Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di

indonesia hipertensi juga merupajan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh para

tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya

yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya,

hipertensi di bagi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan

hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebablan oleh penyakit lain.

secara epidemiologis 30% penduduk di dunia peka terhadap keracunan garam dapur

yang dapat menyebabkan hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevensi

hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang berlebih, dan adanya riwayat

hipertensi pada keluarganya. Untuk gejala dari hipertensi itu sendiri biasanya pasien

mengeluhkan nyeri kepala, mata berkunang-kunang, mual. Hipertensi memang bukan

penyakit pembunuh sejati, tetapi ia digolongkan sebagai The Sillent Killer ( pembunuh diam-

diam ). Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu diobati sedini

mungkin karena hipertensi yang kronis jika diabaikan, secara tiba-tiba akan membawa

malapetaka, seperti serangan jantung dan stroke. ( Aziza, Lucky, 2007 )

Di Amerika serikat 15% golongan kulit putih dewasa dan 25%-30% golongan kulit

hitam dewasa adalah pasien hipertensi. Menurut laporan National Helath and Nutrition

Examinination Survey dalam dua dekade terakhir ini terjadi kenaikan presentase

kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi dari 50% menjadi 84%, presentase pasien

1
hipertensi mendapatlan pengobatan yaitu dari 36% menjadi 73% dan presentase pasiemn

hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16% menjadi 55%. ( suryono, Slamet, 2003)

Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang bersifat nasional

multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi hipertensi secara tepat. Menurut

Boedie Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian

melaporkan bahwa 1,8 28,6 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun

adalah pasien hipertensi.

Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang bersifat nasional

multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi hipertensi secara tepat. Menurut Boedie

Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian melaporkan bahwa

1,8%-28,6% penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun adalah pasien hipertensi.

B. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum

Mengendalikan angka mortalitas dan morbiditas penyakit Hipertensi dalam

masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penyebab, gejala, pengobatan serta pencegahan penyakit

Hipertensi.
b. Meningkatkan dan mendorong peran serta keluarga dan masyarakat dalam

pencegahan penyakit Hipertensi.

2
C. Sasaran Penyuluhan

Yang menjadi sasaran penyuluhan adalah masyarakat yang datang memeriksakan diri

di Puskesmas Teling Atas serta tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Wenang.

D. Metode Penyuluhan

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali

disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang

mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas

normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor

dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab

hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat

adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari

pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh

meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini

biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit

jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi

adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

4
B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut

juga

hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas. Meskipun hipertensi

primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data penelitian telah menemukan

beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu:

a. Faktor keturunan. Ciri Perorangan

c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)

2. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral,

neurogenik ( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris ), kehamilan, peningkatan

tekanan intravaskuler, luka bakar dan stress. ( Udjianti, Wajan, 2011 )

C. Patofisiologi

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk

mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).

5
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan

oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral

resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh

interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan

abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung

dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat dilihat pada bagan.

Gambar 2. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah


(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gelala hipertensi yaitu ;

6
Sakit kepala, Epitaksis, Rasa berat di tengkuk, Mata berkunang kunang, Mual,

muntah, Kelemahan / letih, Sesak nafas, Kenaikan tekanan darah dari normal, Penurunan

kekuatan genggaman tangan , Pandangan mata kabur/tidak jelas. ( Aziza, Lucky, 2007 )

D. PENATALAKSANAAN

Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1 Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.

Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan

dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah

pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi

perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan

volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.


a Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan

lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi

ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit,

thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan

tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan

terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek

dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi

tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara

memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam

penurunan resistensi vascular perifer.


b Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan

tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan

diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat

7
mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik

lainnya.
c Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih

berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6

minggu dengan spironolakton).


2 Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan

menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung

dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.


a Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada

dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya agen

tersebut kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih

aman dari non selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi

pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.

Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan

hilang jika dosis tinggi.


b Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik

simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor .


3 Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi

tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada

beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial.

Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan

ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada

penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan

ACE yang penting dalam hipertensi.


4 Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan

jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE

8
hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor

angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti

inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.


5 Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat

saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya

kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan

vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal

kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua

golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. . Berbagai faktor dapat memicu

terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui

(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan

denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan

peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Peran masyarakat sangat penting karena tanpa peran serta masyarakat dalam

pencegahan dan pengobatan Hipertensi maka sebesar apapun dana yang dikeluarkan dan

sebagus apapun program pemerintah tidak akan optimal dalam penanggulangan dan

pemberantasan penyakit Hipertensi. Untuk dapat merawat pasien Hipertensi dengan baik,

diperlukan dokter dan perawat yang terampil, dan ketaatan dari pasien Hipertensi itu sendiri

untuk pengobatan yang dijalani.

B. Rekomendasi

a. Diperlukan peran masyarakat dan pemerintah secara luas untuk bersama-sama

menjalankan program-program yang telah dibuat dalam pengobatan Hipertensi.

b. Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan sebagai lini terdepan dalam pencegahan

Hipertensi di lingkungan masyarakat dengan deteksi dini dan peningkatan pendidikan

kesehatan masyarakat terkait penyakit Hipertensi

10
c. Dibutuhkan peran serta dorongan keluarga dan petugas kesehatan tentang pengobatan

Hipertensi.

11
Lampiran

12

Anda mungkin juga menyukai