Anda di halaman 1dari 11

Kupu Kupu Berhati Mulia

Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman. Ia
sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut
berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk
kepompong yang jelek dan tidak bisa pergi kemana-mana.
"Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting
itu. Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu
patah?"
Sang semut membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan,
sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut
merasa bahwa dirinya adalah binatang yang paling hebat. Si kepompong hanya diam
saja mendengar ejekan tersebut. Pada suatu pagi, sang semut kembali berjalan ke
taman itu. Karena hujan, genangan lumpur terdapat dimana-mana. lumpur yang licin
membuat semut tergelincir dan jatuh ke dalam lumpur. Sang semut hampir
tenggelam dalam genangan lumpur itu. Semut berteriak sekencang mungkin untuk
meminta bantuan.
"Tolong, bantu aku! aku mau tenggelam, tolong...tolong...!"
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Kemudian, kupu-
kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.
"Semut, peganglah erat-erat ranting itu! nanti aku akan mengangkat ranting itu."
Lalu, sang semut memegang erat ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat ranting itu
dan menurunkannya di tempat yang aman. Kemudian, sang semut berterimakasih
kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji
kupu-kupu sebagai binatang yang hebat dan terpuji. Mendengar pujian itu, kupu-
kupu berkata kepada semut. "Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,"kata si
kupu-kupu.
Ternyata, kepompong yang dulu diejek sudah menyelamatkan dirinya.
Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina
semua mahluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
Semoga Membantu...
KANCIL DAN PAK TANI

Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak
terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah
sebatang pohon yang rindang.

Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar


teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki
binatang yang sedang berlari-lari.

"Ada apa, sih?" kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk
dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke
arahnya. "Kebakaran! Kebakaran! " teriak Kambing. " Ayo lari, Cil! Ada
kebakaran di hutan! "

Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil


ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti
teman-temannya.

Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil
bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah
berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.

"Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas


terengah-engah, lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-
binatang lainnya?" Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya,
tiba-tiba ia merasa takut. "Wah, aku berada di mana sekarang?
Sepertinya belum pernah ke sini."

Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. "Waduh, aku


tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?'7 Kancil semakin takut dan
bingung. "Tuhan, tolonglah aku."
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya.
Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik
Pak Tani.

"Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,"


mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-
buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!

"Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan
air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku
keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada
di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat
kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?

"Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya


yang kekenyangan. "Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik."

Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon


yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk.
"Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi," kata Kancil sambil menguap.

Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya


yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya
begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr... krr... krrr...
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah,
pesta berlanjut lagi, nih," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku
pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku."

Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu.
"Wow, itu dia yang kucari! " seru Kancil gembira. "Hmm, timunnya
kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih."

Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. "Wow, sedap


sekali sarapan timun," kata Kancil sambil tersenyum puas.

Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang
untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. "Wah, ladang
timunku kok jadi berantakan-begini," kata Pak Tani geram. "Perbuatan
siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada
bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?"

Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon


timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah
timun yang berserakan di tanah. Hm, awas, ya, kalau sampai
tertangkap! " omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya.
"Panen timunku jadi berantakan."

Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang


berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu.
"Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani," kata Kancil pada dirinya
sendiri. "Kumisnya boleh juga. Tebal,' hitam, dan melengkung ke atas.
Lucu sekali. Hi... hi... hi....

Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia.


Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-
temannya. "Aduh, Pak Tani kok lama ya," ujar Kancil. Ya, dia telah
menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi.
Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu.

Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi


timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil
panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali
ladangnya yang berantakan.

"Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu," Kancil bangkit


dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta
makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat
ladangnya berantakan lagi. "Benar-benar keterlaluan! " seru Pak Tani
sambil mengepalkan tangannya. "Ternyata tanaman lainnya juga rusak
dan dicuri."

Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. "Hmm,


pencurinya pasti binatang," kata Pak Tani. "Jejak kaki manusia tidak
begini bentuknya."

Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri.


"Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! "

Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia


membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia
melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang
lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di
tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang
berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin.

Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.


"Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil, yang melihat
dari kejauhan. "Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya
diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?"

Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia
tak tahan. "Ah, lebih baik aku ke sana," kata Kancil memutuskan.
"Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu
aku malah diberinya timun gratis."
"Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu.
"Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali.
Bapak tidak marah, kan?"

Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali


Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya
tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.

"Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah. "Aku minta maaf kok diam
saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?" gerutunya.

Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu


dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik?
Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya
melekat erat di tubuh boneka itu.

" Lepaskan tanganku! " teriak Kancil j engkel. " Kalau tidak, kutendang
kau! " Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-
orangan itu. "Aduh, bagaimana ini?"
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencurinya! "
Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil. "Rupanya kau yang telah
merusak ladang dan mencuri
timunku." Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya kancil
binatang yang cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok tertipu oleh orang-
orangan ladang. Ha... ha... ha.... "

Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia
dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani
menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.

" Aku harus segera keluar malam ini j uga I " tekad Kancil. Kalau tidak,
tamatlah riwayatku. "
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-
manggil Anjing, si penjaga rumah. "Ssst... Anjing, kemarilah," bisik
Kancil. "Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani.
Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di
rumah Pak Lurah. Asyik, ya?"
Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah
lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang
diajak."

Kancil tersenyum penuh arti. "Yah, terserah kalau kau tidak percaya.
Lihat saja besok! Aku tidak bohong! "
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar
Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.

"Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani," janji Kancil. "Tapi malam
ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?" Anjing
setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu
kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari
kandang.

"Terima kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu.


"Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan
tolong sampaikan maafku padanya." Kancil segera berlari
meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari
kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
FABEL INDONESIA
Si Kancil dan Buaya

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir
hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di
dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai
hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya
dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi
di perutnya,..krucukkrucukkrucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia
membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun
kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia
berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: Buaya.buaya. ayo
keluar.. Aku punya makanan untukmu!! Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya
yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, Buayabuaya ayo keluar mau daging segar nggak?

Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, Huaahhh siapa yang teriak-
teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja. Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak
aku makan nanti kamu. Kata buaya kedua yang juga muncul.

Wah. bagus kalian mau keluar, mana yang lain? kata Kancil kemudian. Kalau cuma
dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa! Kancil berteriak
lagi.
Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan, kata buaya.
Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat
buaya-buaya di sungai ini, makanya harus keluar semua.

Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera
memanggil teman-temannya untuk keluar semua. Hei, teman-teman semua, mau makan
gratis nggak? Ayo kita keluaaaar.! buaya pemimpin berteriak memberikan komando.
Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian
para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana, Nanti aku akan
menghitung satu persatu.
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari
tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
Oke, sekarang aku akan mulai menghitung, kata Kancil yang segera melompat ke
punggung buaya pertama, sambil berteriak, Satu.. dua.. tiga.. begitu seterusnya
sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia
sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, Mudah sekali ternyata.

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, Hai buaya bodoh,
sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku
tidak membawa sepotong daging pun? Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang
sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih
pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian, kata Kancil.

Ha!.huaahh sialan Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya..
kalau ketemu lagi saya makan kamu, kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari
ketimun.

(SELESAI)

Cerita Rakyat >> Si Kancil dan Siput


29 Januari 2012 pukul 19:04
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk
dibuka. Aaa....rrrrgh, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup
cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan
menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si
Kancil berteriak dengan sombongnya, Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang
paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi
kecerdasan dan kepintaranku.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika
sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. Hai kancil !, sapa si siput.
Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?, tanya si siput.
Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini
hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar, jawab si kancil dengan sombongnya.

Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini, kata si
Siput. Hahahaha......., mana mungkin ledek Kancil. Untuk membuktikannya,
bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?, tantang si Siput. Baiklah, aku terima
tantanganmu, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan
perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta


tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan
menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba
lari. Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku, tanya si kancil. Tentu
saja sudah, dan aku pasti menang, jawab si siput. Kemudian si siput
mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan
sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah
beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. Siput....sudah
sampai mana kamu?, teriak si kancil. Aku ada di depanmu!, teriak si siput. Kancil
terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si
siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.Aku ada didepanmu!

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata
kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan
nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat
gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi.
Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat
garis finish. Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!,
teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan
mengakui kekalahannya. Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan
pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik, kata si siput. Iya, maafkan
aku siput, aku tidak akan sombong lagi, kata si kancil.

Cerita anak ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana

Sumber: http://www.ceritaanak.org/
ingatan, dan mungkin sedikit tambahan dari bahan di internet.

Dongeng Si Kancil dan Buaya


Sudah menjadi rahasia umum di hutan bahwa kancil merupakan hewan
paling cerdik. Akalnya seribu untuk mengatasi berbagai macam masalah.
Banyak hewan di dalam hutan meminta pertolongan padanya ketika
mereka terlibat sejumlah masalah. Walaupun, dinilai sebagai hewan paling
cerdik, namun kancil tidaklah sombong sehingga ia memiliki banyak
teman.

Suatu waktu, kancil mencari makanan keluar dari dalam hutan tempat
biasa ia bernaung. Saat itu memang musim kemarau, saat di mana
makanan di hutan berkurang. Lantaran, hawa panas, kancil menepi ke
sebuah sungai untuk menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

Setelah puas meminum air sungai yang segar, kancil melanjutkan


perjalanannya dengan berjalan menyusuri sungai. Kancil memang tidak
ingin jauh-jauh dari sungai supaya ia bisa langsung begitu merasa haus.
Hampir sejam lamanya kancil berjalan saat ia menemukan sebuah tempat
yang kaya akan makanan. Sayangnya, tempat itu berada di seberang
sungai. Tidak ada jembatan yang menghubungkan antara satu tempat ke
tempat lainnya. Kancil bingung, apa yang harus dilakukan untuk sampai ke
seberang. Ia bergumam, Alangkah enaknya, jika aku bisa menyeberangi
sungai ini dan dapat menikmati semua makanan yang ada di sana.

Ketika sedang asyik melamun, mata kancil melihat seekor buaya tengah
asyik berjemur di sungai. Kancil pun mendatangi buaya itu dan bertanya,
Hai sahabatku, Buaya, apa kabarmu hari ini?

Buaya yang tengah menikmati harinya itu membuka mata. Ketika ia


melihat yang sedang berbicara adalah kancil, ia menjawab
pertanyaannya. Kabarku baik kancil sahabatku. Apa gerangan yang
membawa dirimu datang ke mari?

Aku membawa kabar gembira untukmu dan teman-temanmu, jawab si


kancil.

Hohoho, kabar baik rupanya kata buaya antusias, Baiklah, ceritakan


kabar baik yang kamu bawa untukku dan teman-temanku.

Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman untuk menghitung jumlah buaya


yang ada di dalam sungai. Karena, Raja Sulaiman ingin memberikan
hadiah kepada kalian semua, jelas kancil.

Benarkah itu?

Kancil mengangguk. Karena itu, panggillah teman-temanmu semua dan


berjejer di sungai ini dari sini hingga ke sana

Buaya pun memanggil teman-temannya dan mengikuti apa yang


diperintahkan oleh kancil.

Saat buaya dan teman-temannya telah berjejer, buaya berkata, Sekarang


hitunglah, kami sudah siap.

Kancil pun mulai melompat satu per satu ke punggung buaya. Dia
berteriak keras-keras, Satu! Dua! Tiga! dan begitulah seterusnya hingga
ia sampai di pinggir sungai yang dimaksudpinggir sungai yang banyak
makanannya. Sesampainya di sana, si kancil membalikkan tubuhnya.
Terima kasih sahabat-sahabatku yang baik. Sekarang aku sudah sampai
di sini, dan aku sudah menghitung kalian semua. Sekarang selamat
tinggal.

Melihat Kancil ingin pergi begitu saja, Buaya berteriak, Hei, Kancil, mana
hadiah dari Raja Sulaiman yang kamu janjikan?

Oiya, aku belum mengatakannya pada kalian ya? Raja Sulaiman ternyata
sudah memberikan hadiah-hadiahnya untuk buaya-buaya di tempat lain.
Sehingga tidak ada hadiah untuk kalian. Hahaha

Sekarang tahulah buaya telah ditipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan
tidak akan melepaskan Kancil apabila bertemu pada masa akan datang.
Dendam buaya tersebut terus membara hingga hari ini. Sementara itu,
Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai