Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEWARGANEGARAAN ( MANDIRI )

Dosen : Ardiansyah, S.H, M.Kn

Nama : Delva Enzelya Adila Lubis


NPM : 1607210100
Kelas : A2
Semester :2

Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara
Menyikapi Feminisme dan Isu Gender
Memang tak dapat dipungkiri, gerakan feminis di Barat merupakan respon
dan reaksi terhadap situasi dan kondisi kehidupan masyarakat di sana, terutama
yang menyangkut nasib dan peran kaum wanita. Salah satu penyebabnya ialah
pandangan sebelah-mata terhadap perempuan (misogyny) dan berbagai macam
anggapan buruk (stereotype) serta citra negatif yang dilekatkan kepada mereka.
Bagi tokoh-tokoh seperti Plato dan Aristoteles di zaman sebelum Masehi, hingga
John Locke, Rousseau dan Nietzsche di awal abad modern, citra dan kedudukan
perempuan di Barat memang tidak pernah dianggap setara dengan lakilaki. Wanita
disamakan dengan budak (hamba sahaya) dan anak-anak, dianggap lemah fisik
maupun akalnya.
Ditujukan kepada perempuan, tercatat ungkapan Tertullian: Tidakkah
engkau menyadari bahwa engkaulah si Hawa itu? Kutukan yang dijatuhkan Tuhan
kepada kaum sejenismu akan terus memberatkan dunia. Karena bersalah maka
engkau mesti menanggung derita. Engkau adalah pintu masuknya setan.
Kaum feminis di Barat biasanya menganggap Mary Wollstonecraft (1759-
1797) sebagai nenek-moyang mereka. Lewat tulisannya yang sangat terkenal, A
Vindication of the Rights of Woman (dicetak pertama kali di London pada tahun
1792), Mary mengecam berbagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan,
menuntut persamaan hak bagi perempuan baik dalam pendidikan maupun politik.
Perempuan harus dibolehkan bersekolah dan memberikan suaranya dalam
pemilihan umum (suffrage). Wanita tidak boleh lagi menjadi burung di dalam
sangkar. Mereka mesti dibebaskan dari kurungan rumah-tangga dan penjara-
penjara lainnya. Menurutnya, berbagai kelemahan yang terdapat pada wanita
lebih disebabkan oleh faktor lingkungan, bukan dari sono-nya. Laki-laki pun,
kalau tidak berpendidikan dan diperlakukan seperti perempuan, pun akan bersifat
dan bernasib sama, lemah dan tertinggal, ujarnya.
Gerakan feminisme juga kerap disalahkan karena dianggap telah
mengebiri laki-laki, menyuburkan pergaulan sesama jenis, dan mengubah
perempuan menjadi mahluk-mahluk yang gila karir, hidup dalam kesepian, balik
ke rumah hanya untuk memberi makan kucing dan anjing.
Banyaknya wanita yang mencegah kehamilan dan menggugurkan
kandungan dipastikan akan berdampak sangat buruk bagi masa depan negara-
negara yang bersangkutan. Menurut laporan majalah Stern (no. 27, edisi 28 Juni
2005), jika dalam kurun waktu 50 tahun angka kelahiran selalu lebih kecil dari
angka ematian seperti sekarang ini, maka pada tahun 2060 populasi Jerman
diprediksi akan didominasi oleh generasi tua jompo; negeri itu kelak menjadi
Land ohne Kinder.

Isu Gender di Dunia Islam


Di kalangan umat Islam, wacana emansipasi wanita pertama kali
digulirkan oleh Syekh Muhammad Abduh (1849-1905 Masehi). Tokoh reformasi
Mesir ini menekankan pentingnya anak-anak perempuan dan kaum wanita
Muslimah mendapatkan pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi,
supaya mereka mengerti hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai seorang
Muslimah dalam pembangunan umat Islam.
Namun ada juga yang menggunakan pendekatan sekular-liberal, yaitu
Qasim Amin. Intelektual yang sering disebut-sebut sebagai bapak feminisme
Arab ini menulis dua buku kontroversial, Tahriru l-Marah (Kairo, 1899) dan al-
Marah al-Jadidah (Kairo, 1900), dimana ia menyeru emansipasi wanita ala Barat.
Menurut dia, kalau ingin maju buanglah jauh-jauh doktrin-doktrin agama yang
konon menindas dan membelenggu perempuan, seperti perintah berjilbab,
poligami, dan lain sebagainya.
Gagasan-gagasan Qasim Amin telah mendapat banyak sanggahan dan
ditolak keras. Syekh Abdul Halim Muhammad Abu Syuqqah dalam karya
monumentalnya, Tahriru l-Marah fi Ashri r-Risalah (Kuwait, 1991), misalnya,
membuktikan bahwa tidak seperti yang sering dituduhkan, agama Islam ternyata
sangat emansipatoris.24 Setelah melakukan studi intensif atas literatur Islam
klasik, beliau mendapati bahwa kedatangan Islam telah menyebabkan terjadinya
revolusi gender pada abad ke-7 Masehi. Agama samawi terakhir ini justru datang
memerdekakan perempuan dari dominasi kultur Jahiliyah yang dikenal sangat
zalim dan biadab itu.
Apabila mencermati lebih mendalam, kita akan menemukan sedikitnya
tiga hal yang merupakan raison dtre dan melatarbelakangi munculnya gerakan
feminisme radikal ini. Pertama, imbas dari apa yang telah terjadi di negara-negara
Barat. Kedua, kondisi masyarakat di negara-negara Islam saat ini yang masih
terbelakang dan memprihatinkan, terutama nasib kaum wanitanya. Ketiga,
dangkalnya pemahaman kaum feminis radikal tersebut terhadap sumber-sumber
Islam. Semua ini tentu sangat kita sesalkan.
Dr. Lois Lamya (istri almarhum Profesor Ismail Raji al-Faruqi) mungkin
benar, gerakan feminis di lingkungan Muslim hanya akan berhasil bila tetap
mengacu pada ajaran Islam (al-Quran dan Sunnah), bukan sekedar menjajakan
gagasan-gagasan asing yang diimpor dari luar, yang belum tentu cocok untuk
diterapkan atau bahkan justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Disamping
itu, gerakan feminis di kalangan Muslim juga seyogyanya diletakkan dalam
bingkai pembangunan Umat secara keseluruhan, tidak chauvinistik dan hanya
memikirkan kepentingan kaum wanita saja. Terakhir, pejuang gender juga perlu
bersikap lebih bijak dan hati-hati dalam mengutarakan gagasan dan agenda
mereka, agar tidak menabrak rambu-rambu yang ada dan tidak menuai badai.
Sebab, seperti kata Imam al-Ghazali, segala sesuatu jika sudah melewati batas,
justru memantulkan kebalikannya.
TUGAS KEWARGANEGARAAN TERSTRUKTUR
Dosen : Ardiansyah, S.H, M.Kn

Kelompok 3
Sefrian Efendi NPM : 1607210077
M. Fachruli Anggi NPM : 1607210090
Hasra Putra NPM : 1607210039
Gian Rizka Giovani NPM : 1607210152
Rian Anggara NPM : 1607210118
Fitra Arsy NPM : 1607210041
Delva Enzelya Adila NPM : 1607210100
Nasri NPM : 1607210139
Akmar Prayoga NPM : 1607210034
Kelas : A2

Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

A. Pengertian Politik Strategi dan Polstranas

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti
kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara),
sedangkan taia berarti urusan.

a. Dalam arti kepentingan umum (politics)


Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan
umum,yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan,
cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu
keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan
kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan.

b. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)


Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu
yang yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha,
citacita/keinginan atau keadaan yang kita kehendaki. Dalam arti kebijaksanaan,
titik beratnya adalah adanya :
- proses pertimbangan
- menjamin terlaksananya suatu usaha
- pencapaian cita-cita/keinginan

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan :


a. Negara
Adalah suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan negara merupakan bentuk
masyarakat dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang
berdaulat.
b. Kekuasaan
Adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang perlu
diperhatikan dalam kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan,
bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu
dijalankan.
c. Pengambilan keputusan
Politik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum, keputusan
yang diambil menyangkut sektor public dari suatu negara. Yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil keputusan itu dan
untuk siapa keputusan itu dibuat.
d. Kebijakan umum
Adalah suatu kumpulan keputusan yang diambill oleh seseorang atau
kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
e. Distribusi
Adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam
masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus dibagi
secara adil.
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang artinya the art of
the general atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam
peperangan. Karl von Clausewitz berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan
tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Dalam
pengertian umum, strategi adalah cara untuk endapatkan kemenangan atau
pencaipan suatu tujuan.
Politik nasional adalah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan
untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Strategi nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional. Strategi nasional disusun untuk melaksanakan
politik nasional, misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.

Secara sederhana unsur-unsur utama sistem manajemen


nasional dalam bidang ketatanegaraan meliputi :
a. Negara
Sebagai organisasi kekuasaan, negara mempunyai hak dan kepemilikan,
pengaturan dan pelayanan dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

b. Bangsa Indonesia
Sebagai unsur pemilik negara, berperan menentukan sistem nilai dan
arah/haluan negara yang digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi
penyelenggaraan fungsi negara.

c. Pemerintah
Sebagai unsur manajer atau penguasa, berperan dalam penyelenggaraan
fungsi-fungsi pemerintahan umum dan pembangunan kearah cita-cita bangsa dan
kelangsungan serta pertumbuhan negara.

d. Masyarakat
Sebagai unsur penunjang dan pemakai, berperan sebagai kontributor,
penerima dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai