DIscussion Paper Penelitian Akuntansi Keperilakuan
DIscussion Paper Penelitian Akuntansi Keperilakuan
PENDAHULUAN
Penelitian akuntansi dalam aspek keperilakuan mulai mendapat perhatian dari banyak
pihak. Beberapa peneliti mulai menunjukkan ketertarikan untuk meneliti akuntansi
keperilakuan. Bayak orang menganggap bahwa penelitian di bidang akuntansi hanya terbatas
pada angka-angka. Namun, hal tersebut tidak benar karena penelitian akuntansi dapat dilihat
dari aspek keperilakuan. Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) telah berkembang
mulai awal tahun 1960 an (Caplan, 1989). Penelitian akademik dalam akuntansi berkaitan
dengan pelaporan praktik saat ini dan menguji prosedur akuntansi yang spesifik. Tiap
generasi akuntan mulai tertarik dengan mengapa daripada bagaimana dalam konsep
prosedur.
Hofstedt dan Kinard (1970) mengatakan bahwa penelitian akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting) didefinisikan sebagai studi tentang perilaku akuntan atau perilaku
non-akuntan karena mereka dipengaruhi oleh akuntansi. Poin utama dari isu keperilakuan
berasal dari proses komunikasi, bukan melalui metode pengolahan data yang mana lebih
dikenal dengan isu akuntansi tradisional. Komunikasi akuntansi dirancang sebagai dasar
keperilakuan. Perilaku penerima informasi akuntansi dan bagaimana variasi dalam informasi
yang mempengaruhi perilaku menjadi domain dalam penelitian akuntansi keperilakuan.
Penelitian akuntansi keperilakuan memiliki karakteristik tersendiri. Birnberg dan
Shields (1989) menjelaskan beberapa karakteristik dari penelitian akuntansi keperilakuan.
Pertama, penelitian mulai dari beberapa pengamatan fenomena akuntansi. Sebagai contoh
adalah metode alternatif yang digunakan untuk menilai persediaan. Kedua, pengamatan
adalah sistematik. Misalnya, pertanyaan apakah pengaruh LIFO versus FIFO pada
keputusan pengguna?. Pertanyaan seperti itu dapat mempengaruhi penyajian dalam laporan
laba rugi dan pendapatan komprehensif lainnya oleh pengguna.
Akuntansi dapat menggambarkan sebab dan akibat dari perilaku manusia. Terlebih
lagi akuntan dengan sengaja merangcang sistem sehingga dapat mempengaruhi perilaku.
Akuntan harus melakukan pekerjaan empiris serta mengarahkan pencarian hipotesis
penelitian yang bermanfaat. Bamber (1993) menerangkan bahwa penelitian akuntansi
keperilakuan meliputi (1) keputusan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, (2)
pengaruh dari fungsi akuntansi (budgentary partisipant, karakteristik sistem informasi) dan
fungsi auditing pada perilaku misalnya karyawan, manager, investor dan pembayar pajak, dan
(3) pengaruh output dari informasi akuntansi pada keputusan pengguna dan pengambilan
keputusan. Selanjutnya Birnberg dan Shields (1989) memberikan beberapa isu dalam
2
penelitian akuntansi keperilakuan yang lebih luas meliputi (1) managerial control, (2) proses
informasi akuntansi, (3) accounting information system design, (4) auditing process research,
(5) organizational sociology.
Teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris atas perilaku
manusia di dalam suatu organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam
pengembangan ilmu tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi tdak
hanya berupa angka-angka saja. Namun, lebih dari itu penelitian akuntansi dapat dikaji dari
aspek keperilakuan manusia atau pengguna. Penelitian akuntansi keperilakuan tidak terbatas
pada akuntansi manajemen, tetapi juga dapat menyangkut penelitian dalam bidang sistem
informasi akuntansi, penggantian sistem lama ke sistem baru dalam organisasi, atau di bidang
manajerial. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan akuntansi keperilakuan
berkaitan dengan sistem informasi, perancangan sistem, dan manajerial.
PEMBAHASAN
Pendisaian Suatu Sistem
Penelitian akuntansi keperilakuan terus berlanjut dan mengalami perkembangan terus
menerus. Istilah akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) pertama kali muncul dalam
literatur tahun 1967 dengan nama jurnal Journal of Accounting Research: Empirical
Research in Accounting Selected Studies. Dalam jurnal tersebut Becker menyimpulkan
adanya penelitian :the new Behavioral Accounting Scientist. Penelitian akuntansi
keperilakuan menerapkan teori dan metodologi dari behavioral science untuk menguji antara
informasi akuntansi dan proses dan perilak manusia (termasuk organisasi).
Penelitian akuntansi keperilakuan di bidang sistem informasi, penggunaan jaringan
komputer untuk komunikasi interpersonal, interaksi kelompok, dan penyampaian informasi
menyarankan dua wilayah sistem akuntansi dalam penelitian akutansi keperilakuan (Bamber,
1993). Pertama, analisis alternatif bentuk penyajian informasi untuk komunikasi efektif dan
efisien. Kedua, peran group support system (GSS) dalam memfasilitasi proses kelompok.
Misalnya perubahan teknologi untuk perusahaan akuntansi di beberapa tahun ke depan akan
mendatangkan kepuasan jaringan komunikasi.
Globalisasi dalam economic commerce telah meningkatkan kompleksitas dalam
lingkungan bisnis. Banyak perusahaan telah memperluas jumlah informasi yang mereka
kumpulkan, diintegrasi, dan melakukan analisis. Salah satu metode berkaitan dengan
perubahan requirement task dan meningkatnya kompleksitas tugas untuk diintegrasikan
dengan menggunakan computer-supported information system (SI) kedalam pengambilan
3
keputusan oleh manusia (Benford dan Hunton, 2000). Dengan meningkatnya perkembangan
ekonomi, penelitian akuntansi keperilakuan juga mendapat pengaruh untuk terus
mengembangkan penelitian yang telah ada sesuai dengan perkembangan jaman.
Akuntan sering diminta untuk memainkan peran utama dalam perkembangan
accounting information system (AIS). Akuntan dapat menjadi developer AIS atau pengguna
AIS. Pengembangan dan implementasi AIS adalah komplek karena melibatkan pengambilan
keputusan manusia dalam situasi sosial dan pertimbangan teknis yang penting. Peneliti sistem
informasi menyarankan melibatkan pengguna dalam pengembangan sistem informasi (SI)
adalah kesuksesan integral dari sistem (Cushing, 1990). Salah satu masalah yang
berhubungan dengan penilaian dampak dari melibatkan pengguna adalah keandalan
pengukuran keefektivan IS. Tujuan mengukur kinerja susah untuk didefinisikan dan
digambarkan (Hunton dan Price, 1994).
Masalah penelitian kritis di bidang akuntansi dan manajemen pengambilan keputusan
menyangkut fit dari sistem informasi akuntansi (AIS) dengan persyaratan organisasi untuk
komunikasi informasi dan kontrol. SIA didefinisikan di sini sebagai sistem berbasis komputer
yang memproses informasi keuangan dan mendukung tugas-tugas keputusan dalam konteks
koordinasi dan pengendalian kegiatan organisasi. Penelitian akuntansi sebelumnya telah
memeriksa model yang berbeda dari kesesuaian antara teknologi tugas organisasi AIS dan,
struktur, dan lingkungan (Chenhall dan Morris, 1986). Meskipun model-model sebelumnya
telah memberikan arah yang berguna untuk penelitian AIS, konstruksi AIS belum diperiksa
dengan desain sistem tertentu dalam kaitannya dengan efektivitas sistem. Penelitian ini
menambah perkembangan dalam membangun desain sistem tertentu, "Integrasi AIS," dan
dengan memeriksa hubungan fungsional dengan efektivitas sistem. Integrasi AIS, pada
gilirannya, dihipotesiskan menjadi fungsi dari sejumlah kendala kontingensi yang
menciptakan koordinasi organisasi dan persyaratan kontrol.
Pendekatan dalam penelitian ini konsisten dengan paradigma pemrosesan informasi
dari desain organisasi (Daft dan Lengel, 1986), yang akan menunjukkan bahwa desain AIS
merupakan respon terhadap kebutuhan untuk koordinasi organisasi dan control (OCC).
Integrasi AIS mengacu pada keadaan desain tertentu di mana sistem dalam bentuk yang
dilaksanakan dapat memberikan informasi output yang dapat digunakan secara efektif untuk
mengatasi masalah OCC dan persyaratan. Variabel kontinjensi, seperti (a) tingkat formalisasi
dalam struktur organisasi (Hage dan Aiken, 1969), (b) saling ketergantungan dalam
persyaratan informasi antara bidang fungsional dalam suatu organisasi (Govindarajan dan
Fisher, 1990), dan (c) dependensi karena berbagi informasi antar organisasi dan berhubungan
4
dengan electronic data interchange (EDI) (Srinivasan et al, 1994), mempengaruhi sejauh
mana organisasi mengalami perbedaan pada tingkat koordinasi dan masalah kontrol. Integrasi
AIS dapat mengatasi kesulitan dalam koordinasi dan kontrol yang dibuat oleh variabel-
variabel kontingen.
