PENDAHULUAN
Musim panas dan musim gugur adalah puncak terjadinya penyakit meningitis
akibat enterovirus. Infeksi ini memiliki prevalens lebih tinggi pada kelompok sosial
ekonomi rendah, anak kecil, dan pasien imunokompromais. Prevalens meningitis
arbovirus dipengaruhi oleh faktor distribusi geografis dan aktivitas musiman vektor
antropoda ( nyamuk ). Diamerika serikat, infeksi arbovirus umumnya terjadi pada
musim panas dan musim gugur. 2
1
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
nafas.Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan pada laki-laki sekitar 1%.
ISK telah dianggap sebagai faktor risiko penting pada terjadinya insufisiensi
renal atau end stage renal disease pada anak-anak. Setelah ISK pertama, 60-80%
anak perempuan biasanya akan mendapatkan ISK kedua dalam 18 bulan. Pada
anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan dan jauh
lebih sering terjadi pada anak laki-laki disunat. Selama tahun pertama kehidupan,
perbandingan rasio anak laki-laki: rasio anak perempuan adalah 2,8-5,4: 1. Selama
usia 1-2 tahun, dominasi rasio anak perempuan lebih mencolok, dengan
perbandingan anak laki-laki: anak perempuan adalah 1: 10. Infeksi berulang sering
terjadi pada penderita yang rentan atau terjadi karena adanya kelainan anatomik atau
fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya stasis urin atau refluks sehingga
perlu pengenalan dini dan pengobatan yang adekuat untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Standar pemeriksaan untuk mendiagnosis ISK adalah dengan kultur urin. Karena
dalam proses kultur dibutuhkan waktu setidaknya 48 jam untuk mendapatkan
hasilnya oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis urin juga sering dibutuhkan untuk
membantu membuat diagnosis awal ISK. Spesimen urin penderita ISK akan
menunjukkan temuan positif pada dipstick untuk nitrit, esterase leukosit, atau
darah.Dipstick test memiliki sensitivitas hampir 85-90%. Pemeriksaan mikroskopis
urin dapat mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, dan sel epitel. Selain itu
evaluasi diagnostik pada anak yang menderita ISK sudah banyak mengalami
kemajuan, ditambah dengan adanya metode-metode yang tidak invasif seperti
ultrasonografi, pencitraan radioisotop, MRI, dan lain-lain merupakan alat yang
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Mengingat adanya komplikasi jangka panjang yang merugikan jika anak dengan
ISK tidak segera diobati, maka deteksi dan penanggulangan dini dari ISK tersebut
akan sangat dibutuhkan.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang
akut dengan gejala rangsang meningeal, pleoiositosis dalam likuor serebrospinalis
dengan deferensiasi terutama limfosit, perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited
tanpa komplikasi.2
2.2Anatomi fisiologi
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur
syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
3
membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung
dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk
membentuk pleksus choroideus dari ventrikelventrikel ini. Pia dan
ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela
choroidea di tempat itu.5
b) Arachnoid merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dan
durameter.5
c) Dura mater merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat yang tebal dan kuat. Dura kranialis atau pachymeninx adalah
struktur fibrosa yang kuat dengan lapisan dalam (meningen) dan lapisan
luar (periosteal). Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam
cranium dan juga membentuk periosteum. Di antara kedua hemispher
terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri yang melekat pada crista galli
dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia
occipitalis interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium
cerebelli yang meluas ke kedua sisi.5
2.3 Etiologi
4
Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh M. Tuberculosis yaitu basil gram
positif, hidup secara obligat aerob, tidak berspora dan tidak bergerak. Memiliki
dinding sel kaya lipid yang dapat melindungi bakteri dari serangan antibodi dan
komplemen. Ciri khas bakteri ini adalah tahan asam, yaitu kemampuan untuk
membentuk kompleks mikolat berwarna kemerahan bila diwarnai dengan pewarna
arilmetan dan mempertahankan warnanya walau dicuci dengan etanol. 4
2.5 Patogenesis
Bakteri dapat mencapai sistem saraf pusat melalui empat cara :
1. Hematogen
Infeksi dari fokus lain menyebar secara hematogen langsung ke SSP. Fokus
infeksi tersering adalah saluran napas ( di daerah nasofaring, pneumonia ),
dapat juga dari endokarditis, tromboflebitis, atau sepsis. 4
2. Perkontinuitatum
Infeksi meluas secara langsung dari lokasi yang berdekatan dengan SSP,
seperti dari sinus paranasal, mastoid, sinus cavernosus, atau OMSK. 4
3. Implantasi jantung
5
Terjadi infeksi langsung ke SSP seperti fraktur terbuka pada trauma kepala,
iatrogenik pada tindakan fungsi lumbal, atau prosedur bedah. 4
4. Meningitis neonatus
Neonatus mengalami infeksi yang berasal dari aspirasi amnion, kuman pada
jalan lahir atau infeksi transplasental. 4
Umumnya virus secara hematogen (viremia) sampai keselaput otak.
Enterovirus berkembang biak dalam traktus digestivus menjalar kekelenjar getah
bening regional dan kemudian menimbulkan viremia. Pada percobaan ditemukan
bahwa virus herpes dapat juga menjalar melalui serabut saraf. 4
2.6 Klasifikasi
1. Meningitis purulenta
Adalah radang selaput otak (araknoidea dan piameter) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus). 6
2. Meningitis tuberkulosa
Adalah radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosis primer.Perubahan
mental sampai apatis. 6
Adanya gejala saluran nafas atas yang didahului merupakan kondisi yang sering
ditemukan. Awitan yang cepat merupakan salah satu S. pneumonia dan N.
Meningitidis. Indikasi terjadinya inflamasi meningens adalah timbulnya gejala sakit
kepala, iritabilitas, mual kaku kuduk, letargia, fobia dan muntah. Umumnya juga
timbul demam. Ditemukan tanda kernig dan brudzinski positif pada anak berusia
lebih dari 12 bulan merupakan bukti adanya iritasi meningens. Pada bayi kecil, tanda
peradangan meningeal umumnya tidak terlihat jelas, misalnya hanya menjadi rewel
(irritable), gelisah, penurunan kesadaran, dan asupan makan yang buruk (poor
leeding). Tanda neurologis fokal yang ditemukan termasuk adanya kejang. Gejala
lain berupa artralgia miagia, petekie ataupun lesi purpura sepsis, syok dan koma.
Peningkatan tekanan intrakranial ditunjukkan dengan adanya keluhan sakit kepala,
diplopia dan muntah. Ubun-ubun yang membonjol dapat dilihat pada bayi. Ptosis
kelumpuhan nervus VI, anisokor, bradikardi dengan hipertensi dan apnue merupakan
tanda terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan herniasi otak. Papiledema
jarang ditemukan kecuali apabila terjadi oklusi pada sinus venosus, empiema
subdural, atau adanya abses otak.6
6
Meningococcus bakteriemia merupakan akibat dari invasi bakteri kedalam
blood stream pada infeksi nasofaring. Keadaan meningococcemia yang lebih berat
berupa sepsis, endotaksemia, shoack, DIC dan Waterhouse Friderickson syndrome
dengan perdarahan adrenal. Pada shock syndrome yang disebabkan oleh
meningococcemia, vascular collapse berkembang dengan cepat menyebabkan
kematian dalam beberapa jam. Situasi lethal ini disebabkan karena akibat
myocarditid dan vasculitis. 7
7
menyebabkan endokarditis, pericarditis baik serous atau purulen dapat timbul dengan
atau tanpa gejala sistemik. Myocarditis didapatkan pada 78% dari kasus
meningococcus yang fatal. Arthritis didapatkan hampir 10-20% pasien dengan
infeksi meningococcus, biasanya timbul 1-10 hari setelah onset dari gejala
bakteriemia dan berlangsung sekitar 1 minggu.7
2.7 Diagnosis
Anamnesa
a) Seringkali didahului infeksi pada saluran nafas atas atau saluran cerna seperti
demam, batuk, pilek, diare, dan muntah. 8
b) Gejala meningitis adalah demam, nyeri kapala, meningismus dengan atau
tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang dan muntah merupakan
hal yang sangat sugestif meningitis tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas.
8
c) Banyak gejala meningitis yang berkaitan dengan usia, misalnya anak kurang
dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri kepala. Pada bayi gejala hanya berupa
demam, iritable, letargi, malas minum, dan high pitched-cry. 8
Pemeriksaan fisik
1. Pungsi lumbal
8
Kultur CSS merupakan baku emas, memiliki sensitivitas hingga 85% bila
belum mendapatkan terapi antimikrobial sebelumnya, namun membutuhkan
waktu setidaknya 48 jam sampai diperoleh hasil. 4
b) Pewarnaan gram
Pewarnaan gram dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan relatif lebih
murah untuk mengidentifikasi bakteri penyebab. Pewarnaan gram memiliki
sensitivitas 60-90% dan spesifisitas 97%, namun hasil ini dapat berkurang
secara signifikan bila sudah mendapatkan antibiotika sebelumnya. 4
c) Latex agglutination
d) PCR
PCR dapat mendeteksi DNA dari patogen meningens yang umum, seperti N.
Meningitidis, S.pneumonia, H. Influenza type b, S. agalactiae, dan L.
Monocytogenes. Sensitivitas dan spesifitasnya sangat baik (>90%) dan
menjadi salah satu alternatif pemeriksaan yang sangat menjanjikan
dikemudian hari. 4
e) Analisis CSS
9
Warna Purulen , keruh Xantocrom, Jernih Jernih
terdapat (kecuali bila
endapan jumlah sel
benang- >300/ul)
benang fibrin
10
Indikasi fungsi lumbal :
1) Setiap penderita dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari
anamnesis atau yang dilihat sendiri.6
2) Adanya paresis atau paralisis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena
paresis. 6
3) Koma. 6
6) Tuberkulosis miliaris. 6
7) Leukemia. 6
8) Spondilitis tuberkulosa. 6
11
2. Kultur darah
Kultur darah harus dilakukan sebelum terapi antibiotik dimulai. Pemeriksaan ini
dapat mengisolasi bakteri penyebab pada 80-90% kasus meningitis. Bila fungsi
lumbal ditunda, kultur darah tetap dilakukan sambil dilakukan CT scan untuk
mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya lesi desak ruang (abses, tumor,
perdarahan). 6
2.9 Komplikasi
Komplikasi saat perawatan berupa ventrikulitis, efusi subdural, syok, gangguan
elektrolit, peningkatan TIK dan herniasi, perdarahan, infark, serta SIADH. SIADH
merupakan salah satu komplikasi tersering yang menyebabkan hilangnya natrium dan
menurunnya osmolalitas serum sehingga dapat memperburuk edema serebral.
Komplikasi lain yang lebih jarang adalah empiema subdural (harus dicurigai bila
demam berkepanjangan dan anak tampak terus iritable) dan abses otak.4
Komplikasi neurologi jangka panjang tersering adalah tuli sensorineural akibat
labirintitis setelah infeksi koklea. Selain itu dapat juga terjadi hidrosefalus
12
komunikans, gangguan perkembangan motorik,bicara dan perilaku, retardasi mental,
gangguan penglihatan dan epilepsi.7
2.10 Penatalaksanaan
Sambil menunggu hasil analisis CSS, terapi empiris dan suportif harus segera
diberikan.
1) Terapi suportif berupa cairan intravena, nutrisi, antipiretik dan
antikonvulsan. Pasien jangan menerima makanan melalui mulut terlebih
dulu. Lakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan laju nafas dengan
ketat, demikian pula dengan pemeriksaan neurologis seperti kesadaran,
refleks pupil, gerakan bola mata, saraf kranial, kekuatan motorik, dan
kejang dalam 72 jam pertama. Pemberian cairan intravena tidak dibatasi,
kecuali terbukti terjadi syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
(SIADH) dan tidak ada dehidrasi. Pada pasien dengan peningkatan TIK
dan syok mungkin memerlukan vasoaktif seperti dopamin dan
dobutamin, dan pemberian cairan dimonitor dengan central venous
access di ICU agar tercapai perfusi yang baik keorgan tanpa
memperburuk TIK. 4
2) Bila terjadi peningkatan TIK akibat edema sitotoksik, berikan manitol
20% dosis 0,25- 1 gr/kgBB/kali, tiap 6-8 jam, infus cepat dalam 30 menit
sambil terus diawasi balans cairan, elektrolit, dan diuresis. Berikan pula
antipiretik, elevasi kepala 30, hiperventilasi (hingga PaCO2 25 mmHg),
dan dapat dibantu furosemid 1 mg/KgBB untuk menurunkan TIK.
Sebisa mungkin hindari berbagai tindakan yang agresif, misalnya
intubasi trakea, penghisapan lendir, pengambilan sampel darah yang
13
sering. Penggunaan agen osmotik dan diuresis harus dengan hati-hati
karena dapar terjadi dehidrasi dan syok.4
3) Sebagai terapi tambahan untuk menekan sitokin inflamasi dan mencegah
ketulian, berikan deksametason IV 0,6 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis, 15-
20 menit sebelum atau bersamaan dengan pemberian antibiotik.steroid
hanya diberikan pada bayi usia >1 bulan karena tidak ada data yang
cukup untuk penggunaannya pada bayi usia <1 bulan. Steroid tidak lagi
perlu diberikan bila terapi antibiotik telah dimulai sebelumnya kareana
tidak ada manfaatnya. 4
4) Terapi antibiotik empiris harus segera diberikan sebelum hasil analisis
CSS diperoleh, bahkan bila pungsi lumbal ditunda, semakin besar
kemungkinan terjadi gejala sisa neurologi dikemudian hari. Sedangkan
setelah hasil analisis CSS diperoleh, terapi dapat ditambah atau dirubah
sesuai dengan hasil uji kerentanan bakteri penyebab. 4
5) Bila terjadi kejang atau hipoglikemi, tatalaksana sesuai dengan protokol
kejang dan hipoglikemi pada anak. 4
2.11 Pencegahan
Imunisasi rutin terhadap H. Influenzae dan S. pneumonia direcomendasikan
untuk diberikan mulai usia 2 bulan. Vaksin terhadap N. Meningitidis
direcomendasikan untuk remaja, pelajar perguruan tinggi, anggota militer, dan para
pelancong yang pergi kearea endemik. Pemberian kemoprofilaksis direcomendasikan
untuk individu yang berkontak erat dengan penderita infeksi N. Meningitidis dan
kasus indeks. Hal ini juga diterapkan pada individu yang berkontak erat dengan
penderita penyakit H. Influenzae dan kasus indeks. Terapi yang direcomendasikan
adalah rifampin, siprofloksasin, atau seftriakson. 2
2.12 Prognosis
Prognosis bergantung pada :
a) Usia pasien
Bayi usia < 6 bulan memiliki prognosis lebih buruk. 4
b) Manisfestasi kejang dan penurunan kesadaran
Kejang yang menetap setelah hari keempat sejak awitan berhubungan
dengan defisit neurologi yang lebih buruk. 4
c) Jenis dan jumlah mikroorganisme penyebab
Infeksi oleh pneumokok memiliki angkah mortalitas dan gejala sisa
neurologi yang tinggi. Jumlah mikroorganisme lebih dari 10 6 colony-
forming/mL dalam CSS lebih sulit diobati. 4
d) Kadar glukosa
14
Kadar glukosa yang sangat rendah berkorelasi dengan gangguan
pendengaran permanen. 4
e) Waktu yang diperluhkan untuk sterilisasi CSS
Umumnya dalam 24-36 jam setelah terapi antimikrobial, CSS sudah
menjadi steril. Waktu yang lebih lama untuk mensterilisasi CSS
berkorelasi dengan luaran yang lebih buruk. 4
2.13. Definisi
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK
atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam
keadaannormal, urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu
bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari
sampel mid-stream urine. Ini merupakan gold standard untuk diagnostik ISK.
2.14. Epidemiologi
ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki.Pada anak
perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan puncaknya
pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK pertama, 60%-
80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang kedua dalam 18 bulan. Pada
anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan; ISK jauh
lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak disunat. Prevalensi ISK bervariasi
berdasarkan usia. Selama tahun pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio
wanita adalah 2,8-5,4 : 1. Sedangkan dalam tahun pertama sampai tahun kedua
kehidupan, terjadi perubahan yang mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio
perempuan adalah 1:10.
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi tanpa
gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah 0,8%dibandingkan
dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia sekolah, angka insidensi
bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali dibandingkan pada anak laki-laki.
15
Remaja putri lebih cenderung memiliki vaginitis (35%) dibandingkan ISK
(17%).Selain itu, gadis remaja yang didiagnosis dengan sistitis sering memiliki
vaginitis bersamaan.
Neonatus memiliki fungsi ginjal imatur saat kelahiran yang membuat mudahnya
kehilangan cairan, seperti kehilangan cairan lewat pernafasan yang cepat atau
kegagalan dalam pemasukan cairan. Berat ginjal neonatus sekitar 23 gram, berat ini
akan menjadi dua kali lipat dari semula pada usia 6 bulan dan meningkat pada akhir
satu tahun pertama dan tumbuh seperti ginjal orang dewasa pada saat pubertas yaitu
10 kali ukuran pada saat kelahiran.
Ketika bayi dilahirkan, maka ia akan kehilangan aliran darah dari plasenta,
diikuti dengan peningkatan yang tinggi dari aliran darah pada ginjalnya sendiri,
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah pada ginjal. Neonatus akan
menghasilkan 20 35 ml dari urin sebanyak 4 kali sehari, tapi ini akan meningkat
sampai 100 200 ml sebanyak 10 kali sehari pada hari kesepuluh setelah lahir. Urin
saat produksi pertama memperlihatkan eksresi urea yang sedikit karena pada saat ini
protein lebih banyak digunakan pada bayi dibandingkan dengan jumlah yang dipecah
dalam hati.
2.16 Etiologi
16
Penyebab terbanyak ISK pada anak (sekitar 80-90%), baik yang
simtomatikmaupun yang asimtomatik adalah kuman gram negatif Escherichia coli
(E. Coli).Penyebab lainnya adalah Klebsiella, Proteus,
Staphylococcus Saphrophyticus.ISK nosokomial sering disebabkan E. coli,
Pseudomonas sp, Coagualase-negatif Staphylococcus, Klebsiella sp, Aerobacter sp
jarang ditemukan.
Pada uropati obstruktif dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-
laki sering ditemukan Proteus.ISK nosokomial sering disebabkan E.coli,
Pseudomonas sp, coagulase-negative Staphylococcus, Klebsiella sp, dan Aerobacter
species.
Bila ISK didiagnosis pada anak, upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor risiko pada anak (misalnya, anomali anatomi, disfungsi berkemih, dan
sembelit). Anak yang menerima antibiotik spektrum luas (misalnya, amoxicillin,
cephalexin) yang bisa mengganggu kondisi fisiologis gastrointestinal (GI) dan
periurethral flora, hal tersebut akan meningkatkan risiko untuk ISK, karena obat ini
mengganggu pertahanan alami saluran kemih dalam menghadapi kolonisasi oleh
bakteri patogen.
Lamanya inkubasi urin dalam kandung kemih akibat beberapa hal merupakan
salah satu faktor terjadinya ISK.Inkubasi urin ini bisa terjadi akibat anak memiliki
disfungsi berkemih atau anak memilih untuk menahan pipisnya.Berbagai keadaan
bisa menjadi penyebab disfungsi berkemih. Sembelit, dengan pembesaran rectum
oleh feses merupakan penyebab penting terjadinya disfungsi berkemih. Kelainan
neurogenik atau kelainan anatomi kandung kemih juga dapat menyebabkan disfungsi
berkemih. Sedangkan kebiasaan menahan pipis biasanya terjadi pada anak usia
prasekolah dan sekolah.
Bayi laki-laki yang disunat bisa mengurangi risiko ISK sekitar 90% khususnya
selama tahun pertama kehidupan. Risiko ISK pada bayi disunat adalah sekitar 1 dari
1000 jika mereka disunat selama tahun pertama,dan bayi yang tidak disunat memiliki
17
1 dari 100 risiko terjadinya ISK. Secara keseluruhan, tingkat ISK pada anak laki-laki
yang telah disunat diperkirakan 0,2%-0,4%, dengan tingkat faktor risiko anak laki-
laki tidak disunat menjadi 5-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
yang disunat.
2.17 Klasifikasi
- ISK Atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama parenkim ginjal,
lazimnya disebut sebagai pielonefritis.
- ISK bawah (lower UTI): bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas
antara atas dan bawah adalah hubungan vesikoureter.Untuk membedakan ISK atas
dengan bawah.
- ISK simpleks: ISK sederhana (uncomplicated UTI), ada infeksi tetapi tanpa penyulit
(lesi) anatomik maupun fungsional saluran kemih.
- ISK kompleks: ISK dengan komplikasi (complicated UTI), adanya infeksi disertai
lesi anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional saluran kemih, misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter,
urolitiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya. Dalam kelompok ini
termasuk ISK pada neonatus dan sebagian besar kasus dengan pielonefritis akut.
2.18 Patogenesis
Anak dengan traktus urinarius yang abnormal lebih banyak menderita ISK yang
disebabkan organisme dengan virulensi lebih rendah seperti Pseudomonas atau
18
Staphylococcus aureus.Bakteri-bakteri ini merupakan flora yang sering
mengkontaminasi genital dan kulit.
Bakteri patogen asalnya dari flora usus (E.coli) pasien sendiri yang berkoloni di
area periuretra. Lalu naik ke vesika urinaria dan memulai proses proliferasi dan
invasi jaringan. Toksin bakteri menyebabkan kemotaksis dan mengaktivasi
granulosit.Ini diikuti pelepasan radikal bebas dan produk lisosomal yang mana
menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian dan fibrosis lanjut dan scarring.
Bakteri E.coli terdiri dari sitoplasma dan nukleus dari material DNA. Materi
genetik tambahan dapat muncul pada 1 plasmid atau lebih yang mana seluruhnya
terpisah dari inti sel. Plasmid-plasmid ini dapat mengkode resistensi tipe antibiotik
tertentu dan kepentingan klinis karena plasmid replikasi sendiri dan dapat ditransmisi
dari bakteri ke yang lain dan bahkan dari satu spesies ke yang lain. Dinding sel
mengelilingi sitoplasma.Antigen dinding sel telah didesain antigen O. Ada lebih
dari 150 antigen O. Antigen O terdiri dari lapisan lemak, lipid A, yang mana melekat
di membran, berkaitan dengan lapisan polisakarida terluar bertanggung jawab pada
serotip O individu. Bakteri lisis berikut, lipid A dilpeaskan sebagai endotoksin.
Roberts telah menunjukkan endotoksin menurunkan peristaltik ureter. Ini aktivator
penting untuk respon inflamasi penjamu dan mengaktifasi alur komplemen klasik.11
19
Reseptor P terdapat pada membran mukosa manusia, termasuk sel epitel vesika
urinaria dan ureter.Fimbriae tipe 1 dapat menginisiasi kerusakan respiratori dari
leukosit polimorfonuklear dan pada penelitian hewan telah menunjukkan dapat
menyebabkan parut. Peran fimbriae tipe II yang terbentuk dari M, S, dan X masih
dalam penelitian.1
Urin memiliki konsentrasi zat besi yang rendah dan menunjukkan bahwa zat besi
penting untuk perlengketan ke permukaan.Kolisin V adalah plasmid yang juga
memiliki kemampuan untuk meningkatkan ambilan zat besi oleh bakteri.
Pada anak perempuan, bakteri gram negatif muncul pada area dari anus ke
uretra.Pada bayi laki-laki, di mana organisme berkolonisasi di prepusium, kejadian
ISK dapat diturunkan dengan sirkumsisi.
