Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "Sejarah
Kebudayaan Islam" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Malang, 08 September 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

A. KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ.............................................................4


B. KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB.......................................................................7

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

2
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dari zaman ke zaman, sesuai dengan
perkembangan zaman dan cara berpikir manusia. Sejarah akan tetap selalu diceritakan dari
waktu ke waktu. Dalam sejarah peradaban islam, ada dua orang tokoh yang sangat
berpengaruh dalam sejarah peradaban islam, yakni sahabat rasulullah yang benama Abu
Bakar As-Shidhiq dan Umar bin Khattab.
Dalam sejarah, akan terpatri abadi cerita tentang bagaimana Abu Bakar dan Umar bin Khattab
memimpin para umat Nabi menuju kejayaan yang sesungguhnya yakni kuatnya islam dan
iman.
B. Rumusan masalah
1. Seperti apa biografi dari seorang Abu Bakar?
2. Bagaimana pembaiatan Abu Bakar?
3. Bagaimana pemerintahan Abu Bakar pada masa itu?
4. Seperti apa biografi dari seorang Umar in Khattab?
5. Bagaimana pembaiatan Umar bin Khattab?
6. Bagaimana pemerintahan Umar bin Khattab pada masa itu?
C. Tujuan Dan Manfaat
1. Untuk mengetahui seperti apa biografi dari Abu Bakar
2. Untuk mengetahui sejarah pembaiatan Abu Bakar
3. Untuk mengetahui sejarah pemerintahan Abu Bakar
4. Untuk mengetahui seperti apa biografi dari Umar bin Khattab
5. Untuk mengetahui sejarah pembaiatan Umar bin Khattab
6. Untuk mengetahui sejarah pemerintahan Umar bin khattab

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


a. Abu Bakar pada masa Rasulullah

Abu bakar berasal dari keturunan suku Taim ibn Murrah ibn Kaab. Abu bakar
dilahirkan dengan nama Abdullah ibn Abi Qahafah dari seorang ayah yang semula bernama
Utsman ibn Amir. Sedangkan ibunya bernama Ummu al-Khair yang semula bernama Salma
binti Sakhr ibn Amir. Sebelum ia memeluk islam, ia mendapat julukan dengan nama abdul
kabah. Setelah masuk islam, ia di beri nama oleh Rasulullah dengan sebutan Abdullah.
Sebutan lai baginya adalah Atik (artinya lolos/lepas). Asal mula julukan namanya sebagai
Abdul Kabah berawal dari kenyataan bahwa ibunya setiap melahirkan anak lelaki, pasti
meninggal dunia. Begitu Abu Bakar lahir dan dikaruniai kehidupan, orang tuanya sangat
gembira. Serta merta dijulukinya anak lelaki mereka dengan sebutan Abdul Kabah. Sejak
kecil Abu Bakar hidup seperti layaknya anak-anak lainnya di kota mekkah. Takkala usianya
menginjak masa dewasa, dia berdagang sebagai penjual kain. Sebagai seorang pedagang kain,
Abu Bakar sangat berhasil dalam usahanya. Pada awal masa mudanya, ia menikah dengan
Kutailah binti Abdul Uza. Perkawinan ini membuahkan keturunan Abdullah dan Asma. Kelak
setelah masuk islam, Asma memperoleh julukan Dzati an-Nitaqai (yang bersabuk dua).dari
perkawinannya dengan Ummu Ruman binti Uwaimir, Abu bakar memperoleh dua orang anak,
yaitu Abdurrahman dan Aisyah. Ketika berada di Madinah, Abu Bakar menikah dengan
Habibah binti Kharijah serta Asma binti umais. Dari istrinya yang terakhir ini, Abu Bakar
dikaruniai seorang anak, yaitu Muhammad. Tidak hanya itu, dagangan Abu Bakar pun sangat
maju, keberhasilan usaha dagangnya, barangkali disebabkan oleh kepribadian dan akhlaknya
yang mulia, sehingga sangat disenangi orang. (biografi abu bakar ash-shiddiq, hal.25-27)

