Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk penyelesain tugas dari mata
kuliah Metalurgi Fisik.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga
bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.

Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa Teknik Mesin. Makalah ini membahas tentang Mekanisme Penguatan Material
(Hardening), yang terdiri dari Pengerasan Regang (Strain Hardening), Pengerasan Endapan
( Precepitation hardening), Penghalusan Butir (Grain Size Reduction), Paduan Larutan Padat (Solid
Solution Strengthening).

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya berharap
kepada Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai
penulis, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Tangerang, Desember 2015

Penulis

1 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1


1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................2


2.1. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening).........................................................................2
2.2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening)..................................................................7
2.3. Penghalusan Butir (Grain Size reduction).........................................................................12
2.4. Penguatan Larutan Padat (Solid Solutir Strengthening).....................................................14

BAB III PENUTUP .........................................................................................................16


3.1. Kesimpulan........................................................................................................................16

2 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antar pergerakan


dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material logam untuk di ubah
secara plastis tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat bergerak. Dengan
mengurangi pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan
energi mekanik yang di butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar.
Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan lebih mudah
untuk terdeformasi. Secara umum mekanisme penguatan yang di gunakan pada material
logam adalah melalui pengerasan regang, penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan
penguatan batas butir.

Mekanisme penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan (Strain


Hardening), Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening), Penghalusan Butin
(Grain-Size Reduction).

Gambar 2.1. Mekanisme penguatan pada logam dalam skala mikroskopik, seperti adanya
presipitat, atom interstisi dan substitusi (larutan padat), serta penguatan batas butir.

1 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening)

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi


plastic (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti semula).
Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi
bahan disebabkan oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang
menyebabkan slip ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip
kristal serempak bergeser, maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat
kisi yang dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang
menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil.

Kalau kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan
terlihat di bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi
merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan
dari luars, dislokasi akan bergerak kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama
bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada
yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi
dislokasi). Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi,
maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada proses uji
tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya
akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya keuletan.

Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan
yang luar biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat
ditingkatkan sampai kira kira 900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata : 1984).
Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu
yang berguna.

2 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan jalan membagi
beban oleh luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai pada perencanaan mesin
mesin. Tegangan ini dinamakan tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi
bertambah, maka luas penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat
dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang
dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan nominal sering dipakai dalam bidang
teknik,yaitu tegangan dalam ordinat fasa gambar 1.2 dinyatakan dalam tegangan nominal.
Kalau tegangan dinyatakan dalam tegangan sebenarnya dan regangan dalam regangan
sebenarnya

= ln ( l / lo )

dan dengan regangan teknik

= ln ( 1 + )

Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan

= K n

dengan : n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)

1 = koefisien kekuatan

K = konstanta

n = konstanta

K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu.
Gambar diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan regangan teknis dan kurva
tegangan regangan sebenarnya. Dan persamaannya dapat dirumuskan

log = log K + n

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma,
daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan harga n.
Kalau keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan
perubahan regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan.
Selanjutnya regangan neck pada permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama
dengan harga n.

3 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Berikut adalah nilai K dan n :

Hubungan antara elastisitas dan strain hardening

Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook

( E = / )

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah
dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n
lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu
logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini

1. Factor yg mempengaruhi

2. Dengan dislokasi

3. Dengan perlakuan panas

4. Contoh pengerjaannya d roll

5. Data yang mendukung contohnya material apa,kekuatannya brp,dll

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik
leleh ( 7230 C ).

Alasan untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah meningkatkan kerapatan


dislokasi dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dislokasi
mulai memblokir gerakan satu sama lain.

4 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan tingkat deformasi plastis.

Gambar 6. Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis dan pengerjaan dingin.

Yield strength selanjutnya (y0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (yi). Ini adalah
alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan
meningkat sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material
menjadi lebih brittle(getas)). Efek Strain Hardening dapat dihilangkan dengan perlakuan
panas annealing

5 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Grafik percent cold work terhadap Yield strength, Tensile Strength,dan Ductility pada 1040
Steel, Brass, dan Copper.

6 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


2.2. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening)

Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan salah satu mekanisme


yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan logam . Pemahaman dasar dan dasar
untuk teknik ini didirikan pada awal bekerja di US Bureau of Standards on Duralumin .
Pentingnya saran teoritis untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah .
Pada akhir abad ke-19 , besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang penting belum
diketahui teknologi barat pada zaman Romawi . Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan
secara tidak sengaja oleh Wilm , selama tahun-tahun 1903 -1911 , dengan cepat menjadi
paduan komersial yang penting di bawah nama dagang Duralumin .
Kekuatan dan kekerasan dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan
pembentukan seragam tersebar sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli dalam
proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan . Partikel endapan bertindak
sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi dan dengan demikian memperkuat paduan
dipanaskan . Banyak paduan aluminium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu , nikel
berbasis super- paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses pengerasan usia .
Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada solusi yang
solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena penurunan suhu. Al-Cu
(Duralumin adalah paduan aluminium kelompok 2XXX) diagram fasa ditunjukkan pada
Gambar 1 menunjukkan jenis penurunan sepanjang solvus antara dan + daerah.
Pertimbangkan 96wt% Al - paduan Cu 4wt% yang dipilih karena ada degrease besar di
kelarutan padat larutan padat dalam mengurangi suhu dari 550 C sampai 75 C.

