Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk penyelesain tugas dari mata
kuliah Metalurgi Fisik.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga
bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa Teknik Mesin. Makalah ini membahas tentang Mekanisme Penguatan Material
(Hardening), yang terdiri dari Pengerasan Regang (Strain Hardening), Pengerasan Endapan
( Precepitation hardening), Penghalusan Butir (Grain Size Reduction), Paduan Larutan Padat (Solid
Solution Strengthening).
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya berharap
kepada Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai
penulis, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
Gambar 2.1. Mekanisme penguatan pada logam dalam skala mikroskopik, seperti adanya
presipitat, atom interstisi dan substitusi (larutan padat), serta penguatan batas butir.
Kalau kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan
terlihat di bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi
merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan
dari luars, dislokasi akan bergerak kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama
bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada
yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi
dislokasi). Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi,
maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.
Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada proses uji
tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya
akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya keuletan.
Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan
yang luar biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat
ditingkatkan sampai kira kira 900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata : 1984).
Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu
yang berguna.
= ln ( l / lo )
= ln ( 1 + )
Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan
= K n
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu.
Gambar diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan regangan teknis dan kurva
tegangan regangan sebenarnya. Dan persamaannya dapat dirumuskan
log = log K + n
Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma,
daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan harga n.
Kalau keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan
perubahan regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan.
Selanjutnya regangan neck pada permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama
dengan harga n.
( E = / )
Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah
dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n
lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu
logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini
1. Factor yg mempengaruhi
2. Dengan dislokasi
Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik
leleh ( 7230 C ).
Gambar 6. Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis dan pengerjaan dingin.
Yield strength selanjutnya (y0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (yi). Ini adalah
alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan
meningkat sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material
menjadi lebih brittle(getas)). Efek Strain Hardening dapat dihilangkan dengan perlakuan
panas annealing
Gambar 1 : The end kaya aluminium dari diagram fasa Al - Cu menunjukkan tiga langkah
dalam perlakuan panas usia pengerasan dan mikro yang dihasilkan .
Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini , Paul D. Merica dan
rekan -rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy
dan pengaruh komposisi kimia pada kekerasan . Di antara yang paling penting dari temuan
mereka adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan
meningkatnya suhu .
1 ) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama dalam proses presipitasi -
pengerasan di mana paduan dipanaskan di atas suhu solvus dan direndam di sana sampai
larutan padat homogen ( ) diproduksi . Presipitat dilarutkan dalam langkah ini dan setiap
segregasi hadir dalam paduan asli berkurang .
2 ) Quenching adalah langkah kedua di mana padat didinginkan secara cepat membentuk
larutan padat jenuh dari SS yang berisi kelebihan tembaga dan bukan merupakan struktur
keseimbangan . Atom tidak punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial dan
dengan demikian presipitat tidak membentuk .
3 ) Aging adalah langkah ketiga dimana jenuh , SS , dipanaskan di bawah suhu solvus
untuk menghasilkan endapan terdispersi halus . Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu
penuaan ini. Karena jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai situs
nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan endapan terdispersi halus dalam paduan adalah
tujuan dari proses presipitasi - pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat
pergerakan dislokasi dengan memaksa dislokasi baik memotong melalui partikel yang
diendapkan atau pergi di sekitar mereka . Dengan membatasi gerakan dislokasi selama
deformasi , paduan diperkuat .
Umur Pengerasan - hujan . Paduan aluminium terkuat ( 2xxx , 6xxx 7xxx dan ) yang
diproduksi oleh usia pengerasan . Sebuah dispersi halus endapan dapat dibentuk dengan
perlakuan panas yang tepat .
Model umum untuk dekomposisi diberikan , diikuti dengan rincian dari urutan curah
hujan di 4. sistem paduan khusus : Al - Cu , Al - Cu - Mg , Al - Mg - Si dan Al - Zn - Mg .
Sistem Al - Cu digunakan sebagai contoh utama dari dekomposisi , yaitu
Hasil koherensi pengerasan regangan dari interaksi antara dislokasi dan medan regangan di
sekitar zona GP dan / atau endapan yang koheren.
