Boks 2.
Perkembangan Harga Properti
Studi Kasus Provinsi Kaltim
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, oleh karena itu
kebutuhan perumahan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
Namun seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran perilaku masyakarat terhadap kebutuhan
properti dimana motif pembelian tidak hanya didasarkan atas kebutuhan sebagai tempat
tinggal, tetapi juga sebagai alat investasi. Kebutuhan terhadap properti sebagai alat investasi
dak terlepas dari tren harga properti yang naik secara terus menerus schingga mampu
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding sarana investasi lainnya. Fenomena
tersebut pada akhimya membawa harga properti melambung di atas nilai wajarnya (bubble).
Sebagaimana krisis subprime mortgage yang pernah terjadi di Amerika, perkembangan
harga properti di atas nilai wajarnya semakin penting untuk dicermati. Terjadinya bubble
biasanya dimulai dari meningkatnya permintaan properti arena tingginya kebutuhan rumah
tinggal. Namun, di saat yang sama sisi penawaran tidak bisa merespon dalam jangka waktu
yang singkat karena dibutuhkan waktu dalam proses konstruksi. Sebagai akibat dari lonjakan
harga yang cepat, spekulan muncul dan memperjualbelikan properti sebagai alat investasi.
Munculnya spekulan semakin menambah tekanan dari sisi permintaan sehingga harga semakin
tinggi. Kondisi ini terus terjadi sampai dengan permintaan perumahan sebagai tempat tinggal
sudah mulai menurun tetapi dari sisi penawaran masih terus bertambah sehingga
mengakibatkan harga properti jatuh secara signifikan (bubble burs0.
Untuk itu Bank Indonesia melakukan asesmen
harga properti sebagai bagian dari upaya antisipasi
dini, Di Provinsi Kalimantan Timur, kenaikan harga
properti secara signifikan juga terjadi setiap tahunnya,
sebagaimana kondisi di kota-kota besar di Indonesia
Namun demikian, perlu dikaji lebih lanjut apakah
kenaikan harga properti di Kaltim sudah_memasuki
fase bubble seperti yang telah dijelaskan sebelumnya atau masih berada pada nilai wajar.
Berdasarkan hasil quick survey yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Timur dan
KPw BI Balikpapan menunjukkan bahwa 96% properti
yang dikembangkan oleh developer__-masih
diperuntukkan sebagai tempat tinggal dan hanya 4%
yang memiliki fungsi komersial (Grafik B2.1).
Tingginya penawaran properti residensial ini tentu saja
tidak lepas dari masih tingginya permintaan dari
Grafik 82.2 Tipe Konsumen Properti — masyarakat _mengingat banyaknya pendatang di
Grafik B2.1 Jenis PropertiProvinsi Kalimantan Timur.
Dilihat dari sisi permintaan, 74% pembeli
properti di Kaltim adalah end.user dan sisanya
(26%) adalah intermediate user (Grafik B2.2).
Dominasi pembeli yang bersifat end-user semakin
menguatkan masih tingginya permintaan Karena ae
pembeli dari kelompok ini membeli dengan tujuan “OR
untuk menempati properti terebut, bukan untuk
menjual Kembali. Lebih lanjut, alasan_ pembelian
properti di Kaltim pun didominasi oleh alasan “Rs
fungsi properti sebagai tempat tinggal (53%) dan
disusul oleh alasan harga (35%) (Grafik B2.3).
Tingginya kebutuhan rumah juga dikonfirmasi oleh
tekanan inflasi yang pada sewa rumah di Kaltim.
Kenaikan harga sewa rumah yang seiting dengan
enaikan harga perumahan menandakan_properti
yang ada digunakan sebagai tempat tinggal
Grafik 82.3 Alasan Pembelian Properti
Grafik B2.4 Penentuan Harga Properti
Sedangkan apabila dilihat dari sisi penawaran, pembentukan harga properti di Kaltim
tidak lepas dari biaya yang dikeluarkan pengembang selama masa pengembangan seperti
harga tanah, bahan bangunan dan tenaga kerja (86%). Hanya 7% responden yang menyatakan
bahwa penentuan harga berdasarkan perkembangan harga di daerah lainnya dan sisanya (7%)
berdasarkan harga yang terjadi di pasar properti (Grafik B2.4). Harga harga bahan bangunan
seperti semen memiliki komposisi yang cukup besar dalam komponen biaya pengembangan
sehingga tidak adanya pabrik semen di Kaltim merupakan salah satu faktor pemicu tingginya
harga properti di Kaltim.
Dilihat dari survei yang ada, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga properti di
Kaltim masih berada pada kondisi yang aman karena lebih didorong oleh tingginya permintaan
masyarakat untuk kebutuhan properti sebagai tempat tinggal. Sedangkan apabila dilihat dari
sisi penawaran, pembentukan harga oleh developer juga berada dalam koridor yang tepat
karena penentuan harga masih didasarkan pada biaya pengembangan.