Abu bakar lahir 2 tahun lebih muda dari pada Rasulullah s.a.w., dan wafatnyapun 2
tahun sesudah beliau s.a.w., setelah memangku jabatan sebagai khalifah yang pertama,
menggantikan Rasulullah.

b. Pemilihan Khalifah dan Pembaiatan

Di tengah-tengah kesedihan kaum muslimin mendengar berita wafatnya rasulullah


tidak ada seorang manusia pun yang tampil tegar menghadapi persoalan baru yang muncul
kecuali Abu Bakar. Berbagai persoalan baru setelah beliau wafat mulai muncul ke permukaan,
persoalan pertama yang timbul adalah mengenai kedudukan kepemimpinan yang akan
menggantikan peranan beliau. Apalagi jika diingat bahwa pemerintah islam yang semuala
dikendaikan dibawah kepemimpinan Rasulullah telah berjalan baik. Madinah telah menjelma
menjadi pusat kekuatan yang uama di tengah suasan kehidupan kaum muslimin yang telah
mantap keimanannya karena digembleng oleh Rasulullah teladan manusia yang utama.

Dengan beredar kabar wafatnya Rasulullah dan kegelisahan umat islam mengenai
kepemimpinan yang akan menggantikan peranan beliau, kaum Anshar kemudian berunding
membicarakan hal itu ditempat Tsaqifah bani saidah. Tokoh mereka saat ibn ubadah saat itu
sedang menderita sakit namun tetap mereka hadirkan dalam pertemuan itu. Karena suaranya
lemah, ia hanya mampu mendengarkan pembicaraan kaumnya itu.(halaman 59)
4
khalifah harus dipilih dari golongan kita sendiri, golongan ansha

Ini pendapat yang diajukan oleh Saad bin Ubadah

Pendapat pertama ini banyak mendapat sokongan persetujuan dari para hadirin, sekali
pun dipihak lain ada yang menyangga dan kurang setuju.(BSN, hal.30)

Usul demi usul masih ditampung sementara musyawarah dikalangan sahabat anshar,
atau boleh dikata musyawarah komisi masih bisa berjalan terus. Disisi lain para sahabat
muhajirin mengadakan musyawarah pula, sekalipun mereka belum jugamemutuskan siapa
yang akan dicalonkan sebagai khalifah.

Pada hari yang telah ditentukan, berkumpullah seluruh sahabat muhajirin untuk
mengadakan musyawarah tentang siapa yang akan di angakat sebagai khalifah, menggantikan
kedudukan Rasulullah. Antara sahabat anshar dan muhajirin saling mengadu argumentasi.
Pertikaian dan pertengkaran diantara mereka hampir saja terjadi sebab masing-masing sudah
tidak bisa meguasai emosinya lagi. Untung Abu Bakar segera mengambl kebijaksanaan
berdiri dan menyampaikan pidatonya.

Wahai para sahabat-sahabat yang mulia, dengarkanlah suara hatiku, yang berarti suara hati
nuranimu juga. Jika kita hendak berbakti pada islam, maka berlakulah yang jujur dan ikhlas.
Berbuatlah sesuatu yang karena Allah dan Rasul-Nya. Wahai saudaraku, di dalam pemilihan
khalifah kita tidak diperkenankan mengadakan tekanan kepada siapa saja, sebab setiap
tekanan akan menimbulkan pertengkaran dan setiap pertengkaran akan mendatangkan
perpecahan. Karenanya, sekali lagi dengarkanlah suara hatiku, yang sekaligus suara hatimu
pula; Rasuullah berasal dari suku quraisy. Karenanya, orang-orang quraisy lebih berhak untuk
menentukan masalah ini. Demi Allah, aku sendiri tidak akan mengadakan percekcokan
diantara kita mengenai jabatan khalifah ini. Bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah, dan
janganlah kamu menentang akan kehendak-Nya.

