Laporan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan Gout artritis di Ruang Teuku Umar
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
KEPALA RUANGAN
MAHASISWA
( ) ( )
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
UPIP RUMAH SAKIT CUT MUTIA LHOKSEUMAWE
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn.Y DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG UPIP RUMAH SAKIT CUT MUTIA
LHOKSEUMAWE ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN..................................................................................................................
2. TANDA DAN GEJALA...................................................................................................
3. PENYEBAB.....................................................................................................................
4. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN.......................................................................
B. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN................................................................................................................
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................
3. RENCANA TINDAKAN...............................................................................................
4. EVALUASI.....................................................................................................................
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................................
1. IDENTITAS.......................................................................................................................
2. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK.........................................................................
3. RIWAYAT PENYAKIT.......................................................................................................
4. PEMERIKSAAN FISIK.....................................................................................................
5. PSIKOSOSIAL...................................................................................................................
6. STATUS MENTAL.............................................................................................................
7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG............................................................................
8. MASALAH PSIKOSIAL DAN LINGKUNGAN..............................................................
9. PENGETAHUAN...............................................................................................................
10. ASPEK MEDIK..................................................................................................................
3
11. DATAR MASALAH KEPERAWATAN.............................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................................
C. RENCANA TINDAKAN........................................................................................................
D. IMPLEMENTASI....................................................................................................................
E. EVALUASI..............................................................................................................................
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................................................
B. SARAN ...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tuntutan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta perkembangan teknologi
yang pesat menjadi stressor pada kehidupan manusia. Jika individu tidak mampu
melakukan koping dengan adaptif, maka individu beresiko mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku seseorang
sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan
jiwa disebabkan karena gangguan fungsi sel-sel syaraf di otak, dapat berupa kekurangan
maupun kelebihan neutrotransmiter atau substansi tertentu (Febrida, 2007).
WHO, (2009) memperkirakan terdapat 450 juta jiwa diseluruh dunia yang mengalami
gangguan mental, sebagian besar dialami oleh orang dewasa muda antara usia 18-21
tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut tingkat emosional masih belum terkontrol.
Di indonesia sendiri prevalensi penduduk yang mengalami gangguan jiwa cukup tinggi,
data WHO, (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira
12-16 % mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah
penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di indonesia terdapat di daerah khusus ibu kota
jakarta yaitu sebanyak 24,3% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar, (2007) menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai
5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukan bahwa pada setiap 1000
orang penduduk terdapat 4 sampai 5 orang yang mengalami gangguan jiwa. Prevalensi
gangguan jiwa di indonesia diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya beban hidup yang dihadapi oleh masyarakat indonesia.
Menurut Dinas Kesehatan Provisi Jawa Tengah, (2012) menyebutkan bahwa terdapat
932 jiwa mengalami gangguan jiwa, 818 jiwa masih dirawaat di Rumah Sakit Jiwa dan
475 jiwa dalam pengobatan rawat jalan antara lain RSJ Semarang terdapat 431 jiwa,
1
RSJ Magelang 172 jiwa, RSJ Banyumas 5 jiwa, Puskesmas Kabupaten Purbalingga 6
jiwa, RSJ Surakarta 172 jiwa dan RSJ Klaten 32 jiwa. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah masalah dengan gangguan jiwa paling banyak dirawat
di RSJ Semarang yaitu 431 jiwa.
Secara umum gangguan jiwa bisa di bedakan menjadi dua kategori yaitu psikotik dan
non-psikotik yang meliputi gangguan cemas, psikoseksual, kepribadian, alkoholisme,
dan menarik diri. Gangguan jiwa psikotik meliputi gangguan jiwa organik dan non-
organik. Gangguan jiwa organik meliputi delirium, epilepsi dan dimensia, sedangkan
gangguan jiwa non-organik meliputi skizofrenia, waham, gangguan mood, psikosa
(mania, depresi), gaduh, gelisah, dan halusinasi (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang menjadi penyebab seseorang
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh di ruang inap pasien
jiwa Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal periode bulan Mei 2014, pasien yang dirawat di
ruang Pavilliun Flamboyan di dapatkan dari 13 pasien yang mengalami gangguan jiwa
terdapat 7 pasien mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang
rata-rata berumur antara antara 23 tahun sampai 65 tahun.
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang
buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya, karena pasien
dengan halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan.
Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang
optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan
masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi
halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-
farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-
obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat
meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
2
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah satunya melakukan
penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup penerapan strategi pelaksanaan
halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal
yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan
mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk
mencegah halusinasi, serta minum obat dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).
Berdasarkan data dan fenomena diatas khususnya pada Provinsi Jawa Tengah masalah
gangguan jiwa yang paling banyak di alami oleh masyarakat adalah halusinasi dan lebih
didominasi halusinasi pendengaran. Pasien dengan halusinasi yang menjalani rawat inap
di rumah sakit kemudian dilakukan penatalaksanaan halusinasi baik farmakologis
maupun non-farmakologis banyak yang menunjukan perbaikan pada kondisinya dan
dinyatakan sembuh, akan tetapi banyak juga pasien yang kembali lagi ke rumah sakit.
Sehingga timbul pertanyaan penulis, Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Pavilliun
Flamboyan RS Mitra Siaga Tegal ?
2. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
3. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan laporan proposal karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif dan dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi kasus
dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna penyusunan Karya
Tulis Ilmiah, misalnya :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait : pasien maupun tim kesehatan
mengenai data pasien dengan Halusinasi . Wawancara dilakukan selama proses
keperawatan berlangsung.
2. Observasi partisipasi
4
Dengan mengadakan pendekatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien selama di rumah sakit.
3. Studi dokumentasi
Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan untuk
mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun pengobatan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsangan dari luar (Yosep, 2011). Menurut Direja, (2011) halusinasi merupakan
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat,
(2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan,
perabaan penghiduan, atau pendengaran.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). Halusinasi pendengaran meliputi
mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang, berbicara kepada klien atau
membicarakan klien. Mungkin ada satu atau banyak suara, dapat berupa suara orang
yang dikenal atau tidak dikenal. Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang
menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau
orang lain dan di anggap berbahaya (Videbeck, 2008).
6
2. TANDA DAN GEJALA
Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data subyektif dan
data obyektif klien, yaitu :
1. Data Subyektif :
e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan suara
lain yang membahayakan.
2. Data Obyektif.
b. Bicara sendiri.
c. Tertawa sendiri.
e. Menutup telinga.
f. Mulut komat-kamit.
3. PENYEBAB
Secara pasti yang menyebabkan terjadinya halusinasi belum diketahui namun ada
beberapa teori yang mengungkapkan tentang halusinasi. Halusinasi terjadi karena
respon metabolik terhadap stress yang mengakibatkan lepasnya neurotransmitter,
7
sehingga akan menyebabkan gangguan dalam putar balik otak yang mengatur proses
informasi dan juga mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara efektif dalam
menanggapi rangsangan. Individu yang selalu merasa gagal, akan membuat individu
tersebut menganggap dirinya rendah, tidak berharga dan sulit bersosialisasi dengan
orang lain sehingga menjadi menarik diri dari lingkungan. Klien lama kelamaan
kehilangan kemampuan untuk membedakan stimulus internal dan stimulus
eksternal. Ini akan meniru terjadinya halusinasi. Jika klien berhenti menghentikan
perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasinya tersebut maka isi
halusinasi menjadi menarik. Klien akan mengalami panik prilakunya dikendalikan
oleh isi halusinasinya, klien akan melakukan bunuh diri, membunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.
4. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN
Menurut Townsend, (2003) ada dua jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut :
Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
2) Indikasi
3) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, tampak
menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan
batang otak.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang,
kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.