Penelitian dalam Integrasi AIS menguji hubungan antara tingkat kesesuaian antara
persyaratan organisasi untuk koordinasi dan kontrol dengan desain SIA dan persepsi
efektivitas tentang teori system. Contingency sebagai dasar untuk pengembangan hipotesis
dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan internal
karena (a) diperlukan berbagi informasi di seluruh fungsi organisasi, (b) formalisasi
organisasi, dan (c) ketergantungan antar organisasi baik dari segi pentingnya sumber daya
dan aksesibilitas, memiliki dampak yang signifikan pada persyaratan untuk koordinasi
organisasi dan kontrol yang harus dipenuhi oleh desain sistem. Kesesuaian antara desain AIS
dan persyaratan secara signifikan berkontribusi persepsi efektivitas monitoring dan persepsi
tentang akurasi output informasi. Sistem fit, bagaimanapun, gagal untuk menunjukkan efek
yang kuat pada kepuasan pengguna informasi, yaitu, pada kualitas yang dirasakan dari konten
informasi yang tersedia di output sistem.
Teori akuntansi menyatakan bahwa, dari perspektif kontingensi, AIS harus sesuai
denga strategis tipe unit untuk mencapai kinerja (Chenhall dan Langfield-Smith, 1998).
Hanya beberapa penelitian, bagaimanapun, telah menyelidiki hubungan penting ini,
membatasi apa yang diketahui tentang hubungan antara desain dan strategi AIS. Desain yang
tidak sesuai dan implementasi sistem informasi sangat mahal untuk perusahaan dalam hal
waktu dan uang, menyarankan perlunya pemeriksaan yang cermat terhadap kesesuaian antara
strategi dan desain AIS. Misalnya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ruang lingkup
yang luas AIS memiliki efek positif pada kinerja bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi
di bawah lingkungan bisnis yang dinamis / kompetitif dan mengadopsi profil strategis yang
inovatif. Sementara pengaturan AIS ini (lingkup yang luas) mungkin memiliki efek negatif
pada kinerja bagi perusahaan beroperasi di bawah lingkungan bisnis yang stabil dan
mengadopsi profil strategis pertahanan (Abernethy dan Guthrie, 1994).
Penelitian sebelumnya meneliti strategi bisnis / AIS hubungan dengan strategi tipologi
dengan responden mengkategorikan unit mereka baik sebagai bek atau pencari (misalnya
lihat Simons, 1987). Seperti klasifikasi paksa dan dikotomis antara bek dan pencari tidak
mengakomodasi unit yang telah diupayakan sebuah analisa jenis strategis. Informasi yang
diberikan kepada manajer oleh AIS dapat dicirikan dalam banyak cara. Peneliti akuntansi
telah memberikan perhatian khusus untuk tiga karakteristik: fokus, kuantifikasi, dan horizon
5
waktu (IMA 1995 dalam Boulianne, 2007). Fokus mengacu pada sejauh mana informasi yang
berfokus secara internal, yaitu, pada organisasi (misalnya, tingkat produktivitas unit bisnis)
atau eksternal pada faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan organisasi (misalnya,
kondisi ekonomi). Kuantifikasi mengacu pada informasi keuangan (misalnya, margin laba
bersih) atau informasi non-keuangan (misalnya, karyawan tingkat absensi), yang terakhir
yang dinyatakan dalam istilah non-moneter (Mia, 1993). Horizon waktu mengacu pada
sejarah, informasi ex post (misalnya, laba tahun lalu), atau untuk masa depan berorientasi, ex
ante informasi (misalnya, perkiraan probabilitas dari hasil proyek masa depan).
Ketiga karakteristik informasi menentukan lingkup konstruk AIS. Secara tradisional,
desain AIS telah terbatas pada informasi keuangan internal organisasi dengan horizon waktu .
Dalam lingkup sempit AIS terdiri dari informasi internal, keuangan, dan historis saja. Di sisi
lain, di samping informasi internal-keuangan-historis, luas-lingkup AIS terdiri dari informasi
eksternal, non-keuangan, dan berorientasi masa depan. MAS lingkup konstruk telah
digunakan dalam beberapa penelitian akuntansi (Ismail dan King, 2005).
Sementara sejumlah besar penelitian di bidang akuntansi telah meneliti dampak dari
karakteristik tugas pada penilaian dan kinerja pengambilan keputusan (Libby 1995),
selanjutnya penelitian telah diperpanjang untuk menggabungkan pengaruh tugas dan
teknologi pada kinerja (Arnold dan Sutton 1998). Melengkapi penelitian SI (Goodhue dan
Thompson, 1995) menunjukkan bahwa peningkatan tugas/teknologi fit berhubungan positif
dengan kinerja manusia. Penelitian SI berpendapat bahwa fungsi teknologi harus dirancang
untuk menyesuaikan kebutuhan tugas, dan bahwa keselarasan fungsi teknologi dan
persyaratan tugas merupakan faktor kunci yang terkait dengan kinerja. Namun, penelitian
sebelumnya tidak mempertimbangkan pengaruh simultan yang meningkatkan tugas dan
kompleksitas teknologi pada proses kegiatan pengolahan kognitif yang terkait dengan
penilaian dan pengambilan keputusan.
Hunton dan Price (1994) menyarankan bahwa pemilihan strategi yang sesuai dengan
keadaan sekitar proyek pengembangan AIS akan memaksimalkan penerimaan partisian
dengan neggunakan systems development life cycle (SDLC). Model SDLC ini memasukkan
perencanaan, analisis, desain, implementasi dan tahap sebelum implementasi.
Informasi dalam sebuah perusahaan merupakan bagian yang sangat penting. Informasi
yang didapat bisa digunakan untuk mendukung keberlangsungan sebuah perusahaan. Apabila
suatu instansi tidak bisa mendapatkan informasi yang sangat kompeten maka suatu saat nanti
akan mengalami masalah ketidak mampuan dalam mengontrol sumber daya. Informasi
6
penting dalam pengambilan keputusan keputusan strategis yang pada akhirnya nanti
digunakan untuk mengambil kesempatan dalam bersaing.
Masalah utama dalam sebuah biasanya berkaitan dengan pendisaian sistem informasi
itu sendiri serta terlalu banyak informasi yang kurang bermanfaat. Memahami bahwa dasar
informasi adalah sangat penting dalam mendisain sebuah sistem informasi yang sangat
efektif.
Menurut George M. Scott Desain sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan
menyelesaikan permasalahan. Biasanya berkaitan dengan konfigurasi komponen kompenen
perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem, sehingga setelah pemasangan
perangkat tersebut sistem akan benar benar memuaskan rancang bangun yang trlah
ditetapkan.
Tujuan pendisaian sistem itu sendiri ialah :
a. Menyediakan suatu informasi untuk pengambilan suatu keputusan.
b. Menyediakan suatu informasi yang dipergunakan didalam suatu perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan juga perbaikan berkelanjutan.
c. Menyediakan suatu informasi yang dipergunakan di dalam suatu perhitungan
harga pokok produk, jasa dan tujuan lainnya yang diinginkan oleh manajemen
7
Pergantian sistem telah menjadi hal yang lumrah terjadi bagi organisasi atau
perusahaan yang ingin terus berkembang. Sistem lama jika sudah kalah cepat geraknya
dengan lingkungan usaha yang terjadi, maka tak ada alasan untuk menunda perubahan sistem
ini. Namun pergantian tersebut tidak dapat dijalankan dengan sembarangan. Banyak faktor
yang harus dipertimbangkan, demi menjaga keberlangsungan operasional usaha. Bentuk-
bentuk pergantian sistem informasi ini harus disesuaikan dengan karakter bisnis dan harapan
8
di masa depan. Dengan begitu, diharapkan perubahan atau transisi tidak menimbulkan down
system atau turbulensi kinerja operasional dan harapan akan adanya perbaikan dan
peningkatan value organisasi dapat tercapai.
Saat ini, implementasi sistem informasi baru bagi banyak organisasi sering melibatkan
penggantian software, database, dan sistem yang lama. Salah satu aktivitas implementasi
yang paling penting yang dibutuhkan ketika meng-install software baru disebut pergantian
data. Misalnya, penginstalan paket software yang baru dapat memerlukan pergantian elemen
data di database yang dipengaruhi oleh aplikasi yang baru ke dalam format data yang baru.
Aktivitas pergantian data lainnya yang biasanya dibutuhkan mencakup koreksi data yang
tidak tepat, penyaringan data yang tidak diinginkan, konsolidasi data dari beberapa database,
dan pengaturan data ke dalam format data yang baru, seperti database, datamart, dan gudang
data. proses pergantian data yang baik merupakan hal yang penting karena data yang diformat
atau disusun dengan tidak tepat sering dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama dari
kegagalan dalam implementasi sistem baru (OBrien, 2005).
Satu hal yang muncul dari penelitian empiris menggunakan pembelajaran organisasi
untuk memahami implementasi dan penggunaan teknologi informasi dalam organisasi.
Penelitian ini adalah kesadaran bahwa teknologi informasi sering menghasilkan hasil yang
mengecewakan: hasil rendah, kerugian keuangan, pengguna tidak puas, dan tidak ada
peningkatan efektivitas organisasi. Namun, kegagalan tersebut tidak memilik kesamaam
pengalaman di tiap organisasi; semakin banyak penelitian telah mendokumentasikan
konsekuensi kontras dialami oleh organisasi yang sebanding menggunakan teknologi yang
sama (Robey & Boudreau, 1999). Kemampuan relatif organisasi untuk belajar bagaimana
menggunakan teknologi yang sama dapat menjadi salah satu cara untuk menjelaskan
perbedaan tersebut.
Peran pengalaman
Bagaimana organisasi belajar untuk menggunakan teknologi informasi secara efektif?
Berdasarkan bukti menunjukkan bahwa pengalaman organisasi menyediakan dasar
pengetahuan untuk membimbing tindakan saat ini. Studi kasus memberikan detail terbesar
pada peran pengalaman. Misalnya, pengalaman Cigna Corporation dengan rekayasa ulang
proses bisnis telah dilaporkan sebagai kasus pembelajaran dari proyek-proyek baik berhasil
dan tidak berhasil (Caron et al., 1994). Dengan mengadopsi pendekatan bertahap untuk
melaksanakan proyek-proyek rekayasa ulang, Cigna mampu menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari proyek-proyek sebelumnya untuk proyek berikutnya.
KESIMPULAN
tersebut dapat menghambat pencarian informasi baru dan masker logika yang mendasari
"cerdas" rutinitas. Mengatasi efek menonaktifkan teknologi informasi dapat dibantu oleh
konsep putih-kotak desain dan sistem informasi ganda, di mana logika yang mendasari sistem
terkena pengguna.
Perubahan sistem itu perlu, hal ini guna untuk menjawab tantangan yang saat ini
masih sebuah permasalahan. Permasalahan ini timbul ketika perusahaan tidak bisa menjawab
sebuah pergantian sistem. Apabila perusahaan yang bersangkutan tidak mengembangkan atau
berganti sistem maka cepat atau lambat pasti akan kalah bersaing dengan para kompetitor.
REFERENSI:
Abernethy MA, dan Guthrie CH. 1994. An empirical assessment of the fit between strategy
and management information system design. Account Finance 34 (2): 49-66.
Anand, V, Manz, C, C, dan Glick, W, H. 1998. AN organizational memory approach o
information management. Academy of Management Review, 23 (4), 796-809.
Arnold V, dan Sutton, SG. 1998. The theoy of technology dominance: Understanding the
impact of intelligent decision aids on decision makers judgments. Adv Accounti
BehavI: 175-194.
Baiman, S. 1982. Agency research in managerial accounting: A survey. Journal of
Accoutning Literature 1 (spring): 154-213.
Bamber, E Michael. 1993. Opportunities in Behavioral Accounting Research. Behavioral
Research in Accounting, (5).
Benbasat, I dan Dexter, A. 1979. Value and Events Approaches to Accounting: An
Experimental Evaluation. The Accounting Review, 735-744.
Benford, Tanya L, dan Hunton, James E. 2000. Incorporating Information Technology
Considerations Into an Expanded Model of Judgment and Decison Making in
Accounting. Internationl Journal of Accounting Information Systems (1), 54-65.
Birnberg, Jacob G, dan Shields, Jeffry F. 1989. Three Decades of Behavioral Accounting
Research: A Search For Order. Behavioral Research in Accounting, (1).
Boulianne, Emilio. 2007. Revisiting fit between AIS design and performance wit the analyzer
strategic-type. International Journal of Accounting Information System (8): 1-16.
Caplan, Edwin H. 1989. Behavioral Accounting. A Personal View. Behavioral Research in
Accounting, (1).
Caron, R, J, Jarvenpaa, S, L, dan Stoddard, D, B. 1994. Business reengineering at CIGNA
Corporation: experiencses and lessons learned from the first five years. MIS
Quarterly, 12 (3): 233-250.
14