yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti faktor kemampuan usaha dan
kekuatan eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam
pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan & Ishak, 2005). Teori atribusi mempelajari
sebab perilakunya yang dipengaruhi oleh kekuatan internal dan eksternal yang akan
Teori ini tidak terlepas dari perilaku orang dalam organisasi, yaitu perilaku
pimpinan dan perilaku bawahan. Kepemimpinan tidak terlepas dari cara berpikir,
dengan bawahannya atau orang lain (Waworuntu, 2003). Tindakan atau keputusan
yang diambil oleh pemimpin ataupun orang yang diberikan wewenang disebabkan
oleh atribut penyebab. Termasuk tindakan tidak etis maupun kecurangan yang
terjadi. Faktor seperti pengendalian internal merupakan faktor yang dapat menjadi
kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi, Mulyadi dan
kecenderungankecurangan akuntansi.
peristiwa tertentu muncul dan dari hasil analisis tersebut akan mempengaruhi
perilaku mereka di masa mendatang. Proses atribusi juga dapat menjadi hal yang
penting dalam memahami perilaku dari orang lain. Perilaku orang lain dapat
tingkatan di mana seseorang berperilaku secara serupa dalam situasi yang berbeda.
sama pada waktu yang berbeda. Konsensus merupakan tingkatan dimana orang lain
perilaku tersebut.
kecurangan (fraud triangle). Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya
hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan rationalization.
yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization.
melakukan kecurangan.
3) Sikap atau rasionalisasi (rationalization). Menurut Norbarani (2012)
atas perbuatannya.
Pressure
Opportunity Rationalizations
Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) dalam Norbarani (2012)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) seperti dinyatakan dalam PSA No.
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk
ini: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan
prosedur, cara, dan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan agar rencana dan
tujuan dapat dicapai dengan baik (Zulkarnain, 2013). Menurut PP No. 8 Tahun
2006 pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen
(PP) nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP).
Pengendalian Internal yang lemah ataupun longgar merupakan salah satu faktor
yang paling mengakibatkan kecurangan tersebut sering terjadi. Lane and OConnell
memadai bahwa tujuan tertentu suatu entitas akan tercapai (Halim, 2003). Menurut
meneruskan usaha dari perusahaan agar tetap berjalan tertib dan efisien.
orang lain. Hal ini menurunkan peluang terjadinya kecurangan dan akan
perusahaan.
2.1.4 Integritas
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa
adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Menurut Sunarto
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat
sesuatu sesuai dengan prinsip yangbenar dan etis, sesuai dengan nilai dannorma,
melakukan segala sesuatu untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak
yang dapat berupa salah saji atas laporan keuangan, korupsi dan penyalahgunaan
yang dipilih oleh seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan dari pihak lain
kejutan, tipu daya, caracara licik dan tidak jujur yang digunakan untuk menipu
orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Singleton et al. (2010), yang
(1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah
saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul
yang tidak benar, ataupun salah saji akibat perlakuan yang tidak semestinya
terhadap aset. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan
aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang
tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat
disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat
menyangkut satu atau lebih individu di antara pegawai atau pihak ketiga. Menurut
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang
tidak jujur.
1) Kecurangan eksternal
terhadap pemerintah.
2) Kecurangan internal
Tindakan tidak legal yang dilakukan oleh karyawan, manager dan eksekutif
utama adalah:
upaya melebihsajikan laba baik dengan melebihsajikan aktiva dan laba atau
ketika laba itu tinggi untuk membentuk cadangan laba atau cookie jar
laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi
nilai persediaan dan aktiva lain perusahaan yang diperoleh pada saat
akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika aktiva tersebut
nanti dijual.
2) Penyalahgunaan aktiva
pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam lain
memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi,
Klasifikasi Fraud
disbursement).
3) Corruption (Korupsi)
Semua jenis fraud dapat terjadi pada sektor pemerintahan, akan tetapi
yang paling sering terjadi adalah korupsi (Pristiyanti, 2012). Korupsi adalah
tindakan seorang pejabat atau petugas yang secara tidak sah dan tidak dapat
mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain dengan
secara ekonomi.
Akuntansi
manajemen. Jika pengendalian internal tidak berjalan dengan baik, prosedur tidak
akuntansi.
2.2.2 Pengaruh Integritas pada Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Pope (2008) menjelaskan bahwa saat ini pendekatan yang paling ampuh
untuk memberantas korupsi di seluruh dunia masih berada pada upaya untuk
Integritas Nasional adalah sistem yang didalamnya terdiri atas pilar-pilar para
yang dilandasi oleh unsur kejujuran, keberanian, bijaksana, dan bertanggung jawab
dikembangkan hipotesis: