Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.
Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan
finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila
tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Pelajaran yang dapat dipetik dari berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang
dicapai oleh bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang berkualitas.
Jepang, misalnya, sebagai negara pendatang baru (late comer) dalam kemajuan industri dan
ekonomi memulai upaya mengejar ketertinggalannya dari negara-negara yang telah lebih dahulu
mencapai kemajuan ekonomi dan industri (fore runners) seperti Jerman, perancis dan Amerika
dengan cara memacu pengembangan SDM (Ohkawa dan Kohama 1989).

Pengembangan SDM pada intinya diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya,


yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai studi menunjukkan,
bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun mikro.
Sumber Daya Manusia (SDM) secara makro adalah warga negara suatu bangsa khususnya yang
telah memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku produktif (dengan
atau tanpa pendidikan formal) yg mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan keluarganya
yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di lingkungan bangsa atau negaranya.

Kualitas SDM Makro sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan psikis),
kualitas pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian
kerja), kepribadian terutama moral/agama, tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan
lapangan kerja yang relevan.Dalam konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang
yang bekerja di lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil,
pimpinan / manajer, pekerja, tenaga kerja, majikan buruh dll. Di lingkungan organisasi bidang
pendidikan adalah semua pegawai administratif, pendidik /guru, dosen serta tenaga kependidikan
lainnya.

Pendidikan ialah faktor sentral yang bisa menjadi tolak ukur kualitas dari seseorang
maupun suatu negara.Sumberdaya manusia di suatu negara yang mempunyai tingkat pendidikan
tinggi akan cenderung lebih maju atau berkualitas dari SDM di negara yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.Bukan rahasia umum lagi kalau masalah besar yang di hadapi negara
ini adalah dampak nyata dari rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia .Pengangguran,
kemiskinan dan kriminalitas masih tidak dapat di atasi karena banyaknya sumberdaya manusia
yang tidak dapat bersaing dan berkompetisi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, dan
akan berada dalam keterpurukan.Jika pemerintah tidak segera melakukan langkah nyata untuk
menghadapi masalah ini, maka negara kita harus siap-siap untuk miskin harta dan miskin
sumberdaya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu makalah ini di harapkan bisa memberikan
sedikit informasi tentang peran dan pengaruh SDM bagi perusahaan maupun perekonomian
suatu negara, peran pendidikan bagi sumberdaya manusia.penulis juga akan mencoba
menyajikan tentang pengangguran di indonesia dan menyertakan kebijakan dalam mengatasi
pengangguran,
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Pengembangan SDM

Pengertian SDM ada dua macam, yaitu:

1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang atau jasa, dan

2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau
jasa (Simanjuntak, 1985).

Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu
sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki kualitas yang
sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, ciri yang menandainya
adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan proses produksi,
misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi, manusia menjadi SDM apabila dia
terlibat dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk
menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak ditonjolkan. Karena pada
dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada kategori angkatan kerja itu terlibat atau
dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau proses produksi, maka dalam kondisi memiliki
kemampuan apapun dia termasuk kategori SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila
belum terlibat, dia masih dikategorikan sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan,
baik pada pengertian pertama maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan
dalam proses pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan indikator utama
proses pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan
pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam proses produksi.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam
organisasi sebab pegawai merupakan aset yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Notoatmodjo (2003:4) mengemukakan bahwa pengembangan sumber
daya manusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga
atau pegawai untuk mencapai hasil yang optimal. Pengembangan mewakili suatu inventasi yang
berorientasi ke masa depan dalam diri pegawai danmenekankan pada peningkatan kemampuan
malaksanakan tugas baru dimasa yang akan datang (Siagian, 2007:183)

B. Pengembangan SDM Melalui Pendidikan

Pengembangan SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas difokuskan


pada peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau akan terlibat
dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan kompetensi ini di antaranya
dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan dengan pengembangan SDM dalam rangka
meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan juga merupakan upaya meningkatkan
derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable terhadap berbagai perubahan dan
tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan seharusnya juga memberi
bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang
dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Boediono, 1992). Program semacam
ini harus dilaksanakan dengan disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang mengarah kepada
antisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di masa kini maupun yang akan datang (Han,
1994; Dertouzas, Lester, dan Solow, 1989).
Sebagaimana dijelaskan di atas, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses
melakukan perubahan, dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Kesejahteraan terkait dengan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup rakyat, baik material maupun mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM terkait
dengan derajat kemampuan, termasuk kreatifitas, dan moralitas pelaku-pelaku pembangunan.
Atas dasar ini, proses perubahan yang diupayakan melalui pembangunan seharusnya menjangkau
perbaikan semua sektor secara menyeluruh dan berimbang, pada satu sisi, dan pada sisi lain
merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM.

Perbaikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan sektor
ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan material,
baik kebutuhan primer, sekunder, tertier maupun kuarter. Pemenuhan kebutuhan ini seharusnya
seimbang dengan pemenuhan kebutuhan mental dan spiritual. Bebas dari rasa takut, adanya rasa
aman, dihargai harkat dan martabatnya, dilindungi kebebasan dan hak-haknya, serta tersedianya
kesempatan yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan potensi diri adalah bentuk-bentuk
kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya melalui pembangunan. Adapun
pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan kebebasan dan ketersediaan prasarana, sarana dan
kesempatan untuk mempelajari, mendalami dan menjalankan ajaran agama yang dianut,
sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta dapat terpelihara.

C. Pengembangan SDM melalui Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan pegawai memberi kontrbusi pada peningkatan produktivitas,


efektitas dan efisiensi organisasi.Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus diberikan secara
berkala agar setiap pegawaiterpelihara kompetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi.
Oleh karena ini program pelatihan harus mendapat perhatian melalui perencanaan kebutuhan
diklat bagi pegawai setiap pegawai. Rivai (2009:213) menyatakan pelatihan biasanya terfokus
usaha peningkatan kinerja pegawai melalui penyediaan pembelajaran keahlian-keahlian khusus
atau membantu mereka mengoreksi kelemahan kelemahan dalam kinerja mereka. Dalam
pelatihan diberikan instruksi untuk mengembangkan keahlian yang dapat langsung terpakai pada
pekerjaan. Melalui pelatihan dilakukan segenap upaya dalam rangka meningkatkan kinerja
pegawai pada pekerjaaan yang didudukinya sekarang. Pelatihan diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi pegawai dalam melaksanakan tugas mereka saat ini secara lebih baik,.

Donalson dan Scannnel (1993)menyatakan bahwa pelatihan efektif bukan sekedar


mengatakan atau menunjukkan kepada seseorang bagaimana melakukan sebuah tugas tetapi
upaya untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan sehingga peserta pelatihan menerima
dan melakukan latihan tersebut pada saat melakukan pekerjaannya. Pelatihan harus mempelajari
keterampilan atau teknik-teknik khusus yang dapat didemonstrasikan dan diobservasi di tempat
tugasnya.Penekanan pelatihan adalah pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas
saat ini. Tanggung jawab pendidikan dan pelatihan dalam organisasi berada pada seluruh
komponen organisasi pimpinan organisasi memiliki tanggung jawab atas penyampaian-
penyampaian kebijakan umum dan prosedur-prosedur yang dibutuhkan dalam menerapkan
program-program pelatihan, melakukan pengendalian administratifterhadap pelaksanaan
program pelatihan. Bagian kepegawaian atau personalia pada intinya memberikan dukungan staf.
Bagian ini membantu manajemen lini dalam pelatihan dan pengembangan dengan menyediakan
sumber daya dalam program pelatihan.
BAB III

KESIMPULAN

Sebagai suatu bentuk upaya dalam pengembangan SDM, pendidikan merupakan salah
satu sektor terpenting dalam pembangunan Pendidikan dan Perspektif nasional. Hal ini
mengingat pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang menjadi faktor
input dominan dalam pembangunan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
pembangunan nasional, pendidikan seharusnya mendapat prioritas, karena melalui upaya ini
dapat dihimpun stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai secara kualitas untuk
melaksanakan pembangunan. Tanpa tersedianya stok modal manusia dan stok modal sosial yang
memadai, terutama secara kualitas, keberhasilan pembangunan patut dipertanyakan.
Daftar Pustaka

Donalson, Les, dan Edward E Scannel,. 1993. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Gaya
Media Pratama, Jakarta

Schuler, Randall S, Susan E Jakson. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia: Menghadapi
Abad Ke 21. Erlangga. Jakarta.

Simanjuntak, P.J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.

Notoatmodjo,Pengembangan Sumber Daya Manusia. Soekido, 2003. PT. Mahasatya, Jakarta

Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, 2007. PT. Bumi Aksara , Jakarta
Budi setya gagus.2010.Solusi masalah pengangguran di indonesia.Malang: Universitas
Muhammadiah Malang.Dari gagus.student.umm.(online), http://gagus.student.umm.ac.id. Di
akses tanggal 12 januari 2017

Anda mungkin juga menyukai