8
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.
b. Chlorpromazin
2) Indikasi
3) Mekanisme Kerja
4) Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum tulang,
penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6
bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
c. Trihexypenidil (THP)
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
9
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat
antiparkinson
3) Mekanisme kerja
4) Kontra indikasi
5) Efek samping
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-
100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa
terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain.
10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Menurut Keliat, (2006) tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada 5
(lima) aspek, yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat
menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan formulir pengkajian dan
petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. isi pengkajian
meliputi:
a. Identitas klien.
c. Faktor predisposisi.
d. Faktor presipitasi.
f. Aspek psikososial.
g. Status mental.
i. Mekanisme koping.
k. Pengetahuan.
l. Aspek medik.
11
Menurut Stuart, (2007) data pengkajian keperawatan jiwa dapat dikelompokkan
menjadi pengkajian perilaku, faktor predisposisi, faktor presipitasi , penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien
1. Pengkajian perilaku
2. Faktor predisposisi
a) Dimensi biologis
b) Psikologis
c) Sosial budaya
3. Faktor presipitasi
12
a. Stressor biologis
b. Stressor lingkungan
c. Pemicu gejala
4. Penilaian stressor
5. Sumber koping
6. Mekanisme koping
13
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi:
c. Menarik diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA TINDAKAN
Intervensi :
14
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK 2 : Membantu klien mengenal halusinasi ( jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi,
respon ).
Intervensi : Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi.
1. Menghardik.
1. Cara menghardik
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program
pengobatan)
Intervensi:
1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
seizin dokter.
15
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek
yang tidak menyenangkan.
Intevensi :
Intervensi :
16
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
TUK 4 : Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang, dengan perawat dan
klien lain.
Intervensi :
17
1. Mengajarkan cara berkenalan dengan orang dengan cara mempraktekan dan
melakukan.
Intervensi :
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Intervensi :
Intervensi :
18
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi:
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
1. Tanyakan kepada klien apakah dia ingin mempelajari cara baru yang sehat
19
2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /
kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal atau tersinggung.
Intervensi:
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel atau marah.
TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program
pengobatan)
Intervensi:
1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
seizing dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
20
4. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
Intervensi:
1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga selama ini.
4. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah proses membandigkan efek atau hasil suatu tindakan
keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan evaluasi terdiri dari :
21
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status keehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan gangguan persepsi
sensori, yaitu : Tidak terjadi perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Klien dapat mengontrol halusinasinya. Klien mendapat dukungan dari dukungan dari
keluarga dalam mengontrol halusinasinya, keluarga dapat member dukungan. Klien
dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari jumat tanggal 10 juni 2017 jam 09.00 WIB penulis
melakukan studi kasus dengan gangguan persepsi : sensori halusinasi pendengaran pada
Tn.Y di ruang UPIP Rumah Sakit Cut Mutia, di dapatkan data sebagai berikut.
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Tn.Y
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
No RM : 07-24-92
23
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.S
Pekerjaan : Wiraswasta
Klien mengatakan mengamuk dan memukul orang, dan klien susah tidur
dimalam hari
3. FAKTOR PREDISPOSISI
2. Pengobatan sebelumnya
3. Trauma
24
Keluarga klien mengatakan pernah mencoba melalukan bunuh diri pada
riwayat penyakit masa lalu
4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/min
o
Suhu : 35 C
Pernapasan : 23x/min
2. Ukur
BB : 55kg
TB : 168cm
3. Keluhan Fisik
5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep Diri
3. Hubungan sosial
25
Klien mengatakan orang yang sangat penting baginya adalah ibunya
karena ibunya yang selalu menjenguknya selama klien dirawat dirumah
sakit
4. Spiritual
5. Status Mental
1. Penampilan
Klien tampak rapi, rambut pendek, klen memakai sandal, gigi bersih.
2. Pembicaraan
6. Aktivitas Motorik
26
27