Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar berat adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin
ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah.
Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas
dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak
keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh,
fungsi sendi, dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang
disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan
emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka
waktu yang lama.(1)
Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan
luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting
dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas,
memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus
dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka
dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional
pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam
pergerakan.(2)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.
Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44C dengan kontak
sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup
menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan
suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47C, air panas yang mempunyai suhu
60C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan
sebagian ketebalan kulit dan diatas 70C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit.
Temperatur air yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36C-42C. Pelebaran kapiler
dibawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35C selama 120 detik, vesikel terjadi
pada suhu 53C-57C selama kontak 30-120 detik.(3)

II.2. Klasifikasi Luka Bakar


Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat luka
bakar.(1)
Berdasarkan sumber penyebab dibedakan atas:
Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan cairan panas
serta benda benda yang panas
Bahan kimia. Termasuk berbagai macam asam dan basa
Listrik. Termasuk didalamnya arus listrik dan sambaran petir
Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat atau cahaya
ultra violet, juga termasuk sinar matahari
Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah satu sumber
penyebab luka bakar karena radiasi

2
Berdasarkan penyebabnya, luka bakar secara kasar dapat dibagi dalam enam kategori (4)
A Luka Bakar Api
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
1 Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api.
2 Bentuk lain dari jenis ini adalah luka bakar cahaya
Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel-partikel
halus suatu benda panas.
Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang
terkena, termasuk rambut.
B Luka Bakar Kontak
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya besi
panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini dapat memberikan gambaran mengenai benda
panas yang menyebabkan luka bakar tersebut.
C Luka Bakar Radiasi
Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas
1 Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan
gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar
2 Dapat menimbulkan lepuh dan eritema
3 Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
karbonisasi
D Luka bakar terjadi bila kulit berhubungan langsung dengan cairan panas (biasanya air)
1 Air pada 1580F (700C) akan menghasilkan suatu luka bakar derajat tiga pada kulit
orang dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak; pada 131 0F (550C), hampir
25 detik untuk menghasilkan luka bakar yang sama
2 Pemanas air hampir seluruh rumah di Amerika berasal dari pengaturan pabrik
kira-kira 1300-1400F, meskipun begitu,unit terbaru sekarang disesuaikan menjadi
sekitar 1200F
3 Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :
a Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidak sengajaan atau kecerobohan
dirumah. Luka bakar imersi akibat kecerobohan dirumah sering terjadi karena
anak kecil ditempatkan didalam kolam atau bak mandi yang dipenuhi air
panas membara, dengan tujuan untuk mendisiplinkan atau menghukum si
anak. Bentuk khas luka bakar dapat terlihat, sebagai anak yang terrefleksi

3
tenggelam di dalam air. Disekeliling area dari kulit yang melingkari tiap-tiap
daerah lutut tidak terkena karena anak tersebut dipaksa berjongkok di dalam
air. Anak biasanya dipegang diantara tangannya dan ke bawah pada air
membara. Hasil luka bakar menunjukkan bentuk khas dengan tidak terdapat
luka di bawah lututnya, fosa poplitea dan daerah inguinal
b Luka bakar karena percikan atau tumpahan biasanya tidak disengaja,
disebabkan karena memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh. Luka
akibat tumpahan dapat terjadi bila seorang anak kecil menuangkan pot berisi
air panas dari kompor dan cairan tumpah ke seluruh tubuh. Di beberapa bagian
kasus, bentuk dari luka bakar harus berhubungan dengan cerita, dengan yang
paling berat luka bakarnya dari kulit kepala atau kepala.
c Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat panas
dapat menyebabkan luka berat pada mukosa saluran nafas. Pada beberapa
kasus, edema laring masif dapat terjadi, penyebab asfiksia dan kematian
E Luka bakar karena gelombang mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang mana frekwensi berkisar
antara 30 300.000 MHz dan panjang antara 1mm sampai 30cm. Radiasi microwave
adalah non-ionisasi, oleh karena itu efek biologi primernya adalah panas, yang mana
memproduksi melalui agitasi molekuler dari molekul polar seperti air. Pada sistem
biologi, oleh karena itu, jaringan dengan komposisis air yang lebih tinggi (seperti otot)
akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisis air yang lebih rendah
(seperti lemak). Standar operasi untuk microwave di dapur adalah pada 2,450 MHz.
1 Tergantung pada panjang gelombang radiasi, dan ketebalan, orientasi, dan
karakter dari target, apabila ada salah satu atau kombinasi dari tiga hal ini :
a. Gelombang mikro terrefleksi
b. Gelombang mikro diabsorpsi
c. Gelombang mikro melewati dikeseluruhan terget
2 Surell et al, pada 1987 melaporkan pada suatu studi yang mana piglet anestesi
terekspos pada radiasi gelombang mikro dari sebuah 750 watt microwave rumah
tangga, pada energi penuh dalam waktu berkisar 90 120 detik. Studi ini
menunjukkan bahwa :
a Pada semua kasus, luka bakar memproduksi demarkasi yang sempurna, luka
bakar penuh

