Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah dengan
pembahasan Gigi Mahkota Tiruan Cekat. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu drg. Okmes Fadriyanti Sp.
Pros,. drg. Widya Puspitasari, MDSc,. Drg Resa Ferdina, MARS,. selaku dosen
Prostodontia yang telah membantu kami. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada pembaca dari hasil
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................
1
Daftar isi .........................................................................................................................
2
2
.......................................................................................................................
15
3.2 Ketetapan dan kerentanan
.......................................................................................................................
15
BAB IV Kesimpulan.......................................................................................................
18
4.1 Kesimpulan
.......................................................................................................................
18
4.2 Saran
.......................................................................................................................
18
Daftar Pustaka.................................................................................................................
19
3
BAB I
PENDAHAHULUAN
4
lainnya dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin keutuhan alat
pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin.
5
Perawatan untuk gigi posterior kanan atas, dokter akan membuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan anamnesis, yaitu mengajukan
beberapa pertanyaan kepada pasien. Pertanyaan yang diajukan antara lain :
a. Identitas pasien
1. Nama (nama lengkap dan nama panggilan)
2. Tempat dan tanggal lahir
3. Alamat tinggal
4. Pekerjaan
5. Nomor handphone dan email
b. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien
datang ke dokter gigi.
c. Keluhan tambahan
Berkaitan dengan keluhana pasien selain dari keluhan utamanya.
d. Riwayat medik/ medical history
Riwayat medik perlu ditanyakan karena akan berkaitan dengan diagnosis,
treatment, dan prognosis.
e. Riwayat dental/dental history
Berkaitan dengan riwayat perawatan dokter gigi sebelumnya, rutin
kedokter gigi atau tidak, perawatan restorasi terakhir, dll.
f. Riwayat keluarga
Ini berkaitan dengan herediter seperti amelogenesis imperfekta, hemofili,
diabetes, dll.
g. Riwayat sosial
Riwayat sosial berkaitan seperti informasi diet pasien, riwayat seksual
pasien, kebiasaan merokok, minum alkoho;, penggunaan obat-obatan, dan
lain-lain.
7
Inspeksi
Memeriksa dengan mengamati objek baik warna, ukuran, bentuk,
hubungan anatomis, keutuhan, ciri-ciri permukaan jaringan, abrasi,
dan resesi.
Bila ada gigi fraktur, abrasi, atau atrisi, pada kartu status diberi
tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan perkusi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan
periondontal. Dilakukan dengan mengetuk permukaan gigi
menggunakan handle instrumen tangan.
Bila gigi terasa sakit saat diketuk, pada kartu status diberi tanda +
dan bila tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan palpasi
Dengan meraba pada gingiva dimulai dari tepi ke tepi
menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah.
Bila terdapat fluktuasi, pada kartu status diberi tanda + dan bila
tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan kegoyangan gigi (mobiliti)
Dilakukan dengan menggerakkan gigi kearah bukolingual dan
mesiodistal. Dari pemeriksaan diperoleh hasil derajat kegoyangan
gigi.
Pemeriksaan vitalitas gigi
Pemeriksaan vitalitas gigi dilakukan berurutan.
Apabila pada gigi pasien belum terdapat perforasi atau lubang pada pulpa,
maka tes vitalitas yang dilakukan antara lain:
- Tes termal
Tes yang dilakukan untuk tes termal umumnya adalah tes termal
dingin, karena tes termal panas dapat merusak jaringan pulpa. Tes termal
dingin dilakukan dengan menempelkan cotton pellet yang telah disemprot
dengan ethil chloride pada bagian servikal gigi (bila gigi utuh), pada dasar
kavitas (bila terdapat kavitas), atau pada puncak cusp (pada anak-anak).
Bila gigi yang dites terasa sakit, pada kartu status diberi tanda +
yang berarti gigi tersebut vital.Bila tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke
tes berikutnya.
- Tes kavitas
8
Dengan melakukan pengeburan pada dasar kavitas (cavity
entrance) menggunakan round bur. Bila terasa sakit, pada kartu status
diberi tanda + yang berarti gigi tersebut vital.Bila tidak terasa sakit, maka
dilanjutkan ke tes berikutnya.
- Tes jarum Miller
Dengan memasukkan jarum Miller melalui lubang pada pulpa
sampai pada ujung apikal gigi, sedalam panjang gigi rata-rata.Kemudian
dilakukan foto rontgen dengan jarum Miller tetap menancap pada gigi.
Bila terasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi
tersebut vital.Bila tidak, maka dapat disimpulkan bahwa gigi tersebut
sudah non-vital. Apabila pada gigi pasien sudah terdapat perforasi, maka
langsung dilakukan tes jarum Miller.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang bertujuan
untuk melihat keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan
periapikal, keadaan jaringan periodontal, dan mendukung tes jarum
Miller.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi
tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang
dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang
disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge. (Rahmawan,
2008)
9
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang
penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti.
Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi
yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi. (Rahmawan, 2008)
10
2.2.1 Mahkota Tiruan
Mahkota pasak adalah restorasi pengganti gigi yang terdiri dari inti
berpasak yang dilekatkan dengan suatu mahkota. Restorasi ini merupakan
restorasi dengan konstruksi dua unit, yaitu inti yang berpasak dan mahkota yang
nantinya disemenkan pada inti.
11
- Ukuran gates glidden disesuaikan dengan lebar saluran akar yang
ditentukan dengan cara mencocokkannya dengan saluran akar pada
rontgen.
- Tandai gatesglidden yang masuk ke dalam saluran akar menggunakan
stopper (panjang kerja 5mm).
Pelebaran saluran akar
Pelebaran saluran akar menggunakan peeso reamer sesuai dengan jenis
pasak. Untuk pasak pabrikan, pelebaran saluran akar dilakukan
menggunakan peeso reamer 1-2 nomor diatasnya. Sedangkan, untuk pasak
custom pelebaran saluran akar dilakukan secara minimal dengan tujuan
menghilangkan undercut dan menghaluskan dinding saluran akar.
c. Preparasi mahkota
Buang karies, restorasi dan struktur gigi yang tipis atau menggantung.
Sisakan 2-5 mm diatas tepi gingiva.
Pembuatan alur (keyway) pada daerah orifis saluran akar menggunakan
bur diamond silindris sedalam 0,5-1 mm sepanjang 4 mm pada permukaan
palatal. Alur dibuat sebagai panduan pada saat pemasangan restorasi pasak
dan mencegah rotasi pasak sehingga meningkatkan retensi.
12
- Preparasi permukaan proksimal sebesar 1 mm dan bersudut 60 dari
sumbu panjang gigi. Preparasi menggunakan tappered bur.
13
Gambar : preparasi ferrule
14
- Pengiriman pola pasak inti ke laboratorium.
e. PemasanganPasak
- Pasak dicoba dimasukan kedalam saluran akar. Jika terdapat kelebihan
logam seperti bintil logam yang dapat menghalangi arah masuk atau insersi,
maka kelebihan logam tersebut dipotong/ dibuang.
- Inti tidak boleh tergigit gigi anatomis. Khusus untuk koreksi posisi gigi, inti
dapat dibengkokan sesuai dengan maksud koreksi maksimal 30.
- Pada pasak dibuat terlebih dahulu alur lolos (ascape vent) sebagai tempat
mengalirnya semen dengan mudah untuk menghilangkan adanya tekanan
balik dari pasak pada saat penyemenan. Tekanan balik ini akan menyulitkan
pengepasan pasak.
- Untuk melekatkan pasak dalam saluran akar digunakan adukan semen yang
agak encer yang dimasukan dengan menggunakan jarum lentulo. Semen
yang digunakan adalah semen seng fosfat.
- Pasak juga dilumuri dengan adukan semen tersebut kemudian dimasukan
kedalam saluran akar dan dipertahankan kedudukan yang semestinya hingga
15
semen mengeras. Untuk memudahkan pekerjaan, kelebihan semen dibuang
sebelum semen mengeras.
- Selanjutnya dilakukan pencetakan, kemudian model cetak ini digunakan
untuk pembuatan mahkota jaket.
- Semetara menunggu mahkota jaket selesai, tutup dengan mahkota
sementara.
- Sementasi mahkota jaket.
2.2.1.2 Mahkota Tiruan Tanpa Pasak / Mahkota Jaket
Menurut Rikmasari (2009), gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket
merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi
mengalami kerusakan yang parah sehingga tidak dapat ditambal lagi, tetapi syaraf
giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan
bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/ porselen/ kombinasi
logam porselen yang menyerupai selubung/ jaket yang bentuk dan warnanya
disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai
panduan. Gigi tiruan ini tidak bisa dilepas oleh pasien karena ditempelkan
langsung ke gigi dengan semen khusus. Bahan gigi tiruan ini tergantung pada
posisi dan kondisi giginya. Jaket porselen biasanya diberi penguat logam, jadi
pengurangan gigi harus lebih banyak daripada akrilik. Keuntungan jaket porselen,
warnanya lebih baik dan tahan terhadap aus disbanding akrilik. Tetapi lebih mahal
daripada akrilik karena proses pembuatannya lebih rumit.
Menurut Jones dan Grudy (1992), penggunaan atau indikasi mahkota jaket
pada kasus sebagai berikut:
1. Rekuren karies yang luas pada restorasi yang besar atau gigi dengan karies
yang luas, sehingga tidak dapat ditumpat secara konvensionl/ Black, misalnya
rampant caries, karies sirkuler, kasies proksimal M-D
2. Diskonfigurasi yang berasa dari kombinasi restorasi yang terdiskolorasi dan
gigi gigi tetangganya yang rotasi
3. Amelogenesis Imperfecta dimana email mengalami hipokalsifikasi atau
perubahan warn lain yang terjadi pada gigi (misalnya: fluorosis atau hipoplasi
email)
4. Fraktur gigi dimana pulpa belum terbuka
5. Abrasi dan erosi
16
6. Koreksi malposisi, misalnya rotasi, linguoversi, labioversi, mesioversi,
distoversi, dan diastema.
7. Gigi anomaly bentuk, misalnya: peg-teeth, mulberry teeth, rusimenter
8. Abutment gigi tiruan cekat
b. Full porcelain
Terbuat dari dental ceramic (porcelain). Mahkota jaket full porcelain
diindikasikan untuk gigi yang memerlukan nilai estetik, tetapi tipe
mahkota jaket ini kurang kuat untuk menahan kekuatan pengunyahan.
17
a. Full shoulder
b. Partial shoulder
c. Shoulderless
18
(1) Preparasi dengan pundak, ada 3 macam bentuk pundak, yaitu:
a. Tipe square, bersudut 90 untuk akrilik
b. Tipe abtuse, bersudut lebih besar dari 90
c. Tipe acute, bersudut kurang dari 90
(2) Preparasi dengan pundak sebagian, digunakan untuk gigi yang
mengalami rotasi
(3) Preparasi tanpa pundak (shoulderless), digunakan untuk gigi kecil (gigi
anterior bawah atau gigi rudimenter)
2. Tahap pencetakan work model
Preparasi mahkota jaket sudah baik, dan tidak ada undercut, maka
dilakukan retraksi gingiva menggunakan benang yang sudah diberi adrenalin dan
lingkarkan ke servik, sehingga margin gingival teretraksi dan dapat dicetak
menggunakan metode pencetakan ganda (double impression). Aplikasikan bahan
elastomer di bagian gigi yang telah dipreparasi menggunakan syringe khusus.
Sementara itu lakukan manipulasi bahan putty, kemudian aplikasikan putty di gigi
yang telah diberi bahan elastomer dan tunggu sampai setting. Hasil cetakan
negative diisi dengan glasstone
3. Tahap processing
4. Tahap insersi
Sebelum insersi, lakukan try in terlebih dahulu, jika mahkota jaket sudah
pas maka dapat diinsersikan. Sementasi mahkota dapat menggunakan GIC tipe
luting (GC Gold label Luting & Lining Cement).
Tahap-tahap Sementasi:
19
2.2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
4. OH jelek.
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yaitu
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medic, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat social.