Umar bin khattab wakil dari pihak sahabt Muhajiririn dan aku ubaidah bin jarrah
wakil dari pihak anshar segera mengambil sikap untuk menjernihkan kembali suasana. Demi
mendengar pidato Abu Bakar yang cukup tepat argumentasinya, maka kedua wakil dari
golongan sahabat anshar dan muhajirin ini segera berdiri menyampaikan pidatonya:

Wahai Abu Bakar ...............shiddiq ...............shiddiq ...............shiddiq, sahabatku yang mulia


dan terhormat. Tiada seorangpun yang patut untuk memangku jabatan khalifah menggantikan
Rasulullah, kecuali engkau sendiri. Jabatan khalifah adalah sangat penting, diperlukan orang
yang cerdas, jujur dan bijaksana. Engkau adalah pemukau kaum muhajirin, dan satu-satunya
sahabat yang menyertai Rasulullah di gua Tsaur. Karenya segeralah angkat tanganmu. Dengan
berbagai kelebihan yang engkau miliki, yang tidak dimiliki oleh sahabat lain, maka pantaslah
engkau jadi pemimpin kami, melanjutkan perjuangan Rasulullah di dalam mengembangkan
agama islam. Aku berbaiat (bersumpah setia) untuk menjunjung tinggi segala perintahmu,
serta tunduk dan setia kepadamu sebagai pimpinan kami.

Dengan berakhirnya pidato kedua wakil ini, maka musyawarah mencapai kata sepakat
untuk memilih Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama, menggantikan Rasulullah.

5
Kedudukan sebagai pimpinan umat yang semula dipegang oleh Rasulullah, mulai saat itu
beralih ketangan Abu Bakar.

Abu Bakar terdiam seribu bahasa, terdiam dan termangu demi mendengar keputusan
sidang yang telah membacakan hasil sidang tersebut.

Umar bin Khattab mencoba Abu Bakar untuk mengangkat tangannya sebagai
pertanda menyetujui keputusan sidang itu, namun tetap saja tidak mengangkatnya. Keragu-
raguan timbul dalam hatinya, jangan-jangan akan timbul suatu permasalahan yang lebih parah
lagi. Terbayang dalam benaknya, kekacauan yang besar akan timbul sekiranya dirinya
menolak untuk menjadi khalifah ini akan lebih bahaya dan membahayakan umat islam.
Karenanya, dengan segara Umar bin Khattab mengangkat tangan Abu Bakar demi melihat
kenyataan-kenyataan yang demikian. Umarpun langsung mengucapkan sumpah setianya
(baiatnya) kepada Abu Bakar sebagai khalifah yang baru.

Umar bin Khattab tidak merasa sabar lagi melihat keadaan yang serba kacau. Segera
dia melompat dari tempat duduknya, melompat bagai harimau menerkam sesuatu, untuk
mendapatkan Abu Bakar demi mengucapkan baiatnya. Melihat yang demikian, para kaum
muslimin pun mengikuti jejak Umar bin Khattab, satu persatu mereka berbaiat kepada
khalifah yang baru saja mereka pilih. Peristiwa ini terjadi pada bulan : Rabiul Awal tahun ke :
11 (sebelas) Hijriyah, bersetuju dengan tahun 632 Miladiyah.

c. Awal Pemerintahan

Kewafatan Rasulullah telah mengantar kearah kekacauan dikalanga umat islam.


Seakan-akan pembinaan yang beliau lakukan akan habis sampai disitu saja. Karena yang
demikian, maka pada awal pemerintahan Abu Bakar terjadilah hal-hal yang harus dihadapi
secara serius. Secara ringkas hal-hal yang timbul itu dapat disimpulkan:

1. Ada kabilah-kabilah yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Abu Bakar yang
berkedudukan di Madinah. Banyak pula orang yang murtad, kembali kepada kekafiran. Yang
demikian dikarenakan mereka berpendapat bahwa kekuasaan quraisy yang dipimpin bangsa
Arab mesti akan lepas dari tangan kaum itu. Hal ini dilakukan karena sementara mereka tidak
peraya akan kewafatan Rasulullah, sehingga timbullah syak wasangka akan kebenaran islam
yang telah disebarluaskan oleh Rasulullah. Keragu-raguan itu timbul karena kewafatan beliau,
yang semula mereka beranggapan beliau tidak akan wafat selamanya. Apalagi saat itu
keadaan bangsa Arab masih lemah dalam memeluk Agama Islam. Karenanya, mereka merasa
berat dengan dilarangnya minum arak, judi dan lain sebagainya yang telah mendarah
mendaging menjadi kebiasaan.
2. Ada golongan yang ingkar membayar zakat. Mereka beranggapan bahwa pajak dan zakat
wajib dibayar hanya semasa Rasulullah saja, semasa beliau masih hidup.
3. Ada beberapa orang yang mendakwahkan bahwa dirinya seorang Nabi. Diantara mereka
tercatat nama; Musailamah Al-Kadzdzab, Thulaihah dan Sajah Taimiyah seorang perempuan
yang kemudian kawin dengan Musailamah. Diantara nabi palsu yang paling berbahaya ialah
Musailamah Al-Kadzdzab, yang telah mendakwah kenabiannya semenjak Rasulullah masih
hidup. Oleh karena dia terlalu banyak berbuat dusta, maka diberi gelar Al-Kadzdzab, orang
banyak berbohong. Diantara kebohongannya, telah berani memalsukan Al-Quran, yaitu

6
memmbuat surat Al-Fiil. Pembuatan surat Al-Fiilini di maksudkan untuk menandingi
aslinya yang diturunkan oleh Allah S.W.T kepada Muhammad utusan-Nya.
d. Memerangi Kaum Riddah dan Nabi Palsu

Usaha untuk mengacau kepemerintahan Abu Bakar masih timbul terus di berbagai
daerah. Hal ini di karenakan banyaknya kaum murtad dan ingkar membayar zakat yang
bertebaran di seluruh daerah. Sementar disisi lain Nabi-nabi palsu selalu melancarkan
operasinya. Melihat kenyataan yang demikian, Abu Bakar sebagai seorang ahli pertahanan
meramalkan negara akan jatuh ke tangan perang saudara, kalau suasana tidak dapat segera
diatasi.

Islam abangan, islam yang masih lemah merupakan mayoritas penduduk Nejed
(Najdin). Karenanya, kericuhan disana setiap saat terjadi. Seluk beluk masalah islam, apalagi
hukum islam sama sekali belum di fahami oleh penduduk negeri ini. Selama islam tidak
merugikan diri pribadinya,maka diikutilah, tetapi kalau merugikannya, ditinggalkanlah
dengan begitu saja. Yang mengantar dirinya memeluk islam bukanlah kesadaran, tetapi karena
pengaruh kekuasaan. Kenginan untuk hidup bebas bagai burung yang lepas menjadi tuntutan
hidup mereka. Melihat keadaan politik dalam negri yang serba kacau balau ini digunakannya
sabagai kesempatan untuk larimeninggalkan ajaran syareat islam dan untuk melarikan diri
pula dari pemerintahan yang Islam yang syah.

e. Perluasan Wilayah

Setelah dalam negeri stabil, Abu Bakar meneruskan rencana Rasulullah yang belum
terlaksana yaitu mengadakan peperangan dengan Persia dan Byzantium karena kasus Bendhi.
Semenanjung Arab kini disatukan dibawah kekuasaan Abu Bakar melalui pedang Khalid ibnu
al-Walid. semangat perang berbagai suku, yang kini telah dipersatukan ke dalam sebuah
persaudaraan, harus menemukan sarana untuk menegaskan dirinya. Hal ini bisa dilihat
bagaimana usaha yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar dalam memperluas wilayah
kekuasaan Islam pada masanya, diantaranya dengan penaklukan Irak dan Persia, dan juga
penaklukan Syiria (Suriah)

KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB

a. Kelahiran dan kehidupan Umar Bin Khattab

Nama lengkap Umar adalah Umar Bin khattab bin Nufail bin Abd
Al-Uzza bin Rabbah bin Rabah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy
bin Kaab bin Luay bin Ghalib Al-Qurasyi Al-Adawi. Nasab Umar bertemu
dengan nasab Rasulullah pada Kaab bin Luay bin Ghalib. Ia biasa di
panggil Abu Hafs dan digelari A-Faruq, karena ia menampakkan Islam
ketika di makkah, maka Allah memisahkan antara kekufuran dan
keimanan.

Umar bin Al-Khattab lahir pada tahun 13 pasca tahun gajah. Warna
kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya tampan, tangam dan kakinya

7
berotot, postur tubuhnya tinggi besar seolah-olah ia sedang mengendarai
kendaraan karena saking tingginya, tubuhnya kuat dan tudak lemah.

Umar menghabiskan separuh dari perjalanan hidupnya pada masa


jahiliyah. Ia tumbuh pada masa itu, sebagaimana anak-anak Quraisy
lainnya. Ia mengungguli anak-anak Quraisy lainnya karena ia termasuk
orang yang mau belajar dan pandai baca tulis. Ayahnya, Al-Khattab,
membawanya ke dunia kehidupan yang kersa, yakni dunia gembala,. Ia
menggembala unta milik ayahnya. Perlakuan keras dari ayahnya ini telah
mewariskan pengaruh yang buruk pada diri Umar. Hal ini senantiasa
dikenangnya sepanjang hidupnya.

Umar bin Al-Khattab terkenal sebagai orang yang bijaksana,


bicaranya fasih, pendapatnya baik, kuat, penyantun, terpandang,
argumentasinya kokoh, dan bicaranya jelas.

Terdapat banyak riwayat yang menerangkan tentang sebab masuk


Islamnya Umar bin Al-Khattab. Riwayat yang paling masyhur yakni ketika
Umar bin Khattab bertekad untuk Membunuh Rasulullah. Pada saat itu di
tengah perljalanannyaia bertemu dengan Nuaim, dalam pertemuan itu
mereka berdialog hingga suara mereka makin meninggi, Umar berkata,
Menurutku engkau telah berpihak padanya, seandainya aku tahu pastilah
engaku yang pertama aku bunuh. Ketika Nuaim melihat bahwa emosi
Umar belum berakhir, ia berkata Aku beritahukan kepadamu bahwa
keluargamu dan iparmu telah masuk islam, mereka telah
meninggalkanmu, sekarang engkau hanya berada dalam kesesatanmu.
Ketika Imar mendengar ucapan Nuaim, ia berkata, Siapa di antara
mereka? Nuaim menjawab, Iparmu, anak pamanmu dan saudarimu. 1

Setelah itu Umar mendatangi rumah Fatimah saudarinya dengan


tiba-tiba. Karena pertemuan Umar dengan Fatimah inilah yang pada
akhirnya seorang Umar bin Khattab mengikrarkan diri masuk islam.

Umar masuk islam dengan hati yang tulus. Ia berusaha


mengkokohkan agama islam dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Umar bin khattab masuk islam pada bulan Dzulhijjah tahun 6 dari
kanabian. Saat itu , ia berusaha 27 tahun. Ia masuk islam tiga hari
sesudah Hamzah masuk Islam.

Hati para kaum muslim merasa kuat dengan masuk islamnya Umar
dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

b. Pemilihan Umar Sebagai Khalifah

Tatkala sakit Abu Bakar semakin parah, ia mengumpulkan beberapa orang


dari pemuka sahabat. Di hadapan mereka, Abu Bakar mengatakan, Kalian

1 DR. Muhammad Ash- Shalabi, The great leader of UMAR BIN KHATTAB, hal. 24.

8
telah melihat keadaan saya seperti ini. Aku kira sakit yang ku derita saat
ini akan mengantarkanku pada ajalku. Allah telah melepas kontrak
perjanjian kalian dari pmbaiatanku dan mengembalikan kembali urusan
kalian kapada kalian. Karenanya, hendaklah kalian memilih orang yang
paling kalian cintai untuk menjadi pemimpin kalian. Bila kalian memilihnya
selagi aku masih hidup, maka yang demikian itu lebih baik agar kalian
tidak berselisih sepeninggalanku.2

Para sahabat pun menyelenggarakan musyawarah. Setiap orang menolak


dirinya di calonakan dan malah mencalonkan sahabat lain yang di anggap
layak menjadi khalifah. Karena musyawarah ini tidak membuahkan hasil,
maka mereka menyerahkan kembali persoalan ini kepada Abu Bakar.
Kepada Abu Bakar, mereka mengatakan, Wahai khalifah Rasulullah, kami
semua berpendapat seperti pendapat Anda saja. Abu Bakar menjawab,
Kalau begitu, tunggu dulu sampai aku menemukan calon khalifah yang
tepat.

Setelah itu Abu Bakar memanggil beberapa sahabat untuk


bermusyawarah dengannya, dan di mintai pendapat mereka mengenai
Umar bin Al-Khattab.

Pada umumnya mereka memiliki persepsi yang samamengenai


umar, kecuali Talhah bin Abdullah. Thalhah khawatir terhadap sikap Umar
yang terkenal keras. Thalahah mengatakan kepada Abu Bakar, Apa yang
akan Anda jawabketika Tuhan bertanya kepada Anda mengenai kebijakan
Anda untuk mengangkat Umar sebagai pengganti Anda untuk memimpin
kami, sedang Anda sendiri sudah tahu sifat keras dan sifat kasarnya?

Mendengar itu, Abu Bakar meminta Thalhah untuk duduk di


sampingnya, lalu mengatakan, Apakah karena Allah kalian takut kepada
saya? Sungguh merugi orang yang memimpin kalian dengan zhalim alias
sewenang-wenang. Aku pernah berdoa kepada Allah, Ya Allah, aku telah
mengangkatorang terbaik dari hamba-Mu sebagai penggantiku untuk
memimpin mereka, maka jelaskanlah kepada mereka mengenai penyebab
kekerasan dan kekasaran Umar!3 selanjutnya Abu Bakar mengatakan,
Umar bersikap demikian karena dia melihatku terlalu bersikap lemah.
Sekiranya dia telah menjabat sebagai khalifah, niscaya dia akan
meninggalkan banyak dari sifatnya itu.4

2 Al-Bidayah wa An-Nihayah, 7/18 dan Tarikh Ath-Thabari, 4/238

3 Ibnu Atsir, Al-Kamil, 2/79 dan Mahmud Syakir, At-Tarikh Al-Islami, hal. 101.

4 Ibnu Atsir, Al-Kamil, 2/79.

9
Kemudian Abu Bakar menulis surat peralihan kekuasaan dan
membacakannya di hadapan penduduk Madinah. Surat ini juga di bacakan
di hadapan penduduk wilayah-wilayah lain lewat perantara para gubernur
dan panglima militer.

c. Perluasan Wilayah
Di zaman Umar gelombang ekspansi secara besar-besaran pertama
terjadi, ibukota Syiria, Damaskus ditaklukkan dan setahun kemudian (636
M), setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh
daerah Syiriah jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syiria
sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin
Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Saad bin Abi Waqash. Iskandaria
ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh di bawah
kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah ibukota dekat Hirah di Irak,
ditaklukkan pada tahun 637 M, dari sana serangan dilanjutkan ke ibukota
Persia, al-Madain ditaklukkan pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M,
Musol dapat dikuasai. Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab ra,
wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabiah, Palestina, Syiriah,
sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
Umar mengajak dunia memeluk Islam dengan ajakan yang baik dan
penuh hikmah. Setelah pasukan muslim menaklukkan Persia, Umar
berwasiat kepada Saad ibn Abi Waqash, kuperintahkan engkau untuk
mengajak mereka memeluk Islam; ajakla mereka dengan cara yang baik,
sebelum memulai pertempuran. Umar juga berwasiat kepada para
pemimpin pasukan agar tidak memaksa penduduk setempat untuk
mengganti agama mereka dengan Islam. Umar justru berwasiat agar umat
Islam dapat memuliakan mereka dan tidak mengganggu praktik-praktik
ibadah mereka.

d. Pemerintahan Negara

Dari berbagai riwayat tentang pidato Umar saat menjabat sebagai


khalifah di atas, maka jelaslah bagi kita tentang metode dia dalam
menjalankan pemerintahannya. Metode umar dalam menjalankan
pemerintahannya dapat kita simpulkan dalam poin-poin penting berikut
ini:

1. Umar memandang jabatan khalifah sebagai ujian, dimana dia akan


dimintai pertanggung jawaban atas jabatan tersebut. Kekuasaan dimata
Khulafaur-Rasyidin adalah kewajiban, amanah, dan ujian. Bukan pangkat,
kehormatan, dan superioritas.

10
2. Pengangkatannya sebagai khalifah menuntut dirinya untuk segera
menjalankan tugas negara yang ada di hadapannya. Ia harus mengangkat
gubernur untuk memimpin rakyat yang berada di wilayah dari orang-orang
yang memiliki kapasitas dan amanah. Umar merasa hal ini belum cukup
untuk membebaskan tanggung jawabnya di hadapan Allah, maka ia pun
melakukan pengawasan terhadap para pembantu dan para gubernurnya.
Siapa di antara mereka yang menjalankan dengan baik, maka ia akan
menambah kebaikan untuknya. Sebaliknya, siapa di antara mereka yang
lalai dalam menjalankan tugas, maka ia akan memberi sanksi dan
mencopot jabatannya. Hal ini akan penulis jelaskan ketika membahas
mengenai lembaga gubernur dan sumbangsih pemikiran Umar terhadap
pengembangan lembaga ini.
3. Sikap kerasnya yang dikhawatirkan publik ia ganti dengan sikap lemah
lembut dan kasih sayang. Ia berjanji akan menegakkan keadilan di antara
mereka. Siapa yang berlaku aniaya dan melampaui batas,maka dia tidak
akan mendapati kecuali kehinaan. Aku tidak akan membiarkan ada orang
yang menganiaya dan melampaui batas terhadap oramng lain, kecuali
akan kuletakkan dahinya di atas tanah, kata umar. Sebaliknya siapa yang
berjalan di atas rel yang benar, menjalankan ajaran agama dengan baik,
dan menjauhkan diri dari hal-hal yang baik, maka dia akan mendapatkan
kasih sayang. Akan kuletakkan dahiku bagi orang yang menjauhkan
dirinyadari hal-hal yang tidak baik, kata Umar dalam pidato pertamanya. 5
Keadilan Umar akan tampak jelas dari kebijakan dan perhatiannya
terhadap lembaga peradilan dan pengembangan lembaga ini, di mnana
keadilan benar-benar merata di seluruh wilayah pemerintahannya.6
e. Harta Rampasan Perang (ghanimah)

Pembagian harta rampasan sudah ditentukan ole Allah dan Rasul-Nya


sebagaimana di terangkan dalam sebuah ayat yang mulia. Allah berfirman
dalam surat Al-Anfal:41, yang artinya,
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu
sabil. (Al-Anfal: 41).

Sedangkan empat perlima dari harta rampasan tersebut adalah


dibagikan kepada para tentara. Penunggang kuda mendapatkan tiga
bagian, dua bagian untuk kudanya dan satu bagian lagi untuk
penunggangnya. Sedangkan satu bagian lagi diberikan kepada tentara
yang berjalaan kaki.7

5 Ad-Daulah Al-Islamiyah fi Ashr Al-Khulafa Ar-Rasyidin, hal. 121 dan Mahdh


Ash-Shawab, 1/385.

6 DR. Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of UMAR BIN KHATTAB, hal. 127.

11
Semasa hidupnya, Rasulullah s.a.w mendapatkan satu bagian. Bagian
tersebut beliau gunakan untuk menafkahi dirinya, isteri-isterinya dan
selebihnya di gunakan untuk kemashlahatan umum serta diberikan
kepada orang-orang yang membutuhkan. Kerabat beliau yaitu suku Bani
Hasyim dn suku Bani Abdul Mutholib yang sudah memeluk agama Islam.
sepeninggal Rasulullah, orang-orang berbeda pendapat dalam bagian
Rasul dan kerabatnya.

Sebagian orang berpendapat bahwa bagian Rasul adalah untuk


khalifah setalahnya. Sebagian lain berpendapat bagian kerabat Rasul
adalah untuk anak cucunya. Sebagian yang lain berpendapat bahwa
bagian kerabat Rasul diberikan kepada kerabat khalifah. Kemudian mereka
sepakat menjadikan kedua bagian tersebut untuk kendaraan dan
peralatan perang.

Pada masa Umar bin Khattab, kadua bagian tersebut digunakan


untuk kemashlahatan umat seperti biaya persiapaan perang, persediaan
kebutuhan negara, dan untuk memperkuat dan memperkokoh kedudukan
negara. Sedangkan bagiannya orang-orang fakir, miskin, ibnu sabil
adalaah tetap seperti pada masa Rasulullah dan tidak mengalami
perubahan pada masa kekhalifahan Umar bin Al-Khattab.8

f. Perlimpahan Wilayah Kepada Hakim Daerah

Peradilan

Ketika pada masa Umar bin Al-Khattab agama islam sudah tersebar ke
berbagaai penjuru, wilayah negara menjadi semakin luas. Umat islam
mulai berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Keadaan seperti ini
mengharuskan negara islam yang masih awal kemunculannya perlu untuk
mengembangkan sistem peradilan. Mulai saat itu, kesibukan khalifah
bertambah, pekerjaan para gubernur di wilayah-wilayah juga bertambah.
Hal ini memungkinkan munculnya perpecahan dan perselisihan umat.

Umar bi Al-Khattab kemudian berfikir untuk memisahkan antara satu


wilayah dengan yang lain dan menjadikan Pengadilan sebagai lembaga
independen. Tujuannya adalah agar seorang hakim hanya mengurusi hal-
hal yang berhubungan dengan pengadilan saja. Setelah itu, lembaga
peradilan mempunyai para hakim yang hanya mengurusi masalah
peradilan saja dan tidak mengurusi yang lain, seperti masalah hukum dan
pemerintahan. Dengan demikian Umar Al-Faruq adalah orang yang
pertama kali memberikan kepada lembaga peradilan wewenang khusus.

7 Atsar ini riwayatnya adalah shahih. Lihat Ashru Al-Khilafah Ar-Rasyidah


halaman 217.

8Siyasatu Al-Mali fi Al-Islami, hal. 205-206.

12
Umar mengangkat para hakim untuk bertugas di wilayah-wilayah
negara seperti Kufah, Bashrah, Syam, dan Mesir. Umar menjadikan
peradilan sebagai lembaga yang langsung berada di bawah
penguasaannya, baik pembentukan lembaga peradilan tersebut oleh
khalifah sendiri atau mewakilkan kepada salah seprang gubernurnya. Hal
ini menunjukkan urusan pemerintahan selalu di kendalikan oleh umar. Dia
telah berhasil membuat undang-undang yang dapat mengatur negara dan
permasalahannya serta menentukan pihak-pihak yang berwenang untuk
mengatasinya.

13
PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang


menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangn dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau
referensi yang kami peroleh, hubungannya dengan makalah ini penulis
banyak berharap kepada semua pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca Amiin.

Terima kasih

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tongkronganislami.net/2015/09/Makalah-biografi-dan-kisah-
kepemimpinan-umar-bin-khattab-ra.html
https://vhocket.wordpress.com/2013/03/31/khalifah-abu-bakar-r-a/
Mahalli a.Mujab, 1984, Biografi sahabat Nabi s.a.w., Yogyakarta, BPFE.
Dr. Muhammad Husain Haikal, 2007, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq, Jakarata, Qisthi Press.
Dr. Muhammad Ash-Shalabi, 2008, The Great Leader Of Umar Bin Al-Khattab, Jakarta Timur,
Pustaka Al-Kautsar.

15

Anda mungkin juga menyukai