4
b Luka bakar yang mana lebih ekstensif dipermukaan tubuh mendekati alat
pengeluaran (biasanya bertempat diatas dari oven)
c Secara mikroskopik kasar menunjukkan penemuan yang konsisten dari
perubahan relatif lemak subkutaneus, selain luka bakar pada kulit diatas atau
di bawah otot (perubahan relatif lapisan jaringan). Arus nuklir tidak ada
d Mikroskopik elektron tidak memperlihatkan kerusakan seluler atau organel
yang berarti
3 Hampir luka bakar karena microwave adalah karena ketidaksengajaan, berkaitan
dengan memasukkan tangan kedalam microwave dengan tidak benar benar
mematikan terlebih dahulu, atau karena ingesti dari cairan panas yang dipanaskan
ke dalam microwave. Pada suatu pelaporan, seorang pria yang menggunakan
tambalan nitro transdermal mengalami luka bakar derajat dua didekat tambalan
itu,ketika dia duduk disebelah oven microwave yang bocor. Diperkirakan, plastik
alumunium yang ada pada tambalan tersebut merupakan faktor yang
menyebabkan kebakaran tersebut.
4 Bentuk tidak biasa dari penyiksaan anak pernah dilaporkan pada tahun 1987 oleh
Alexander et al yang mana berhubungan dengan dua kasus terpisah yang mana
seorang bayi perempuan umur 5 minggu, dan seorang anak laki-laki umur 14
bulan yang terbakar karena diletakkan di oven microwave yang sedang
dinyalakan.
F Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agen kimia seperti asam kuat dan alkali, sama
seperti agen lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perbaikan yang lebih
lambat daripada luka bakar akibat agen panas.
1 Ekstensi luka tergantung dari :
a. Agen kimianya
b. Kekuatan atau konsentrasi dari agen kimianya
c. Durasi kontak dengan agen tersebut
2 Agen alkalin :
a. Cenderung lebih menjadi luka berat dibanding agen asam
b. Yang dapat menyebabkan luka bakar umumnya memiliki pH >11,5
c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal
d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak kulit dan
licin

5
3 Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana
diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja.
Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh karena
ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang digunakan oleh negara tersebut.

Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian derajat luka bakar
dalam 6 derajat (3)
1. Luka bakar derajat 1. Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas
yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya bentuk luka
berupa kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu
penyembuhan antara beberapa jam sampai beberapa hari.
2. Luka bakar derajat 2. Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang
suhunya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superfisial hanya sedikit
yang rusak dan penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya
terdapat vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.
3. Luka bakar derajat 3. Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik
didih. Pada keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak sehingga pada
penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga terbakar dan
halini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi
jaringan parut yang mengandung semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami
kontraktur.
4. Luka bakar derajat 4. Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung saraf juga
ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang
terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas pada hari ke 5
atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan lambat.
5. Luka bakar derajat 5. Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir
selalu mengalami deformitas.
6. Luka bakar derajat 6. Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya
mengakibatkan kerusakan anggota badan.

6
Klasifikasi luka bakar menurut Wilson(3)
1. Luka bakar derajat satu (derajat satu dan dua, Dupuytren) Terjadi eritema dan blister
tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi
cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema. Secara umum blister diliputi
oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya, epidermis yang avaskuler dan dibatasi
oleh zona yang berwarna hiperemi. Bila besar blister kurang dari 1 cm maka blister ini
akan diresorbsi, sebaliknya bila blister ini pecah maka akan meninggalkan daerah
dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar yang terjadi adalah derajat satu akan
tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh terutama yang terletak pada
daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan dari abdomen maka akan menyebabkan
kefatalan.
2. Luka bakar derajat dua (derajat tiga dan empat, Dupuytren) Terjadi destruksi dari
seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan, berupa
daerah yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam
beberapa hari, biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan
mengelupas dan meninggalkan ulkus yang lambat menyembuh. Luka bakar derajat dua
sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk
selama penyembuhan.
3. Luka bakar derajat tiga (derajat lima dan enam, Dupuytren) Yang karakteristik dari luka
bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada kulit dan subkutis tetapi juga pada
otot dan tulang. Destruksi pada ujung-ujung saraf juga dapat terjadi yang
mengakibatkan kehilangan rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi jaringan pada area luka
bakar menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan penyembuhan yang berjalan lambat.
Bila paparannya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat dibawah kulit akan
terbakar dan menjadi arang. Sedangkan paparan yang luas dari tubuh setelah kematian
oleh karena panas dan asap menyebabkan seluruh tubuhh menjadi arang dengan otot-
otot dan organ-organ dalam yang terpanggang, dan akhirnya menghanguskan bagian-
bagian tubuh terutama ekstremitas, genitalia dan telinga.

7
Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Dalamnya Luka(4)
Luka bakar biasanya digolongkan berdasarkan dalamnya luka yang terbentuk
(kerusakan jaringan)
A. Luka bakar derajat Satu
Adalah luka bakar yang terbatas pada epidermis superfisial
1 Dapat terlihat dalam bentuk eritema dan edema, biasanya tidak terdapat lepuh
(blister), kulit bisa saja, mengalami pengelupasan
2 Biasanya sangat nyeri
3 Tidak terbentuk jaringan parut dalam proses penyembuhan
4 Misalnya luka bakar akibat terpajan sinar matahari
B. Luka bakar derajat dua
Yang meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis juga mengenai sebagian
apendiks kulit. Luka bakar derajat dua dapat terletak dangkal (superfisial) maupun
dalam (profunda)
1 Biasanya terdapat lepuh
2 Sensasi sensori utuh, biasanya menyembuh tanpa membentuk jaringan parut,
namun pada luka bakar yang dalam dapat menimbulkan jaringan parut
C. Luka Bakar Derajat Tiga
Meliputi nekrosis (kematian jaringan) yang mengenai seluruh lapisan kulit, termasuk
seluruh apendiks kulit.
1 Daerah yang terbakar terlihat berwarna putih
2 Kehilangan semua sensasi (mati rasa)
3 Hampir selalu terbentuk jaringan parut yang parah
D. Luka Bakar Derajat Empat
Dikenal sebagai karbonisasi, dimana seluruh jaringan terbakar dan menjadi arang.
Terjadi kerusakan total pada kulit dan jaringan subkutan, dan tulang juga mengalami
karbonisasi baik sebagian maupun keseluruhan.

8
Tabel 1. Deskripsi Tradisional dan Klasifikasi Umum dari Luka Bakar.(5)

Nomenklatur
Nomenklatur Kedalaman Penemuan Klinis
Tradisional
Ketebalan Dangkal Derajat 1 Epidermis Erythema, nyeri
Ketebalan
sebagian Derajat 2 Dermis dangkal (papillar) Lepuh, cairan jernih, nyeri
dangkal
Kulit tampak pucat, nyeri
Ketebalan
Derajat 2 Dermis dalam (reticular) berkurang. Sulit dibedakan
Sebagian dalam
dengan derajat 3
Dermis dan jaringan Keras, eschar seperti kulit,
Seluruh Ketebalan Derajat 3 atau 4 dibawahnya, mungkin cairan berwarna ungu,
fascia, tulang, otot sensibilitas (-)

Klasifikasi Derajat Luka Bakar yang lainnya(3)


1 Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada lapisan
epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh
tanpa jaringan parut dalam waktu 5 7 hari.
Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)


Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel
yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel
rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10
21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak
lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi
ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh
karena permeabilitas dindingnya meninggi.

Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi :

9
a. Derajat dua dangkal dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan
penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari.
b. Derajat dua dalam dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila
kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi
lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel
kulit (epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan lain
sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.

Gambar 2. Luka Bakar Derajat II

Gambar 3. Evaluasi luka bakar derajat 2 Gambar 5 Evaluasi luka bakar derajat 2
1 jam dua hari, lepuh tampak

Gambar 4 Evaluasi luka bakar derajat 2 1 hari

3. Luka bakar derajat 3.


Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ
yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi
memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.
Gambar 6. Luka Bakar Derajat III

10
II.3. Luas Luka Bakar(3)
Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana
kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting pengaruhnya
terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan luas luka bakar secara
tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa
luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang
terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala
adalah 9%, tiap tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%,
bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%.
Lihat gambar
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh
karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder
untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak
tangan dianggap seluas 1%.
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu terjadinya
kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan luasnya luka bakar.
Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke kulit dibandingkan dengan
bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar
yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan
menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan
menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan
pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka
daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila
pakaian yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh.