3. Alamat Tinggal,
4. Golongan Darah,
5. Status Pernikahan,
6. Pekerjaan,
7. Pendidikan,
8. Kewarganegaraan, serta
21
9. Nomor telepon/ handphone yang 4act dihubungi.
b. Gejala yang dikaitkan dengan system didalam tubuh, seperti batuk dengan
system respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit,
kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan.
g. Anestesi
22
h. Problem medic spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes,
kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endocarditis yang
dapat mempengaruhi prosedur oprasi.
23
B. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
Pemeriksaan obyektif meliputi:
Terdiri dari:
Inspeksi
Memeriksa dengan mengamati objek baik warna, ukuran, bentuk,
hubungan anatomis, keutuhan, ciri-ciri permukaan jaringan, abrasi, dan resesi.
Bila ada gigi fraktur, abrasi, atau atrisi, pada kartu status diberi tanda + dan
bila tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan perkusi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan
periondontal. Dilakukan dengan mengetuk permukaan gigi menggunakan
handle instrumen tangan. Bila gigi terasa sakit saat diketuk, pada kartu status
diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan palpasi
Dengan meraba pada gingiva dimulai dari tepi ke tepi menggunakan ujung
jari telunjuk dan jari tengah. Bila terdapat fluktuasi, pada kartu status diberi
tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.
Pemeriksaan kegoyangan gigi (mobiliti)
Dilakukan dengan menggerakkan gigi kearah bukolingual dan mesiodistal.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil derajat kegoyangan gigi.
24
- Tes termal
Tes yang dilakukan untuk tes termal umumnya adalah tes termal
dingin, karena tes termal panas dapat merusak jaringan pulpa. Tes termal
dingin dilakukan dengan menempelkan cotton pellet yang telah disemprot
dengan ethil chloride pada bagian servikal gigi (bila gigi utuh), pada dasar
kavitas (bila terdapat kavitas), atau pada puncak cusp (pada anak-anak).
Bila gigi yang dites terasa sakit, pada kartu status diberi tanda + yang
berarti gigi tersebut vital.Bila tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke tes
berikutnya.
- Tes kavitas
Dengan melakukan pengeburan pada dasar kavitas (cavity
entrance) menggunakan round bur. Bila terasa sakit, pada kartu status
diberi tanda + yang berarti gigi tersebut vital.Bila tidak terasa sakit, maka
dilanjutkan ke tes berikutnya.
- Tes jarum Miller
Dengan memasukkan jarum Miller melalui lubang pada pulpa
sampai pada ujung apikal gigi, sedalam panjang gigi rata-rata.Kemudian
dilakukan foto rontgen dengan jarum Miller tetap menancap pada gigi.
Bila terasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi
tersebut vital.Bila tidak, maka dapat disimpulkan bahwa gigi tersebut
sudah non-vital. Apabila pada gigi pasien sudah terdapat perforasi, maka
langsung dilakukan tes jarum Miller.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang bertujuan
untuk melihat keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan
periapikal, keadaan jaringan periodontal, dan mendukung tes jarum
Miller.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan untuk
25
melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral ada 2 hal
yang perlu diperhatikan, yakni :
1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk evaluasi pasien dengan sakit
atau tanda dan gejala pada orofacial yang menjurus kearah penyakit ottorinologik,
kelenjar saliva atau penyakit jaringan adneka lainnya. Prosedur laboratorium
biasanya dikelompokkan menurut devisi dari pelayanan laboratorium yang
melakukan satu kelompok tes tertentu, yaitu hematologi, kimia darah, urinalisis,
histopatologi dan sitology, mikrobiologi dan imunologi (Underwood, 1999).
26
2. Apa rencana perawatan dari kasus diatas ?
a. Gigi 11 fraktur 2/3mahkota dengan test vitalitas (-) dan test perkusi (-)
Diagnosis yang ditegakkan adalah gigi 11 fraktur Ellis kelas III. Rencana
perawatan gigi 11 yaitu pulpektomi satu kunjungan dengan restorasi mahkota
jaket porselin fusi metal dengan pemasangan pasak fiber prefabricated. Prognosis
baik, karena saluran akar gigi 11 tunggal, tidak ada kelainan jaringan periapikal
pada gigi 11, tidak ada mobilitas, sisa struktur jaringan keras gigi 11 yang ada
masih dapat direstorasi dengan pasak fiber dan mahkota jaket porselin fusi metal.
