Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingginya angka kematian perinatal dan neonatal saat ini karena

masih banyaknya bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir yang

rendah. WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat

badan lahir rendah (BBLR). BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. (Ilmu Kesehatan

Anak, 2001).

Angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit

dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian

disebabkan oleh BBLR.

Dalam memberikan perawatan pada bayi berat badan lahir rendah

harus memperhatikan masalah diantaranya suhu tubuh, pernapasan, alat

pencernaan makanan yang belum berfungsi sempurna, hepar yang belum

matang, ginjal masih belum matang, dan perdarahan dalam otak. Salah

satu masalah aktual pada bayi berat badan lahir rendah adalah pusat

pengatur panas badan masih belum sempurna sehingga bayi beresiko untuk

terjadi hipotermi.

Hari pertama kehidupan bayi merupakan saat-saat yang kritis dan

memerlukan pengelolaan yang baik. Karena pada saat lahir, kemampuan

bayi untuk mengatur produksi panas tubuhnya belum sempurna, maka bayi

yang baru lahir selalu mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermi).

Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5C(suhu

axilla). Akibat dari hipotermi, bayi akan mengalami stress dingin atau

cold stress. Sedangkan suhu tubuh bayi normal adalah 36,5C-37,5C

Bila bayi dibiarkan dalam lingkungan suhu yang dingin maka bayi

akan kehilangan panas. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan

akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadi asidosis metabolik

berat sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu hipotermi yang

1
terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemi. Akibat lain dari

hipotermi yaitu dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme

tubuh yang berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan,

terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Mengingat begitu banyaknya masalah yang ditimbulkan karena

pengaturan suhu BBLR yang belum stabil hingga menyebabkan tingginya

angka kematian neontal akibat bayi lahir dengan berat badan lahir rendah

maka kami dalam kontrak belajar ini tertarik untuk mengetahui sistem

termoregulasi pada BBLR dengan penatalaksanaannya.

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan kontrak belajar saya mampu

memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR yang

mempunyai gangguan terumoregulasi : hipotermi

2. Setelah menyelesaikan kontrak belajar, saya mampu :

a. Menjelaskan mekanisme pengaturan panas pada bayi BBLR

b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi thermogenesis

pada bayi dengan BBLR

c. Menjelaskan cara hilangnya panas tubuh bayi BBLR

d. Menjelaskan cara penilaian hipotermi pada bayi dengan BBLR

e. Menjelaskan tindakan pencegahan hipotermi pada bayi BBLR

f. Menjelaskan tehnik meningkatkan suhu bayi dengan BBLR

g. Melakukan pengelolaan pada bayi dengan BBLR yang mengalami

gangguan termoregulasi : hipotermi

2
BAB II

TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BBLR

A. Mekanisme Pengaturan Panas pada BBLR

Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme

persarafan, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat

pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Mekanisme

pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut termostat

hipotalamus. (Guyton, 1990). Sedangkan pada Bayi prematur/BBLR

dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi seperti bayi

matur memiliki masalah dalam pengaturan suhu tubuh. Suhu tubuh

bayi prematur/BBLR tidak stabil karena pusat pengaturan suhu

yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.(Ilmu Kebidanan,

2002). Bayi prematur cenderung untuk memiliki suhu tubuh yang

subnormal. Hal ini disebabkan oleh tidak adaya pengaturan panas

pada bayi sebagian disebabkan oleh keadaan imatur dari pusat

pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan

respon terhadap stimulus dari luar serta disebabkan karena

mekanisme kelenjar keringat yang cacad.(Sacharin, 1996).

Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena

adanya keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan,

dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh

susunan saraf pusat yaitu hipotalamus. (Guyton, 1990)

Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi

baru lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap

faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada

saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra

uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih

dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2-3C,

terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan

3
ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Pada BBLR

mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan

oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan

lemak di bawah kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh

menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan

produksi panas. (ilmu kebidanan, 2002)

Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan

metabolisme dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu

pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme

minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk

keseimbangan panas. Lingkungan bayi baru lahir harus

dipertahankan pada suhu yang tidak menyebabkan peningkatan

laju metabolik yang terlalu besar untuk mempertahankan suhu

tubuh bayi tersebut. Bayi yang prematur dapat menghamburkan

oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya untuk

melaksanakan fungsi ini. (Farer, 1999)

Pada bayi prematur lemak subkutannya kurang dan epidermis

lebih tipis dan transparan. Pembuluh darah pada bayi sangat

mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini

dibawah pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.

Penguapan akan bertambah akibat kurangnya jaringan lemak

bawah kulit. Serta produksi panas yang berkurang karena lemak

coklat yang belum cukup. (Ilmu kebidanan, 2002)

Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan

sehingga akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut

dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan permukaan tubuh

dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini dapat

mempengaruhi batas suhu normal. Bayi prematur dengan

permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan

4
berat badan dan otot yang tidak aktif (masih hipotonik)

menyebabkan suhu tubuh yang tidak stabil. Pada bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) jaringan adiposa sedikit dan

kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang

lebih panas untuk mencapai suhu yang normal. (Ilmu kebidanan,

2002)

Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi

akan merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar

metabolisme sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi

berada ditempat terbuka dengan lingkungan yang dingin dapat

menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan

asidosis.

B. Produksi panas atau Thermogenesis

Bayi pre term/BBLR cenderung gagal untuk menghasilkan

panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan adiposa

coklat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi),

pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk,

aktivitas otot yang buruk dan masukan makanan yang rendah.

(Sacharin, 1996)

Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan

produksi panas dipengaruhi oleh karena :

a. Basal Metabolisme Rate

Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan

tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar.

Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan

mekanisme penting untuk memproduksi panas. Gerakan

menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada suhu

lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan

kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf

5
simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang

merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres

dingin.

Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal

berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid

dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam

lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas.

Jika suplai lemak coklat habis maka respon metabolisme

terhadap keadaan dingin akan berkurang.

Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya

oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan

bayi untuk mengubah menjadi panas.

b. Aktifitas otot

Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan

karena suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui

peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi

tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah

cukup.

c. Thermogenesis Kimiawi

Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin

oleh rangsang saraf simpatis.

C. Aliran Darah ke Kulit

Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas

yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah

kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit

menggambarkan peningkatan konduksi panas hampir delapan kali lipat.

Oleh karena itu Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang

efektif , dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas

yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi

telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi

6
sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan

sumber panas yang baik bagi bayi.

D. Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi

Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan,

karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Kehilangan

panas pada BBLR akan meningkat karena adanya permukaan tubuh yang

secara relatif lebih besar dan tidak adanya lemak subcutan. (Sacharin,

1996). Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya

panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a. Radiasi

Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih

dingin, dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi.

Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke

lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.

Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendela dan penyekat

tempat tidur bayi yang dingin

b. Evaporasi

Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.

Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang

membasahi kulit bayi menguap.

Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban,

Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c. Konduksi

Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak

langsung dengan permukaan obyek yang dingin.

Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh

bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang

lebih dingin.

Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut,

stetoskop yang dingin

d. Konveksi

7
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena

aliran udara yang dingin menyentuh kulit bayi

Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.

Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka,

aliran udara dari pipa AC.

E. Respon Bayi terhadap Hipotermi

Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan

impuls kesusunan saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis,

norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang

berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.

F. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir

a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir

Bayi tidak mau minum atau menetek

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

Tubuh bayi teraba dingin

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan

kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia)

b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)

Aktifitas berkurang, letargis

Tangisan lemah

Kulit berwarna tidak rata

Kemampuan menghiisap lemah

Kaki teraba dingin

c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)

Sama dengan hipotermi sedang

Bibir dan kuku kebiruan

Pernafasan lambat

Pernafasan tidak teratur

Bunyi jantung lambat

8
Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis

metabolik

d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

Bagian tubuh lainnya pucat

Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki

dan tangan (Sklerema)

