Anda di halaman 1dari 14

TUGAS DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PENYAKIT KANKER
AKIBAT AGEN PAJANAN KIMIA MELALUI MEDIA TANAH

Kelompok 3
Barbara Rutshinta 1606953713
Egidius Ulukyanan 1606953833
Ella Silvia Dewi 1606953846
Indriana Cahyo Pangestuti 1606953991
Reni Nirmasari 1606954331

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah tugas
mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan yang berjudul Penyakit KankerAkibat Agen Pajanan
Kimia Melalui Media Tanah .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Depok, Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
I.3 Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II......................................................................................................................... 2
ISI............................................................................................................................... 2
II.1 Definisi dan Karakteristik Agen Pajanan....................................................................2
II.2 Mekanisme Perjalanan Agen....................................................................................2
II.3 Cara Pengukuran Secara In Situ dan Laboratorium....................................................3
II.4 Baku Mutu Internasional dan Nasional......................................................................3
II.5 Definisi dan Karakteristik Penyakit Akibat Agen Pajanan Kimia Melalui Media Tanah......3
II.6 Mekanisme Terjadinya Penyakit Dalam Tubuh...........................................................5
II.7 Diagnosa Penyakit dan Cara Pemeriksaan..................................................................6
II.8 Pengobatan dan Rehabilitasinya............................................................................... 7
II.9 Pemikiran Tentang Upaya Pencegahan Agen Pajanan ke Penyakit..................................7
II.10 Pengendalian Terhadap Agen Pajanan dan Proteksi Pada Masyarakat...........................8
BAB III........................................................................................................................ 9
PENUTUP.................................................................................................................... 9
III.1 Kesimpulan......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama.Beberapa jenis hama
yang sering ditemukan adalah sejenis serangga. Hama merupakan salah satu penyebab gagal
panen atau dapat merudak tanaman dan hasil panen. Oleh karena itu, banyak para petani yang
menggunakan pestisida untuk menjaga agar tanaman mereka tidak rusak dan tidak gagal
panen.

Pestisida saat ini telah dikembangkan pula untuk mengendalikan dan membasmi
hama lain seperti jamur (fungisida) dan hewan pengerat (rodentisida). Tingginya angka
keberhasilan pestisida dalam menangani hama ini membuat para penggunanya kurang
memperhatikan keamanan penggunaan zat kimia ini yang melampaui batas normal.
Akibatnya, pajanan yang sangat lama dan berkelanjutan dengan pestisida dapat menyebabkan
suatu penyakit karsinogenik, kanker.

Melalui makalah ini diharapkan dapat memaparkan bagaimana perjalanan penyakit


kanker yang diakibatkan pajanan agen kimia pestisida.

I.2Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah yang penulis angkat berdasarkan latar belakang diatas :
1. Apa definisi agen kimia beserta karakteristiknya?
2. Bagaimana mekanisme perjalanan agen dari lingkungan hingga masuk kedalam tubuh
manusia?
3. Bagaimana pengukuran secara in situ dan laboratorium?
4. Berapa baku mutu internasional dan nasional agen?
5. Apa definidi dan karakteristik penyakit yang diakibatkan oleh agen?
6. Bagaimana mekanisme perjalanan penyakit tersebut dalam tubuh manusia?
7. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit dan cara pemeriksaannya?
8. Apa saja upaya pengobatan dan rehabilitasi terhadap penyakit tersebut?
9. Bagaimana upaya pencegahan agen pajanan kimia ke penyakit?