Hasil pengerasan Kimia dari peningkatan stres diterapkan diperlukan untuk dislokasi
untuk memotong melalui koheren ( atau semi - koheren ) mengendap. Hal ini pada gilirannya
tergantung pada sejumlah faktor , termasuk :
daerah ekstra antarmuka dan karenanya energi - antara endapan dan matriks
kemungkinan penciptaan anti - batas fase ( APB ) dalam suatu endapan
memerintahkan dan perubahan pemisahan jarak antara dislokasi disosiasi
karena energi susun berbeda dari matriks dan mengendap.
Dispersi pengerasan terjadi pada paduan yang mengandung presipitat koheren
atau partikel - yaitu biasanya mereka yang telah overaged . Pengerasan ini hasil
dari tegangan geser meningkat diperlukan untuk dislokasi oleh - melewati
rintangan ini .
Dalam bidang 6000 paduan seri pengerasan presipitasi aluminium , misalnya , model
proses telah mampu menjelaskan pengaruh memuaskan diinduksi curah hujan pada cacat
struktural pada potensi pengerasan selama isotermal suhu rendah penuaan .
The ketangguhan retak dari 7000 paduan seri telah terkait dengan beberapa unsur
mikro yang dihasilkan dari perlakuan termo-mekanis dalam model fenomenologis . Strategi
Namun, penjelasan yang baik masih kurang ketika beberapa fenomena ini secara
bersamaan operasi . Pemahaman presipitasi kompetitif beberapa fase ( metastabil dan stabil )
di beberapa situs nukleasi ( misalnya homogen dan cacat struktural ) sangat terbatas , serta
pemahaman geser tersebut / oleh-melewati transisi menuju kekuatan maksimum untuk
pengerasan presipitasi bahan . Perilaku pengerasan regangan bahan yang mengandung
endapan ( dan dengan demikian tentu larutan padat ) kurang dipahami , dan memprediksi
ketangguhan patah dalam kasus di mana beberapa mode fraktur secara bersamaan operasi
tidak mungkin dalam kondisi sekarang seni .
Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan
dengan menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas butir.
Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan batas butir per unit volume
dan mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya
membutuhkan tegangan yang tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru
pada butir berikutnya.
Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak berlanjut atau
mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan
dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan
kekuatan pada material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu
dislokasi baru dalam pertambahan butir.
y =0 +ky d
Dimana 0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dislokasi
pada butir, d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresentasikan
tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya Walaupun
demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir
yang terlalu halus (<10nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh dengan
kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan terkendali serta pengaruh
penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur
dan besar deformasi dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.
Gambar 2. Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan diameter butir pada
paduan kuningan 70Cu30 Zn.
Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam murni, karena
impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan tegangan kisi di sekeliling
atom induknya.
Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk
menemukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan energi
keseluruhan dan jangkar dislokasi.
Gambar 3. Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke daerah kisi dimana
tegangan atom lebih besar (daerah tegangan dislokasi yang tidak terkompensasi
oleh impuritas atom).
Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk menyebar ke area
tegangan sekitar dislokasi yang menyebabkan penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .
Gambar 5. Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile Strength dan Elongation.
Dalam masa pemulihan atau disebut juga recovery, sebagian energi regangannya di
simpan logam di lepaskan akibat dari peningkatan dufusi atom pada suhu di naikan. Karena
energi tersebut, dislokasi yang semula saling menghambat, mulai bergerak membentuk
sususan stabil sehingga terjadi pengurangan jumlah dislokasi. Dislokasi yang terbentuk pada
tahap ini memiliki energi regang yang kecil, dalam proses ini tidak mengubah stuktur butir
logam.
Rekristalisasi merupakan proses pembentukan sejumlah butir baru yang rata sisi,
bebas energi regangan dan kepadatan dislokasinya cukup rendah. Kondisi tersebut memiliki
ketika deformasi plastis belum di lakukan. Selama proses ini berlangsung, sifat-sifat mekanis,
seperti kekerasan dan kekuatan menurun, serta kembali seperti kondisi sebelum pengerjaan
dingin, pada proses ini, atom-atom bergerak dan menata kembali dan penataan ini lebih
mudah pada suhu tinggi. Suhu rekristalisasi di definisikan sebagai suhu dimana butiran baru
mulai muncul pada butiran yang lama.