H. Tindakan Pencegahan Hipotermia

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan

dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik

yang minimal. Penelitian oleh Scopes dan Ahmad (1996) menunjukkan

bahwa suhu lingkungan (rentang thermonertal) terletak antara 31 dan

35C. kehilangan panas tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan dalam

kelembaban relatif dalam rentang termonetral ini, tetapi kehilangan

panas dapat dikurangi jika suhu lebih rendah dan kelembaban yang

relatif meningkat. (Sacharin, 1996)

Cara lain dapat digunakan misal inkubator servocontrol

yangmemberikan pengaturan suhu yang lebih peka. Pengkurur

thermister dilekatkan pada kulit bayi sehingga setiap perubahan dalam

suhu tubuh akan memerlukan penyesuaian terhdap suhu inkubator. Bayi

berat rendah yangdirawat dalam suatu tempat tidurterbuka juga

memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan

harus di atas 25C bagi bayi dengan berat sekitar 2000 gr dan sampai

30C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gr. (Sacahrin, 1996)

Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan

merupakan prioritas agar bayi terhindar dari kondisi yang tidak

dikehendaki.

Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi

rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak

diterapkan dengan tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam

9
pertama setelah lahir. Contoh, terjadi hipotermi karena bayi baru lahir

dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir.

Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan

oleh karena :

a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan

sempurna

b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas

c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas

d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar

tidak kedinginan

e. Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis

f. Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan

g. Kelenturan tubuh bayi menurun

h. Jaringan adiposa sedikit

Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu

dilakukan upaya pencegahan yaitu :

a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat

Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan

sirkulasi udara yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.

b. Segera mengeringkan tubuh bayi

Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat

terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh,

akibatnya dapat timbul serangan dingin(cold stress)

Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan

gejala menggigil oleh karena pusat pengatur suhunya belum

sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi yang sering

tidak terdeteksi oleh ibu atau perawat.

Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan

yaitu :

Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas

haduk kering, bersih dan hangat

10
Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat

mulai dari kepala kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah

harus diganti yang kering, bersih dan hangat.

Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi

atau tutup kepala dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.

c. Segera letakan bayi pada dada ibu.

Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan.

Ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.

d. Menunda memandikan bayi.

Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi setabil, bayi

tampak aktif dan sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam

setelah kelahiran.

I. Teknik meningkatkan suhu bayi.

a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan

alat pengatur suhu.

b. Couves yang diberi lampu penghangat.

c. Membedong bayi .

d. Metode kanguru.

11
BAB III

RESUME

A. HASIL STUDI KASUS KLIEN DENGAN BBLR

By ny S ( umur 1 hari ) dirawat diRSDK ruang PBRT sejak satu hari

yang lalu karena prematur ( kehamilan 34 minggu) dengan berat badan

lahir rendah ( BBLR ). Dari hasil pengkajian didapatkan by S lahir pada

tanggal 21 Nopember 2003 jam 13.00 di Ruang Bersalin (VK) RSDK. Lahir

spontan, prematur, perempuan, apgar skore 8- 9- 10, dengan BBL 1900

gram PB 44 cm, LK 29 cm dan LD 27 cm.

Dari pengkajian keadaan umum bayi sadar, kurang aktif, tangis

kurang kuat, Berat Badan Sekarang 1800 gram, frekuensi nafas 44 kali /

menit, suhu 35,5C, HR 148x/mnt, tidak ada retraksi otot- otot

pernafasan, bunyi nafas vesikuler, terdengar bunyi jantung I II murni,

hepar lien tak teraba, genetalia bersih, ekstremitas gerak kurang aktif,

capillary refill < 3 , kulit kemerahan ,transparan, lemak sub kutan kurang,

refleks hisap dan menelan masih lemah, terpasang NGT.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11,4 gr %, Ht 36,7 %,

Eritrosit 3,37 juta mg/dl, Leukosit 6. 700 /mmk, Trombosit 320.000

/mmk, Glukosa 69 mg/dl, Na 137 mmol/l, Kalium 3,5 mmol/l, Cl 119 mmol/l,

Ca 2,10 mmol/l. Pengobatan yang diberikan O2 head box 60% dalam head

box, infuse D10% 120/5/5 tts pmt mikro, injeksi ampicillin 2 x 100 mg,

Gentamicin 2 x 5 mg, vit K 1 x 1 mg dan diet ASI 12 x 10 cc/24 jam.

Dari hasil pengkajian diatas, setelah dianalisa muncul masalah resiko

tak efektifnya pola pernafasan, gangguan termoregulasi hipotermi dan

resiko infeksi. Pada bayi S telah diberikan perawatan selama 3 hari

dengan mengawasi tanda-tanda distres pernafasan, pemberian O2 60 %

dalam head box, memposisikan kepala lebih tinggi, memonitor suhu,

meletakkan bayi dalam box, memonitor suhu, memberikan pemanas/ lampu

penghangat 100 watt pada box bayi, memberikan ASI per sonde,

mengganti popok yang basah, memakai baju khusus dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah merawat bayi, mengobservasi tanda infeksi,

12
mengganti balutan tali pusat dengan kassa steril dan memberikan

antibiotik sesuai program.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari bayi Ny. S

tidak terjadi gangguan pola nafas, suhu tubuh stabil tidak ada gangguan

termoregulasi, tidak terjadi infeksi dan kadar bilirubin meningkat.

B. HASIL DISKUSI DENGAN EXPERT

Menurut expert I, ( dr. T ), mengatakan BBLR dapat disebabkan

oleh faktor ibu dan faktor janin. Penanganan pada BBLR difokuskan untuk

mempertahankan kestabilan termoregulasi, pernafasan dan pencegahan

infeksi. Hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh yang belum sempurna.

Diantaranya fungsi paru yang belum matur sehingga pernafasan juga

menjadi prioritas selain mempertahankan suhu di atas 36,5C yaitu

dengan pemberian O2. Untuk pencegahan infeksi pada BBLR diberikan

antibiotik. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah

lengkap, elektrolit, glukosa, kadar bilirubin dan foto torak untuk

mengetahui pengembangan parunya.

Expert II ( Ibu S ), mengemukakan bahwa BBLR dapat dikategorikan

bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya atau

bayi yang masa gestasinya memang kurang dari 37 minggu atau yang

disebut prematur. Perawatan bayi prematur BBLR harus benar-benar

diperhatikan kestabilan pengaturan suhu. Di PBRT suhu dianggap normal

jika lebih dari 36,5C. Untuk bayi dengan berat badan rendah

diprioritaskan perawatan di inkubator untuk mempertahankan kestabilan

suhu tubuh. Jika bayi BBLR ditempatkan di dalam box dapat diberikan

lampu penghangat untuk mempertahankan suhu tubuh bayi. Kemudian

untuk penghentian pemberian penghangat, lampu pemanas dapat dimatikan

satu persatu agar bayi mampu unutk beradaptasi terhadap perubahan

suhu.

13
C. DISKUSI DENGAN KELUARGA ( IBU )

Ny S mengatakan sejak kehamilannya tidak ada masalah dengan

kandungannya. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara teratur di bidan.

Begitu pula dengan kehamilannya yang pertama juga tidak ada masalah

dan sekarang tumbuh normal. Tetapi kehamilannya yang sekarang usia

baru 8 bulan sudah merasa kenceng-kenceng dan akhirnya melahirkan di

kariadi. Ny. S berpendapat mungkin ini karena faktor kelelahan karena

sampai usia kehamilan 8 bulan Ny. S belum mengambil cuti di tempat

kerjanya. Sekarang Ny. S tetap memberikan ASInya pada bayinya dengan

cara diperas untuk diberikan lewat sonde.

d. PERMASALAHAN

1. Bagaimanakah termoregulasi pada bayi BBLR yang tidak

ditempatkan dalam inkubator ?

2. Bagaimanakah pencegahan agar tidak terjadi hipotermi pada BBLR?

3. Bagaimanakah tehnik yang dipergunakan untuk meningkatkan suhu

tubuh bayi dengan BBLR?

4. Perlukah orang tua diberi tahu, bahwa ASI dapat mempercepat

peningkatan BB bayi, dan cara merawat payudara agar produksi

ASI dapat mencukupi kebutuhan bayinya.

14
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan mengenai

permasalahan yang dimunculkan sesuai dengan kontrak belajar yang

ingin penulis capai. Pembahasan mengacu pada pengelolaan kasus

resume yaitu pada bayi S dengan BBLR. Ruang lingkup pembahasan

sesuai dengan tujuan yang tertulis pada kontrak belajar yaitu mengenai

pengelolaan bayi BBLR yang mengalami gangguan termoregulasi

hipotermi. Teknik pembahasan yaitu dengan menggunakan pendekatan

kasus di klinik dan membandingkannya dengan teori yang ada dalam

tinjauan teori.

Menurut Farrer (1999) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang

ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Berat yang

lahir rendah ini dapat disebabkan oleh kelahiran prematur atau retardasi

pertumbuhan intrauteri. Sedangkan pada bayi S ini berat badan saat

dilahirkan sebesar 1900 gram dengan usia gestasi 34 minggu saat dilahirkan.

BBLR ini bisa dikategorikan kedalam BBLR dengan kelahiran prematur.

Sedangkan penyebab terjadinya kelahiran prematur ini menurut diskusi

dengan Ibu karena faktor kelelahan yaitu beban kerja saat hamil. Karena Ibu

merasa tidak ada kelainan dengan kesehatannya. Begitu juga berdasarkan

hasil diskusi dengan expert I.

Dari berbagai problematika pada bayi prematur bersangkutan dengan

kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun

fisiologiknya maka mudah timbul beberapa kelainan diantaranya pengaturan

suhu yang tidak stabil (Ilmu kebidanan, 2002). Termostat hipotalamus yang

berperan sebagai pusat pengatur suhu tubuh pada BBLR belum berfungsi

sebagaimana mestinya. Hal ini sebagai salah satu wujud belum sempurnanya

fungsi organ-organ di dalam tubuh bayi BBLR.

BBLR akan cepat kehilangan panas badan menjadi hipotermia, karena

pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik. Suhu rektal bayi

15
dibawah 35C diartikan sebagai hipotermia, tapi dalam prakteknya setiap

suhu yang lebih rendah dari 36C sudah memerlukan perhatian khusus dan

pelaksanaan prosedur untuk mempertahankan panas tubuh. (Farrer, 1999).

Sedangkan menurut hasil diskusi dengan perawat di ruang PBRT Ibu S

mengatakan bahwa kategori hipotermi jika suhunya dibawah 36,5C dan belum

dikatakan normal jika belum melebihi angka ini. Sedangkan pada studi kasus

ini By. S didapatkan data mempunyai suhu rektal sebesar 35,5 C dengan

kondisi yang lemah, kurang aktif, tangisan lemah, tidak bisa menghisap susu

saat dirangsang dan seluruh tubuhnya terutama akral teraba dingin. Tanda-

tanda ini telah menunjukkan bahwa By. S telah mengalami hipotermi. Hal ini

sesuai dengan Farrer (1999) yang menyatakan bahwa bayi yang menderita

hipotermia tampak lemah dan letargik, tidak mau menghisap susu dan terasa

dingin ketika disentuh. Jika tidak diatasi keadaan hipotermia dapat

menimbulkan neonatal cold injury dimana terjadi edema yang padat

(sklerema), marble baby yaitu suatu keadaan serius yang kerapkali fatal.

Pada saat pengkajian didapatkan data suhu rektal by. S sebesar 35,5 C

dan berada di dalam box/couves tanpa adanya lampu penghangat. Pada awal

masuk ruang PBRT, By. S ini dengan BB 1900 gram tidak ditempatkan dalam

inkubator karena kedua inkubator yang ada sedang digunakan. Melainkan

ditempatkan didalam couves yang disertai dengan lampu penghangat sebesar

100 watt. Pada saat pengkajian By. S sudah tidak diberikan lampu penghangat.

Berdasarkan diskusi alasan dihentikannya pemberian lampu penghangat

karena suhu By. S sudah stabil yaitu diatas 36,5 C dimana pada suhu ini

sudah dianggap normal. Tetapi, ternyata saat melakukan pengkajian melalui

pengukuran suhu rektal ditemukan suhu By. S kurang dari nilai normal yaitu

35,5 C. Hasil ini menunjukkan bahwa pada bayi dengan BBLR dan prematur

memang belum mempunyai suhu yang stabil. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sacharin (1996) yang mengemukakan bahwa bayi pre-term mempunyai

kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh yang tetap dan mudah terjadi

variasi suhu. Semua mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBLR terjadi

melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Suhu tubuh

bayi prematur/BBLR tidak stabil karena pusat pengaturan suhu yang belum

16
berfungsi sebagaimana mestinya./immatur.(Ilmu Kebidanan, 2002). Hal ini

sebagian disebabkan akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap

stimulus dari luar serta mekanisme kelenjar keringat yang cacad.(Sacharin,

1996). Selain itu juga diakibatkan karena kesulitan BBLR dalam

mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang

bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan

tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang

tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang

belum cukup. (Ilmu Kebidanan, 2002).

Bayi prematur (By. S) mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila

berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas pada By. S ini disebabkan

oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan

berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak

coklat. Kehilangan panas pada By. S ini dapat terjadi dengan cara radiasi

seperti ke dinding ruangan yang dingin di PBRT, evaporasi seperti kulit yang

basah ke udara ruangan PBRT yang kecil, konduksi seperti kain popok yang

basah dan konveksi seperti aliran udara yang dingin/AC di ruangan.

Pada saat By. S mengalami kehilangan panas menjadi hipotermi (35,5C)

maka akan terjadi suatu respon thermogenesis dimana thermoreseptor

menyebarkan impuls ke susunan saraf pusat yang distimuli oleh sistem saraf

simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat

yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas

atau thermogenesis. Upaya ini secara fisiologi dilakukan dengan cara

meningkatnya Basal Metabolisme rate, aktifitas otot dan thermogenesis

Kimiawi. Salah bentuk perwujudannya adalah badan bayi yang menggigil. Saat

pengkajian ditemukan By. S dalam keadaan dingin dan menggigil. Menggigil ini

merupakan mekanisme penting untuk memproduksi panas, yang akan

menstimuli saraf simpatis menggunakan lemak coklat. Oksidasi asam lemak ini

meningkatkan produksi panas. Oksidasi asam lemak tergantung tersedianya

oksigen, glukosa, ATP dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.

Jika terpapar dingin terus menerus akan menyebabkan habisnya cadangan

glikogen dan menyebabkan asidosis yang bisa semakin menghabiskan

17
cadangan energi. Penggunaan oksigen yang berlebihan dan peningkatan laju

metabolisme akan semakin meningkatkan beban kerja.

Sehingga untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang

cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling

sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Tetapi tidak perlu

meningkatkan suhu tubuh secara cepat. Karena hal ini dapat mengarah pada

timbulnya hiperpireksia yang berkaitan dengan adanya peningkatan kecepatan

metabolisme dan peningkatan kebutuhan akan oksigen.

BBLR harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal

tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal. Scopes dan

Ahmad mengemukakan bahwa suhu lingkungan terletak antara 31 dan 35 C.

untuk mempertahankan suhu tubuh BBLR dapat dilakukan dengan perawatan

di inkubator. Suhu dalam inkubator jika berat badan kurang dari 2 kg adalah

35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2 2,5 kg 34 C agar dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C. (Ilmu kebidanan, 2002). Untuk

inkubator servocontrol mampu memberikan pengaturan suhu yang lebih peka.

Pengukur thermistor dilekatkan pada kulit bayi sehingga setiap perubahan

dalam suhu tubuh akan memerlukan penyesuaian terhadap suhu inkubator.

(Sacharin, 1996). Bila inkubator tidak ada pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi yang disertai dengan pemanas di dalam box. Bila BBLR

dirawat di temapt tidur terbuka, suhu perawatan harus diatas 25 C bagi bayi

dengan BB 2000 gr dan 30 C untuk bayi dengan BB kurang dari 2000 gr.

Perawatan yang telah dilakukan pada By. S di ruang PBRT sehubungan dengan

pemeliharan suhu tubuhnya yang belum stabil yaitu dengan cara menempatkan

bayi di dalam box atau couves yang ditutup dengan minimalis dan disertai

lampu penghangat sebesar 100 watt. Tindakan lain untuk mempertahankan

kestabilan suhu tubuh adalah dengan mengganti baju, selimut, atau popok

yang basah karena BAK dengan segera, memandikan bayi dengan air hangat

dengan cepat, memberikan minyak telon/penghangat, membedong bayi agar

hangat serta melakukan monitor pengukuran suhu. Selama dilakukan

perawatan, suhu tubuh By. S mampu dipertahankan sekitar 36,5 o - 37 o C.

18
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

BBLR merupakan suatu keadaan dimana berat lahir bayi kurang dan

2500 gram. BBLR dapat dikategorikan prematuritas murni dan

dismaturitas. Penyebab BBLR dapat berasal dari factor ibu, factor

plasenta dan factor janin. Masalah pokok bayi berat lahir rendah salah

satunya adalah pengaturan suhu badan bayi agar tidak terjadi hipotermia.

Pada bayi baru lahir perlu sekali diperhatikan pemantauan suhu tubuh

karena dengan berubahnya lingkungan bayi dari intra uterin yang hangat

ke ekstra uterine yang dingin dapat menimbulkan gangguan terumoregulasi

: hipotermi pada bayi, terutama pada bayi dengan BBLR dimana pusat

pengatur suhu tubuh yaitu hipotalamus juga belum terbentuk dengan

sempurna/immatur.

B. SARAN

1. Bila bayi dengan indikasi BBLR yang dirawat didalam couves/box

hendaknya selalu diberikan lampu penghangat meskipun suhunya telah

mencapai 36,5 C karena dengan pertimbangan suhu BBLR yang belum

stabil.

2. Meskipun bayi sudah berada di dalam box/couves yang disertai dengan

lampu penghangat hendaknya selalu dilakukan monitor suhu tubuh.

3. Hendaknya selalu memonitor adanya kain yang basah dan membedong

bayi untuk menjaga kehangatan pada bayi.

19
LAMPIRAN HASIL DISKUSI

1. EXPERT I (RESIDEN ANAK DR. S)

Menurut expert I, ( dr. S ), mengatakan BBLR dapat disebabkan

oleh faktor ibu dan faktor janin. Penanganan pada BBLR difokuskan untuk

mempertahankan kestabilan termoregulasi, pernafasan dan pencegahan

infeksi. Hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh yang belum sempurna.

Diantaranya fungsi paru yang belum matur sehingga pernafasan juga

menjadi prioritas selain mempertahankan suhu di atas 36,5C yaitu

dengan pemberian O2. Untuk pencegahan infeksi pada BBLR diberikan

antibiotik. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah

lengkap, elektrolit, glukosa, kadar bilirubin dan foto torak untuk

mengetahui pengembangan parunya.

2. EXPERT II (PERAWAT IBU S)

Expert II ( Ibu S ), mengemukakan bahwa BBLR dapat dikategorikan

bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya atau

bayi yang masa gestasinya memang kurang dari 37 minggu atau yang

disebut prematur. Perawatan bayi prematur BBLR harus benar-benar

diperhatikan kestabilan pengaturan suhu. Di PBRT suhu dianggap normal

jika lebih dari 36,5C. Untuk bayi dengan berat badan rendah

diprioritaskan perawatan di inkubator untuk mempertahankan kestabilan

suhu tubuh. Jika bayi BBLR ditempatkan di dalam box dapat diberikan

lampu penghangat untuk mempertahankan suhu tubuh bayi. Kemudian

untuk penghentian pemberian penghangat, lampu pemanas dapat dimatikan

satu persatu agar bayi mampu unutk beradaptasi terhadap perubahan

suhu.

3. DISKUSI DENGAN KELUARGA ( IBU )

Ny S mengatakan sejak kehamilannya tidak ada masalah dengan

kandungannya. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara teratur di bidan.

Begitu pula dengan kehamilannya yang pertama juga tidak ada masalah

20
dan sekarang tumbuh normal. Tetapi kehamilannya yang sekarang usia

baru 8 bulan sudah merasa kenceng-kenceng dan akhirnya melahirkan di

kariadi. Ny. S berpendapat mungkin ini karena faktor kelelahan karena

sampai usia kehamilan 8 bulan Ny. S belum mengambil cuti di tempat

kerjanya. Sekarang Ny. S tetap memberikan ASInya pada bayinya dengan

cara diperas untuk diberikan lewat sonde.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Berhman, Kliegman & Arvin. (1996). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.

Alih Bahasa : A. Samik Wahab. Jilid 1. Jakarta : EGC.

2. A.H Markum. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

3. Staf pengajar IKA FKUI. (1995). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3.

Jakarta : IKA FKUI.

4. Persis Mary Hamilton. (1999). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.

Edisi 2. Jakarta : EGC.

5. Purnawan,J,dkk ( 1989 ) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2,

Jakarta : Media Aeusculapius FKUI

6. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal da Neonatal, jakarta :

JNPKKR-POGI.

7. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu Kebidanan,

jakarta : JNPKKR-POGI.

22
8. Mochtar, Rustam. (1998).Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi,

obstetri patologi, edisi 2, jakarta : EGC..

LAMPIRAN HASIL DISKUSI

1. EXPERT I (RESIDEN ANAK DR. S)

Menurut expert I, ( dr. S ), mengatakan BBLR dapat disebabkan

oleh faktor ibu dan faktor janin. Penanganan pada BBLR difokuskan untuk

mempertahankan kestabilan termoregulasi, pernafasan dan pencegahan

infeksi. Hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh yang belum sempurna.

Diantaranya fungsi paru yang belum matur sehingga pernafasan juga

menjadi prioritas selain mempertahankan suhu di atas 36,5C yaitu

dengan pemberian O2. Untuk pencegahan infeksi pada BBLR diberikan

antibiotik. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah

lengkap, elektrolit, glukosa, kadar bilirubin dan foto torak untuk

mengetahui pengembangan parunya.

2. EXPERT II (PERAWAT IBU S)

Expert II ( Ibu S ), mengemukakan bahwa BBLR dapat dikategorikan

bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya atau

bayi yang masa gestasinya memang kurang dari 37 minggu atau yang

disebut prematur. Perawatan bayi prematur BBLR harus benar-benar

diperhatikan kestabilan pengaturan suhu. Di PBRT suhu dianggap normal

jika lebih dari 36,5C. Untuk bayi dengan berat badan rendah

diprioritaskan perawatan di inkubator untuk mempertahankan kestabilan

suhu tubuh. Jika bayi BBLR ditempatkan di dalam box dapat diberikan

23
lampu penghangat untuk mempertahankan suhu tubuh bayi. Kemudian

untuk penghentian pemberian penghangat, lampu pemanas dapat dimatikan

satu persatu agar bayi mampu unutk beradaptasi terhadap perubahan

suhu.

3. DISKUSI DENGAN KELUARGA ( IBU )

Ny S mengatakan sejak kehamilannya tidak ada masalah dengan

kandungannya. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara teratur di bidan.

Begitu pula dengan kehamilannya yang pertama juga tidak ada masalah

dan sekarang tumbuh normal. Tetapi kehamilannya yang sekarang usia

baru 8 bulan sudah merasa kenceng-kenceng dan akhirnya melahirkan di

kariadi. Ny. S berpendapat mungkin ini karena faktor kelelahan karena

sampai usia kehamilan 8 bulan Ny. S belum mengambil cuti di tempat

kerjanya. Sekarang Ny. S tetap memberikan ASInya pada bayinya dengan

cara diperas untuk diberikan lewat sonde.

24

Anda mungkin juga menyukai