1
10. Bagaimana cara pengendalian terhadap agen pajanan kimia dan proteksi kepada
masyarakat?
I.3Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dan karakteristik agen pajanan kimia
2. Untuk mengetahui mekanisme perjalanan agen dari lingkungan hingga sampai ke tubuh
manusia
3. Untuk mengetahui cara pengukuran secara in situ dan laboratorium
4. Untuk mengetahui baku mutu internasional dan nasional agen
5. Untuk mengetahui definisi dan karakteristik penyakit yang diakibatkan oleh agen
6. Untuk mengetahui mekanisme penyakit di akibatkan oleh agen dalam tubuh manusia
7. Untuk mengetahui cara mendiagnosa penyakit dan cara pemeriksaannya
8. Untuk mengetahui cara pengobatan dan rehabilitasi penyakit tersebut
9. Untuk mengetahui upaya pencegahan agen pajanan kimia ke penyakit
10. Untuk mengetahui cara pengendalian terhadap agen pajanan kimia dan proteksi kepada
masyarakat.

2
BAB II

ISI

II.1 Definisi dan Karakteristik Agen Pajanan


II.1.a. Definisi Agen
Agen adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan
terjadinya suatu penyakit (M.N Bustan, 2006).Agen tersebut dapat meliputi agen fisik,
kimia, biologi, dan radiasi.
II.1.b. Definisi dan Karakteristik Agen Pajanan Kimia
Agen kimiawi dapat berasal dari luar tubuh (eksogen:pestisida, zat racun, obat,
senyawa kimia,limbah industri,allergen,gas, debu) dan dapat berasal dari dalam tubuh
(endogen: ureum, kolesterol, hiperglikemia).
World Health Organization mendefinisikan pestisida sebagai agen kimiawi dan
bahan-bahan lain serta jasad renik yang didisain dan dikembangkan untuk menjadi zat yang
bersifat toksik pada suatu organisme hidup yang spesifik pada dosis tertentu.
Karakteristik agen pajanan kimia adalah:
1. Bersifat karsinogenik, dan jika terpapar terus-menerus akan menimbulkan dampak
jangka panjang yang besar.
2. Dapat bermolekul besar (mengandung karbon dan berasal dari jasad hidup atau
organisme), serta bisa juga bermolekul kecil (berasal dari zat kimia spesifik seperti
mineral).
3. Zat toksik dapat menimbulkan efek toksik pada seluruh tubuh atau beberapa organ.
4. Zat toksik dapat meracuni organ sasaran tertentu saja seperti ginjal, saraf, dan sistem
metabolism, serta dapat juga merusak otot.
II.2 Mekanisme Perjalanan Agen
II.2.a. Mekanisme Perjalanan Agen Kimia Melalui Media Tanah Hingga Kontak
dengan Manusia
Penyebaran penyakit agen kimia melalui media tanah dapat terjadi ketika agen kimia
tersebut terdapat dalam tanah sehingga terjadi pencemaran lingkungan (Susilo, 2003).
Kontaminasi pada tanah diakibatkan oleh banyak penyebab termasuk limbah industri,

3
limbah pertambangan, residu pupuk dan pestisida hingga bekas instalasi senjata kimiayang
mengganggu keseimbangan fisik, kimia, dan biologi tanah(Squires, 2001).
Berikut merupakan mekanisme perjalanan agen kimia melalui media tanah sebelum
kkontak dengan manusia:
1. Fase pre-patogenesis : adanya gangguan keseimbangan host, agen, dan lingkungan.
Lingkungan menguntungkan agen dan merugikan manusia. Dalam fase initerdapat
interaksi antara agen kimia dan manusia serta adanya interaksi antara host dan
lingkungan. Pestisida dapat masuk dari lingkungan ke dalam tubuh manusia melalui
kulit (dermal), pernafasan (inhalasi), atau mulut (oral).
2. Fase patogenesis : gangguan keseimbangan dalam waktu lama. Dapat bersifat
endogenenous seperti asidosis, uremia, dan eksogenus. Dalam fase ini terdapat
interaksi antara host dan agen kimia, keadaan dimana agen penyakit menetap,
berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa
gejala penyakit.

II.3 Cara Pengukuran Secara In Situ dan Laboratorium


Residu pestisida merupakan zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian baik
sebagai akibat langsung maupun tidaklangsung dari penggunaan pestisida untuk mengendalikan
hama. Apabila residu pestisida dalam sayuran, buah-buahan atau lingkungan terdapat dalam
jumlah yang berlebihan dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan. Residu pestisida ini
dapat dideteksi dengan metoda kromatografi baik kromatografi gas maupun kromatografi cairan
yang ditendem dengan mass spektrometry yang dapat menganalisis senyawa pestisida dengan
sensitifias dan selektifitas yang baik. Biasanya metode ini dilakukan menggunakan sample
sayuran yang tidak dicuci, dicuci hanya dengan air saja, atau dicuci dengan detergen pencuci
sayuran untuk memiliki kandungan residu pestisida masih termasuk dalam rentang Batas
Minimum Residu.

II.4 Baku Mutu Internasional dan Nasional


Baku mutu atau ambang batas pestisida dapat dikatakan berbahayaatau tidak menurut
peraturan Kementerian Pertanian yang diterbitkan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

4
LD50 Untuk Tikus (mg/kg)
Klasifikasi Oral Dermal
Padat Cair Padat Cair
1. a. Sangat <5 <20 <10 <40
5-50 20-200 10-100 40-400
berbahaya sekali
b. Sangat
berbahaya
2. Berbahaya 50-500 200-2000 100-1000 400-4000
3. Cukup berbahaya >500 >2000 >1000 >4000

II.5 Definisi dan Karakteristik PenyakitAkibat Agen Pajanan Kimia Melalui Media Tanah
II.5.a Definisi Penyakit
Menurut Gold Medical Dictionary, penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi
suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga
timbul gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ, sistem organ dari tubuh.
Penyakit akibat agen kimia adalah penyakit yang ditimbulkan oleh interaksi agen
kimia yang masuk kedalam tubuh. Agen kimia dapat masuk ke dalam tubuh melalui banyak
mediasalah satunya melalui tanah. Salah satu aktivitas yang bisa menyebabkan penyakit
akibat agen kimia malalui tanah adalah pada pemakaian pestisida oleh petani untuk
meningkatkan kualitas tanaman yang ditanam. Pemakaian yang berlebihan dapat
menyebabkan pestisida menyebar di tanah sekitar tanaman, sehingga memungkinkan
terkontaminasi dengan tanaman ataupun sayuran. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa
anak-anak lebih sensitif terhadap bahan karsinogen seperti sianida daripada orang dewasa.
Kebanyakan anak-anak yang perkerjaan orangtuanya berhubungan dengan sianida (petani)
rentan terpapar melalui tanah, kebun, dan rumput (Grossman, 1995).

II.5.b Karakteristik Penyakit Kanker


Neoplasma atau tumor dapat dibagi menjadi katagori jinak dan ganas. Suatu tomur
dikatakan jinak (benigna) apabiola gambaran mikroskopik dan makroskopiknya dianggap
relatif tidak berdosa, yang mengisyaratkan bahwa tumor tersebut akan tetap terlokalisasi,
tidak dapat menyebar ke tempat lain. Sel neoplastik terus menerus membelah diri dan tidak
peduli terhadap pengaruh regulatorik yang mengendalikan sel normal. Selain itu, neoplasma

5
atau kanker juga bersifat seperti parasit dan bersaing dengan sel serta jaringan normal untuk
memenuhi kebutuhan metaboliknya.
Tumor dapat dibedakan karakteristiknya berdasarkan diferensiasi dan anasplasia,
kecepatan pertumbuhan dan, invasi lokal dan metastasis.