Gambar 1 : The end kaya aluminium dari diagram fasa Al - Cu menunjukkan tiga langkah
dalam perlakuan panas usia pengerasan dan mikro yang dihasilkan .
Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini , Paul D. Merica dan
rekan -rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy
dan pengaruh komposisi kimia pada kekerasan . Di antara yang paling penting dari temuan
mereka adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan
meningkatnya suhu .

7 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan ternyata terlalu
kecil untuk diamati secara langsung , pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi
beberapa tahapan lain yang hadir . Para penulis melanjutkan untuk mengembangkan
penjelasan mendalam untuk perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang
tak terhitung yang modern paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli :


1.Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan - suhu kelarutan konstituen pengerasan dalam
aluminium ,
2.Konstituen pengerasan adalah CuAl2 ,
3.Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk lain daripada dispersi atom , dan
mungkin dalam bentuk molekul , koloid atau kristal halus ,
4.Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan dengan ukuran partikel nya .

8 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah dasar :

1 ) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama dalam proses presipitasi -
pengerasan di mana paduan dipanaskan di atas suhu solvus dan direndam di sana sampai
larutan padat homogen ( ) diproduksi . Presipitat dilarutkan dalam langkah ini dan setiap
segregasi hadir dalam paduan asli berkurang .

2 ) Quenching adalah langkah kedua di mana padat didinginkan secara cepat membentuk
larutan padat jenuh dari SS yang berisi kelebihan tembaga dan bukan merupakan struktur
keseimbangan . Atom tidak punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial dan
dengan demikian presipitat tidak membentuk .

3 ) Aging adalah langkah ketiga dimana jenuh , SS , dipanaskan di bawah suhu solvus
untuk menghasilkan endapan terdispersi halus . Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu
penuaan ini. Karena jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai situs
nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan endapan terdispersi halus dalam paduan adalah
tujuan dari proses presipitasi - pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat
pergerakan dislokasi dengan memaksa dislokasi baik memotong melalui partikel yang
diendapkan atau pergi di sekitar mereka . Dengan membatasi gerakan dislokasi selama
deformasi , paduan diperkuat .

Umur Pengerasan - hujan . Paduan aluminium terkuat ( 2xxx , 6xxx 7xxx dan ) yang
diproduksi oleh usia pengerasan . Sebuah dispersi halus endapan dapat dibentuk dengan
perlakuan panas yang tepat .

Model umum untuk dekomposisi diberikan , diikuti dengan rincian dari urutan curah
hujan di 4. sistem paduan khusus : Al - Cu , Al - Cu - Mg , Al - Mg - Si dan Al - Zn - Mg .
Sistem Al - Cu digunakan sebagai contoh utama dari dekomposisi , yaitu

zona a0 ( SSSS ) GP '' ' atau , lebih lengkap :

zona a0 ( SSSS ) 1 + GP 2 + '' 3 + ' 4 +

9 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Umur Pengerasan - Penguatan . 3 mekanisme utamanya adalah :

1. Koherensi pengerasan regangan ;


2. Pengerasan kimia ;
3. dispersi pengerasan

Hasil koherensi pengerasan regangan dari interaksi antara dislokasi dan medan regangan di
sekitar zona GP dan / atau endapan yang koheren.

Hasil pengerasan Kimia dari peningkatan stres diterapkan diperlukan untuk dislokasi
untuk memotong melalui koheren ( atau semi - koheren ) mengendap. Hal ini pada gilirannya
tergantung pada sejumlah faktor , termasuk :

daerah ekstra antarmuka dan karenanya energi - antara endapan dan matriks
kemungkinan penciptaan anti - batas fase ( APB ) dalam suatu endapan
memerintahkan dan perubahan pemisahan jarak antara dislokasi disosiasi
karena energi susun berbeda dari matriks dan mengendap.
Dispersi pengerasan terjadi pada paduan yang mengandung presipitat koheren
atau partikel - yaitu biasanya mereka yang telah overaged . Pengerasan ini hasil
dari tegangan geser meningkat diperlukan untuk dislokasi oleh - melewati
rintangan ini .

Sebagaimana disebutkan di atas , reaksi curah hujan di Al - Cu yang cukup kompleks .


Tahap kesetimbangan CuAl2 sulit untuk nukleasi sehingga pembentukannya didahului oleh
serangkaian endapan metastabil . Guinier dan Preston pertama kali menemukan banyak
fenomena pengerasan usia . Dua endapan pertama yang terbentuk di urutan , oleh karena itu ,
yang dikenal sebagai zona GP . GP1 terdiri dari 10 piring - kaya tembaga diameter nm pada
{ 100 } Al pesawat . Ini berkembang menjadi zona GP2 yang juga piring koheren 10 nm tebal
dan diameter 150 nm. Ini menyebabkan pengerasan maksimal . Theta ' / ' / endapan
kemudian mengganti zona GP sebagai partikel semi- koheren , tahap yang dikenal sebagai
over- penuaan karena kekerasan mulai menurun . Fase kesetimbangan CuAl2 memiliki
struktur kristal tetragonal dan memberikan kontribusi sedikit kekerasan .

Dalam bidang 6000 paduan seri pengerasan presipitasi aluminium , misalnya , model
proses telah mampu menjelaskan pengaruh memuaskan diinduksi curah hujan pada cacat
struktural pada potensi pengerasan selama isotermal suhu rendah penuaan .

The ketangguhan retak dari 7000 paduan seri telah terkait dengan beberapa unsur
mikro yang dihasilkan dari perlakuan termo-mekanis dalam model fenomenologis . Strategi

10 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


umum pemodelan proses adalah dengan menggunakan persamaan individu yang telah
dikembangkan untuk eksperimen didefinisikan dengan baik dan mencoba untuk
mengintegrasikan mereka dengan cara yang terintegrasi untuk situasi praktis yang lebih
kompleks di mana efek ditambah beroperasi.

Namun, penjelasan yang baik masih kurang ketika beberapa fenomena ini secara
bersamaan operasi . Pemahaman presipitasi kompetitif beberapa fase ( metastabil dan stabil )
di beberapa situs nukleasi ( misalnya homogen dan cacat struktural ) sangat terbatas , serta
pemahaman geser tersebut / oleh-melewati transisi menuju kekuatan maksimum untuk
pengerasan presipitasi bahan . Perilaku pengerasan regangan bahan yang mengandung
endapan ( dan dengan demikian tentu larutan padat ) kurang dipahami , dan memprediksi
ketangguhan patah dalam kasus di mana beberapa mode fraktur secara bersamaan operasi
tidak mungkin dalam kondisi sekarang seni .

11 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


2.3. Penghalusan Butir ( Grain Size Reduction )

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan
dengan menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas butir.

Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan batas butir per unit volume
dan mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya
membutuhkan tegangan yang tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru
pada butir berikutnya.

Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak berlanjut atau
mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan
dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan
kekuatan pada material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu
dislokasi baru dalam pertambahan butir.

Gambar 1. Dislokasi butir.

12 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Material dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang
kasar, disebabkan karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar pada total area lapisan
butir yang akan menghambat pergerakan dislokasi. Penurunan ukuran butir biasanya lebih
baik dalam meningkatkan ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan
ukuran butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:

y =0 +ky d

Dimana 0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dislokasi
pada butir, d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresentasikan
tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya Walaupun
demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir
yang terlalu halus (<10nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding.

Diameter ukuran butir d dapat di kontrol melalui :

laju pembekuan (solidification),

deformasi plastis, dan

Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai

Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh dengan
kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan terkendali serta pengaruh
penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur
dan besar deformasi dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

Gambar 2. Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength dan diameter butir pada
paduan kuningan 70Cu30 Zn.

13 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


2.4. Penguatan Laruran Padat ( Solid Solutir Strengthening )

Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam murni, karena
impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan tegangan kisi di sekeliling
atom induknya.

Interstisial atau impuritas substitusi dalam sebuah larutan akan mengakibatkan


regangan kisi. Dan hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang dislokasi regangan
dan menghambat pergerakan dislokasi.

Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk
menemukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan energi
keseluruhan dan jangkar dislokasi.

Gambar 3. Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke daerah kisi dimana
tegangan atom lebih besar (daerah tegangan dislokasi yang tidak terkompensasi
oleh impuritas atom).

14 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


Gambar 4. Impuritas penyebab dislokasi.

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk menyebar ke area
tegangan sekitar dislokasi yang menyebabkan penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 5. Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile Strength dan Elongation.

15 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dalam masa pemulihan atau disebut juga recovery, sebagian energi regangannya di
simpan logam di lepaskan akibat dari peningkatan dufusi atom pada suhu di naikan. Karena
energi tersebut, dislokasi yang semula saling menghambat, mulai bergerak membentuk
sususan stabil sehingga terjadi pengurangan jumlah dislokasi. Dislokasi yang terbentuk pada
tahap ini memiliki energi regang yang kecil, dalam proses ini tidak mengubah stuktur butir
logam.

Rekristalisasi merupakan proses pembentukan sejumlah butir baru yang rata sisi,
bebas energi regangan dan kepadatan dislokasinya cukup rendah. Kondisi tersebut memiliki
ketika deformasi plastis belum di lakukan. Selama proses ini berlangsung, sifat-sifat mekanis,
seperti kekerasan dan kekuatan menurun, serta kembali seperti kondisi sebelum pengerjaan
dingin, pada proses ini, atom-atom bergerak dan menata kembali dan penataan ini lebih
mudah pada suhu tinggi. Suhu rekristalisasi di definisikan sebagai suhu dimana butiran baru
mulai muncul pada butiran yang lama.

16 Mekanisme Penguatan Material (Hardening) (Universitas Pamulang / 05TMSEB / 2015-2016)

Anda mungkin juga menyukai