidak terlalu besar. Metode ini tidak dapat langsung digunakan untuk
mengetahui banyaknya protein atau asam amino suatu zat, karena hasilnya dinyatakan sebagai
nitrogen . Untuk mengetahui kadar proteinnya biasanya kadar nitrogen yang telah diperoleh
dari analisa Kjeldhal dikalikan faktor konversi. Faktor ini berbeda pada berbagai zat namun
PROTEIN
NH3+ O
R CH C H + H2SO4 + H2O R CH2 COOH + NH4HSO4
O
2) Destilasi
PROTEIN
Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH kedalam larutan hasil destruksi
protein yang sudah dikonversi menjadi amonium sulfat. Tujuan penambahan NaOH adalah
agar nitrogennya terlepas sebagai amoniak seperti pada reaksi berikut :
BAB III
METODE PRAKTIKUM
PROTEIN
5 Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. Labu Kjeldahl
4. Kompor listrik
5. Pendingin Balik
PROTEIN
Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer
2. Letakkan biji wijen di atas cawan tersebut kemudian timbang beratnya. Pengeringan
hingga suhu 105C (kering oven) hanya dilakukan jika bahan tidak rusak karena suhu
tinggi. Sebagai catatan, untuk bahan yang rusak pada suhu diatas 100 C, dikeringkan pada
kondisi hampa, sedang untuk bahan yang berminyak menggunakan cara destilasi.
3. Masukkan cawan berisi biji wijen dalam oven dengan suhu 105oC selama 1,5 -2 jam,
pastikan oven telah panas dan siap untuk mengeringkan biji wijen. Untuk mencegah
perbedaan suhu cawan dengan ruang oven, maka cawan beserta bahan bisa dipanaskan
secukupnya terlebih dahulu diatas kompor listrik.
4. Setelah selesai dioven, masukkan cawan berisi biji wijen ke dalam desikator untuk
pendinginan sekaligus menghindari penyerapan uap air oleh bahan/sampel dengan suhu
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Baldwin J., Experimental Organic Chemistry, 2nd ed., Kagakusha Company, Ltd., Tokyo.
Fessenden & Fessenden, 1986, Organic Chemistry.
Griffin, R.W., 1969, Modern Organic Chemistry, Mc Graw-Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo
Merril, A.L and Watt BK, 1973, Energy value of food: basis and deriration,
Agriculture Handbook, Washington.
Vogel, A.I., 1975, Qualitative Organics Analysis, 2 nd ed. William Clowers & Sons Limited
London.