Cara kerja :
Telah dilakukan perawatan pada ftaktur Ellis kelas I2 akibat trauma pada gigi
insisif sentral tetap atas. pada pasien tersebut dilakukan restorasi dengan bahan
27
resin komposit dengan mahkota seluloid. Pada denlin yang terbuka. Diaplikarikan
kalsium hidroksida untuk melindungi pulpa dari invasi bakteri dan rangsaangan
termal, serta membentuk dentin reparatif. Setelah dilakukan perawatan pasien
merasakan keluhannya hilang, secara estetik gigi terlihat baik dan gigi masih vital.
(Marisa dan Eeriandi, 2006 : 189-192)
c. gigi 22 fraktur 2/3 mahkota dengan test Vitalitas (-) dan perkusi (+),
Pemeriksaan radiografis terlihat gamabran radiolusen pada daerah apikal gigi
22.
Diagnosis yang ditegakkan adalah gigi 22 fraktur Ellis kelas III denan
abses periapikal. Rencana perawatan gigi 2 yaitu pulpektomi satu kunjungan
dengan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal dengan pemasangan pasak
fiber prefabricated. Cara kerja :
28
12. maka dilakukan penyemanan dengan semen resin (Rely X U200, 3M
ESPE).
13. Kontrol restorasi dilakukan seminggu kemudian dan pasien merasa
nyaman menggunakannya, tidak terdapat keluhan, dan gigi dapat
difungsikan dengan normal.
(Fakriantu dan Yulita, 2015 : 155-162)
29
1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC
2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi
3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
4. Hilangnya satu gigi atau lebih.
5. Gigi yang masih tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi abutment.
6. Keadaan processus alveolaris masih baik.
7. Oral hygiene pasien baik.
8. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
4. OH jelek.
b. Full porcelain
Terbuat dari dental ceramic (porcelain). Mahkota jaket full
porcelain diindikasikan untuk gigi yang memerlukan nilai estetik, tetapi
tipe mahkota jaket ini kurang kuat untuk menahan kekuatan pengunyahan.
30
Mahkota jaket tipe ini mengkombinasikan antara metal dan
porselen. Bertujuan mengambil kelebihan masing-masing bahan, sehingga
mempunyai sifat yang kuat dan estetik tetap bagus.
d. Acrylic
Indikasinya adalah memperbaiki fraktur/kerusakan gigi anterior
pada usia muda, untuk mahkota sementara sedangkan kontra indikasinya
adalah untuk gigi posterior. Kerugian akrilik bersifat porus, kurang kuat,
termal ekspansi tinggi.
(Lesmana, 1999)
7. Apakah perlu dilakukan pencabutan pada gigi 17,18 atau apakah ada
perawatan yang bisa dilakukan ?
31
Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut tidak boleh dibiarkan
saja,kecuali pada kondisi tertentu. Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung
dari pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang
masih utuh dengan jaringan penyangga yang masih baik, masih bisa dirawat.
Jaringan pulpanya dihilangkan,diganti dengan pulpa tiruan, kemudian dibuatkan
mahkota gigi. Akar gigi yang sudah goyah dan tidak dimungkinkan dirawat
jaringan penyangganya perlu dicabut. Sisa akar gigi ukuran kecil kurang dari 1/3
akar gigi yang terjadi akibat pencabutan gigi yang tidak sempurna dibiarkan saja.
Untuk sisa akar gigi ukuran lebih dari 1/3 akar gigi yang terjadi akibat pencabutan
gigi sebaiknya tetap diambil. Hal ini kemungkinan perlu dilakukan ronsen foto
gigi dahulu. Pencabutan sisa akar gigi umumnya mudah. Gigi sudah mengalami
kerusakan yang parah sehingga jaringan penyangga giginya sudah tidak kuat lagi.
Untuk kasus yng sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan. (Tsukiboshi, 2000).
1. Keuntungan
- Karena diletakkan pada gigi asli sehingga tidak mudah terlepas
atau tertelan
- Dirasakan seperti gigi sendiri oleh pasien
- Tidak mempunyai clasp (pendekap) yang dapat menyebabkan
keausan pada enamel gigi
- Melindungi gig terhadap tekanan
- Dapat mempunyai efek spint (efek belat) yang melindungi gigi
terhadap stress (tegangan)
- Mendistribusikan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi
sehingga menguntungkan jaringan pendukungnya
(Abu Bakar, 2012).
2. Kerugian
- Ditempatkan permanen sehigga sulit untuk mengontrol plak
- Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
(Bakar, Abu. 2012)
32
Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer,
konektor, dan abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli
yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
1) Fungsi kunyah dan bicara
2) Estetis
3) Comfort (rasa nyaman)
4) Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi /
hubungan dengan gigi lawan ektrusi
1) Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari
alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan
kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk
(deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk
daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih
mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2) Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan
untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik
porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang
baik untuk jangka waktu yang lama.
3) Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak
kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu
menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
33
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah
warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan
mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada
bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan
anterior maupun posterior.
34
sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dan posterior(Arifin, 2000).
B. Retainer
Restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen
pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan
retensi (Arifin, 2000). Sedangkan retainer dibagi sebagai berikut :
1. Retainer ekstrakorona
Retainer ekstrakorona adalah retainer yang retensinya berada dipermukaan
luar mahkota gigi penyangga.
C. Konektor
Konektor adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor
harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin,
2000).
a. Konektor rigid
35
Konektor rigid adalah konektor yang tidak memungkinkan terjadinya
pergerakan pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering
digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:
1. Pengecoran (casting) adalah penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali
proses tuang.
2. Penyolderan (soldering) adalah penyatuan dua komponen GTC dengan
penambahan logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.
3. Pengelasan (welding) adalah penyatuan komponen GTC dengan pemanasan
dan/atau tekanan.
b. Konektor nonrigid
Konektor nonrigid adalah konektor yang memungkinkan pergerakan
terbatas pada komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate
abutment untuk penggangti beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid
bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTC.
Contohnya adalah dovetail dan male and female.
D. Abutment
Abutment adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan
untuk menahan gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah
membran periodontal, panjang serta jumlah akar.
1. Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
2. Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.
3. Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.
4. Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari
diastema.
5. Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak
diantara dua diastema (pontics).
6. Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi
diastema
7. Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi
Diastema (Arifin, 2000).
36
Syarat Gigi Tiruan yang baik adalah sebagai berikut :
(Arifin, 2000)
1. Material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran
dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu
dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai.
2. Dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan
kata dengan jelas, gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan
lain-lain.
3. Estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi,
4. Tidak menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga
5. Cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat dalam
makanan, minuman, cairan ludah dan obat.
Gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara
permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi
dua yaitu crown dan bridge. Secara keseluruhan gigi tiruan cekat bertujuan untuk
mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem, memperbaiki penampilan, kemampuan mengunyah, mencapai
pemulihan kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan,
pemugaran dari sebagian atau seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang
mengalami kerusakan, pencegahan terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-
gigi lainnya dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin keutuhan alat
pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin. (Arifin, 2000)
12. Apa alsaan dokter tidak melakukan perawatan gigi posterior kanan atas
dengan GTC ?
37
6. Keadaan processus alveolaris masih baik.
7. Oral hygiene pasien baik.
8. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam makalah ini membahas materi tentang gigi tiruan cekat dan analisa
kasus sebaiknya mahasiswa dapat memahami materi ini agar mempermudah
dalam pemahaman mengenai ilmu geligi tiruan dan pelajaran prosthodonti
selanjutnya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quanum Sinergis Media
Haryanto, A.G. dkk. 1991. Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta:
Hipokrates
https://www.scribd.com/doc/184605492/Mahkota-Tiruan-Sementara-docx
Haryanto, A.G. 1999. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II
Cetakan I. Jakarta
Edyans, Marisa dan Eeriandi Sutadi, 2006. Edisi Khusus KPPIKG XIV.
Rakhma, tranantika dan Tri Endra, 2011. Majalah Kedokteran Gigi ; 18(1) : 117-
121.
40