Anda di halaman 1dari 8

1

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara

konsep dasar teori dan kasus nyata An. L di ruang Edelweis RSUD DR. M. Yunus

Bengkulu. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap

awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien.


Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2016 yang

merupakan hari kedua An. L di rawat dengan diagnosa Pneumonia. Pada tahap

pengkajian penulis mengumpulkan data dengan metode observasi langsung,

wawancara dengan keluarga klien, pemeriksaan fisik, catatan medis, catatan

keperawatan dan informasi dari perawat ruangan sehingga penulis

mengelompokkan menjadi data subjektif dan objektif.


Menurut Mansjoer (2007) apa bener ini kutipan dari mansjoer ??

penyebab pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus

influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai

penyebab pneumonia yang berat, dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.
2

Menurut Richard (2010) pneumonia di sebabkan oleh bakteri, virus atau

mikoplasma. Menurut Jeremy, 2007. Pneumonia dapat dibedakan berdasarkan

epidemiologis yaitu pneumonia komunitas, pneumonia nasokomial dan

pneumonia aspirasi. Pneumonia komunitas yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat, baik di luar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

yang disebabkan biasanya oleh virus, bakteri dan jamur. Pneumonia nasokonial

didapat di rumah sakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang terjadi pada

orang selama 48 jam atau lebih yang dirawat di rumah sakit karena penyakit

lainnya. Pneumonia aspirasi dapat terjadi ketika seseorang mengirup makan,

minum, muntahan atau yang yang masuk di paru-paru.


Dalam kasus An. L penulis tidak menemukan penyebab dari pneumonia

pada An L pada pemeriksaan laboratorium karena tidak dilakukan, tetapi penulis

menemukan faktor lain penyebab dari pneumonia pada An L dari faktor

pneumonia nasokomial karena sudah lama di rawat RS Benteng selama 2 minggu

dan faktor lain yaitu pneumonia aspirasi dari lingkungan, keluarga mengatakan di

rumah menggunakan racun nyamuk bakar, ayah pasien sering merokok di dalam

rumah dan terkadang merokok di depan anaknya.


Menurut Richard (2010), 2010 manifestasi klinis pada pneumonia

biasanya timbul setelah beberapa saat proses infeksi berlangsung. Setelah

gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala nafas cuping hidung, takipnea,

dispnea dan apnea baru timbul. Otot bantu nafas interkostal dan abdominal

mungkin digunakan. Batuk umumnya dijumpai pada anak besar, tapi pada
3

neonatus bisa tanpa batuk. Wheezing mungkin akan ditemui pada anak-anak

dengan pneumonia viral atau mikoplasma, seperti yang ditemukan pada anak-

anak dengan asma atau bronkiolitis. Tanda dan gejala tersebut juga dialami oleh

An L, pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum lemah dan sesak , frekuensi

pernafasan 50x / menit dengan irama tidak teratur, cepat dan dangkal, terlihat

menggunakan otot aksesoris diagfragma, dan suara nafas ronchi.


Menurut Dongoes, 2005, pemeriksan penunjang pada kasus pneumonia

yaitu sinar X atau hasil rongen di temukan infiltrasi menyebar/terlokalisasi atau

penyebaran/perluasan infiltrasi nodu, hasil laboratorium ditemukan gambaran

darah tepi menunjukan leukositosis dan hasil pemeriksaan AGD menunjukan

asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO. Pemeriksaan penunjang pada

An. L dari hasil rongen menunjukkan tampak perselubungan opak inhomogen

dilapangan atas sampai bawah paru kanan dan tampak rongga lusen berdinding

relative tebal dengan perbercakan di sekitarnya pada An L dan ditegakkan

diagnose pneumonia kanan dengan suspek pneumatoked.


Penatalaksanaan medis menurut IDAI, 2012 secara teori pada pasien

pneumonia dilakukan pemberian oksigen lembab 1-4 L/menit sampai sesak nafas

hilang, pemasangan infus untuk pemberian cairan, pemberian antibiotika

amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis. Penatalaksanaan pada An L yaitu dengan

pemberian oksigen 1 liter/menit kanul nasal oksigen untuk membantu memenuhi

kebutuhan oksigen dalam tubuh, infus Ka-En 1B 20 tetes/menit, Gentamisin

25mg (IV) sebagai antibiotik, Ambroxol sirup 3x sdt untuk pengencer dahak
4

dan melebarkan saluran pernafasan yang menyempit akibat hipersensitivitas,

parestamol syrup 4x1 (1/2 sdt) untuk penurun panas dan F75 diberikan 37,5cc

persekali pemberian selama 4 hari,F100 diberikan transisi 110 cc/sekali

pembrian,F100 rehabilitas 120cc persekali pemberian. Penatalaksanaan secara

teori dan lapangan didapatkan mempunyai kesenjangan di karenakan An L

mempunyai komplikasi gizi buruk jadi terjadinya penambahan terapi F-75 dan F-

100 untuk pemenuhan gizi An L.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial

(pada seseorang, kelompok, atau keluarga) yang dapat ditangani oleh perawat

untuk menentukan tindakan perawat yang untuk mencegah, menanggulangi, atau

mengurangi masalah tersebut. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009). Berdasarkan

tanda dan gejala Bronkpneumonia, diagnosa keperawatan yang dapat muncul

sesuai dengan toksonomi NANDA NIC NOC 2013 adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan

edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.


b. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai

dengan sianosis.
c. Gangguan pola napas tidak efektif b.d peradangan ditandai dengan dispnea.
d. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme umum
e. Nyeri (akut) b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

peningkatankebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi.
5

g. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan,

demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengkajian baik pemeriksaan

fisik maupun wawancara pada ibu serta keluarga An L dapat dirumuskan beberapa

Diagnosa yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret

b. Pola nafas tidak efektif b/d peradangan ditandai dengan dispnea.

c. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

d. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak

adekuat

e. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan genetik.

3. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangakan secara

mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan

pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Potter,2005). Perencanaan

keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan pada

klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat

terpenuhi (Wilkinson, 2011). Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada

An. L sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut

telah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan.
4. Implementasi
6

Implementasi keperawatan adalah wujud pelaksanaan tindakan dari

perencanaan yang telah di buat (Potter, 2005). Penulis melakukan pengkajian

pada tanggal 15 februari 2016 dan implementasi keperawatan tanggal 15 sampai

21 februari 2016 sesuai dengan Diagnosa yang di tegakkan. Dalam melakukan

implementasi keperawatan ada beberapa rencana tindakan yang tidak dapat

dilakukan oleh penulis seperti pada perencanaan diagnosa bersihan jalan nafas

tidak efektif yaitu ajarkan teknik batuk efektif dan tindakan suction dan diagnosa

pola nafas tidak efektif yaitu mengeluarkan secret dengan batuk efektif tidak bisa

dilakukan karena An L masih berumur 14 bulan.


Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan

pada An A yaitu partisipasi dari keluarga klien dalam pemberian asuhan

keperawatan, kerjasama dengan perawat ruangan, serta data medis dari dokter

sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan dengan baik.


5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang mengadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat

dalam perencanaan keperawatan (Potter, 2005). Evaluasi yang digunakan

berbentuk S (subyektif), O (obyektif), A (analisa), P (perencanaan terhadap

analisis)
Pada implementasi pertama, evaluasi implementasi yang dilakukan

menggunakan metode respon hasil. Pada diagnosa yang didapat saat pengakajian

hari pertama terdiri atas 3 diagnosa prioritas yakni : Bersihan jalan nafas tidak
7

efektif b/d penumpukan sekret; pola nafas tidak efektif b/d peradangan ditandai

dengan dispnea; gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi

ventilasi; dan 2 diagnosa teranalisa yaitu kekurangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat; Resiko keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan genetik. Pada implementasi

pertama di dapatkan respon hasil yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria

hasil.
Pada implemtasi kedua, evaluasi implementasi yang dilakukan

menggunakan metode SOAP. Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif b/d

penumpukan sekret; pola nafas tidak efektif b/d peradangan ditandai dengan

dispnea; gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Pada

implementasi di dapatkan respon hasil yang didapatkan belum sesuai dengan

kriteria hasil.
Pada implementasi ketiga, evaluasi implementasi yang dilakukan pada

kelima diagnose dari mulai hari pertama diteggakkan belum ada perubahan

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.


Pada implementasi keempat, evaluasi tujuan pada diagnosa bersihan jalan

nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret, pola nafas tidak efektif b/d

peradangan ditandai dengan dispnea, gangguan pertukaran gas b/d

ketidakseimbangan perfusi ventilasi terjadi perbaikan yaitu RR 43x/menit,

pernafasan cuping hidung berkurang.


Pada implementasi kelima, evaluasi implementasi tujuan pada diagnosa

gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi terjadi


8

perbaikan yaitu akral menjadi hangat, konjungtiva ananemis, CRT kembali < 3

detik.
Pada implementasi keenam dan ketujuh, evaluasi tujuan diagnosa Pada

diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret, pola nafas

tidak efektif b/d peradangan ditandai dengan dispnea, gangguan pertukaran gas

b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, hipertermi b.d peningkatan laju

metabolisme umum, kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake

nutrisi tidak adekuat, belum ada perubahan yang signifikat dari implementasi

kelima. Namun pada hari senin 22 februari 2016 keluarga pasien meminta pulang

atas permintaan keluarga sendiri di karena masalah ekonomi keluarga dan

keluarga menandatangani surat pernyataan bahwa pasien pulang atas

permintaannya sendiri, sehingga implementasi dihentikan sampai pasien pulang.


Evaluasi pada An. L, penulis belum mampu mengatasi masalah

keperawatan yang ada karena masa penyembuhan pasien masih memerlukan

waktu, terlebih lagi pasien pulang atas permintaan kedua orang tuanya dan

karena keterbatasan waktu penulis tidak dapat mengobservasi pasien selama 24

jam karena belum memenuhi kriteria hasil yang penulis rencanakan

Anda mungkin juga menyukai