Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Instruksi Berbasis Kasus pada Siswa Kelas X

dalam Memahami Konsep Gas


Eylem Yalinkaya dan Yezdan Boz
Sumber: Chem.Educ.Res.Pract.2015.16.104-120

Latar Belakang
Konstruktivisme menjelaskan proses pembelajaran aktif dimana siswa mengkonstruk
pengetahuannya dengan mengkaitkan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya
(prior knowledge) dengan pengetahuan/konsep baru. Perbedaan (kontradiksi) antara
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru akan sulit
diterima oleh siswa jika pembelajaran kurang bermakna. Pengetahuan yang telah
dimiliki siswa akan menghambat pembelajaran berikutnya jika siswa menafsirkan
pengetahuan/konsep yang baru melalui sudut pandang pengetahuan yang telah dimiliki,
sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi siswa dalam
memodifikasi (memperbaiki) pengetahuan yang dimilikinya. Instruksi berbasis kasus
(case-based instruction) merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses konstruksi pengetahuan melalui lingkungan yang realistis dan sosial.

Tujuan
Mengetahui keefektifan instruksi berbasis kasus dalam meningkatkan pemahaman siswa
pada materi konsep gas dan memperbaiki konsep yang telah dimiliki.

Metodologi
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan kelompok kontrol yang tidak ekuivalen dengan
menggunakan kelas yang ada dimana kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dipilih secara acak untuk kemudian dibandingkan hasil belajarnya setelah diberikan
suatu perlakuan (model pembelajaran yang berbeda). Sampel dipilih secara acak pada
sekolah-sekolah yang kualitasnya hampir sama (siswa tidak memiliki perbedaan nilai
yang besar), wilayah yang sama, serta memiliki siswa dari latar belakang lingkungan
yang hampir sama. Untuk menentukan apakah ada perbedaan signifikan dalam sampel
(kelompok kontrol dan kelompok eksperimen), sampel diuji terlebih dahulu
menggunakan tes kemampuan proses sains (science process skill test), sikap terhadap
kimia (attitude scale towards chemistry), kuesioner motivasi strategi dalam belajar
(motivated strategies for learning questionnaire), dan tes konsep gas (gas concept test).
Setelah dilakukan perlakuan, kelompok kontrol dan eksperimen diberi tes konsep gas
untuk mengetahui apakah ada perbedaan konsepsi siswa yang signifikan pada konsep
gas.

Sampel
Sampel yang digunakan merupakan siswa kelas X di Ankara (ibu kota Turki) yang
dipilih sebagai target populasi. Sekolah yang bersedia untuk menggunakan metode baru
dalam pembelajaran kimia dipilih sebagai sekolah percobaan. Berdasarkan teknik
sampling yang sesuai, sekolah umum dan sekolah Anatolian dipilih sebagai sampel yang
mewakili semua populasi. Pada kedua sekolah dipilih dua kelas secara acak sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan secara acak dengan menggunakan koin. Berdasarkan teknik pemilihan acak
tersebut diperoleh 128 sampel siswa dengan rincian: 45 siswa (22 laki-laki dan 23
perempuan) dari sekolah Anatolian dan 83 siswa (44 laki-laki dan 39 perempuan) dari
sekolah umum. Sampel yang dipilih sebagai kelas eksperimen sejumlah 63 siswa (32
laki-laki dan 31 perempuan), sedangkan untuk kelas kontrol sejumlah 65 siswa (34 laki-
laki dan 31 perempuan). Rerata umur siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini
berkisar antara 15-16 tahun. Siswa dibimbing oleh guru kimia yang sama selama 12
minggu pada saat penelitian berlangsung.

Instrumen
Pada penelitian ini digunakan beberapa tes untuk mengetahui perbedaan antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan. Tes yang
digunakan sebelum perlakuan diberikan antara lain: tes kemampuan proses sains
(science process skill test), skala sikap terhadap kimia (attitude scale towards
chemistry), kuesioner motivasi strategi dalam belajar (motivated strategies for learning
questionnaire), dan tes konsep gas (gas concept test). Setelah dilakukan perlakuan,
kelompok kontrol dan eksperimen diberi tes konsep gas untuk mengetahui apakah ada
perbedaan konsepsi siswa yang signifikan pada konsep gas. Untuk memperjelas hasil tes
akhir siswa, dilakukan interview semi terstruktur terkait jawaban yang diberikan siswa
pada saat tes konsep gas.

Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Tidak dapat diketahui retensi terhadap konsep gas dengan menggunakan instruksi
berbasis kasus karena tes akhir dilakukan sesaat setelah instruksi diberikan.
2. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa peningkatan motivasi dan minat pada
siswa saat pembelajaran berlangsung disebabkan oleh keefektifan metode
pembelajaran, bukan karena siswa tertarik akan hal baru.

Hasil
Pada penelitian ini digunakan analisis statistik menggunakan aplikasi SPSS dengan
signifikansi 0,05. Setelah dilakukan tes terhadap normalitas dan homogenitas varian
maka digunakan teknik ANOVA untuk mengetahui keefektifan metode instruksi
berbasis kasus dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi konsep gas.
Berdasarkan data yang diperoleh, setelah dilakukan analisis dengan menggunakan SPSS
diperoleh perbedaan mean secara signifikan (F(1,126) = 49,91, p = 0,000) antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai Eta-Squared sebesar 0,28
menunjukkan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidaklah
kecil, dengan kata lain 28% varian dari variabel terikat dipengaruhi oleh perlakuan.
Berdasaran hasil mean dari hasil tes konsep gas sebesar 11,74 untuk kelompok kontrol
dan 16,84 untuk kelompok eksperimen menunjukkan bahwa metode instruksi berbasis
kasus untuk memperbaiki konsep merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai konsep gas.

Diskusi dan Implikasinya


Penelitian terkini mengenai sifat-sifat gas menunjukkan bahwa instruksi berbasis kasus
berdasarkan kondisi perubahan konseptual dapat mendorong pemahaman siswa
mengenai konsep gas dan efektif apabila digunakan untuk memperbaiki konsep
alternatif yang dimiliki oleh beberapa siswa. Konsep yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari dapat memfasilitasi siswa dalam memahami dan memvisualisasikan konsep
yang bersifat abstrak. Diskusi dalam skala grup maupun kelas pada instruksi berbasis
kasus juga membantu dalam mengetahui alternatif konsep yang mungkin dimiliki oleh
siswa, dengan demikian siswa yang memiliki konsep alternatif yang berbeda akan
terstimulasi untuk berpikir ulang (memperbaiki) konsep yang dimilikinya.
Penelitian ini memiliki implikasi (dampak) bagi guru kimia serta penulis buku teks.
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru kimia agar lebih terbuka mengenai
konsep alternatif yang mungkin dimiliki oleh siswa dan mempertimbangkan
kemampuan awal siswa ketika mendesain pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian
ini, yaitu mengenai keefektifan instruksi berbasis kasus, maka guru kimia disarankan
untuk menggunakan metode ini agar pembelajaran di kelas lebih bermakna. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para penulis buku teks agar
dapat memasukkan instruksi berbasis kasus dalam buku teks dalam memudahkan siswa
memahami materi.

Hasil Review Jurnal


Menurut pendapat saya penelitian ini sangat diperlukan terutama bagi para guru kimia
yang akan mengajarkan materi konsep gas pada siswa SMA. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai panduan bagi guru mengenai bagaimana cara yang efektif untuk
mengajak siswa belajar secara bermakna sehingga dapat dengan mudah memahami
materi baru yang sedang/akan diajarkan. Hal yang menurut saya kurang dalam
penelitian ini adalah metode/teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel untuk
penelitian baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Menurut saya, hasil
penelitian ini akan lebih baik apabila sampel yang digunakan baik untuk kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki jumlah siswa laki-laki dan siswa
perempuan yang sama, sehingga tidak muncul invaliditas seperti pengaruh jenis kelamin
yang dapat mempengaruhi tingkat kerajinan siswa.

Anda mungkin juga menyukai