Anda di halaman 1dari 7

1

PERAWATAN PALIATIF PADA HIV-AIDS

A. Konsep Perawatan Paliatif


1. Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan Paliatif (Paliative Care) adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian,
pengobatan nyeri, dan masalah-masalah fisik lain, juga masalah
psikologis dan spiritual lainnya (WHO, 2006).
2. Tujuan
a. Meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak
menghambat atau menundan kematian, mengurangi nyeri dan gejala
penyakit lainnya, integrasi fisik, psikis, sosial, emosional dan spiritual
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individu
dankeluarga.
b. Menyediakan sistem untuk membantu individu hidup
seoptimal mungkin sampai menjelang kematiannya
c. Menyediakan sistem dukungan untuk membantu keluarga
dalam mengatasi masalah sepanjang perawatan pasien dan masa
berduka.
3. Sasaran Kebijakan Pelayanan Paliatif
a. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada
diseluruh Indonesia.
b. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait lainnya.
c. Institusi-institusi terkait, misalnya:
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta
3) Puskesmas
4) Rumah perawatan/hospis
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain
4. Karakteristik Perawatan Paliatif
1
a. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
b. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang
normal.
c. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
2

d. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam


perawatan pasien
e. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
f. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan
setelah kematian.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
h. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif
memengaruhi perjalanan penyakit.
i. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk
memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan
mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih memahami
dan mengelola komplikasi klinis yang berat.
5. Prinsip Perawatan Paliatif
Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut :
a. Menghargai setiap kehidupan
b. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
c. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
d. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
e. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
f. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual
dalamperawatan pasien dan keluarga.
g. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
h. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif
sesuaidengan kondisinya sampai akhir hayat.
i. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
6. Lingkup Kegiatan Paliatif
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

B. Konsep HIV-AIDS
1. Latar Belakang
Berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode Juli-
September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah
air telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang (Media Indonesia,
3

2006). HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan


dan belum di temukan obat yang dapat memulihkannya hingga saat ini.
Menderita HIV/AIDS di Indonesia di anggap aib, sehingga dapat
menyebabkan tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun
pada keluarga dan lingkungan disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya.
Jika ditambah dengan stres psikososial-spiritual yang berkepanjangan
pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS,
bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross dalam Nursalam
(2007), jika stres mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat
menimbulkan kegagalan fungsi sistem imun yang memperparah keadaan
pasien serta mempercepat AIDS.

2. Definisi
HIV yaitu virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. AIDS
adalah yang berarti kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh (bukan bawaan) (Eny Kusmiran,
2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu suatu penyakit
yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana
virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan
rusaknya sistem kekebalan tubuh (Endang P & Elisabeth Siwi, 2015).
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2005).
Seseorang yang tertular HIV positif disebut ODHA (orang dengan HIV
dan AIDS), dan OHIDA adalah orang yang hidup dengan AIDS.
3. Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut
humanism munodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan
pada tahun1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
4

dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.


Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
4. Cara Penularan HIV
a. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satusatunya cara dimana penularan
HIV dapat dicegah.
b. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan
jarum suntik yang tidak steril
c. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat
bius dengan seseorang yang telah terinfeksi.
d. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal yaitu :
a. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
b. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
c. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam
kandungan atau juga melalui ASI.
5. Prevalensi Kasus HIV-AIDS di Indonesia
Jumlah HIV AIDS yang dilaporkan 1 Januari s/d 31 Maret 2016
sejumlah 40.575. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut Jenis Kelamin
tahun 2016 yaitu:
a. Laki-laki: 42.838
b. Perempuan: 24.282
Prevalensi kasus HIV AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan
propinsi:
Jawa Barat sebanyak 11,43.

C. Perawatan Paliatif pada Pasien HIV-AIDS dan Rencana Tindakannya


1. Karakteristik Perawatan Paliatif pada HIV-AIDS
a. Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
b. Meningkatkan kualitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit.
5

c. Merupakan komponen esensial dari perawatan komprehensif kontinyu


ODHA
d. Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak
dapat disembuhkan
e. Pendekatan holistik: fisik, mental, spiritual, sosial
f. Pendekatan multi-disipliner: medis, non-medis, keluarga.
2. Manfaat Perawatan Paliatif pada HIV-AIDS
a. Meningkatkan kualitas hidup ODHA dan keluarganya
b. Mengurangi penderitaan pasien
c. Mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit
d. Meningkatkan kepatuhan pengobatan
3. Jenis Perawatan Paliatif pada HIV-AIDS
a. Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan
gejala-gejala lain
b. Perawatan psikososial berupa :
1) psikologis
2) sosial
3) spiritual

4) kedukaan/berkabung
4. Rencana Tindakan perawatan paliatif yang akan dilakukan Kelompok pada
Pasien HIV-AIDS
Ada 2 hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan perawat pada
ODHA yakni:
a Memfasilitasi strategi koping
1) Memfasilitasi sumber penggunaan potensi diri agar terjadi respons
penerimaan sesuai tahapan dari Kubler-Ross.
2) Teknik kognitif, dapat berupa upaya untuk membantu penyelesaian
masalah, memberikan harapan yang realistis, dan mengingatkan pasien
agar pandai mengambil hikmah.
3) Teknik perilaku, dilakukan dengan cara mengajarkan perilaku yang
mendukung kesembuhan, seperti; kontrol dan minum obat teratur,
konsumsi nutrisi seimbang, istirahat dan aktivitas teratur, da
4) menghindari konsumsi atau tindakan yang dapat menambah parah
sakitnya.
b. Dukungan sosial :
1 Dukungan emosional, agar pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai;
dan diperhatikan.
6

2 Dukungan informasi, untuk meningkatkan pengetahuan dan


penerimaan pasien terhadap sakitnya.
3 Dukungan material, untuk bantuan/kemudahan akses dalam pelayanan
kesehatan pasien.

Aspek psikologis pada penderita HIV dan AIDS seperti ketakutan yang
irasional, ketidakyakinan akan proses kesembuhan, kekhawatiran perjalanan
penyakit, kemungkinan keberhasilan pengobatan, dan kekhawatiran
diskriminasi masyarakat merupakan kecemasan yang sering dihadapi
penderita.
Aspek psikologis seperti stres dapat mempengaruhi sistem imun.
Penerimaan diri membantu proses penyembuhan penyakit. Penerimaan diri
adalah kesediaan seseorang mengahadapi dan mengelola kenyataan tanpa
menyalahkan kenyataan atas problem-problemnya.
Salah satu perawatan psikososial atau terapi non farmakologi pada pasien
HIV-AIDS yaitu dari aspek psikologis dan spiritual. Oleh karena itu kelompok
memilih untuk melakukan terapi relaksasi dengan musik pada pasien HIV-
AIDS melalui pendekatan spiritual beserta motivasi yang dapat memberikan
kekuatan dan semangat pada ODHA. Tujuan dari terapi relaksasi
menggunakan music ini yaitu untuk mengurangi stress pada ODHA serta
meningkatkan semangat hidup serta penerimaan ODHA terhadap penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA
7

http://www.slideshare.net/irenesusilo18/juknis-hiv-paliatif-care di akses pada


tanggal 20 Januari 2017

http:// http://repository.usu.ac.id/ diakses pada tanggal 20 Januari 2017

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_.pdf
diakses pada tanggal 20 Januari 2017

http://spiritia.or.id/Stats/stat2016.pdf diakses pada tanggal 20 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai