Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Diajukan oleh:
Viyola Azzahra
12101086

Tutor :
dr. Rika Gusva Yelli

KEPANITERAAN JUNIOR
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
RSIA ZAINAB PEKANBARU
PEKANBARU - RIAU
2016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DEPARTEMEN OBSTETRI DAN


2

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU GINEKOLOGI


KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
Untuk Mahasiswa
Nama Mahasiswa Viyola Azzahra Tanda Tangan
NIM 12101086
Tanggal Ujian
Rumah sakit RSIA Zainab
Periode

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SN
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SLTP
Alamat : Air dingin No.16
Tanggal masuk : 10/05/2016
Biaya pengobatan : BPJS
Nama Suami : Tn. AM
Umur : 28 tahun
Alamat : Air dingin No.16
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SLTP
3

1. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis dengan pasien dan keluarga pasien pada hari
Selasa tanggal 10 Mei 2016.
a. Keluhan Utama:
Mual muntah sejak 1 minggu SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 1 minggu SMRS. Mual dan
muntah terutama dirasakan saat makan dan minum 5 x / hari isi air dan

makanan dengan volume 1/2-3/4 gelas, biasanya timbul tiba-tiba saat bangun pagi,
berkurang ketika istirahat. Pada muntahan tidak terdapat darah. Demam (-), nyeri perut
(-). Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemah hingga tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering. Nafsu makan dirasakan
menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan semakin menurun.
Pasien buang air kecil 2x dalam sehari.
Pasien mengaku hamil 2 bulan. HPHT 01/03/2016 ~ 7-8 minggu. Pasien belum
pernah kontrol hamil sebelumnya, USG (-). Pasien menyadari dirinya hamil
ketika melakukan test pack.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien juga tidak
pernah dirawat di rumah sakit atau memiliki riwayat operasi. Hipertensi (-), Diabetes
Melitus (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Hipertensi (-), Diabetes
Melitus (+) ibu kandung, Asma (-), Penyakit Jantung (-)
f. Riwayat Minum Obat : Tidak ada data
g. Riwayat Sosial Ekonomi :
Suami bekerja sebagai swasta, ibu sebagai ibu rumah tangga, hasil kerja suami
cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
h. Riwayat Menstruasi
a. Usia menarche : 13 tahun
b. Siklus menstruasi : 7-8 hari, jarak siklus 30 hari
c. Jumlah darah menstruasi : 3 kali ganti pembalut dalam1 hari
d. Rasa sakit saat menstruasi : Tidak ada
4

e. Perdarahan di luar siklus : Tidak ada


i. Riwayat Fertilitas
a. Riwayat Kehamilan Sekarang : G2P1A0H1
b. Hari Menstruasi Terakhir (HPMT) : 1 Maret 2016
c. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 8 Februari 2017
d. Mual-mual : Ada
e. Sesak nafas : Tidak ada
f. Gangguan BAK / BAB : Menurun
g. Hipertensi : Tidak ada
h. Kejang : Tidak ada
j. Riwayat Kontrasepsi : Injeksi, digunakan selama 2 tahun

2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Vital sign
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 88kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
TB : 155cm
BB : 50 kg
Suhu : 36C
d. Gizi : Baik
e. Status Generalis
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata: anemis -/-, ikterus -/-, mata cekung +/+
Leher : Tidak ada kelainan
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Thoraks : Tidak ada kelainan
Paru : vesikuler +/+, ronkhi, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : Status Obstetrikus
5

Genitalia : Status Obstetrikus


Ekstremitas : edema pada kedua tungkai -/-, CRT 2 detik,akral hangat

f. Status Obstetri
a. Inspeksi : Tidak ada data
b. Palpasi : Tidak ada data
c. Leopold I : Tidak ada data
d. Leopold II : Tidak ada data
e. Leopold III : Tidak ada data
f. Leopold IV : Tidak ada data
g. Auskultasi : Tidak ada data
h. Vaginal Toucher : Tidak ada data
i. Lain-lain : His : Tidak ada data
TBJ : Tidak ada data
Periksa I
Umur kehamilan ( minggu ) 7-8 minggu
TFU Tidak dilakukan
Presentasi Tidak dilakukan
Letak anak dan turunnya bagian bawah Tidak dilakukan
Punggung Tidak dilakukan
DJJ Tidak dilakukan
Edema Tidak dilakukan
Tekanan darah (mm Hg) 120/70
Berat badan (kg) 52

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 16,12 gr/dl
Hematokrit : 48,21 %
Leukosit : 13360/ul
Trombosit : 412800 /ul
6

Keton : positif (+)


Tes kehamilan : positif (+)

4. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0H1,gravid 7-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade II

5. RENCANA
Hemodinamik ibu dan janin stabil:

o Observasi KU, TTV, mual dan muntah

Perbaikan umum

o IVFD RL:D5% 2:1

o RL + neurobion

Atasi emesis

o Metoclopramid 3x1 amp

o Ranitidine 2x1 amp

Rencana USG

o Mengenai usia kehamilan

o Keadaan janin, adakah tanda mola

Hasil USG (10/05/2016)


7

Kesan : Janin ada, pulsasi (+), ~ 7-8 minggu

6. EDUKASI
Hindari makanan yang cepat saji dan mengandung MSG (monosodium glutamat) dan
istirahat yang cukup.

7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad sanam : Ad Bonam
Quo ad fungsionam : Ad Bonam

8. Follow up :

Tanggal S.O.A.P
10/05/2016 S= mual (+) muntah sudah berkurang hanya keluar air, nyeri pada
jam 10.30 ulu hati (+), nafsu makan masih turun, BAK sedikit, pusing (+),
demam (-)
O=
Keadaan umum: sedang
Kesadaran: composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 88x/i S : 36 P : 20x/i
8

St. Generalis:
Mata : KA (-/-) SI (-/-)
Paru dan jantung : dalam batas normal
Abdomen : I : datar, A: BU(+) normal, Pa : supel, neyri tekan
epigastrium (+), Pe : timpani
St. Obstetri:TFU tidak teraba, NT (-), NL(-) I=V/U tenang
Io&VT tidak dilakukan

Manajemen
konservatif:

Ranitidine 3x1 amp


Metoclopramid 3x1 amp
Ondansentron 3x1 amp

Nafsu makan :
Curcuma 2x1 tab
11/05/2016 S= mual (+) muntah (-), nyeri pada ulu hati (+), BAK lancar dan
jam 10.30 banyak, pusing (-), demam (-)

O=
Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TD : 120/80 mmHg N : 88x/i S : 36,7 P : 20x/i
St. Generalis:
Mata : KA (-/-) SI (-/-)
Paru dan jantung : dalam batas normal
Abdomen : I : datar, A: BU(+) normal,
Pa : supel, neyri tekan epigastrium (+),
Pe : timpani
St. Obstetri:TFU tidak
teraba, NT (-), NL(-)
I= V/U tenang
9

Io&VT tidak dilakukan


A=G2P1A0H1,gravid 7-8 minggu + HEG tingkat II dengan perbaikan
P=
Manajemen konservatif:
Ondansentron 3x1 tab
Asam folat 2x1 tab
Vit B complex 2x1 tab
Pasien boleh pulang rawat jalan dengan edukasi sebelumnya.
10

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena dari
anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan tersebut
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan
komplikasi dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Pada pemeriksaan fisik penderita,
hal ini ditandai dengan ditemukan mata cekung, adanya peningkatan frekuensi denyut nadi,
lidah terasa kering, BAK yang sedikit- sedikit dengan frekuensi yang menurun dan turgor yang
menurun pada penderita.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya riwayat
telat haid sejak tanggal 03 Maret 2016, pasien sudah melakukan tes kehamilan dengan
hasil yang positif. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah yang pada pemeriksaan urin ditemukan adanya keton positif (+).
Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat II, tidak ada dilakukan
pemeriksaan fisik hal ini harus dilakukan untuk mendukung diagnosis karena biasanya pada
HEG penderita tampak lemah, turgor menurun, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan
oliguria. Pada pemeriksaan urin didapatkan keton positif. Pada penderita ini dapat dimasukkan
ke dalam tingkat dehidrasi sedang, karena dalam pemeriksaan didapatkan keluhan haus, pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi (88x/menit), pernafasan (20 x/menit), mata
cekung, turgor kulit agak berkurang dan BAK sedikit. Pada pemeriksaan yang lain disarankan
dalam kasus ini adalah pemeriksaan elektrolit, faal hepar dan faal ginjal, TSH, T3, dan T4
untuk melihat faktor etiologi, faktor resiko dan faktor pemberat pada pasien.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II Digunakan dektrosa, karena
pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna yang ditandai
dengan ditemukannya benda keton di dalam urin. Selain itu cairan ini bersifat isotonic
hiperosmotik membantu transport cairan intravaskuler menuju intraseluler sehingga dapat
memperbaiki kondisi dehidrasi pasien.
11

Untuk mengatasi emesis, pada pasien ini diberikan metoklopramid 3x10 mg dan
ranitidine 3x50 mg perhari. Menurut algoritma penatalaksanaan mual dan muntah pada
kehamilan, pada pasien mual muntah dengan dehidrasi, setelah dilakukan rehidrasi, pilihan obat
yang digunakan adalah metoclopramid atau antihistamin H1 tetapi pada pasien ini diberi
metoclopramid dan antihistamin H2. Pada hari kedua pasien dirawat, pasien diberikan
metoclopramid 3x10 mg, ondansentron 3x4 mg dan ranitidine 3x50 mg perhari. Hal ini tidak
sesuai dengan algoritma penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan karena seharusnya
metoclopramid dan ondansentron tidak diberikan secara bersamaan. Ondansentron diberikan
pada pasien jika keluhan mual muntah tidak teratasi dengan pemberian metoclopramid atau
antihistamin H1, tetapi cara pemberiannya tidak diberikan secara bersama-sama. Pada hari
ketiga pasien dirawat, anti emetik yang diberikan adalah ondansentron, hal ini sudah sesuai
dengan algoritma penatalaksanaan mual muntah pada kehamilan.
Pada pasien ini juga diberikan Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12).
Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden hiperemesis
gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang berperan dalam
metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Selain itu pasien juga diberikan asam folat
yang merupakan elemen penting dalam permbentukan dan perkembangan janin.
Terapi Psikologis dilakukan dengan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan, menghilangkan rasa takut karena kehamilan, istirahat sementara dari aktivitas
hariannya, serta membantu pasien untuk mengatasi masalah dan konflik yang mungkin sedang
dihadapi oleh pasien. Pada pasien ini dilakukan monitoring keluhan, tanda vital, berat badan,
produksi urine dan keton urin. Keluhan penderita perlu diperhatikan untuk mencari apakah
masih terdapat keluhan mual maupun muntah pada penderita.
Tanda vital penderita dilihat apakah terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi
atau peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda-tanda dehidrasi. Berat badan penderita
perlu ditimbang tiap hari untuk melihat apakah ada penurunan berat badan karena keluhan yang
dialami oleh penderita. Produksi urine juga dapat digunakan untuk melihat apakah masih terjadi
dehidrasi pada penderita ini.
Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi
seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%
berat badan.1 Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi
12

tersebut, dimana komplikasi melibatkan organ lain seperti hati dan ginjal. Penilaian
keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi
dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta
perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi serta tidak adanya tanda-tanda komplikasi organ lain.
Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa,
pemeriksaan faal hati, faal ginjal dan elektrolit.
Pasien dipulangkan setelah 2 hari dirawat dan dianjurkan untuk rawat jalan. Indikasi
pasien pulang pada kasus ini adalah keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, dengan
tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi dan keluhan muntah sudah tidak ada,
namun pada kasus ini dianjurkan untuk pemeriksaan ketonuria ulang sebelum pasien
dipulangkan.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah muntah yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit. Selain itu dapat diartikan HEG adalah muntah-muntah yang cukup berat
sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat keluarnya asam hidroksida dalam muntahan dan hipokalemia (Cunningham, 2013).

2. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 50-90% wanita hamil. Gejalanya biasanya dimulai pada
kehamilan minggu ke 9-10, memuncak pada minggu ke 11-12, dan berakhir pada minggu ke
13-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Pada 0,3%
kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus dirawat inap
(Gunawan et al, 2011).
Berdasarkan data Amerika Serikat hiperemis gravidarum terjadi pada 0,5-2% kehamilan
dengan variasi kejadian dari kriteria diagnosis yang berbeda. HEG juga berkaitan dengan
usia dan ras. HEG lebih sering terjadi pada ras kulit putih dibanding kulit hitam, dan usia
yang rentan mengalami HEG adalah usia < 30 tahun (Wilcox, 2016)

3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Namun
ada beberapa pengetahuan mengenai faktor yang dapat memicu mual muntah (Wilcox, 2016;
Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2011):
Faktor yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dibentuk berlebihan.
14

Peningkatan hormon progesteron dan estrogen pada ibu hamil, hal ini akan
meningkatkan proses pengosongan lambung sehingga akan terjadi proses distensi
lambung.
Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.
Faktor genetik: dimana saudara dan anak perempuan dari wanita hiperemesis
memiliki insiden yang lebih tinggi.
Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.

4. Patofisiologi
Penyebab mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui secara
pasti, namun beberapa teori yang menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum merupakan
akibat faktor biologis, sosial, dan psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah
perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori, peningkatan kadar human
chorionic gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen,
yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola
hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil yang
lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron diduga juga
menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama
kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH)
pada awal kehamilan juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun
mekanismenya belum jelas (Gunawan et al, 2011).

5. Manifestasi Klinis
Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama kehamilan, biasanya pasien
datang dengan keluhan mual dan muntah. Pasien juga dapat datang dengan keluhan
tambahan seperti penurunan berat badan, hipersalivasi, dan tanda-tanda dehidrasi (hipotensi
postural dan takikardia). Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi dapat dianggap sebagai hiperemesis
15

gravidarum bila keadaan umum penderita terpengaruh. Hiperemesis gravidarum menurut


berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan (Prawirohardjo dan Wiknjosastro,
2011):
Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan
gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.

6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2011; Gunawan et al, 2011;
Mochtar et al, 2012):
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenore serta mual muntah berat yang mengganggu
aktivitas sehari-hari. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi
secara terus-menerus, dan dirangsang oleh jenis makanan tertentu. Dilihat juga tanda
16

dehidrasi seperti kulit terlihat kering. Pada keadaan lebih berat terkadang terdapat
ikterus.
Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stress, lingkungan
sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pasien mengalami penurunan
berat badan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan, yaitu:
Urinalisis : untuk menganalisis ketonuria
Serum elektrolit : menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasi adanya
hiponatremia dan hipokalemia, dapat juga menilai fungsi ginjal dan kadar
volume.
Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transminase yang dapat terjadi
pada 50% kasus hiperemis gravidarum. Transminase ringan sering
menyebabkan mual. Pada HEG terjadi peningkatan Aspartate
Aminotransferase dan Alanine Amino Transferasi, bilirubin.
Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama kehamilan jika dicurigai
pielonefritis dan dapat dihubungkan dengan mual dan muntah.
Pemeriksaan kadar T3, T4, dan TSH. Hiperemesis gravidarum sering
dikaitkan dengan keadaan transien hipertiroid dan menekan kadar TSH pada
50-60% kasus
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,
kreatinin, dan hematokrit.
17

Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan


ganda ataupun mola hidatidosa.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan
yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi
kegawatdaruratan (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2011; Gunawan et al, 2011):
Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit.
Stop makanan per oral 24-48 jam.
Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan ringer laktat
dapat digunakan.
Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat
dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat
diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.

a) Farmakologi
Pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan kondisi
hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi
oral pasien buruk. American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG)
merekomendasikan pyridoxine (vitamin B6) dengan atau tanpa doxylamine sebagai
terapi farmakologi lini pertama yang aman dan efektif.
18

Beri doxylamine 10 mg PO + pyridoxine (vitamin B6) 10-40


mg
Tambahkan dimenhydrate 50-100 mg setiap 4-6 jam PO atau
tambahkan 40 mg pyridoxine (jika frekuensi muntah 30-45 menit)
atau tambahkan promethazin 12,5-25 mg setiap 4-6 jam PO.
Tanpa dehidrasi Dehidrasi

Tambahkan: Penggantian cairan intravena


- chlorpromazine 10-25 mg setiap
4-6 jam PO atau IM Tambahkan:
- metoclopramide 5-10 mg setiap - chlorpromazine 25-50 mg
8 jam IM atau PO setiap 4-6 jam IV
- ondansetron 4-8 mg setiap 6-8 - metoclopramide 5-10 mg
jam PO setiap 8 jam IV
- prochlorperazine 5-10 mg setiap - prochlorperazine 5-10 mg
6-8 jam IM atau PO setiap 6-8 jam IV
- promethazine 12,5-25 mg setiap - promethazine 12,5-25 mg
4-6 jam IM atau PO atau PR setiap 4-6 jam IV
Tambahkan:
- methylprednisolone 15-20
mg setiap 8 jam IV atau 1
mg/jam sampai 24 jam

Gambar 1. Algoritma Terapi Farmakologi Hiperemesis Gravidarum (American College of


Obstetrics and Gynecology, 2011)

b) Non-Farmakologi
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan yang
diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Makanan ini kurang mengandung zat
gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.
19

Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam


semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

8. Diagnosis Banding

Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi
mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu hamil, yaitu (Prawirohardjo dan
Wiknjosastro, 2011):
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik
yang mengalami eksaserbasi.Gejalanya adalah berupa nyeri epigastrik yang
berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau
OAINS. Nyeri tekan pada epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
Kolestasis obstetric
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa
adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga dapat ditemui
walaupun jarang. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar
enzim hati atau peningkatan bilirubin.
Acute fatty liver
Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat disertai
dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan pembekuan darah, dan
perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati
akut yang lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis virus
akut.
Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah.
Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus
yang semakin membesar. Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat
20

ditemukan tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder
(pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).
9. Prognosis
Umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis
yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat (POGI, 2006).
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia
kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat
membahayakan nyawa ibu dan janin.
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal
2. Diuresis bertambah
3. Kesadaran komposmentis
4. Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif).
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifetsasi
komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan , takikardi , ikterus ,anuria dan perdarahan
dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Dipertimbangkan dilakukannya terminasi kehamilan apabila:
1. Gangguan kejiwaan
a. Delirium
b. Apatis ,somnolen sampai koma
c. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicke
2. Gangguan penglihatan
a. Perdarahan retina
b. Kemunduran penglihatan
3. Gangguan faal
a. Hati dalam bentuk ikterus b.
Ginjal dalam bentuk anuria c.
Tekanan darah menurun
21

DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG). 2011. Practice Bulletin No. 52:
Nausea and Vomiting of Pregnancy.
Cunningham, G.F. 2013. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gunawan, K., Ocviyanti, D., dan Manengkei, P.S.K. 2011. Diagnosis dan Tata Laksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Vol. 61(11).
Muchtar, R dan Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi.
Prawirigardjo, S dan Wiknjosastro, H. 2011. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bian
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wilcox, S,R. 2016. Hyperemesis Gravidarum In Emergency Medicine.
(http//:emedicine.medscape.com/. Diakses April 2016).

21

Anda mungkin juga menyukai