Gambar 4. Perhitungan Luas Luka Bakar

11
1 1 th 5 th

14
18

9 9

9 9
18 18

18 18

16 16

14 14

15 th Dewasa

10 9

9 9 9 9

18 18 18 18

1
18 18 18 18

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh
Struktur Anatomi Area Permukaan
Kepala 9%
Badan Depan 18%
Punggung 18%
Tiap Kaki 18%
Tiap Lengan 9%
Genitalia/perineum 1%

II.4. Patofisiologi Luka Bakar(6)

12
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah yang ada
didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajat tiga.
Bila luas luka bakar <25%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah 8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal.
Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap
berbagai macam antibiotik. Perubahan luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3 akibat infeksi,
dapat dicegah dengan mencegah infeksi.
13
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gream
negatif. Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin
lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
Pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan perubahan jaringan
di tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula
sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.
Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati.
Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka
bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti Staphylococcus atau basil Gram
negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyumbat di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri,
gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila
ini terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.
Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama
dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang di khawatirkan
pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau
melena.
14
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi,
dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari
otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut
penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai
wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat. Jadi,
prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

II.5. Menentukan Keparahan Luka Bakar(1)


Sumber luka bakar. Luka bakar minor yang disebabkan oleh radiasi nuklir lebih parah
dibandingkan dengan suatu luka bakar termal. Luka bakar yang disebabkan oleh
bahan kimia adalah berbahaya sebab bahan kimia mungkin masih terdapat pada kulit.
Bagian tubuh yang terbakar luka bakar yang terdapat pada wajah lebih berbahaya
sebab bisa mempengaruhi jalan nafas atau mata. Luka bakar pada telapak tangan dan
kaki juga membutuhkan perhatian khusus sebab bisa membatasi pergerakan jari dan
jari kaki.
Derajat luka bakar. Derajat luka bakar adalah penting untuk ditentukan sebab bisa
menyebabkan infeksi/peradangan jaringan yang terbakar dan memudahkan invasi
kuman ke sistem sirkulasi.
Luas daerah luka bakar. Adalah penting untuk mengetahui persentase dari jumlah
permukaan kulit yang terbakar. Tubuh orang dewasa dibagi menjadi beberapa regio,
masing-masing mewakili sembilan persen dari total permukaan tubuh. Regio ini
adalah kepala dan leher, masing-masing ekstremitas bagian atas, dada, abdomen,
punggung bagian atas, pantat dan punggung bagian bawah, bagian depan dari masing-
masing ekstremitas bawah, dan bagian belakang dari masing-masing ektremitas
bagian bawah. Jumlahnya 99 persen. 1 persen sisanya adalah area genital. Pada bayi
atau anak kecil, persentase yang lebih besar ditempatkan pada kepala dan batang
tubuh.
Umur pasien. Ini sangat penting sebab anak-anak kecil dan orang tua pada umumnya
mempunyai reaksi yang lebih berat terhadap luka bakar dan berbeda proses
penyembuhannya.

15
Kondisi fisik dan mental sebelum terjadinya luka bakar. Pasien dengan penyakit
saluran pernapasan, kelainan jantung, diabetes atau penyakit ginjal berada dalam
bahaya yang lebih besar dibanding orang-orang yang sehat.

II.6. Berat Ringannya Luka Bakar(8)


Dibagi menjadi :
1. Berat = Parah
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka
d.Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan soft
tissue yang luas
2. Sedang
a. Luka bakar derajat II 15 25%
b. Luka bakar derajat III 2 10% kecuali pada muka, tangan dan kaki
3. Ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakat derajat III <2%

II.7. Faktor faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Luka Bakar(4)


Tingkat keparahan luka bakar dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
Intensitas panas
Pada kebakaran rumah, biasanya suhu berada pada kisaran di bawah 1200
16000F
Durasi terpajan panas
Misalnya, kulit manusia dipanaskan sampai 450C selama 2 jam, maka kulit akan
menjadi hiperemis tanpa terjadi kerusakan epidermis, namun bila durasi pajanan
diperpanjang sampai 3 jam, akan terjadi kerusakan total atau nekrosis pada epidermis.
Pada pelaksanaan pembakaran jenazah (kremasi) orang dewasa, alat yang digunakan
harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1,5 jam dengan suhu 15000F

II.8. Terapi

16
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas.
Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada
derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan
pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan
oksigen murni.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan
pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita
kesakitan.(6)
Secara singkat, berikut adalah hal hal yang bisa dilakukan untuk menolong korban
luka bakar di tempat kejadian.(7)
17
A. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama
1. Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau rendam
dengan air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk beberapa menit. Jika
luka bakar terjadi karena suatu lingkungan dingin, Jangan gunakan air. Suatu
handuk basah yang dingin dapat juga membantu mengurangi sakit.
2. Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga ia agar
tetap tenang.
3. Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit, tutup luka bakar
dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket atau kain bersih.
4. Lindungi luka bakar dari gesekan dan tekanan.
5. Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit, mereka juga bisa
membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan.
6. Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.

B. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Dua dan Tiga


1. Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika pakaian itu lepas
dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak kontak dengan bahan atau
material yang terbakar.
2. Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau airway korban
terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai resusitasi.
3. Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, lembab,
dingin atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau handuk; suatu
seprai yang mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep dan hindari terjadinya
lepuh.
4. Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan pembalut luka
yang tidak mudah lengket steril, kering.
5. Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.
6. Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat yang datar,
angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu mantel atau selimut.
Jangan tempatkan korban pada posisi syok bila dicurigai ada kepala, leher,
punggung, atau kaki yang luka atau jika posisi tersebut membuat korban tidak
nyaman.
7. Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi, tekanan darah).
C. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan
18
1. Jangan oleskan obat salep, mentega, es, pengobatan, pakaian berbahan kapas halus,
perban yang mudah lengket, kain sari, meminyaki percikan, atau menggunakan bahan
rumah tangga apapun untuk memperbaiki luka bakar. Hal ini dapat bertentangan
dengan penyembuhan yang sesuai.
2. Jangan biarkan luka bakar terkontaminasi. Hindari bernafas atau batuk di area yang
terbakar.
3. Jangan lakukan apapun pada kulit yang mati atau melepuh.
4. Jangan lakukan kompres beku dan jangan rendam suatu luka bakar serius dengan air
dingin. Hal ini dapat menyebabkan syok.
5. Jangan letakkan bantal di bawah kepala korban jika ada suatu luka bakar pada airway.
Hal ini dapat menutup airway.

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-hal diatas
dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan:
(6,8)

DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA (HARI 1)


Survei primer :
A = Airway
adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)observasi selama 24 jam bila
perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi
B = Breathing
Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax dlllakukan
escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain
C = Circulation
Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus
RL diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan
resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung.
Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah cara Baxter.
Baxter dengan rumus :
4cc x kgBB x %luka bakar
Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan
selama 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion
Na.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :
19
1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam
2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan
osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa
5% per 24jam.
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
- Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin -
1cc/KgBB/jam
- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan
untuk mengukur tekanan darah.
Survei Sekunder
Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum
resusitasi cairan definitive
Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan
Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin)
kemudian rawat luka secara tertutup
Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam
Pemberian analgetika dan antibiotika
Luka bakar termal, listrik dan bahan kimia membutuhkan penanganan dan pengobatan
yang berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam penatalaksanaan luka
bakar kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar listrik adalah pada rehidrasi
sementara luka bakar termal memerlukan analgetik dan antibiotik topikal. Pastikan pasien
memberi informasi tentang alergi obat yang mereka miliki, obat obatan yang sedang
diminum atau kondisi kesehatan lain.(7)

A. Terapi Luka Bakar Termal


1. Analgetik

20
Untuk luka bakar termal dokter biasanya memberikan resep analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Morfin sulfat,
Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat.
2. Anti Inflamasi Non steroid
Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang.
Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen,
ansaid dan anaprox dapat juga diberikan.
3. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo
sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 3x sehari.
Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat.
Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka
bakar dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari
menggunakan silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi
berumur kurang dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir.

B. Terapi Luka Bakar Kimia


Walaupun obat-obatan memegang peranan yang terbatas pada penatalaksanaan luka
bakar kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam magesium dan kalsium mungkin
dapat digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan
1. Antibiotik
Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam pencegahan
infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1 atau 2x
sehari dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk
mencegah infeksi pada luka bakar yang terdapat di bagian mata.
2. Analgetik
Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin
dapat bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada
daerah mata.
3. Anti Inflamasi Non Steroid
Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.
21
C. Terapi Luka Bakar Elektrik
Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat
dapat menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik
diberikan.
1 Terapi Cairan
Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan
berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena
dan harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo.

2 Osmosis diuretik
Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan melewati
glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk mengembalikan dan
mempertahankan urin output.

DUA PULUH EMPAT JAM KEDUA (HARI II) dst(8)


Cairan yang diberikan volumenya dari hari pertama
Pemberian koloid/plasma ekspander sudah boleh dilakukan
Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT
Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari
Hari ke 7 penderita boleh dimandikan
Posisi penderita diletakkan dalam posisi yang baik agar tidak terjadi
kontraktur maupun problem rekonstruksi yang lain.

Selain penatalaksanaan secara farmakologik, perawatan luka bakar juga tak lepas
dengan masalah nutrisi. Nutrisi bagi penderita luka bakar tak kalah pentingnya dalam proses
penyembuhan luka.(7)
Memperkirakan jumlah kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar sangat penting
dalam proses penyembuhan. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan nutrisi
pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung kebutuhan kalori
orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri digunakan
untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak. Studi terbaru menunjukkan
bahwa rumus ini cenderung bersifat berlebihan (over estimate) sebesar kira kira 150% dari
kebutuhan kalori. Karena tidak ada satupun rumus yang dapat memperhitungkan secara

22
akurat berapa banyak kalori yang dibutuhkan oleh pasien, adalah penting bagi dokter dan ahli
gizi untuk memonitor secara ketat kondisi nutrisi pasien.(7)
Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan
tampaknya berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui
luka dan karena hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan.
Bagaimanapun juga mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya
kerusakan otot dan terkait penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks
protein yang lebih tinggi tidak dapat menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein
penting untuk menyediakan bahan untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang. Karbohidrat
merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk stress pada luka
bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat mengurangi penggunaan
protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa yang akan
digunakan sebagai energi. Luka bakar membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak dapat
menggunakan sumber energi lain.(7)
Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga
sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak,
dan jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada
penurunan fungsi imun.(7)
Kebanyakan institusi kesehatan mengetahui bahwa luka bakar membutuhkan jumlah
vitamin dan mineral yang lebih tinggi akan tetapi berapa peningkatan kebutuhan ini belum
dapat ditentukan. Beberapa vitamin yang penting adalah vitamin C dan E bersama dengan
zinc dapat membatasi kerusakan oksidatif dan mempercepat penyembuhan luka.
Memberikan kalori dan zat gizi yang adekuat adalah tugas yang sangat sulit pada
pasien luka bakar terutama pada anak-anak. Adalah sangat penting bagi para tenaga
kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dalam rangka meminimalisasi efek
buruk dari kehilangan masa tubuh,dan malnutrisi energi protein. Kegagalan memenuhi
kebutuhan ini dapat bermanifestasi sebagai penyembuhan luka yang tidak sempurna, balance
nitrogen yang negatif, penurunan BB dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.(7)
Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah masuk rumah
sakit. Hal ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat dapat diberikan dalam 24-
48 jam pertama setelah pasien mengalami luka bakar. Pengukuran berat badan dan tinggi
badan yang akurat seperti sebelum luka bakar terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar
Pertumbuhan Anak sangat diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak. (7)

23
II.9. Rehabilitasi Pasca Luka Bakar(2)
Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan
luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting
dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas,
memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus
dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka
dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional
pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam
pergerakan.

24
BAB III
RINGKASAN

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif.(3)
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat atau
kedalaman luka bakar. Berdasarkan sumber di bedakan atas panas, bahan kimia, listrik,
cahaya dan radiasi. Berdasarkan derajat dibagi menjadi derajat satu, dua dan tiga.(1)
Luas luka bakar dihitung berdasarkan rumus Rule Of Nine atau Rule of Wallace. Bila
permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap-tiap ekstremitas
bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap
ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Rumus tersebut tidak dapat digunakan
pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of
10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus
tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1 %.(3)
Berat Ringannya Luka Bakar(8)
Dibagi menjadi :
1. Berat = Parah
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka
d. Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan jaringan
lunak yang luas
2. Sedang
a. Luka bakar derajat II 15 25%
b. Luka bakar derajat III 2 10% kecuali pada muka,tangan dan kaki
3. Ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakat derajat III <2%

25
Prinsip penanganan luka bakar meliputi:(2,7)
1. Pertolongan pertama di tempat kejadian
2. Pertolongan di rumah sakit
3. Rehabilitasi pasca luka bakar.

26

Anda mungkin juga menyukai