Anda di halaman 1dari 4

Kanker tetap menjadi salah satu dari masalah kesehatan nomor satu bagi

populasi di seluruh dunia. Kebanyakan kanker menyerang baik pria maupun wanita
dengan tingkat yang sama, dengan pengecualian kanker sistem reproduksi. Perhatian
khusus pada kanker yaitu kanker kolon, yang memiliki peringkat diantara tiga jenis
kanker teratas di Amerika Serikat, baik pada pria dan wanita. Kanker kolon juga
menjadi salah satu penyebab utama penyakit kanker dan kematian pada pria dan
wanita di negara bagian Barat, termasuk Amerika Serikat. Observasi dan studi
epidemologikal sejarah dari berbagai belahan dunia telah lama mendukung bahwa
penigkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran dan asupan serat yang tinggi
memberian hubungan perlindungan antara asupan serat pangan dan insiden kanker
kolon. Hasil awal dari investigasi di Eropa, oleh European Prospective Investigation
of Cancer (EPIC), melibatkan lebih dari setengah juta orang di 10 negara Eropa,
mengindikasikan bahwa serat pangan memberikan efek perlindungan yang kuat
terhadap penyakit kolon dan rektal. Serat yang tidak dapat difermentasi dengan baik,
seperti yang terdapat pada kulit ari serealia, memiliki pengaruh langsung pada kolon
dengan memicu laksasi, menurunkan waktu transit, dan mengikat senyawa seperti
asam empedu dan karsinogen. Akan tetapi, bukti hingga saat ini masih kurang untuk
menentukan apakah penurunan resiko kanker kolon merupakan pengaruh yang
menguntungkan bagi jenis serat ini. Perhatian khusus yaitu terhadap pemanfaatan
serat yang dapat difermentasi oleh mikrobiota kolon yang dapat menyebabkan
perubahan jumlah dan jenis bakteri, dan, lebih penting lagi, perubahan terhadap
aktivitas metabolismenya terhadap pembentukan genotoksin, karsinogen, dan
promotor tumor. Sumber serat prebiotik yang terpilih seperti inulin, pati resisten, dan
beberapa oligosakarida, bertindak sebagai substrat yang selektif bagi bakteri yang
menghasilkan asam-asam lemak berantai pendek (SCFA) yang spesifik dan dapat
menurunkan pH usus. SCFA butirat telah menunjukkan dapat meningkatkan
apoptosis pada garis sel tumor kolonik manusia. Apoptosis adalah sebuah mekanisme
dimana sel-sel yang berlebih dihilangkan selama perkembangan dan menjaga batas
ukuran jaringan. Proses apoptosis merupakan perlindungan seluler alami terhadap
karsinogenesis. Bukti menunjukkan bahwa peningkatan jumlah Bifidobacteria pada
kolon dan penurunan pH usus memiliki pengaruh langsung terhadap karsinogenesis
di usus besar. Mekanisme yang mungkin untuk efek antikarsinogenik dan antitumor
dari serat yang dapat difermentasi dengan mudah belum begitu dipahami dan
dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa beberapa
atau semuanya terlibat dalam sebuah reaksi kimia berantai agar efek inhibisi dapat
terjadi. Mekanisme utama yang terlibat dalam efek tersebut diajukan sebagai berikut:
adanya reduksi pada produksi senyawa karsinogenik dengan mengurangi jumlah
bakteri patogen dalam kolon [Rumney dan Rowland 1995]; dan/atau menurunkan pH
kolon untuk mempengaruhi reaksi enzimatik yang bergantung pada pH; misalnya,
pembetukan sekunder asam empedu [Rowland dkk. 1998] dan/atau mengurangi
jumlah senyawa karsinogen yang tersedia bagi mukosa kolon dengan adsorpsi oleh
senyawa pada dinding sel mikrobiota, dengan mempercepat waktu transit di usus dan
dengan meningkatkan kandungan kolon dan sehingga melarutkan seluruh kamponen;
dan/atau menghasilkan efek penghambatan pada tingkat inisiasi atau promosi dari
pembentukan kanker kolon dimana SCFA, terutama asam butirat, kemungkinan
memerankan peran utama [Tungland dan Meyer 2006].

kanker usus jadi salah satu fokus utama penyakit kanker akibat pola hidup
yang belum baik, cara pencegahannya dengan sering makan pangan yg berserat,
bukan mengobati karena kanker usus yang telah terjadi sulit disembuhkan hanya
denga pangan berserat, adanya reaksi kimia dan peran mikroba usus akan
memudahkan pencernaan dan banyak keuntungan sehingga kanker usus bisa dicegah.

Kanker usus besar disebabkan oleh kontak sel-sel mukosa usus besar dengan
zat-zat karsinogen, terutama jika kontak tersebut terjadi dalam waktu yang lama
dengan konsentrasi senyawa karsinogen yang tinggi. Senyawa karsinogen berasal dari
makanan yang mengandung prekursor. Di dalam sistem pencernaan, senyawa
prekursor dapat dirubah menjadi senyawa-senyawa karsinogen oleh enzim
pencernaan dan aktivitas flora usus. Kontak senyawa karsinogen dengan sel usus,
dapat merubah sel-sel usus menjadi sel-sel kanker. Bila orang mengkonsumsi sedikit
makanan yang berserat, maka feses yang terbentuk dalam usus besarnya kecil-kecil
dan teksturnya keras. Bentuk feses semacam ini, menyebabkan konsentrasi zat
karsinogenik yang mungkin ada di dalamnya pekat (konsentrasi tinggi), sedangkan
bentuk feses yang kecil dengan tekstur yang keras menyebabkan transit makanan
(waktu yang dibutuhkan sejak di makan sampai di buang menjadi feses) menjadi
lama. Akibatnya akan terjadi kontak antara zat karsinogen, dalam konsentrasi tinggi
dan waktu yang lama, dengan dinding usus besar yang dapat menyebabkan
terbentuknya sel-sel kanker.

Serat makanan mempunyai daya serap air yang tinggi. Adanya serat makanan
dalam feses menyebabkan feses dapat menyerap air yang banyak sehingga
volumenya menjadi besar dan teksturnya menjadi lunak. Adanya volume feses yang
besar akan mempercepat konstraksi usus untuk lebih cepat buang air waktu transit
makanan lebih cepat. Volume feses yang besar dengan tekstur lunak dapat
mengencerkan senyawa karsinogen yang terkandung di dalamnya, sehingga
konsentrasinya jauh lebih rendah. Dengan demikian akan terjadi kontak antara zat
karsinogenik dengan konsentrasi yang rendah dengan usus besar, dan kontak ini pun
terjadi dalam waktu yang lebih singkat, sehingga tidak memungkinkan terbentuknya
sel-sel kanker.

Diverticulitis merupakan penyakit pada saluran usus besar berupa luka atau
benjolan. Benjolan dan luka ini dapat mempermudah terbentuknya sel-sel kanker, jika
kontak dengan senyawa karsinogenik. Timbulnya diverticulitis disebabkan oleh
pembentukan feses yang kecil-kecil dan keras. Untuk mengeluarkan feses yang kecil
dan keras ini perlu tekanan tinggi pada dinding usus. Akibatnya, lama kelamaan akan
timbul luka. Terbentuknya feses yang kecil dan keras dapat terjadi pada orang yang
jarang makan makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran.

Adanya serat makanan dalam usus besar menyebabkan feses banyak


menyerap air sehingga konsistensinya menjadi lunak dan volumenya besar-bulky. Hal
ini menyebabkan feses enak saja keluar tanpa menimbulkan luka pada dinding usus
besar.
Tugas Kelompok Pangan Fungsional

Peranan Serat Makanan Terhadap Kanker Kolon

Disusun Oleh

Muhammad Fachri. J 143020174


Nourma Ridha. S 143020276
Diah Krisna 143020281
Ocke Octavia 143020293
Shofi Rahmani 143020301
Sulli Adi Hafiyanto 143020302
Ghaida Inas 143020306
Heni Nurhaeni 143020336
Neta Andini 143020358
R. Allya Siti Zahra. W143020374

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2017

Anda mungkin juga menyukai