1. Diferensiasi dan Anasplasia

Diferensiasi dan anasplasia mengacu pada sel parenkim pembentuk elemen


neoplasma yang mengalami transformasi. Neoplasma jinak terdiri dari sel
berdiferensiasi baik yang sangat mirip dengan padanannya yang normal. Pada tumor
jinak yang berdeferensiasi baik, mitosis sangat jarang ditemukan dan konfigurasinya
normal. Sel neoplasma ganas ditandai dengan diferensiasi yang beragam dari sel
parenkim dari sel yang berdeferensiasi baik sampai sel yang sama sekali tidak
berdeferensiasi. Neoplasma ganas yang terdiri dari sel yang tidak berdeferensiasi
dikatakan anaplastik. Tidak hanya diferensiasi atau anaplasia yang dianggap sebagai
tanda utama keganasan. Kata anaplasia mengisyaratkan dediferensiasi atau hilangnya
deferensiasi struktural dan fungsional sel normal. Namun sekarang diketahui bahwa,
kanker berasal dari sel bakal di jaringan sehingga sel tumor yang tidak berdeferensiasi
lebih disebabkan oleh kegagalan berdeferensiasi bukan dediferensiasi (tumbuh
mundur). Sel anaplasttik memperlihatkan pleomorfisme (yaitu variasi yang nyata
dalam bentuk dan ukuran). Selain itu, mitosis banyak ditemukan dan jelas atipikal.
Walaupun terdapat pengecualian, semakin cepat tumbuh dan anaplastik suatu tumor,
semakin kecil kemungkinannya tumor tersebut aktivitas fungsional spesifik.

2. Laju Pertumbuhan

Sebagian besar tumor jinak tumbuh secara perlahan sedangkan laju pertumbuhan
tumor ganas secara umum berkaitan dengan tingkat deferensiasi.

3. Invasi Lokal

Tumor jinak akan tetap berada di tempatnya berasal. Tumor ini tidak memiliki
kemampuan untuk menginviltrasi, menginvasi atau menyebar ke tempat jauh.
Sebagian besar tumor ini membentuk kapsul fibrosa yang memisahkannya dari
jaringan pejamu. Tumor ganas tumbuh secara infiltrasi, invasi, destruksi dan penetrasi

6
progresif ke jaringan. Selain metastasis, invasi lokal merupakan gambaran paling
andal yang membedakan tumor jinak dan tumor ganas.

4. Metastasis

Metastasis merupakan peristiwa terjadinya implan sekunder (metastasis) yang


terpisah dari tumor primer, mungkin di jaringan yang jauh. Secara umum, semakin
anplastik dan besar neoplasma primernya, semakin besar kemungkinan metastasis.
Neoplasma ganas atau tumor ganas (kanker) menyebar untuk melakukan metastasis
melalui 3 jalur:

Penyemaian di dalam rongga tubuh : terjadi apabila neoplasma menginvasi suatu


rongga tubuh. Cara penyebaran ini terutama khas untuk kanker ovarium.

Penyebaran limfatik: pola keterlibatan kelenjer getah bening terutama bergantung


pada letak neoplasma primer dan jalur drainase limfe alami dari letak tersebuut.

Penyebaran hematogen: pembuluh arteri lebih sulit ditembus oleh sel neoplasma
daripada vena. Hati dan paru merupakan tempat sekunder yang paling sering
terkena pada penyebaran hematoma.

II.6 Mekanisme Terjadinya Penyakit Dalam Tubuh


Menurut Schneider (1997) kanker terjadi karena adanya kerusakan atautransformasi
protoonkogendangenpenghambat tumor sehingga terjadiperubahan dalam cetakan protein dari
yang telah diprogramkan semula yangmengakibatkantimbulnya sel kanker. Mekanisme
terjadinya penyakit kanker dalam tubuh melalui tiga tahap, yaitu:
1. Inisiasi
Tahap pertama ialah tahap permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah menjadi
premaligna. Karsinogenharus merupakan mutagen,yaitu zat yang dapat menimbulkan
mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA, menyebabkan
amplifikasi gen dan produksi copy multiplegen.
2. Promosi
Promoter adalah zat non mutagen tetapi dapat meningkatkan reaksi karsinogen tetapi
tidak menimbulkan amplifikasi gen. Sifat-sifat promotor ialah mengikuti kerja inisiator,

7
perlu paparan berkali-kali, keadaan dapat reversible, dapat mengubah ekspresi gen
seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi.
3. Progresi
Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul
perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Bila ada kerusakan gen, tubuh
berusaha mereparasi atau memperbaiki transkripsi gen yang rusak (DNA repair). Tetapi
bila tidak dapat diperbaiki dengan sempurna akan terbentuk sel baru yang defektif.
Walaupun sel itu defektif masih tetap ada usaha mereparasi kerusakan transkripsi. Bila
berhasil akan terbentuk sel yang normal dan bila gagal akan terbentuk sel yang abnormal,
yaitu sel yang mengalami mutasi, atau transformasi, yang pada akhirnya dapat menjadi
sel kanker.
II.7 Diagnosa Penyakit dan Cara Pemeriksaan
Diagnosa penyakit kanker dapat ditegakkan berdasarkan hasil pada serangkaian
pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dan rinci oleh dokter. Cara-cara pemeriksan tersebut
meliputi :
1. Anamnesis. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, dokter melakukan
anamnesis yang meliputi: keluhan pasien, riwayat medis umum yang lalu dan sekarang,
gaya hidup dan kebiasaan, riwayat keluarga, status sosioekonomi dan pekerjaan (Bolden,
1982).
2. Pemeriksaan fisik. Pemeriksan fisik harus lengkap dan saksama. Pemeriksaan dilakukan
sesuai skema dan mencakup inspeksi (mengamati), perkusi (mengetuk), auskultasi
(mendengarkan dengan stetoskop), dan palpasi (meraba).
3. Pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium, terutama diperiksa adalah
tinja, urin, dan darah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya serta jumlah enzim,
hormon, produk buangan dari pertukaran zat dan mineral.
4. Pencitraan (melalui foto rontgen).
5. Echografi (USG).
6. CT-sken.
7. Pemeriksaan MRI.
8. Pemeriksaan histologi. Dilakukan melalui operasi kecil, atau yang dikenal dengan biopsi.
Dilakukan untuk menentukan sifat dan ciri khas tumor.
9. Pemeriksaan sitologi. Dilakukan dengan menyedot menggunakan jarum halus yang
disebut biopsi pungsi atau biopsi jarum halus.

8
II.8 Pengobatan dan Rehabilitasinya
Pengobatan penyakit kanker dapat dilakukan dengan pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, terapi farmakologi (pemberian obat-obatan berdasarkan jenis kanker yang diderita),
terapi hormon, serta dapat juga dilakukan melalui pengobatan holistik seperti akupuntur, terapi
musik, yoga, hipnoterapi, serta melakukan diet sehat.
Rehabilitasi pada pasien kanker bertujuan untuk mencegah nyeri. Macam terapi
rehabilitasi medik yang sering dilakukan pada pasien kanker adalah modalitas (TENS, panas,
dingin, dan hidroterapi), fisioterapi, terapi okupasi, ortesis, protesis, alat bantu jalan, dan
biofeedback.

II.9 Pemikiran Tentang Upaya Pencegahan Agen Pajanan ke Penyakit


Toksisitas atau daya racun adalah sifat bawaan pestisida untuk menimbulkan kematian
langsung pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia. Toksisitas ini disebabkan oleh residu
yang dihasilkan oleh pestisida tersebut. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan
atau mencegah residu pestisida tersebut adalah :
1. Gunakan pestisida hanya jika benar-benar perlu.
2. Hindari penggunaan pestisida sistemik menjelang panen.
3. Lakukan pengendalian hama terpadu (PHT).
4. Jangan melakukan penyemprotan pada saat angina kencang karena banyak pestisida yang
tidak mengenai sasaran.
5. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan atau
pencampuran.

6. Taati masa tunggu (holding period, preharvest interval, PHI), yaitu waktu sebelum panen
saat penggunaan pestisida harus dihentikan. Preharvest interval sangat tergantung pada
masing-masing pestisida dan jenis tanamannya. Pestisida yang bisa memiliki PHI yang
berbeda jika digunakan pada tanaman yang berbeda. Umumnya, penggunaan pestisida
harus dihentikan antara satu minggu hingga 15 hari sebelum panen. Perlakuan ini mudah
untuk tanaman yang dipanen sekaligus, tetapi sulit untuk tanaman yang dipanen secara
bertahap.
(Djojosumarto, 2008)

9
II.10 Pengendalian Terhadap Agen Pajanan dan Proteksi Pada Masyarakat
Pengendalian terhadap agen pajanan kimia dan proteksinya pada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa langkah berikut antara lain:
1. Menghindari kontak langsung terhadap agen pajanan (pestisida). Gunakan masker
ataupun sarung tangan pada saat dilakukan penyemprotan pestisida terhadap tanaman.
2. Menjauhkan atau melarang anak-anak untuk bermain di kebun sesudah dilakukan
penyemprotan pestisida.
3. Faktor lingkungan dalam hal ini tanah merupakan faktor penting yang mempengaruhi
agen atau seseorang terpapar pajanan agen , oleh karena itu pestisida yang akan
digunakan agen untuk memberantas hama tidak disimpan secara sembarangan agar tidak
tumpah ke tanah.
4. Mengedukasi masyarakat jika merasakan perubahan tidak nyaman pada tubuh seperti
mual-mual bahkan hingga muntah, sesak nafas, dan gatal-gatal pada kulit setelah
melakukan penyemprotan pestisida di kebun agar segera memeriksankan diri di pusat
layanan kesehatan terdekat.

Penggunaan pestisida akan terus dijalankan oleh petani di Indonesia. Meskipun sudah ada
beberapa orang yang mencoba menanam tanaman pangan tanpa menggunakan bahan kimia
seperti pestisida atau yang dikenal dengan tanaman pangan organic namun jumlahnya masih
sangat kecil sekali. Hal ini dikarenakan masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap
pengembangan tanaman organic ini. Selain itu, akibat pemanasan global, mengakibatkan cuaca
yang tidak menentu, dan hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan panen atas hama. Para petani
akan mengambil langkah yang mudah dan cepat, yaitu menggunakan pestisida. Selain bisa
mengendalikan hama, sehingga mereka tidak akan mengalami gagal panen akibat hama.

10
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Agen kimiawi dapat berasal dari luar tubuh (eksogen:pestisida, zat racun, obat, senyawa
kimia,limbah industri,allergen,gas, debu) dan dapat berasal dari dalam tubuh (endogen: ureum,
kolesterol, hiperglikemia). Mekanisme perjalanan agen kimia melalui media tanah dalam hal ini
pestisida sebelum kontak dengan manusia melalui dua fase, yaitu pre-patogenesis dan
patogenesis.
Pestisida dapat diukur kadar residunya pada sayuran maupun buah-buahan melalui
metoda krematografi gas menggunakan mass spektrometry. Batas Minimum Residu kadar
pestisida pada sayuran dan buah-buahan berbeda-beda.Paparan terhadap pestisida secara terus
menerus dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti kanker, gangguan saraf, maupun
gangguan metabolisme.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna meminimalkan dampak pestisida dapat
dilakukan dengan menggunakan pelindung seperti masker pada saat melakukan penyemprotan
pestisida, tidak merokok, makan dan minum ketika sedang melakukan penyemprotan maupun
pada saat pencampuran, serta tidak melakukan penyemprotan pada saat menejelang panen.

III.2 Saran
Dikarenakan banyaknya penyakit yang disebabkan oleh zat-zat kimia bersifat
karsinogenik, penulis menyarankan:
1. Segera mencuci tangan sesaat setelah melakukan kontak dengan pestisida.
2. Tidak melakukan penyemprotan pada saat angin kencang.
3. Menggunakan alat-alat penyemprotan yang kondisinya baik dan kondisinya tidak bocor.
4. Jika mau menggunakan pestisida, gunakan dengan dosis yang tepat dan tidak berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai