Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN
Penelitian akuntansi dalam aspek keperilakuan mulai mendapat perhatian dari banyak
pihak. Beberapa peneliti mulai menunjukkan ketertarikan untuk meneliti akuntansi
keperilakuan. Bayak orang menganggap bahwa penelitian di bidang akuntansi hanya terbatas
pada angka-angka. Namun, hal tersebut tidak benar karena penelitian akuntansi dapat dilihat
dari aspek keperilakuan. Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) telah berkembang
mulai awal tahun 1960 an (Caplan, 1989). Penelitian akademik dalam akuntansi berkaitan
dengan pelaporan praktik saat ini dan menguji prosedur akuntansi yang spesifik. Tiap
generasi akuntan mulai tertarik dengan mengapa daripada bagaimana dalam konsep
prosedur.
Hofstedt dan Kinard (1970) mengatakan bahwa penelitian akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting) didefinisikan sebagai studi tentang perilaku akuntan atau perilaku
non-akuntan karena mereka dipengaruhi oleh akuntansi. Poin utama dari isu keperilakuan
berasal dari proses komunikasi, bukan melalui metode pengolahan data yang mana lebih
dikenal dengan isu akuntansi tradisional. Komunikasi akuntansi dirancang sebagai dasar
keperilakuan. Perilaku penerima informasi akuntansi dan bagaimana variasi dalam informasi
yang mempengaruhi perilaku menjadi domain dalam penelitian akuntansi keperilakuan.
Penelitian akuntansi keperilakuan memiliki karakteristik tersendiri. Birnberg dan
Shields (1989) menjelaskan beberapa karakteristik dari penelitian akuntansi keperilakuan.
Pertama, penelitian mulai dari beberapa pengamatan fenomena akuntansi. Sebagai contoh
adalah metode alternatif yang digunakan untuk menilai persediaan. Kedua, pengamatan
adalah sistematik. Misalnya, pertanyaan apakah pengaruh LIFO versus FIFO pada
keputusan pengguna?. Pertanyaan seperti itu dapat mempengaruhi penyajian dalam laporan
laba rugi dan pendapatan komprehensif lainnya oleh pengguna.
Akuntansi dapat menggambarkan sebab dan akibat dari perilaku manusia. Terlebih
lagi akuntan dengan sengaja merangcang sistem sehingga dapat mempengaruhi perilaku.
Akuntan harus melakukan pekerjaan empiris serta mengarahkan pencarian hipotesis
penelitian yang bermanfaat. Bamber (1993) menerangkan bahwa penelitian akuntansi
keperilakuan meliputi (1) keputusan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, (2)
pengaruh dari fungsi akuntansi (budgentary partisipant, karakteristik sistem informasi) dan
fungsi auditing pada perilaku misalnya karyawan, manager, investor dan pembayar pajak, dan
(3) pengaruh output dari informasi akuntansi pada keputusan pengguna dan pengambilan
keputusan. Selanjutnya Birnberg dan Shields (1989) memberikan beberapa isu dalam
2

penelitian akuntansi keperilakuan yang lebih luas meliputi (1) managerial control, (2) proses
informasi akuntansi, (3) accounting information system design, (4) auditing process research,
(5) organizational sociology.
Teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris atas perilaku
manusia di dalam suatu organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam
pengembangan ilmu tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi tdak
hanya berupa angka-angka saja. Namun, lebih dari itu penelitian akuntansi dapat dikaji dari
aspek keperilakuan manusia atau pengguna. Penelitian akuntansi keperilakuan tidak terbatas
pada akuntansi manajemen, tetapi juga dapat menyangkut penelitian dalam bidang sistem
informasi akuntansi, penggantian sistem lama ke sistem baru dalam organisasi, atau di bidang
manajerial. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan akuntansi keperilakuan
berkaitan dengan sistem informasi, perancangan sistem, dan manajerial.

PEMBAHASAN
Pendisaian Suatu Sistem
Penelitian akuntansi keperilakuan terus berlanjut dan mengalami perkembangan terus
menerus. Istilah akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) pertama kali muncul dalam
literatur tahun 1967 dengan nama jurnal Journal of Accounting Research: Empirical
Research in Accounting Selected Studies. Dalam jurnal tersebut Becker menyimpulkan
adanya penelitian :the new Behavioral Accounting Scientist. Penelitian akuntansi
keperilakuan menerapkan teori dan metodologi dari behavioral science untuk menguji antara
informasi akuntansi dan proses dan perilak manusia (termasuk organisasi).
Penelitian akuntansi keperilakuan di bidang sistem informasi, penggunaan jaringan
komputer untuk komunikasi interpersonal, interaksi kelompok, dan penyampaian informasi
menyarankan dua wilayah sistem akuntansi dalam penelitian akutansi keperilakuan (Bamber,
1993). Pertama, analisis alternatif bentuk penyajian informasi untuk komunikasi efektif dan
efisien. Kedua, peran group support system (GSS) dalam memfasilitasi proses kelompok.
Misalnya perubahan teknologi untuk perusahaan akuntansi di beberapa tahun ke depan akan
mendatangkan kepuasan jaringan komunikasi.
Globalisasi dalam economic commerce telah meningkatkan kompleksitas dalam
lingkungan bisnis. Banyak perusahaan telah memperluas jumlah informasi yang mereka
kumpulkan, diintegrasi, dan melakukan analisis. Salah satu metode berkaitan dengan
perubahan requirement task dan meningkatnya kompleksitas tugas untuk diintegrasikan
dengan menggunakan computer-supported information system (SI) kedalam pengambilan
3

keputusan oleh manusia (Benford dan Hunton, 2000). Dengan meningkatnya perkembangan
ekonomi, penelitian akuntansi keperilakuan juga mendapat pengaruh untuk terus
mengembangkan penelitian yang telah ada sesuai dengan perkembangan jaman.
Akuntan sering diminta untuk memainkan peran utama dalam perkembangan
accounting information system (AIS). Akuntan dapat menjadi developer AIS atau pengguna
AIS. Pengembangan dan implementasi AIS adalah komplek karena melibatkan pengambilan
keputusan manusia dalam situasi sosial dan pertimbangan teknis yang penting. Peneliti sistem
informasi menyarankan melibatkan pengguna dalam pengembangan sistem informasi (SI)
adalah kesuksesan integral dari sistem (Cushing, 1990). Salah satu masalah yang
berhubungan dengan penilaian dampak dari melibatkan pengguna adalah keandalan
pengukuran keefektivan IS. Tujuan mengukur kinerja susah untuk didefinisikan dan
digambarkan (Hunton dan Price, 1994).
Masalah penelitian kritis di bidang akuntansi dan manajemen pengambilan keputusan
menyangkut fit dari sistem informasi akuntansi (AIS) dengan persyaratan organisasi untuk
komunikasi informasi dan kontrol. SIA didefinisikan di sini sebagai sistem berbasis komputer
yang memproses informasi keuangan dan mendukung tugas-tugas keputusan dalam konteks
koordinasi dan pengendalian kegiatan organisasi. Penelitian akuntansi sebelumnya telah
memeriksa model yang berbeda dari kesesuaian antara teknologi tugas organisasi AIS dan,
struktur, dan lingkungan (Chenhall dan Morris, 1986). Meskipun model-model sebelumnya
telah memberikan arah yang berguna untuk penelitian AIS, konstruksi AIS belum diperiksa
dengan desain sistem tertentu dalam kaitannya dengan efektivitas sistem. Penelitian ini
menambah perkembangan dalam membangun desain sistem tertentu, "Integrasi AIS," dan
dengan memeriksa hubungan fungsional dengan efektivitas sistem. Integrasi AIS, pada
gilirannya, dihipotesiskan menjadi fungsi dari sejumlah kendala kontingensi yang
menciptakan koordinasi organisasi dan persyaratan kontrol.
Pendekatan dalam penelitian ini konsisten dengan paradigma pemrosesan informasi
dari desain organisasi (Daft dan Lengel, 1986), yang akan menunjukkan bahwa desain AIS
merupakan respon terhadap kebutuhan untuk koordinasi organisasi dan control (OCC).
Integrasi AIS mengacu pada keadaan desain tertentu di mana sistem dalam bentuk yang
dilaksanakan dapat memberikan informasi output yang dapat digunakan secara efektif untuk
mengatasi masalah OCC dan persyaratan. Variabel kontinjensi, seperti (a) tingkat formalisasi
dalam struktur organisasi (Hage dan Aiken, 1969), (b) saling ketergantungan dalam
persyaratan informasi antara bidang fungsional dalam suatu organisasi (Govindarajan dan
Fisher, 1990), dan (c) dependensi karena berbagi informasi antar organisasi dan berhubungan
4

dengan electronic data interchange (EDI) (Srinivasan et al, 1994), mempengaruhi sejauh
mana organisasi mengalami perbedaan pada tingkat koordinasi dan masalah kontrol. Integrasi
AIS dapat mengatasi kesulitan dalam koordinasi dan kontrol yang dibuat oleh variabel-
variabel kontingen.
Penelitian dalam Integrasi AIS menguji hubungan antara tingkat kesesuaian antara
persyaratan organisasi untuk koordinasi dan kontrol dengan desain SIA dan persepsi
efektivitas tentang teori system. Contingency sebagai dasar untuk pengembangan hipotesis
dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan internal
karena (a) diperlukan berbagi informasi di seluruh fungsi organisasi, (b) formalisasi
organisasi, dan (c) ketergantungan antar organisasi baik dari segi pentingnya sumber daya
dan aksesibilitas, memiliki dampak yang signifikan pada persyaratan untuk koordinasi
organisasi dan kontrol yang harus dipenuhi oleh desain sistem. Kesesuaian antara desain AIS
dan persyaratan secara signifikan berkontribusi persepsi efektivitas monitoring dan persepsi
tentang akurasi output informasi. Sistem fit, bagaimanapun, gagal untuk menunjukkan efek
yang kuat pada kepuasan pengguna informasi, yaitu, pada kualitas yang dirasakan dari konten
informasi yang tersedia di output sistem.
Teori akuntansi menyatakan bahwa, dari perspektif kontingensi, AIS harus sesuai
denga strategis tipe unit untuk mencapai kinerja (Chenhall dan Langfield-Smith, 1998).
Hanya beberapa penelitian, bagaimanapun, telah menyelidiki hubungan penting ini,
membatasi apa yang diketahui tentang hubungan antara desain dan strategi AIS. Desain yang
tidak sesuai dan implementasi sistem informasi sangat mahal untuk perusahaan dalam hal
waktu dan uang, menyarankan perlunya pemeriksaan yang cermat terhadap kesesuaian antara
strategi dan desain AIS. Misalnya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ruang lingkup
yang luas AIS memiliki efek positif pada kinerja bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi
di bawah lingkungan bisnis yang dinamis / kompetitif dan mengadopsi profil strategis yang
inovatif. Sementara pengaturan AIS ini (lingkup yang luas) mungkin memiliki efek negatif
pada kinerja bagi perusahaan beroperasi di bawah lingkungan bisnis yang stabil dan
mengadopsi profil strategis pertahanan (Abernethy dan Guthrie, 1994).
Penelitian sebelumnya meneliti strategi bisnis / AIS hubungan dengan strategi tipologi
dengan responden mengkategorikan unit mereka baik sebagai bek atau pencari (misalnya
lihat Simons, 1987). Seperti klasifikasi paksa dan dikotomis antara bek dan pencari tidak
mengakomodasi unit yang telah diupayakan sebuah analisa jenis strategis. Informasi yang
diberikan kepada manajer oleh AIS dapat dicirikan dalam banyak cara. Peneliti akuntansi
telah memberikan perhatian khusus untuk tiga karakteristik: fokus, kuantifikasi, dan horizon
5

waktu (IMA 1995 dalam Boulianne, 2007). Fokus mengacu pada sejauh mana informasi yang
berfokus secara internal, yaitu, pada organisasi (misalnya, tingkat produktivitas unit bisnis)
atau eksternal pada faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan organisasi (misalnya,
kondisi ekonomi). Kuantifikasi mengacu pada informasi keuangan (misalnya, margin laba
bersih) atau informasi non-keuangan (misalnya, karyawan tingkat absensi), yang terakhir
yang dinyatakan dalam istilah non-moneter (Mia, 1993). Horizon waktu mengacu pada
sejarah, informasi ex post (misalnya, laba tahun lalu), atau untuk masa depan berorientasi, ex
ante informasi (misalnya, perkiraan probabilitas dari hasil proyek masa depan).
Ketiga karakteristik informasi menentukan lingkup konstruk AIS. Secara tradisional,
desain AIS telah terbatas pada informasi keuangan internal organisasi dengan horizon waktu .
Dalam lingkup sempit AIS terdiri dari informasi internal, keuangan, dan historis saja. Di sisi
lain, di samping informasi internal-keuangan-historis, luas-lingkup AIS terdiri dari informasi
eksternal, non-keuangan, dan berorientasi masa depan. MAS lingkup konstruk telah
digunakan dalam beberapa penelitian akuntansi (Ismail dan King, 2005).
Sementara sejumlah besar penelitian di bidang akuntansi telah meneliti dampak dari
karakteristik tugas pada penilaian dan kinerja pengambilan keputusan (Libby 1995),
selanjutnya penelitian telah diperpanjang untuk menggabungkan pengaruh tugas dan
teknologi pada kinerja (Arnold dan Sutton 1998). Melengkapi penelitian SI (Goodhue dan
Thompson, 1995) menunjukkan bahwa peningkatan tugas/teknologi fit berhubungan positif
dengan kinerja manusia. Penelitian SI berpendapat bahwa fungsi teknologi harus dirancang
untuk menyesuaikan kebutuhan tugas, dan bahwa keselarasan fungsi teknologi dan
persyaratan tugas merupakan faktor kunci yang terkait dengan kinerja. Namun, penelitian
sebelumnya tidak mempertimbangkan pengaruh simultan yang meningkatkan tugas dan
kompleksitas teknologi pada proses kegiatan pengolahan kognitif yang terkait dengan
penilaian dan pengambilan keputusan.
Hunton dan Price (1994) menyarankan bahwa pemilihan strategi yang sesuai dengan
keadaan sekitar proyek pengembangan AIS akan memaksimalkan penerimaan partisian
dengan neggunakan systems development life cycle (SDLC). Model SDLC ini memasukkan
perencanaan, analisis, desain, implementasi dan tahap sebelum implementasi.
Informasi dalam sebuah perusahaan merupakan bagian yang sangat penting. Informasi
yang didapat bisa digunakan untuk mendukung keberlangsungan sebuah perusahaan. Apabila
suatu instansi tidak bisa mendapatkan informasi yang sangat kompeten maka suatu saat nanti
akan mengalami masalah ketidak mampuan dalam mengontrol sumber daya. Informasi
6

penting dalam pengambilan keputusan keputusan strategis yang pada akhirnya nanti
digunakan untuk mengambil kesempatan dalam bersaing.
Masalah utama dalam sebuah biasanya berkaitan dengan pendisaian sistem informasi
itu sendiri serta terlalu banyak informasi yang kurang bermanfaat. Memahami bahwa dasar
informasi adalah sangat penting dalam mendisain sebuah sistem informasi yang sangat
efektif.
Menurut George M. Scott Desain sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan
menyelesaikan permasalahan. Biasanya berkaitan dengan konfigurasi komponen kompenen
perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem, sehingga setelah pemasangan
perangkat tersebut sistem akan benar benar memuaskan rancang bangun yang trlah
ditetapkan.
Tujuan pendisaian sistem itu sendiri ialah :
a. Menyediakan suatu informasi untuk pengambilan suatu keputusan.
b. Menyediakan suatu informasi yang dipergunakan didalam suatu perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan juga perbaikan berkelanjutan.
c. Menyediakan suatu informasi yang dipergunakan di dalam suatu perhitungan
harga pokok produk, jasa dan tujuan lainnya yang diinginkan oleh manajemen
7

Pergantian sistem lama dengan sistem baru

Perubahan dalam dunia teknologi informasi berjalan begitu cepat. Kompetisi


berlangsung sangat ketat, sehingga muncul istilah hyper competition, siapa yang tidak mau
berubah akan tertinggal. Sistem usang sudah selayaknya diganti dengan yang baru, agar dapat
menopang kinerja operasional organisasi/perusahaan yang kian cepat dan kompleks. Bahkan
jikalau bisa diagendakan dan dianggarkan secara rutin agar dapat mendorong terciptanya
pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth).

Penggunaan teknologi informasi memang memiliki banyak manfaat bagi perusahaan,


namun hal ini tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan efek sebaliknya kepada
perusahaan akibat pemilihan teknologi yang tidak tepat guna. Pengguna, dalam kasus ini
berarti perusahaan dan organisasi, dituntut bersikap bijaksana dalam memilih teknologi apa
yang akan digunakan untuk perusahaan mereka. Pergantian sistem lama ke sistem baru
tentunya tak terelakkan. Namun hal ini bukan sesuatu yang mudah. Pada kenyataannya,
dalam implementasi sistem informasi dari manual ke otomatis banyak menemui kendala di
berbagai perusahaan. Salah satunya adalah karena karyawan sebagai penggunanya (end
users) kurang mampu beradaptasi dalam menjalankan fungsi sistem informasi tersebut
dikarenakan mereka sudah lama menggunakan sistem manajemen manual. Dibutuhkan
persiapan dan perencanaan yang matang oleh perusahaan agar hasil dari sistem yang baru
tersebut dapat sepenuhnya mendukung aktivitas dan meningkatkan produktifitas perusahaan.
Biasanya cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah melakukan
pelatihan (training) kepada para karyawannya dengan cara memakai jasa pihak lain atau
vendor teknologi informasi (TI) yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Pergantian sistem telah menjadi hal yang lumrah terjadi bagi organisasi atau
perusahaan yang ingin terus berkembang. Sistem lama jika sudah kalah cepat geraknya
dengan lingkungan usaha yang terjadi, maka tak ada alasan untuk menunda perubahan sistem
ini. Namun pergantian tersebut tidak dapat dijalankan dengan sembarangan. Banyak faktor
yang harus dipertimbangkan, demi menjaga keberlangsungan operasional usaha. Bentuk-
bentuk pergantian sistem informasi ini harus disesuaikan dengan karakter bisnis dan harapan
8

di masa depan. Dengan begitu, diharapkan perubahan atau transisi tidak menimbulkan down
system atau turbulensi kinerja operasional dan harapan akan adanya perbaikan dan
peningkatan value organisasi dapat tercapai.

Menurut Riyanti dalam riyanti.staff.gunadarma.ac.id menyebutkan bahwa, pergantian


sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan IT dalam rangka
menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru.
Menurut artikata.com, pergantian adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem
yang lain; perubahan pemilikan atas suatu benda, tanah, dan sebagainya; perubahan dari satu
bentuk (rupa dan sebagainya) ke bentuk (rupa dan sebagainya) yang lain.

Saat ini, implementasi sistem informasi baru bagi banyak organisasi sering melibatkan
penggantian software, database, dan sistem yang lama. Salah satu aktivitas implementasi
yang paling penting yang dibutuhkan ketika meng-install software baru disebut pergantian
data. Misalnya, penginstalan paket software yang baru dapat memerlukan pergantian elemen
data di database yang dipengaruhi oleh aplikasi yang baru ke dalam format data yang baru.
Aktivitas pergantian data lainnya yang biasanya dibutuhkan mencakup koreksi data yang
tidak tepat, penyaringan data yang tidak diinginkan, konsolidasi data dari beberapa database,
dan pengaturan data ke dalam format data yang baru, seperti database, datamart, dan gudang
data. proses pergantian data yang baik merupakan hal yang penting karena data yang diformat
atau disusun dengan tidak tepat sering dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama dari
kegagalan dalam implementasi sistem baru (OBrien, 2005).

Kendala Implementasi pergantian sistem yang lama dengan yang baru:

a. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.


b. Terdapat kesalahan dalam pemasangan
c. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan
yang baik.
d. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI dengan
perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi
tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.
e. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus
dilakukan agar perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya
perusahaan tidak membutuhkan teknologi tersebut.
f. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
9

Penyampaian Informasi baik Keuangan dan Manajerial


Penelitian akuntansi keperilakuan lebih luas lagi dikaitkan dengan akuntansi
manajemen. Sistem informasi yang mampu memberikan dukungan bagi akuntansi
manajemen adalah bukan ide baru. Dikatakan, di sisi lain, bahwa penggunaan pertama sistem
informasi adalah dalam kaitannya dengan akuntansi (Shields, 2001). Itu tujuan dari sistem
informasi pertama yang mengotomatisasi proses, misalnya, posting transaksi ke jurnal dan
menyortir transaksi sesuai dengan bagan akun dari buku besar.
Penelitian tentang akuntansi manajemen dan sistem informasi terpadu (IIS) telah
berkembang di sejumlah penelitian yang berbeda. Beberapa penelitian menekankan lebih
berat di sisi akuntansi manajemen, sementara penelitian lain menekankan pada sisi sistem
informasi. Demikian juga, berbeda dengan penelitian mendekati topik dari perspektif yang
berbeda. Dalam kombinasi penelitian ini memberikan perkembangan pengetahuan tentang
hubungan antara akuntansi manajemen dan IIS. Dalam rangka untuk penelitian lebih lanjut,
pemahaman tentang penelitian yang masih ada dan peluang untuk penelitian masa depan
sangat penting.
Logika hubungan antara IIS dan akuntansi manajemen tampaknya tidak cukup mudah.
Kembali pada tahun 1987, Johnson dan Kaplan (1987), sejauh ini adalah relevan dengan
komunitas bisnis. Teknik akuntansi manajemen seperti kegiatan berbasis biaya dan balanced
scorecard dikembangkan. Meskipun ketersediaan teknik akuntansi manajemen yang inovatif,
tidak semua perusahaan tampaknya mengadopsi mereka (lihat misalnya Chenhall dan
Langfield-Smith, 1998). Jelas, hambatan terhadap adopsi tampaknya ada, dengan IIS
mungkin menjadi salah satu dari mereka.
Manajerial cenderung berpusat pada perubahan yang sering terjadi di perusahaan baru
di tahap awal fase pertumbuhannya. Manajer di perusahaan awal mengenalkan management
control systems (MCS), prosedur dan laporan berdasarkan informasi yang digunakan oleh
manajer untuk memonitor dan mempengaruhi perilaku kegiatan di perusahaan (Simon, 1994).
Misalnya, Churcill dan Cooper (1965) meneliti akuntansi manajerial fokus pada pengaruh
fungsi akuntansi pada perilaku. Benbasat dan Dexter (1979) meneliti akuntansi manajerial
tetapi lebih fokus pada pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku terhadap proses informasi
oleh pengambil keputusan. Penelitian akuntansi keperilakuan di bidang manajerial
menitikberatkan pada pengaruh perilaku organisasi dan perlaku individual dalam organisasi.
10

Penelitian accounting control system harus memertimbangkan kontrol organisasi. Informasi


akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial.
Perubahan dalam lingkungan kompetitif telah memimpin banyak organisasi
mengadopsi control system dimana kinerja di wilayah ganda dan mengumpulkan kinerja data
dalam tambahan pengukuran keuangan tradisional yang disebut dengan conprehensive
control system (Chenhall dan Langfield-Smith, 1998). Salah satu versi sistem pelaporan
komprehensive yang digunakan saat ini adalah Balanced Scorecard dari Kaplan dan Norton.
Ide dari formal reporting system adalah menyediakan informasi untuk manajer senior tentang
manajer tingkat yang lebih rendah.
Comprehensive control system meningkatkan pelaporan informasi. Dalam masa pre-
computer, informasi adalah sulit dan mahal untuk mengumpulkan dan melaporkan, sistem
pelaporan cenderung fokus pada pengukuran keuangan (Kaplan dan Norton, 1992). Namun,
fokus ini telah mendapat banyak kritikan. Teori agency secara eksplisit mengaitkan pelaporan
informasi terhadap usaha manajerial. Ketika principal memiliki imperfevt information
sehubungan dengan agent, adanya asimetri informasi, dan agent memiliki kesempatan untuk
bertindak tidak konsisten dengan tujuan principal tanpa terdeteksi oleh principal (Baiman,
1982).
Beberapa eksperimen management control system telah menguji pengaruh pelaporan
informasi terhadap perilaku menggunakan kerangka kerja teori agency (Kren dan Liao,
1988). Pada umumnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah
informasi tentang kemajuan terhadap tujuan yang meningkatkan usaha manajerial terhadap
tujuan. Pada dasarnya semual semua sistem akuntansi melaporkaninformasi tentang kinerja
keuangan, padahal comprehensive control system cenderung memasukkan informasi tentang
wilayah bukan keuangan (Ullrich dan Tutle, 2004).
Berbagai cara untuk konsep pembelajaran organisasi telah menghasilkan
'Pembelajaran organisasi manusia' (Prange, 1998). Teori tentang pembelajaran organisasi
harus memberikan jawaban atau setidaknya menyarankan ide untuk pertanyaan-pertanyaan
terkait berikut: 'Siapa yang belajar?', 'Bagaimana mereka belajar?', 'Kapan mereka belajar?
"Dan" Mengapa mereka belajar? "Meninjau pertanyaan ini dalam pikiran menegaskan
temuan sebelumnya bahwa terdapat banyak sudut pandang yang berbeda pada subjek. Lebih
penting untuk studi ini adalah bahwa mengajukan pertanyaan ini juga menunjukkan bahwa
kontribusi tersebut ke bidang pembelajaran organisasi dalam berbagai hal bias. Bias
menyangkut ide-ide dan asumsi tersembunyi di balik banyak tulisan-tulisan tentang
pembelajaran organisasi.
11

Satu hal yang muncul dari penelitian empiris menggunakan pembelajaran organisasi
untuk memahami implementasi dan penggunaan teknologi informasi dalam organisasi.
Penelitian ini adalah kesadaran bahwa teknologi informasi sering menghasilkan hasil yang
mengecewakan: hasil rendah, kerugian keuangan, pengguna tidak puas, dan tidak ada
peningkatan efektivitas organisasi. Namun, kegagalan tersebut tidak memilik kesamaam
pengalaman di tiap organisasi; semakin banyak penelitian telah mendokumentasikan
konsekuensi kontras dialami oleh organisasi yang sebanding menggunakan teknologi yang
sama (Robey & Boudreau, 1999). Kemampuan relatif organisasi untuk belajar bagaimana
menggunakan teknologi yang sama dapat menjadi salah satu cara untuk menjelaskan
perbedaan tersebut.
Peran pengalaman
Bagaimana organisasi belajar untuk menggunakan teknologi informasi secara efektif?
Berdasarkan bukti menunjukkan bahwa pengalaman organisasi menyediakan dasar
pengetahuan untuk membimbing tindakan saat ini. Studi kasus memberikan detail terbesar
pada peran pengalaman. Misalnya, pengalaman Cigna Corporation dengan rekayasa ulang
proses bisnis telah dilaporkan sebagai kasus pembelajaran dari proyek-proyek baik berhasil
dan tidak berhasil (Caron et al., 1994). Dengan mengadopsi pendekatan bertahap untuk
melaksanakan proyek-proyek rekayasa ulang, Cigna mampu menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari proyek-proyek sebelumnya untuk proyek berikutnya.