Mayoritas ISK pada bayi baru lahir menyebar melalui darah.Septikemia akibat
E.coli gram negatif sering terjadi pada masa ini. Manifestasi klinis akan terlihat
beberapa hari berupa bakteriuria. Immunoglobulin yang terdapat dalam air susu ibu
mempunyai efek proteksi dan masuknya organisme ini sering pada bayi yang tidak
disusui. Hal ini juga terjadi pada Salmonella, Tuberculosis, Histoplasmosis, dan
parasit.
Manifestasi klinis dari ISK pada anak terbagi atas dua macam yaitu manifestasi
klinis yang berasal dari traktur urinarius serta manifestasi klinis sistemiknya.
Disuria
Hematuri
Scoatting
20
b) Manifestasi klinis sistemik.
Demam
Muntah/ diare
Nyeri pinggang
b. Demam
c. Irritable
d. Kelihatan sakit
a. Disuria
b. Polakisuria
c. Urgency.
b. Sakit pinggang
c. Demam
d. Menggigil
2.20 Diagnosis
21
Untuk menegakkan diagnosis pada ISK pada anak bisa berdasarkan gejala atau
temuan pada urine, atau bahkan keduanya, tetapi kultur urin sangat diperlukan untuk
konfirmasi dan pemberian terapi yang sesuai.
Kecurigaan yang tinggi harus dipikirkan pada anak demam, terutama ketika
demam yang tidak jelas berlangsung selama dua sampai tiga hari, ini bisa
mengurangi angka kejadian ISK yang tidak terdeteksi. Pedoman terbaru yang
dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) untuk evaluasi demam
(39,0 C [102,2 F] atau lebih tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya dianjurkan
melakukan pemeriksaan urinalisis dan kultur urine untuk semua kasus pada semua
anak laki-laki dengan usia kurang dari enam bulan dan semua anak perempuan
dengan usia kurang dari dua tahun. Diagnosis ISK yang tepat tergantung pada
pengambilan sampel urin yang tepat.
Gastroenteritis
Cacingan
Batu ginjal
Vaginitis
Vulvovaginitis
Tumor Wilms
2.22 Pengobatan
22
3. Evaluasi saluran kemih
Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM sebagai dosis Tidak digunakan pada bayi < 6
tunggal atau dibagi setiap 12 jam. minggu; antibiotic parenteral
dengan waktu paruh panjang.
Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 6-8 Aman digunakan pada bayi < 6
jam. minggu, digunakan dengan
ampisilin pada bayi usia 2 8
minggu.
Ampicillin 100 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 8 jam Digunakan bersama gentamisin
pada neonatus <2 minggu,
untuk kuman enterokokus dan
pasien yang alergi dengan
sefalosporin.
Sulfamethoxazole and trimethoprim 6-12 mg/kg TMP, 30-60 mg/kg SMZ, dibagi
stiap 12 jam
*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi,
karena daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok
digunakan untuk pengobatan infeksi pada ginjal.
24
2.23 Komplikasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang
akut dengan gejala rangsang meningeal, pleoiositosis dalam likuor serebrospinalis
dengan deferensiasi terutama limfosit, perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited
tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante, karen.j. dkk. 2011. nelson Ilmu kesehatan anak esensial. Edisi
keenam: indonesia : IDAI
2. Meisadona g,dkk. 2015. Diagnosis dan tatalaksana meningitis
bakterial.departemen neurologi fakultas kedokteran universitas indonesia RSUPN
Cipto mangunkusumo. Jakarta; vol 42 no. 1.
3. Harsono. 2003. Meningitis
4. Yayan A. Israr. Meningitis. Faculty of medicine university of riau, arifin achmad
general hospital of pekanbaru. 2008; 1-6.
5. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Jilid 2. Jakarta:
bagian kesehatan anak FKUI ;1985.
6. Japardi, iskandar. 2002. Meningitis meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
26
7. Pudjiadi AH, dkk. Ed. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia.
Jilid 1. Jakarta : pengurus pusat ikatan dokter anak indonesia; 2010.
27