Anda di halaman 1dari 8

A.

Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan
volume aliran darah (Hani, 2010).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Secara umum hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis
miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh (Ruhyanudin, 2007).

2. Klasifikasi
Sesuai dengan kesepakan JNC VII yaitu tujuh panduan dalam klasifikasi dan
jenis terapi hipertensi versi internasional, maka pengelompokan tekanan darah tertera
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
The Seventh Report of the Joint National Committe on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood pressure (JNC VII)

Kategori Sistole Diastole


Normal <120 Dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 Atau 85-89
Hipertensi stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage 2 160 Atau 100

Pengelompokan ini menjadi penting karena akan mempengaruhi jenis terapi


yang perlu diberikan sesuai dengan kelompoknya. Peningkatan tekanan darah akan
sejalan dengan besarnya risiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler, serangan
jantung dan stroke di kemudian hari. Apalagi bila ada faktor risiko lain yang menyertai
seperti penyakit diabetes, kebiasaan merokok, dan kadar kolesterol yang tinggi.
Hipertensi menurut Dewi (2010), dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
penyebabnya :
a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 95%) penderita termasuk hipertensi
primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia
dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama
ginjal, dan penyakit sistemik lainnya. Elsanti (2009) menyatakan: sekitar 5 10%
penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 2%
disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB
(p.114).

3. Etilologi
Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi menurut Sutanto (2010)
antara lain :
a. Usia
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata prevalensi hipertensi naik
dengan bertambahnya usia. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta
pelebaran pembuluh darah dalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Dari
berbagai penelitian penduduk yang berusia di atas 20 tahun sudah memiliki faktor
resiko hipertensi.
b. Jenis kelamin
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat dipengaruhi faktor psikologis. Wanita
seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok dan pola makan tidak
seimbang sehingga menyebabkan obesitas dan depresi. Sedangkan pada kaum pria,
hipertensi lebih berkaitan erat dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan dan pengangguran.

c. Obesitas
Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan memompa darah oleh
jantung) dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih
tinggi dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
d. Keturunan
Dari 10 orang penderita hipertensi, 90 persen di antaranya terjadi karena mereka
memiliki bakat atau gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian,
gen tersebut dapat menjadikan sebagai penderita hipertensi karena ada faktor
pemicu eksternal yang lain.
e. Lingkungan dan faktor geografi
Kecenderungan terjadinya hipertensi banyak dialami oleh masyarakat perkotaan
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup
masyarakat kota yang rentan berinteraksi dengan risiko penyakit hipertensi seperti
stress dan pola hidup kurang sehat.
f. Macam pekerjaan
Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress. Stress melalui
aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah.
g. Konsumsi garam
Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan akan terjadi
hipertensi beberapa persen saja, namun jika konsumsi garam antara 5-15 gram
perhari maka kemungkinan hipertensi menjadi 15-20%.
h. Gaya hidup
Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak senang
makan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolah raga disinyalir
akan memicu terjadinya hipertensi.

4. Patofisiologi
Smeltzer & Bare (2001) mengatakan bahwa hipertensi berawal dari mekanisme
yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah yang terletak dipusat
vasomotor pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya morepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke inal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer, secara
otomatis seseorang dengan hipertensi akan terjadi perubahan status kesehatan, oleh
karena itu perlu diimbangi dengan informasi atau pengetahuan yang lebih mengenai
pengelolaan terhadap hipertensi, untuk menghindari komplikasi atau kekambuhan dari
hipertensi itu sendiri.

5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dialami oleh penerita hipertensi biasanya berupa: pusing, mudah
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah
mata berkunang-kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita
hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada
menunjukan adanya kerusakan veskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturian(peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin.
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegi) atau
gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma, 2000 dalam Triyanto, 2012).

6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut Ode (2012)
adalah :
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh otak
(stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung
mengalami gagal fungsi.
c. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal.
d. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
dan saraf pada mata. Penyakit yang mungkin timbul adalah perdarahan retina,
penebalan retina, dan oedema pupil.

e. Penatalaksanaan Hipertensi
Tata laksana hipertensi dapat dimulai dengan modifikasi gaya hidup, walaupun
penderita hipertensi menggunakan terapi antihipertensi tetapi harus tetap disertai
dengan modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup menurut Tanto, Liwang, Hanifan,
& Pradipta (2014) meliputi :
a. Penurunan berat badan. Target indeks massa tubuh dalam batas normal yaitu 18,5
22,9 Kg/m2.
b. Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). DASH mencakup konsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/ lemak total.
c. Penurunan asupan garam. Konsumsi NaCl yang disarankan adalah <6 g/hari.
d. Aktivitas fisik. Target aktifitas fisik yang disarankan minimal 30 menit/hari,
dilakukan paling tidak 3 kali dalam seminggu.
e. Pembatasan konsumsi alkohol

B. Diit Hipertensi
Prinsip diet bagi hipertensi menurut Akhmadi (2011) adalah sebagai berikut:
1. Makanan yang beraneka ragam dan gizi yang seimbang
2. Jenis makanan disesuaikan
3. Jumlah garam dibatasi (tidak lebih dari - sendok teh perhari).
4. Konsumsi sayuran dan buah-buahan segar
Pengaturan diit bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
a. Diit rendah garam
Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler
ditarik ke luar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium atau sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida
(garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium
karbonat. Konsumsi garam dapur yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari,
setara dengan satu sendok teh (Nurrahmani, 2012). Pengurangan asupan garam bukan
saja dari garam dapur, atau garam meja pada waktu kita makan. Namun, hindari
makanan yang tanpa kita sadari mengandung banyak garam, misalnya makanan yang
diasinkan (ikan asin, telur asin, dan diawetkan, makanan kaleng, acar, bumbu-bumbu
yang banyak mengandung garam dapur misalnya terasi, kecap, petis, tauco, atau juga
makanan camilan (Lestari, 2013).
Menurut Almatsier (2010) berdasarkan dengan keadaan penyakit, hipertensi
dapat diberikan berbagai tingkat untuk diit rendah garam, yaitu sebagai berikut :
1) Diit Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diit garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau
hipertensi berat yaitu dengan tekanan darah 180/110 mmHg. Untuk pengolahan
makanannya tidak menggunakan garam dapur atau hanya sdt/hari.
2) Diit Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diit garam rendah II diberikan kepada pasien dengan hipertensi sedang yaitu dengan
tekanan darah 160-179/100-110 mmHg. Pada pengolahan makanan boleh
menggunakan sdt garam dapur (2gr)/hari.
3) Diit Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diit garam rendah III diberikan kepada pasien dengan hipertensi ringan, yaitu
dengan tekanan darah 140-160/90-99 mmHg. Pada pengolahan makanan boleh
menggunakan 1 sdt (4g) garam dapur/hari
b. Diit rendah kolesterol dan lemak
Membatasi asupan makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol,
untuk mencegah terjadinya komplikasi berlanjut seperti aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner. Hindari makan terlalu banyak daging kambing, lemak sapi, lemak
babi, dan jeroan. Sebaliknya, dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi asam lemak tak
jenuh ganda, omega-3 dan omega-6. Selain baik untuk kesehatan jantung, penelitian
melaporkan bahwa asam lemak tak jenuh omega-3. Khususnya Eicosapentanoic acid
(EPA), dapat membantu penurunan tekanan darah. Oleh karena itu dianjurkan untuk
makan ikan sedikitnya 2 porsi/minggu. Selain itu, asam oleat (yang banyak ditemukan
pada minyak zaitun) dilaporkan juga bermanfaat dalam mencegah peningkatan tekanan
darah (Lestari, 2013).
c. Diit tinggi serat
Menurut Nurrahmani (2012) serat merupakan karbohidrat kompleks dan bagian
dari tanaman yang tidak bisa dicerna. Pola makan tinggi serat terbukti efektif mencegah
dan mengobati berbagai penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi.
Bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi bisa diperoleh dari
sumber berikut :
1) Buah-buahan : Jambu biji, beiimbing, anggur, pepaya, jeruk, mangga, apel,
semangka, dan pisang.
2) Sayuran : kacang panjang, buncis, tomat, kangkung, wortel, bayam, sawi, pare, daun
bawang, bawang putih, daun dan kulit mlinjo, kecipir, jamur segar, kamangi, lobak,
daun katuk, kol, dan bayam.
3) Protein nabati : kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-
bijian.
4) Agar-agar dan rumput laut.
d. Diit rendah energi ( bagi yang kegemukan)
Membatasi asupan kalori, terutama bagi penderita dengan berat badan lebih
(overweight) dan kegemukan (obesitas). Beberapa penelitian melaporkan, bahwa
penurunan berat badan pada penderita yang gemuk, oleh penurunan tekanan darah yang
berarti. Pada penelitian Trial of Antihypertensive Interventions and Management
(TAIM), penurunan sekitar 4,4 kg dalam waktu 6 bulan, dapat menurunkan tekanan
darah 2,5 mm Hg. Hindari makanan junk food yang biasanya tinggi kalori, tinggi
lemak, serta tinggi asupan garam (Na), tinggi gula, dan rendah serat. Contoh: goreng-
gorengan dan kue-kue manis (Lestari, 2013).
Selain empat cara diatas diit pada hipertensi juga dapat dilakukan dengan cara
diit DASH (Dietary Approaches to Step Hypertension). Penderita Hipertensi di Negara
maju diperkenalkan dengan diit DASH (Dietary Approaches to Step Hypertension). Inti
dari program ini adalah agar memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-
bijian, dan produk susu rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah.
Diit DASH natrium menurut Nurrahmani (2012), lebih mudah dilakukan dengan
prinsip berikut :
1) Padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan, olahannya 3-4 sajian per hari.
Bahan makanan yang termasuk golongan ini adalah, roti, sereal, nasi, pasta,
macaroni, mie, oat, tepung jagung, singkong dan ubi.
2) Buah-buahan dan sayuran : 4-5 sajian per hari.
3) Susu dan Produk susu, 2-3 sajian per hari. Pilihlah susu dan produk olahannya yang
rendah lema seperti susu skim, susu kedelai atau yoghrut.
4) Daging sapi, ayam dan ikan : 2 sajian atau kurang (170 gram atau kurang per hari)
5) Sayur, kacang-kacangan dan biji-bijian: 4-5 sajian per minggu.

Anda mungkin juga menyukai