Sistem yang dirancang untuk meningkatkan memori organisasi


memori organisasi adalah suatu konsep umum yang mencakup berbagai macam
bentuk pengetahuan. Walsh dan Ungson (1991) menjelaskan lima "tempat" untuk menyimpan
isi memori organisasi: individu, budaya, transformasi, struktur, dan ekologi. Sementara
Konsep ini menarik perhatian untuk berbagai fasilitas retensi yang tersedia untuk memori
organisasi. Anehnya, mereka membatasi perlakuan mereka terhadap teknologi informasi
untuk "memori bantu" dalam kategori "sampah retensi individu". Mengingat kemampuannya
diperluas, teknologi informasi sekarang memiliki potensi yang lebih besar untuk mendukung
pembelajaran organisasi melalui capture, representasi, penyimpanan dan pengambilan data
terstruktur, diagram, model, teks, dan gambar dalam database elektronik (Anand et al, 1998).
"Organisasi sistem informasi memori" tersebut dapat lebih efektif mendukung memori
organisasi dari sistem yang tidak tegas dirancang untuk tujuan itu. Tiga masalah dalam desain
sistem tersebut telah dibahas dalam literatur penelitian: desain konseptual, representasi
pengetahuan, dan pengambilan dan penggunaan.
12

Teknologi informasi sebagai disabler pembelajaran organisasi


Perhatian utama dibahas dalam kelompok penelitian adalah bahwa organisasi
mungkin menjadi terlalu bergantung pada sistem formal dan dengan demikian kehilangan
penghargaan mereka untuk representasi kurang dari memori organisasi, seperti mereka
sebagai kepala karyawan berpengalaman. Semakin tertanam dalam sistem komputer, semakin
kecil kemungkinan mereka akan diperiksa dan direvisi ketika kebutuhan bisnis berubah.
Dengan demikian, teknologi informasi dapat menonaktifkan pembelajaran organisasi.
Dengan mendukung sistem yang kaku yang tidak beradaptasi dengan perubahan kondisi
penggunaan.

KESIMPULAN

Penelitian tentang teknologi informasi yang dirancang untuk mendukung


pembelajaran organisasi menghasilkan tiga kesimpulan utama. Pertama, nilai yang dihasilkan
oleh penciptaan desain konseptual untuk sistem informasi memori organisasi. abstraksi
tingkat tinggi yang disediakan oleh desain konseptual tempat yang ada aplikasi teknis dalam
kerangka yang lebih besar, dimana kontribusi mereka terhadap memori organisasi dan
pembelajaran dapat dipahami. desain konseptual juga menyediakan panduan pengembangan
sistem baru.

Kedua, teknologi informasi meningkatkan pembelajaran organisasi dengan


meningkatkan komunikasi anggota dan dengan mendukung wacana di antara mereka.
Keuntungan mencakup akses yang lebih besar ke memori organisasi, terutama dari lokasi
terpencil, dan kesempatan yang lebih besar untuk menguji dan tantangan yang berlaku asumsi
dan rutinitas. Mendukung wacana menyiratkan lebih dari menyediakan akses elektronik ke
memori organisasi terpusat; pengetahuan organisasi baru juga dihasilkan melalui wacana

teknologi Ketiga, informasi dapat baik mengaktifkan dan menonaktifkan organisasi


Sistem pembelajaran yang mendukung pembelajaran dengan menanamkan rutinitas ke dalam
memori dan menyimpan informasi sejarah mungkin berguna selama asumsi yang mereka
dibangun tidak menjadi usang. Ketika kondisi bisnis berubah, bagaimanapun, teknologi
13

tersebut dapat menghambat pencarian informasi baru dan masker logika yang mendasari
"cerdas" rutinitas. Mengatasi efek menonaktifkan teknologi informasi dapat dibantu oleh
konsep putih-kotak desain dan sistem informasi ganda, di mana logika yang mendasari sistem
terkena pengguna.

Perubahan sistem itu perlu, hal ini guna untuk menjawab tantangan yang saat ini
masih sebuah permasalahan. Permasalahan ini timbul ketika perusahaan tidak bisa menjawab
sebuah pergantian sistem. Apabila perusahaan yang bersangkutan tidak mengembangkan atau
berganti sistem maka cepat atau lambat pasti akan kalah bersaing dengan para kompetitor.

REFERENSI:
Abernethy MA, dan Guthrie CH. 1994. An empirical assessment of the fit between strategy
and management information system design. Account Finance 34 (2): 49-66.
Anand, V, Manz, C, C, dan Glick, W, H. 1998. AN organizational memory approach o
information management. Academy of Management Review, 23 (4), 796-809.
Arnold V, dan Sutton, SG. 1998. The theoy of technology dominance: Understanding the
impact of intelligent decision aids on decision makers judgments. Adv Accounti
BehavI: 175-194.
Baiman, S. 1982. Agency research in managerial accounting: A survey. Journal of
Accoutning Literature 1 (spring): 154-213.
Bamber, E Michael. 1993. Opportunities in Behavioral Accounting Research. Behavioral
Research in Accounting, (5).
Benbasat, I dan Dexter, A. 1979. Value and Events Approaches to Accounting: An
Experimental Evaluation. The Accounting Review, 735-744.
Benford, Tanya L, dan Hunton, James E. 2000. Incorporating Information Technology
Considerations Into an Expanded Model of Judgment and Decison Making in
Accounting. Internationl Journal of Accounting Information Systems (1), 54-65.
Birnberg, Jacob G, dan Shields, Jeffry F. 1989. Three Decades of Behavioral Accounting
Research: A Search For Order. Behavioral Research in Accounting, (1).
Boulianne, Emilio. 2007. Revisiting fit between AIS design and performance wit the analyzer
strategic-type. International Journal of Accounting Information System (8): 1-16.
Caplan, Edwin H. 1989. Behavioral Accounting. A Personal View. Behavioral Research in
Accounting, (1).
Caron, R, J, Jarvenpaa, S, L, dan Stoddard, D, B. 1994. Business reengineering at CIGNA
Corporation: experiencses and lessons learned from the first five years. MIS
Quarterly, 12 (3): 233-250.
14

Chenhall, R, H, dan Langfield-Smith, K. 1998. The relationship between strategic priorities,


management techniques, and management accounting: An empirical investigation
using system approach. Accounting, Organizations and Society 23 (3), 1-22.
Chenhall, RH, dan Morris, D. 1993. The Role of post-completion audits, managerial learing,
enviromental uncertainty and performance. Behav Res Account (5), 70-86.
Churchill, N dan Cooper, W. 1965. A Field Study of Internal Auditing. The Accounting
Review, 767-781.
Cushing, B. E. 1990. Frameworks, paradigs, and scientific research in management
information system. The ournal of Informaion Systems 4: 38-59.
Daft, Rl, dan Lengel RH. 1986. Organizational information requirements, media richness and
structural design. Manag Sci: 5 54-71.
Godhue Dl, dan Thompson Rl. 1995. Task-technology fit and individual perfrmace, MSIQ.
(41), 1827-1844.
Govindarajan V, dan Fisher, J. 1990. Strategy, control systems, and resource sharing: Effects
on business-unit performance. Acad Manag J, (33), 59-85.
Hage, J, dan Aiken, M. 1969. Routines technology, social structure, and organizational goals.
Admn Sci Q, (14): 68-79.
Hofstedt, Thomas R dan Kinard, James C. 1970. A Strategy for Behavioral Accounting
Research. The Accounting Review, 45 (1), 38-54.
Hunton, James E, dan Price, Kenneth H. 1994. A Framework for Investigating Involvement
Strategies in Accounting Information Systems Development, Behavioral Research in
Accounting (6).
Ismail NA, dan King M. 2005. Firm performance anf AIS alignment in Malaysian SMEs.
International Journal Accounting (6): 41-59.
Johnson, HT, dan Kaplan RS. 1987. Relevance lost: the rise and fall of management
acconting.
Kaplan, R, S dan Norton, D, P. 1992. The Balanced Scorecard-Measures that drive
performance. Harvard Business Review (January-February): 71-79.
Kren, L, dan Liao, W. 1988. The role of accounting information in the control of
organization: A review of the evidance. Journal of Accounting Literature 7: 280-309.
Libby R. 1995. The role of knowledge and memory in audit judgment.
Mia, L. 1993. Therole of MAS information in organizations: an empirical study. Accounting
Review (25): 69-85.
OBrien, J. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan Manajerial. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Prange, C. 1998. Organizational learning: desperately seeking theory.
15

Robey, D, dan Boudrean M. 1996. Accounting for the contradictory organizational


consequences of information technology: theoretical directions and methodological
implcations. Information Systems Researh, 10 (2): 167-185.
Shields MG. 2001. E-business and ERP Rapid implementation and project planning.
Simons, R. 1994. Levers of Control: How Managers Use Innovative Control System to Drive
Strategic Renewal. Boston, MA: Harvard University Press.
Srinivasan K, Kekre S, dan Mukhopadhyay T. 1994. Impact of electronic data interchange
technology on JIT shipments. Manag Sci (4): 291-304.
Ullrich, Mark J, dan Tutle, Brad M. 2004. The Effects of Comprehensive Information
Reporting Systems and Economic Incentives on Managers Time-Planning Decision.
Behavioral Research in Accounting, (16), 89-105.
Walsh, J, P, dan Ungson, G, R. 1991. Organizational memory. Academy of Management
Review, 16 (1): 57-91.

Anda mungkin juga menyukai