Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami inflamasi. Saluran ini
membawa udara ke paru paru. Orang yang mengalami bronkitis sering menderita batuk
disertai lendir (mukus). Mukus merupakan cairan pelicin pada saluran bronkial. Bronkitis juga
dapat menyebabkan mengi (sebuah siulan atau suara melengking ketika bernapas), nyeri dada
atau ketidaknyamanan, demam, dan sesak napas (1).

Klasifikasi bronkitis terdiri dari bronkitis akut dan bronkitis kronik. Karakter bronkitis akut
ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang berlangsung kurang
dari 3 minggu. Bronkitis akut sering terjadi selama masa akut akibat virus seperti influenza.
Virus menyebabkan sekitar 90% kasus bronkitis, dimana bakteri mencapai sekitar 10% (2; 3).

Bronkitis kronik, salah satunya adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). ditandai
dengan adanya batuk selama 3 bulan atau lebih pertahun sekurang-kurangnya selama 2 tahun.
Bronkitis kronik biasanya berkembang karena cedera yang berulang pada saluran udara yang
disebabkan oleh iritasi zat-zat yang dihirup. Merokok merupakan penyebab paling umum,
diikuti dengan paparan polutan udara seperti sulfur dioksida atau nitrogen dioksida, pajanan
iritasi pernapasan individu yang terpapar asap rokok, iritasi paru-paru kimia, atau
immunocompromised yang memiliki peningkatan resiko mengembankan bronkitis (4).

Bronkitis sangat umum terjadi pada seluruh belahan dunia manapun dan merupakan 5 alasan
teratas penyebab seseorang mencari pengobatan medis di negara-negara yang memang
mengumpulkan data mengenai penyakit ini. Tidak ada perbedaan ras terhadap kejadian
bronkitis ini meskipun lebih sering terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi rendah
dan orang-orang yang tinggal di daerah urban dan industri.

Hal mengenai insidensi penyakit terkait jenis kelamin, bronkitis lebih sering dialami
oleh pria dibandingkan wanita. Di Amerika Serikat, hingga dua pertiga pria dan seperempat
wanita mengalami bronkitis yang disertai emfisema hingga menyebabkan kematian. Meskipun
dapat ditemukan hampir pada semua usia, bronkitis akut lebih sering didiagnosis pada anak-
anak berumur kurang dari 5 tahun, sementara prevalensi bronkitis kronis lebih sering terjadi
pada orang tua yang berusia lebih dari 40 tahun. Sementara itu, data epidemiologi di Indonesia
itu sendiri masih sangat minim(10;12).

Penegakan diagnosis dari bronkitis ini dapat ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pemeriksaan
radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit ini, yaitu seperti foto thoraks, Computerized Tomography Scanning (CT-
Scan), bronkoskopi dan pemeriksaan radiologi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis ingin meninjau lebih jauh mengenai gambaran radiologi pada bronkitis.

Anda mungkin juga menyukai