Anda di halaman 1dari 41

BEARING

Buletin Agricultural Enginering


ISSN: 1858-2362

Penanggung Jawab
Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D

Ketua Dewan Redaksi


Ir. Edi Susanto, M.Si.

Mitra Bestari
Prof.Dr.Ir. Sumono, M.S. (USU)
Prof.Dr.Ir.Zulkifli Lubis, M.App.Sc. (USU)
Prof.Dr.Ir.Darwin Sitompul, M.Sc. (USU)
Prof.Dr.Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr. (IPB)
Dr.Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. (IPB)
Dr.Ir. Armansyah Tambunan, M.Agr. (IPB)
Dr.Ir. Lilik Sutiarso, M.Sc. (UGM)

Redaksi Pelaksana
Ir. Darun, M.Si.
Ir. Soekirman
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si.
Taufik Rizaldi, STP, MP.
Achwil Putra Munir, STP, M.Si.
Ainun Rohanah, STP, M.Si.
Ir. Syammaun Usman

Alamat Redaksi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Sofyan No. 3, Kampus USU, Medan, 20155
Tel : 061-8222451, Fax : 821924
E-mail: tep-usu@usu.ac.id

Buletin Agricultural Engineering BEARING diterbitkan oleh Program Studi Teknik Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Merupakan publikasi ilmiah untuk menyebarluaskan hasil penelitian di bidang keteknikan dan
industri pertanian.
Belum pernah dipublikasikan di manapun atau telah memiliki ijin (copy right)
Harga eceran jurnal adalah Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah) per edisi
Setelah naskah yang dinyatakan dapat dimuat, penulis dikenai biaya cetak sebesar Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah) per artikel, dengan mentransfer ke nomor rekening 006.2371213 Bank BNI
Cabang USU a.n. Ainun Rohanah atau diserahkan langsung ke Redaksi BEARING

1
PENGANTAR REDAKSI

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Buletin Agricultural
Engineering BEARING dapat diterbitkan pada edisi perdana yaitu Volume 1, Nomor 1 bulan
Juni 2005 dengan nomor ISSN 1858-2362, hal ini adalah berkat ketekunan dan ketabahan kita
bersama.
Dengan diterbitkannya Buletin Agricultural Engineering BEARING ini diharapkan
menjadi media publikasi bagi staf pengajar/peneliti untuk menyebarluaskan hasil penelitiannya
di bidang Keteknikan Pertanian.
Demikian yang dapat kami sampaikan kepada pembaca, semoga buletin ini akan lebih
bermutu di masa-masa yang akan datang.

Ketua Dewan Redaksi

ii
SAMBUTAN DEKAN

Buletin Agricultural Engineering (BEARING) merupakan salah satu media publikasi


ilmiah yang dikelola di dalam lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Kehadiran buletin ini adalah salah satu wujud tanggung jawab kita dalam mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada bidang keteknikan
pertanian. Penerbitan edisi perdana ini cerminan hasil dari kesabaran, kerja keras, dan
kerjasama seluruh pihak yang terkait. Sekalipun demikian, usaha-usaha untuk peningkatan
mutunya ke depan menjadi tantangan yang jauh lebih besar bagi kita semua.
Selamat atas terbitnya buletin ini, semoga bermanfaat.

Dekan,
Fakultas Pertanian USU

Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D.

iii
DAFTAR ISI

BEARING
ISSN: 1585-2362
Volume 1, Nomor 1
Juni 2005

Sistem Pakar Fuzzy untuk Isyarat Dini Penyakit Septicaemia Epizootica


(Fuzzy Expert System for Early Warning Septicaemia Epizootica)
Achwil Putra Munir, Kudang Boro Seminar, Widiyanto Dwi Surya ......................... 1-7

Sistem Informasi Pengolahan PKO pada Pabrik Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan
Nusantara IV Pabatu
(The Production Information System on Palm Kernel Processing Plant of PT. Perkebunan
Nusantara IV Pabatu)
Saipul Bahri Daulay, Lukman A. Harahap .........................................................8-14

Sistem Informasi Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) (Studi Kasus pada Pabrik Kelapa
Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)
Information System of CPO (Crude Palm Oil) Processing (Case Study at PT. Perkebunan
Nusantara IV Pabatu)
Taufik Rizaldi, Saipul Bahri Daulay, Ahmad Ilmuwan ........................................15-21

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.)
Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation (Lactuca sativa var. crispa L.)
Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M. Abdillah Nasution.............................................22-29

Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer untuk Pengeringan Kunyit


(Testing of a Cabinet Dryer in Drying of Turmeric)
Ainun Rohanah, Saipul Bahri Daulay, Goodman Manurung .............................30-35

iv
Sistem Pakar Fuzzy untuk Isyarat Dini
Penyakit Septicaemia Epizootica

(Fuzzy Expert System for Early Warning Septicaemia Epizootica)

Achwil Putra Munir, Kudang Boro Seminar, Widiyanto Dwi Surya

Abstract

The main objective of this research is to develop an early warning expert system to monitor the
critical level of treatment of Septicaemia epizootica in certain areas in Indonesia. The method used to
approach the problem domain was limited to vaccination approach method where the early warning
information was obtained according to final value of vaccination efectivity score. The system had been
designed to utilize multimedia and web technology. The heart of the system is the reasoning engine that
implements fuzzy logic to deal with uncertainty in decision making mechanism. The result of this
research indicates that the expert system could simply and consistently process the determination of final
value of vaccination efectivity score. Even more, by exploiting web and multimedia as user interface
technology, the expertise resource could be distributed, learned, and implemented without time and place
constraint.
Keywords: fuzzy logic, expert system, early warning system, septicaemia epizootica

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah sistem pakar isyarat
dini untuk memonitor dugaan status tingkat ancaman yang disebabkan oleh penyakit
Septicaemia epizootica pada daerah-daerah tertular di Indonesia. Metoda yang digunakan
untuk mendekati problema adalah dibatasi pada metoda pendekatan vaksinasi dimana
informasi isyarat dini yang diperoleh adalah bergantung pada nilai akhir skor efektifitas
vaksinasi. Sistem ini didisain dengan cara mendayagunakan teknologi web dan multimedia.
Ciri spesifik sistem ini adalah penerapan logika fuzzy pada mesin inferensi untuk berhubungan
dengan persoalan ketidakpastian dalam mekanisme pengambilan keputusan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pakar dapat memproses penentuan nilai akhir skor
efektifitas vaksinasi dengan sederhana dan konsisten. Lebih dari itu, dengan menggunakan
web dan multimedia sebagai teknologi antarmuka pengguna, sumberdaya kepakaran dapat
didistribusikan, dipahami, dan diimplementasikan tanpa terkendala oleh waktu dan tempat.
Kata kunci: logika fuzzy, sistem pakar, sistem isyarat dini, Septicaemia epizootica

Pendahuluan memadai, kurangnya tenaga pakar, serta


belum berkembangnya pemanfaatan
Latar Belakang teknologi informasi mengakibatkan usaha-
usaha untuk memonitor, mendiagnosa, dan
Kerugian ekonomi yang diakibatkan mengendalikan penyakit tersebut belum
oleh penyakit hewan strategis seperti dapat dilakukan dengan lebih efektif dan
Septicaemia epizootica (SE) merupakan efesien. Hal ini semakin kritis jika dikaitkan
problema serius bagi stakeholders peternakan dengan kenyataan bahwa hampir seluruh
Indonesia. Beberapa kendala seperti wilayah di tanah air dinyatakan sebagai
rendahnya akses terhadap informasi, jumlah daerah tertular SE (Dirjennak 1995). Oleh
tenaga layanan kesehatan hewan yang belum karena itu, maka perlu dikembangkan

1
Achwil Putra Munir, Kudang Boro Seminar, Widiyanto Dwi Surya: Sistem Pakar Fuzzy untuk Isyarat Dini
Penyakit Septicaemia Epizootica

sebuah sistem pakar isyarat dini yang vaksinasi. Adapun mekanisme penentuan
berbasis pada teknologi web dan multimedia nilai skor efektifitas vaksinasi dimulai dari
untuk memonitor dugaan tingkat ancaman masukan data kedua nilai parameter tersebut
SE. Sistem ini mengunakan logika fuzzy terhadap sistem inferensi fuzzy.
(fuzzy logic) sebagai metode penalaran dalam
mendekati situasi ketidakpastian pada Pemodelan Sistem Inferensi Fuzzy
proses penarikan kesimpulan.
Berdasar pada analisis domain
Metodologi Penelitian problema, terdapat 3 buah variabel yang
akan didekomposisi menjadi himpunan
Alat dan Bahan fuzzy, yaitu liputan vaksinasi (LV) dan post
vaksinasi (PV) sebagai variabel anteseden,
Peralatan yang dipergunakan dalam dan tingkat ancaman (TA) sebagai variabel
pengembangan sistem pakar ini terdiri dari konsekuen.
perangkat lunak dan perangkat keras seperti Variabel LV terdiri atas himpunan
yang dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan yang fuzzy sangat rendah (SR), rendah (R), sedang
dipergunakan sebagai sumber pengetahuan (S), tinggi (T), dan sangat tinggi (ST).
kepakaran adalah satu buah dokumentasi Variabel PV terdiri atas fase negatip (FN),
kepakaran sistem isyarat dini konvensional fase positip (FP), fase optimum (FO), fase
yang telah dikembangkan oleh Makka dan turun (FT), dan fase akhir (FA). Sedangkan
Sudana (1997). variabel TA terdiri atas himpunan fuzzy
waspada (W), hati-hati (H), baik (B), dan
Metode Pengembangan Sistem akhir (A).
Pada sistem ini, nilai LV dan PV di-
Pada penelitian ini, metode input terhadap fungsi-fungsi fuzzy
pengembangan yang digunakan adalah (fuzifikasi) yang selanjutnya dievaluasi pada
SDLC (System Development Life Cycle). SDLC sekumpulan kaidah kepakaran fuzzy dengan
meliputi beberapa tahapan kegiatan seperti menggunakan metode penalaran Min-Max
investigasi sistem, analisa sistem, disain (Mamdani). Luaran proses penalaran
sistem, konstruksi dan uji coba, selanjutnya di-defuzifikasi dengan
implementasi, dan evaluasi, yang menggunakan metode Centroid untuk
dimodifikasi dari Turban (1993). menghasilkan nilai skor akhir efektifitas
vaksinasi (TA).
Analisis Domain Problema
Basis Pengetahuan
Sistem isyarat dini yang
Basis Kaidah Basis data
dikembangkan pada penelitian ini
menggunakan metode vaksinasi sebagai
dasar pendekatan problema. Pada metode Penalaran
ini, status tingkat ancaman yang dinyatakan Fuzzy

dalam variabel linguistik seperti aman, baik,


hati-hati, dan waspada ditetapkan Fuzifikasi Defuzifikasi

berdasarkan nilai skor efektifitas vaksinasi


yang diperoleh berdasar pada 2 faktor yang TA
LV PV
mempengaruhinya yaitu liputan vaksinasi
dan post vaksinasi. Liputan vaksinasi adalah
persentase perbandingan jumlah ternak yang Gambar 1. Sistem inferensi fuzzy
divaksin dengan jumlah keseluruhan ternak.
Post vaksinasi adalah jumlah hari setelah

2
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Proses penyerapan terhadap data yang diperlukan tersebut. Sistem basis


sumberdaya kepakaran menghasilkan 25 data dikembangkan secara relasional,
kaidah fuzzy yang mungkin dibentuk dimana data-data disebar ke dalam 6 buah
(nonconflicting fuzzy inference rules) seperti tabel dua dimensi yang pada penelitian ini
yang dapat dilihat pada matriks keputusan menggunakan MySQL sebagai Data Base
fuzzy (Gambar 2). Dengan memangkas Management System (DBMS). Tabel-tabel
kaidah-kaidah yang menghasilkan tersebut adalah representasi dari entitas-
konsekuen berulang, maka diperoleh 18 entitas domain problema.
kaidah yang dianggap cukup untuk
menghasilkan kinerja sistem yang baik. Tabel 1. Kebutuhan peralatan dalam
pengembangan sistem pakar
LV
TA ST T S R SR Nama Kebutuhan
FN W W W W W PHP Melakukan perhitungan yang
FP A B B H W kompleks, komunikasi dengan
sistem basis data, dan mendukung
PV FO A B H H W
tipe-tipe data multimedia
FT B H H W W
Javascript Pengembangan kebutuhan tampilan
FA H W W W W
antarmuka pada sisi client
Gambar 2. Matrik keputusan fuzzy APACHE Penyediaan layanan aplikasi server
berbasis web
MySQL Sistem menejemen basis data
Pemrograman Sistem Pakar PC Unit pengolahan dan antarmuka
antara user dan sistem pakar
Pengkodean (coding) dilakukan
dengan menggunakan bahasa pemrograman Tabel 2. Entitas-entitas sistem basis data
PHP dan Javascript. Sebagai sebuah sistem sistem pakar
yang bekerja berdasarkan data (data driven)
dimana proses penarikan kesimpulan Entitas Keterangan
dimulai dari masukan suatu fakta (data) Daerah Desa (kelurahan) di bawah
kecamatan yang dikendalikan
hingga mencapai suatu kesimpulan (forward
Kecamatan Kecamatan di bawah kabupaten
chaining) maka proses aliran data dan
yang melakukan pengendalian
informasi adalah menjadi pertimbangan
Penyakit Jenis penyakit yang menyerang
utama dalam merepresentasikan seluruh
hewan
komponen dan modul sistem pakar ke dalam Program Data program vaksinasi pada desa
algoritma kode pemrograman. Pada (kelurahan)
penelitian ini, pemrograman halaman- Ternak Jenis ternak yang dikendalikan
halaman web sistem pakar dikembangkan di Fungsi Data parameter fungsi himpunan
dalam 3 modul utama, yaitu: pelaporan, fuzzy
monitoring, dan simulasi.

Hasil dan Pembahasan


Pengembangan Sistem Basis Data

Proses inferensi fuzzy yang Proses konstruksi sistem pakar


dikembangkan pada modul monitoring menghasilkan 1 buah database dan 17
bekerja berdasarkan data yang terlebih halaman web yang dianggap penting dalam
dahulu di-entry melalui modul pelaporan. memenuhi kebutuhan pengembangan sistem
Oleh karena itu, maka dikembangkan sebuah pakar. Pada sistem ini, interaksi antara user
sistem basis data untuk menghimpun data- yang berada pada sisi client dengan sistem

3
Achwil Putra Munir, Kudang Boro Seminar, Widiyanto Dwi Surya: Sistem Pakar Fuzzy untuk Isyarat Dini
Penyakit Septicaemia Epizootica

pakar yang berada pada sisi server dimulai


dari sebuah user interface utama yang
menyediakan 3 pilihan penggunaan
subsistem yaitu subsistem pelaporan,
monitoring, dan simulasi.

Pelaporan. Subsistem ini


dikembangkan untuk menghimpun data-
data pelaksanaan program vaksinasi
Septicaemia epizootica pada daerah-daerah
yang dikendalikan. Secara spesifik, upaya
ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
Gambar 3. Form pelaporan
memperoleh nilai-nilai liputan vaksinasi dan
post vaksinasi yang menjadi parameter dalam
penentuan nilai skor efektifitas vaksinasi. Pada penelitian ini, subsistem
pelaporan diimplementasikan pada tingkat
Melalui sebuah form yang telah
(level) organisasi kecamatan yang dalam hal
disediakan, oleh petugas keswan kecamatan
ini adalah unit keswan kecamatan. Selain
yang dalam hal ini berada pada sisi client,
lebih mendekatkan aplikasi teknologi
data-data tersebut di-entry dan dikirim ke
informasi pada level organisasi yang lebih
database yang berada pada sisi server yang
rendah, hal ini juga sejalan dengan arah
selanjutnya akan digunakan pada subsistem
kebijakan desentralisasi sistem informasi
monitoring untuk membangkitkan informasi
kesehatan hewan nasional untuk
isyarat dini dugaan tingkat ancaman
mengoptimalkan kinerja sumberdaya
penyakit tersebut.
organisasi keswan mulai tingkat yang
Selain menyediakan form pelaporan
terendah dalam rangka mengembangkan
spesifik berdasarkan pilihan kecamatan, user
sistem pelaporan yang bersifat bottom-up
interface juga dikembangkan dengan
(Hutabarat 1992).
menerapkan penggunaan komponen-
Melalui subsistem pelaporan, data-
komponen fungsional tertentu agar dapat
data program vaksinasi dapat segera dikirim
membimbing user untuk memasukkan data-
ke pusat data (database server) dalam waktu
data sesuai dengan yang diharapkan. Usaha
yang relatif singkat (real time). Hal ini
ini adalah upaya untuk menjamin agar data-
sangat membantu usaha perencanaan
data yang dihimpun tersebut dapat
kesehatan hewan karena informasi yang
memenuhi beberapa kreteria, seperti: valid,
diperoleh dari hasil analisis dan interpretasi
lengkap, dan terjaga integritasnya. Pada sisi
terhadap data tersebut dapat terjamin
yang lain, tujuan upaya ini juga agar user
keterbaruannya. Terutama dalam bidang
dapat mengoperasikan sistem dengan
kesehatan hewan, hal-hal yang menyangkut
mudah tanpa membutuhkan keahlian
keterbaruan dan kecepatan dalam
tertentu (user friendly).
membangkitkan informasi menjadi
sedemikian pentingnya bagi decision makers
dalam menyikapi kenyataan bahwa penyakit
hewan berbahaya juga berkembang,
menyerang, dan menimbulkan kerugian
ekonomi dalam waktu yang demikian cepat.
Oleh karena itu, penerapan sistem pelaporan
yang berbasis web diharapkan dapat
membantu usaha pengendalian penyakit
tersebut.

4
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Monitoring. Pada penelitian ini, agar user dapat memahami dengan baik
subsistem monitoring adalah komponen alasan ditetapkannya suatu daerah dengan
terpenting sistem pakar. Mekanisme status tingkat ancaman tertentu.
penarikan kesimpulan subsistem monitoring
dikembangkan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang dimulai dari usaha
menemukan kembali (query) data-data yang
relevan untuk membangkitkan variabel
liputan vaksinasi dan post vaksinasi, lalu
variabel-variabel tersebut menjadi masukan
terhadap sistem penarikan kesimpulan fuzzy
yang telah dipersiapkan, dan kemudian
sistem menghasilkan suatu luaran informasi
yaitu nilai skor efektifitas vaksinasi yang
selanjutnya menjadi dasar dalam penentuan
status dugaan tingkat ancaman (forward data
driven inference procedure). Adapun informasi Gambar 4. Informasi isyarat dini
yang dibangkitkan oleh sistem pakar adalah
berdasar pada pilihan target kecamatan, jenis Lebih daripada itu, melalui fasilitas
penyakit (SE), dan jenis ternak terancam. tombol yang telah disediakan pada user
Hasil uji coba implementasi interface, informasi status tingkat ancaman
menunjukkan bahwa sistem pakar mampu juga dapat ditampilkan dalam bentuk peta
memonitor status dugaan tingkat ancaman grafis (multimedia) wilayah administratif
SE pada daerah-daerah yang dikendalikan. daerah yang dikendalikan. Perbedaan
Permintaan pilihan target pemonitoran yang warna pada peta tersebut adalah
dilakukan oleh user, direspon oleh sistem menunjukkan status tingkat ancaman
pakar pada sisi server dengan tertentu.
mengembalikan sekumpulan informasi
penting yang terdiri atas: nama daerah (desa
atau kelurahan), nilai LV, nilai PV, nilai skor
efektifitas vaksinasi, dan status tingkat
ancaman yang dinyatakan dalam variabel
linguistik (aman, baik, hati-hati, dan
waspada).
Pada penelitian ini, informasi yang
dibangkitkan oleh sistem dibatasi hanya
pada lingkup program vaksinasi yang
dilaksanakan paling lama 1 tahun sebelum
saat dilakukannya proses monitoring.
Pembatasan ini sesuai dengan knowledge
Gambar 5. Peta grafis daerah pengendalian
vaksinasi SE itu sendiri, bahwa efektifitas
perlindungan yang terjadi akibat vaksinasi
adalah dalam kurun waktu 1 tahun. Dari hasil implementasi subsistem
monitoring menunjukkan bahwa sekalipun
Pada antarmuka ini, user juga dapat
informasi yang dibutuhkan sedemikian
menelusuri lebih lanjut informasi mengenai
beragamnya, namun informasi isyarat dini
histori program vaksinasi yang telah
yang dibutuhkan tersebut dapat
dilaksanakan pada daerah-daerah tersebut
dibangkitkan oleh sistem pakar secara
dengan cara melakukan hyperlink pada nama
dinamis hanya berdasar pada permintaan
daerah yang ditampilkan. Hal ini adalah

5
Achwil Putra Munir, Kudang Boro Seminar, Widiyanto Dwi Surya: Sistem Pakar Fuzzy untuk Isyarat Dini
Penyakit Septicaemia Epizootica

spesifik oleh user. Hal ini adalah hasil dari simulasi para pakar yang adalah representasi
upaya mengembangkan suatu mekanisme dari keahlian mereka dapat segera diserap
penarikan kesimpulan sistem pakar yang oleh sistem sehingga pada saat yang sama
mampu bekerja berdasarkan data-data yang juga meningkatkan kemampuan sistem
ditemukan kembali (query) pada sistem basis dalam menyelesaikan problema.
data. Kinerja ini semakin penting terutama
mengingat bahwa sistem akan dioperasikan Kesimpulan
di dalam suatu jaringan sistem
terkomputerisasi (internet ataupun intranet)
Sistem pakar fuzzy dapat digunakan
dengan tingkat partisipasi penggunaan yang
sebagai alat bantu isyarat dini dalam
relatif besar (multiuser) dan dalam intensitas
memonitor dugaan tingkat ancaman
interaksi yang tinggi.
penyakit Septicaemia epizootica pada
sekumpulan populasi ternak di daerah
Simulasi. Subsistem simulasi yang pengendalian tertentu. Penentuan status
dikembangkan pada penelitian ini ditujukan dugaan tingkat ancaman yang selama ini
kepada user dari kelompok pakar, pemerhati sepenuhnya bergantung pada pakar dapat
sistem pakar, dan pengelola sistem pakar. dilakukan lebih cepat, sederhana, dan
Subsistem ini menyediakan 2 bentuk layanan konsisten sekalipun terhadap jumlah data
yang dianggap sebagai nilai tambah yang yang besar.
dapat diberikan sistem kepada pihak Pada penelitian ini, sinergi yang
pengguna. Pertama, pihak pengguna dikembangkan terhadap sistem basis data
diperkenankan melakukan simulasi menghasilkan kedinamisan dalam
penentuan nilai status tingkat ancaman. membangkitkan informasi spesifik sesuai
Kedua, pihak pengguna juga diperkenankan kebutuhan pihak pengguna (user). Lebih
melakukan perubahan (edit) terhadap daripada itu, dengan menempatkan data-
parameter fungsi keanggotaan himpunan data parameter fungsi keanggotaan
fuzzy yang digunakan pada sistem inferensi himpunan fuzzy secara khusus di dalam
fuzzy. sebuah tabel pada sistem basis data, maka
Pada subsistem simulasi, selain kinerja mesin inferensi dapat ditingkatkan
memberi kesempatan agar user dapat dengan mudah dari waktu ke waktu. Hal ini
mengetahui sendiri bagaimana nilai-nilai menunjukkan bahwa sistem basis data juga
masukan liputan vaksinasi dan post memainkan peran penting terhadap kinerja
vaksinasi dioperasikan pada mekanisme dan siklus hidup (life cycle) sistem pakar.
inferensi fuzzy hingga sampai pada suatu Melalui pengembangan sistem pakar
kesimpulan nilai skor efektifitas vaksinasi yang berbasis pada teknologi web dan
yang menjadi dasar penentuan status tingkat multimedia maka sumberdaya kepakaran
ancaman; kesempatan melakukan perubahan yang selama ini sangat terbatas dapat
terhadap nilai parameter fungsi fuzzy yang didistribusikan, diimplementasikan, dan
tersimpan pada database juga tidak lain agar dipahami lebih baik oleh user tanpa
kinerja mesin inferensi sistem pakar dapat terkendala oleh waktu dan tempat. Hal ini
ditingkatkan dari waktu ke waktu. semakin bermanfaat jika dikaitkan dengan
Terutama jika proses tersebut dilakukan oleh kenyataan bahwa hampir seluruh wilayah
pakar ataupun banyak pakar yang memang Indonesia telah dinyatakan tertular SE.
memiliki kompetensi pada domain
problema.
Melalui subsistem simulasi, sistem
pakar dapat lebih luwes dan adaptif
terhadap tuntutan kebutuhan peningkatan
kinerja penarikan kesimpulan. Hasil

6
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Daftar Pustaka Soehadji. 1993. Sistem Kesehatan Hewan


Nasional. Di dalam: Seminar
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Akademik Fakultas Kedokteran
Peternakan. 1981. Pedoman Hewan IPB; Bogor, 17 April 1993.
Pengendalian Penyakit Hewan Direktorat Jenderal Peternakan.
Menular. Jakarta: Departemen Departemen Pertanian.
Pertanian. Solahudin M, Seminar KB, Suharnoto Y.
Direktorat Jenderal Peternakan. 1995. 2000. Sistem Pakar Diagnosa
Pedoman Teknis Penyakit Kerusakan Traktor Tangan Berbasis
Septicaemia Epizooticae Internet. Buletin Keteknikan
(SE/Ngorok). Pedoman Pertanian: Vol.14, No.2: 118.
Pemberantasan Penyakit Hewan Surya WD. 1994. Pengembangan Sistem
Menular. Departemen Pertanian Monitoring Produksi Sapi Perah
Hutabarat TSPN. 1992. Sistem Informasi untuk Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan Hewan dan Produksi Kesehatan Hewan. Di dalam :
Ternak. Bahan Kursus Epidemiologi Seminar Jurusan Kitwan Kesmavet
dan Ekonomi Veteriner. Fakultas FKH-IPB; Bogor, 6 Juli 1994. Bogor :
Kedokteran Hewan IPB. FKH-IPB.

Iskandar MA. 1994. Penggunaan Teori Turban E. 1993. Decision Support and
Fuzzy dalam Menyelesaikan Expert Systems: Management
Masalah Keteknikan. Di dalam: Support System. Macmillan
Presentasi Ilmiah Peneliti BPPT; Publishing Company. New York.
Jakarta, 28 September 1994. Jakarta: USA.
BPPT. Zadeh LA. 1988. Fuzzy Logic. Computer.
Makka D, Sudana IG. 1997. Sistem IEEE:83-93. Cetak ulang dalam
Peringatan Dini Penyakit Hewan. Expert System: A Software
Bahan Seminar pada Fakultas Methodology for Modern
Kedokteran Hewan IPB. Applications. IEEE Computer
Society Press. California; 1990. hlm
Seminar KB. 2002. Pengembangan Sistem 407-417.
Pakar untuk Aplikasi Diagnosa Alsin
dan Komoditi Pertanian Berbasis Zahedi F. 1993. Intelligence System for
Web dan Multimedia. Usulan Hibah Business: Expert System with Neural
Penelitian Projek DUE-LIKE. IPB. Networks. Wadsworth Publishing
Company. Belmont, California.
USA.

7
Sistem Informasi Pengolahan PKO pada Pabrik Pengolahan Inti
Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu

(The Production Information System on Palm Kernel Processing


Plant of PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

Saipul Bahri Daulay, Lukman Adlin Harahap

Abstract

The information system in a palm kernel crushing factory related closely to controlling and
reporting the production process of palm kernel oil (PKO). The use of good information system will
accelerate the reporting of production to the manager; tighten the controlling and the evaluation of the
production process.
The information system in Pabrik Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu
still using paper documents, so that the reporting, controling and evaluation of production run slowly.
This research was done to develop the information system such as reporting, maintaining of data
and evaluation based on Microsoft Visual Basic 6.0.
The information system could economize the maintainance of data, accelerated the process of
reporting and making the evaluation of production accurate, so that controlling of production process
could be done better.
Keywords: information system, economize, accelerate

Abstrak

Sistem informasi di pabrik pengolahan inti sawit erat kaitannya dengan pengawasan
serta pelaporan proses produksi palm kernel oil (PKO). Penggunaan sistem informasi yang baik
tentunya akan mempercepat pelaporan produksi kepada pimpinan, memperketat pengawasan
dan evaluasi proses produksi.
Sistem informasi di pabrik pengolahan inti sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu
masih menggunakan sistem berkas sehingga pelaporan, pengawasan serta evaluasi produksi
berjalan lambat.
Penelitian dilakukan untuk mengembangkan sistem informasi berupa pelaporan,
penyimpanan data, serta evaluasi produksi berbasis komputer dengan menggunakan bahasa
pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
Sistem informasi ini dapat menghemat penyimpanan data, mempercepat proses
pelaporan dan membuat evaluasi produksi secara akurat sehingga pengawasan proses
produksi dapat dilakukan secara lebih baik.
Kata kunci: sistem informasi, menghemat, mempercepat

Pendahuluan CPO. Kelapa sawit sangat membantu


perkembangan sektor non migas karena
Latar Belakang pertumbuhannya yang pesat dan diharapkan
di masa depan akan menjadi penghasil
Kelapa sawit adalah komoditi ekspor
utama devisa negara. Kebanyakan produksi
utama di Indonesia, terutama dalam bentuk
kelapa sawit dihasilkan oleh perkebunan

8
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

perkebunan, dan perkebunan adalah suatu Data yang digunakan diperoleh dengan
bentuk usaha yang padat modal dan padat cara pengamatan langsung, wawancara,
karya, artinya, selain butuh modal banyak, studi pustaka, dan pencatatan.
juga menyerap tenaga kerja yang banyak Berdasarkan kepada tahapan yang
diutarakan Waljiyanto (2003). Dalam
pula. (Bank Bumi Daya, 1988)
pelaksanaan penelitian ini dilakukan
Perkebunan kelapa sawit selain
beberapa tahap kegiatan, tahap pertama
menghasilkan minyak sawit mentah
adalah analisis sistem, yang terdiri dari:
(CPO; crude palm oil) dan minyak inti sawit
1. Mengidentifikasi sistem, dengan cara
(PKO; palm kernel oil) juga menghasilkan
mempelajari dan mengumpulkan data
produk turunan yang dapat dikembangkan
dari setiap bagian yang terlibat dalam
menjadi produk setengah jadi ( fatty acids,
bentuk pengolahan data yang telah ada.
fatty alkohol dan glycerine) dan produk jadi
2. Memahami kerja dari sistem yang ada,
seperti sabun dan kosmetika. (Basyar, 1999)
dengan cara mempelajari aliran
Pabrik pengolahan inti sawit (PPIS)
informasi dari setiap bagian yang terlibat
Pabatu menghasilkan begitu banyak catatan-
dalam penggunaan dan pengolahan
catatan timbangan tiap harinya. Oleh karena
PKO di PPIS PTPN IV Pabatu, dan juga
itu, penggunaan suatu sistem informasi
mempelajari format masukan dan
dengan memakai komputer untuk
keluaran informasi pada setiap
menyimpan dan menyajikan data-data input
bagiannya. Selain itu mengetahui pihak-
harian di PPIS Pabatu akan dapat membantu
pihak yang akan menggunakan
Manajer Pabrik Pabatu untuk menganalisa
informasi tersebut.
keadaan pabrik lebih mudah dan dengan
3. Menganalisis sistem, berdasar- kan data
waktu yang relatif lebih singkat.
yang sudah didapatkan ditariklah suatu
kesimpulan mengenai aliran data yang
Tujuan Penelitian
terwakili dengan dibuatnya suatu
diagram aliran data (DAD). (Kadir, 1999)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Tahap kedua dari kegiatan penelitian
Mendesain program berbasis komputer
adalah perancangan sistem, yang mana
untuk pengelolaan data di PPIS Pabatu.
terdiri dari :
1. Merancang masukan, keluaran, dan
Metodologi Penelitian
merancang program secara keseluruhan,
berdasarkan masukan dan keluaran
Penelitian dilakukan di PPIS PTPN IV
yang digunakan di PPIS PTPN IV
Pabatu mulai bulan Mei sampai bulan Juni
Pabatu.
2004.
2. Merancang form beserta object-objectnya
Data yang dibutuhkan antara lain adalah
dan menulis kode program (routine)
data inventaris alat dan mesin pengolahan,
yang dibutuhkan berdasarkan rancangan
data Penerimaan Inti Sawit Harian yang
masukan dan keluaran yang telah
diperoleh dari stasiun timbangan inti sawit,
ditentukan sebelumnya.
data produksi PKO yang diperoleh dari
3. Melakukan uji jalan (Run), diperiksa
buku jurnal pabrik, data analisis produksi
apakah ada terjadi error/kesalahan pada
laboratorium tentang kadar air, kadar kotor,
tiap-tiap object yang terdapat pada form.
dan Asam Lemak Bebas (ALB), dormat
4. Mendiagnosa kesalahan yang terjadi
masukan dan keluaran laporan antara lain
kemudian diperbaiki dan diuji jalankan
penerimaan inti sawit per kebun, data
lagi sampai tidak terdapat error lagi.
penerimaan, produksi, pengiriman, dan
5. Bila program sudah benar maka segera
persedian serta laporan harian pengolahan
melakukan pengujian dengan
PPIS.
menggunakan data.

9
Saipul Bahri Daulay, Lukman Adlin Harahap: Sistem Informasi Pengolahan PKO pada Pabrik
Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu

6. Memeriksa masukan-masukan dan pemeriksaan laboratorium diserahkan secara


keluaran-keluaran dari pengujian yang kolektif kepada karyawan pelaksana yang
dilakukan dengan data. Jika hasil yang kemudian dihitung manual dan disatukan ke
didapatkan tidak sesuai dengan dalam satu laporan. Baru kemudian dicatat
rancangan, dicari sumber errornya dan pada blanko laporan harian, lalu diketik dan
kemudian dilakukan perbaikan. kemudaian dicetak dengan menggunakan
7. Dokumentasi program. komputer dan printer. Setelah itu barulah
laporan harian itu sampai ke tangan
Hasil dan Pembahasan Manajer.
Dilihat dari pemantauan di atas,
Analisis Dan Perancangan Sistem tampaklah bahwa sistem informasi yang ada
memakan banyak waktu dan tenaga dalam
Analisis terhadap data-data yang ada proses pembuatan laporannya, berdasarkan
adalah hal yang penting sebelum fakta ini, keberadaan sistem informasi yang
dilakukannya perancangan sistem. Hasil terkomputerisasi bisa menyingkat waktu
analisis memiliki andil besar dalam validitas yang dibutuhkan, karena data-data cukup
sistem informasi yang nantinya akan dimasukkan saja ke dalam program aplikasi
dihasilkan. Kesalahan analisis dan tidak lagi dihitung manual oleh
mempengaruhi kemampuan sistem karyawan pelaksana bersangkutan, dan
informasi itu nantinya dalam mewakili laporan yang dibutuhkan bisa langsung
kebutuhan pengguna. (Nugroho, 2004) dicetak ke kertas.

Analisis Sistem Informasi Perancangan Program Aplikasi

Sistem informasi yang ada di PPIS PTPN Perancangan program aplikasi sistem
IV Pabatu masih setengah manual, informasi meliputi perancangan input
maksudnya, maskipun sudah melibatkan (masukan), perancangan output (luaran), dan
komputer dalam pelaporan data-data perancangan basis data. Dan kesemuanya
hariannya, ternyata keseluruhan data yang memerlukan waktu yang banyak dan
ada dihitung manual oleh seorang karyawan kecermatan dalam perancangannya,
pelaksana. Jadi, pada dasarnya sistem kesalahan dalam proses perancangan ini
informasi yang ada masih menggunakan dapat mengakibatkan bug (keabnormalan
metode manual pinsil dan kertas. operasi dalam suatu program aplikasi) yang
Pada beberapa stasiun memang sudah cukup mengganggu. (Fathansyah, 2001)
menggunakan komputer dalam pencatatan Acuan rancangan yang akan dibuat
datanya, pada akhirnya data-data ini juga adalah laporan harian di PPIS PTPN IV
tetap dimasukkan dalam buku besar yang Pabatu. Hal ini dilakukan agar program
isinya data-data mentah dan hasil hitungan aplikasi sesuai dengan sistem informasi yang
yang dihitung dengan cara manual sudah ada, mengingat dalam hal ini yang
(menggunakan kalkulator). Misalnya pada diubah hanya metode pengarsipan dan
stasiun penerimaan inti sawit, laporan inti pengolahan datanya saja, bukan sistem
masuk sudah dicetak dengan menggunakan informasinya.
printer, meskipun demikian pada akhirnya
slip hasil cetakan printer itu diserahkan Masukan Sistem
kepada petugas pencatat, dan dimasukkan
ke buku besar. Masukan dirancang berdasarkan item-
Data inti masuk, produksi PKO dan item yang ada dalam laporan harian dan
PKM, status pabrik (jam olah netto, jam jalan data-data yang tersedia. Data-data yang
kempa cake, dan seterusnya), dan hasil tersedia antara lain:

10
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

1. Data penerimaan inti sawit per kebun, field, nama barang, jumlah barang,
meliputi: tanggal operasional dan tanggal ganti.
a. tanggal terima inti sawit b. Data produksi inti sawit (PK)
b. asal kebun Merupakan data-data mengenai
c. jumlah ton inti sawit yang diterima jumlah inti sawit yang diterima PPIS
2. Data penerimaan, produksi, pengiriman PTPN IV Pabatu, terdiri dari field-field,
dan persediaan, meliputi: tanggal masuk (plus saldo awal), asal
a. nama kebun kebun, jumlah inti sawit yang diterima
b. saldo awal inti sawit, PKO dan PKM dan jumlah inti sawit yang diolah.
c. inti sawit diolah dan diterima c. Data produksi PKO
d. produksi dan pengiriman PKO Merupakan data-data mengenai
e. produksi dan pengiriman PKM jumlah PKO yang dihasilkan oleh PPIS
f. stock akhir inti sawit, PKO dan PKM PTPN IV Pabatu, terdiri dari field-field,
3. Data laporan harian pengolahan PPIS, tanggal produksi, jumlah produksi dan
meliputi: jumlah dikirim.
a. PK masuk dari kebun-kebun d. Data produksi PKM
b. produksi Merupakan data-data mengenai
c. mutu dan losis jumlah PKM yang dihasilkan PPIS PTPN
d. lain-lain IV Pabatu, terdiri dari field-field, tanggal
4. Data daftar inventaris pabrik, meliputi: produksi, jumlah produksi, dan jumlah
a. nama alat pengiriman.
b. jumlah alat e. Data mutu dan losis PK
Merupakan data-data mengenai
Berdasarkan keempat data tersebut hasil pengujian inti sawit di
dirancang dua item untuk program aplikasi laboratorium PPIS PTPN IV Pabatu,
yang akan dibuat, pertama adalah masukan terdiri dari field-field, tanggal pengujian,
data dan ubah data (editor). Untuk masukan kadar asam lemak bebas, kadar air,
data, form-form-nya dirancang sedemikian kadar kotoran dan kadar minyak.
rupa sehingga fungsinya dibatasi hanya f. Data mutu dan losis Palm Kernel Cake
untuk memasukkan data sedang untuk ubah (PKC)
data, form-nya dirancang sedemikian rupa Merupakan data-data mengenai
sehingga form memiliki fungsi untuk hasil pengujian PKC di laboratorium
mengubah, menambah dan menghapus data PPIS PTPN IV Pabatu, terdiri dari field-
yang ada. field, tanggal pengujian, kadar air dan
kadar minyak.
Keluaran Sistem g. Data mutu dan losis PKM
Merupakan data-data mengenai hasil
Seperti yang diutarakan mula-mula, pengujian PKM di laboratorium PPIS
program aplikasi dirancang berdasarkan PTPN IV Pabatu, terdiri dari field-field,
sistem informasi yang sudah ada. Dengan tanggal pengujian, kadar air dan kadar
demikian, keluaran yang dihasilkan minyak.
diharapkan mampu mewakili sistem h. Data mutu dan losis PKO
informasi yang ada. Rancangan hasil Merupakan data-data mengenai
keluaran dari program aplikasi sistem hasil pengujian PKO di laboratorium
informasi yang akan dibuat adalah sebagai PPIS PTPN IV Pabatu, terdiri dari field-
berikut: field, tanggal pengujian, kadar asam
a. Data Inventaris lemak bebas, kadar air dan kadar
Merupakan daftar part/bagian dalam kotoran.
PPIS PTPN IV Pabatu, terdiri dari field- i. Data lain-lain

11
Saipul Bahri Daulay, Lukman Adlin Harahap: Sistem Informasi Pengolahan PKO pada Pabrik
Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu

Merupakan data-data mengenai Tabel-tabel ini nantinya akan


status pabrik, terdiri dari field-field, dihubungkan dengan program aplikasi
tanggal pemeriksaan, jumlah jam jalan menggunakan adodc, penampilan dengan
kempa cake, jumlah jalan kempa inti, menggunakan data grid dan manipulasinya
jumlah daya listrik yang digunakan, menggunakan SQL. SQL (baca : SEQUEL)
kapasitas kempa inti, intensitas tenaga adalah bahasa merupakan standar yang
dan jam olah netto. digunakan untuk mengakses basis data
relasional. (Kadir, 2002)
Basis Data
Program Aplikasi
Saat sebuah basis data dirancang, hal
yang dilakukan mula-mula adalah Perancangan program dengan
menentukan struktur tabelnya terlebih menggunakan MsVB6.0 mengha- ruskan
dahulu, yaitu atributnya, lebar field-nya, jenis dirancang terlebih dahulu form-form sebagai
field-nya dan konstrain/batasan (opsional). object yang kemudian akan dibuat kode/rou-
Perancangan basis data harus dilakukan tine-nya. Dari keseluruhan proses,
dengan hati-hati karena pilihan yang dibuat perancangan program aplikasi yang akan
pada tahap ini memiliki imbas yang sangat memakan banyak waktu, karena programmer
menentukan pada cara pengaksesan data, harus menyesuaikan tampilan form-nya nanti
waktu yang dibutuhkan basis data untuk dengan data yang ada dan rancangan basis
memberikan tanggapan (response time) pada data.
pengguna, serta kemudahan pemakaian Setelah perancangan program aplikasi
basis data oleh para pengguna kelak. selesai, maka akan lebih mudah melakukan
(Nugroho, 2004) perakitannya. Karena pada dasarnya,
Basis data yang akan digunakan dibuat programming tidak lebih dari menerjemahkan
dengan menggunakan Microsoft Access, basis rancangan di atas kertas ke bahasa yang
data ini kemudaian disimpan dengan nama dimengerti oleh sistem komputer.
dbinv.mdb. Pemilihan ini digunakan Dalam proses perakitan program
dengan pertimbangan bahwa nantinya aplikasi, hal yang paling penting
metoda akses data yang akan digunakan diperhatikan adalah detil-detil routine,
adalah Adodc (Active-x Data Object Data kesalahan pengetikan kecil saja akan mampu
Controller), dan dengan metode Adodc, membuat program aplikasi menjadi error,
format basis data yang didukung adalah misalnya kesalahan pengetikan nama kontrol
basis data yang dihasilkan Microsoft yang harusnya txtasd tetapi tertulis
Access.(Mangkulo, 2004) txasd, hal ini akan menyebabkan error
Beberapa struktur tabel diperlukan Object Required. Bila sudah demikian, maka
untuk menyimpan data dalam database yang kompilasi (compile) ke file EXE tidak dapat
akan digunakan dalam program aplikasi dilakukan. Maka, seorang programmer harus
yang akan dirancang. Tabel inventaris teliti dalam pengetikan code-nya, MsVB6.0
digunakan untuk menyimpan data sudah menyediakan fasilitas step breaker
inventaris, Tabel produksi inti sawit, PKO (Run Step Into atau tombol F8) untuk
dan PKM digunakan untuk menyimpan data menganalisa kesalahan/error yang terjadi
produksi inti sawit, PKO dan PKM, Tabel baris demi baris.
mutu dan losis inti sawit, PKC, PKM dan
PKO digunakan untuk menyimpan data Layar Utama
mutu dan losis inti sawit, PKC, PKM dan
PKO. Sedang yang terakhir, Tabel lain-lain, Layar utama dibuat dengan
digunakan untuk menyimpan data lain-lain, menggunakan MDI. MDI mengaitkan satu
yang merupakan status pabrik. form dengan form yang lainnya. Dengan

12
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

menggunakan pull down menu, form-form lain lain adalah Palm Kernel, Palm Kernel Oil,
bisa dibuka. Pada permulaan program akan Palm Kernel Meal, dan Mutu dan Losis.
muncul dialog box untuk memasukkan Dengan adanya menu ini, pengguna
password. Bila pengguna ingin mengubah dapat menghemat waktu pemrosesan data-
data yang ada (sebagai database data mentah. Jika tadinya karyawan
administrator), maka pengguna harus pelaksana atau sebutlah pengguna, harus
memasukkan password dengan benar dan menggunakan kalkulator untuk menghitung
mendapatkan akses ke semua menu dalam data-data mentah tadi, dengan
pull down menu. Bila pengguna tidak menggunakan menu ini, pengguna hanya
mengetahui password yang dibutuhkan, perlu mengetikkan data-data mentah itu dan
pengguna tetap bisa melihat data yang ada dengan sekali tekan tombol, data-data tadi
dengan meng-klik tombol Lanjutkan, tapi sudah diproses dan dimasukkan ke dalam
akses untuk mengubah data akan dibatasi. basis data pada sistem.

Menu Data Inventaris Menu Lain-Lain

Menu Data Inventaris terdiri dari Daftar Menu Lain-Lain berisi data-data
Inventaris dan Keluar. Keluar berguna untuk mengenai status pabrik mulai dari jumlah
menutup program aplikasi, sedang Daftar jam jalan kempa inti sampai jumlah jam olah
Inventaris berfungsi untuk menampilkan netto. Pengguna dapat memilih Entri Data
dan mengubah data inventaris yang sudah untuk memasukkan data saja atau memilih
dimasukkan dalam sistem. Sesuai nama Ubah Data untuk melihat dan melakukan
submenu-nya, Lihat Data berfungsi untuk perubahan terhadap data yang ada.
melihat saja data yang ada dan Ubah Data Melalui menu ini, pengguna dapat
berfungsi untuk melakukan perubahan melihat data status pabrik dengan cepat
terhadap data yang sudah ada. Pengguna dalam bentuk tabel. Pengguna tidak perlu
dapat mengambil informasi mengenai alat- lagi membongkar arsip-arsip lama hanya
alat apa saja yang ada berserta tanggal untuk melihat data status pabrik pada
operasional dan tanggal gantinya. Dengan tanggal tertentu. Pencarian data sangat
adanya menu ini, petugas administrasi dapat mudah karena data yang ada sudah
dengan mudah memeriksa apakah suatu alat diurutkan berdasarkan tanggal.
memang sudah tiba tanggal penggantiannya
atau belum, hanya membutuhkan beberapa Menu Laporan dan Evaluasi
klik pada mouse tanpa harus membongkar
arsip-arsip yang bertumpuk. Menu Laporan dan Evaluasi berisi
Laporan dan Evaluasi. Laporan berguna
Menu Data Produksi untuk menampilkan rangkuman data pada
suatu tanggal tertentu. Evaluasi berguna
Menu Data Produksi terdiri dari dua untuk menampilkan grafik produksi palm
submenu utama, yaitu Data Entri dan Ubah kernel, PKM dan PKO. Pengguna dapat
Data. Fungsi Data Entri adalah untuk menentukan grafik apa yang ingin dilihat
memasukkan data saja pada Data Entri, dengan memilih salah satu dari submenu
pengguna dapat memilih antara Palm yang ada.
Kernel, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Meal Dengan menggunakan Lapo ran,
dan Palm Kernel Cake. Ubah Data berfungsi pengguna dapat melihat rangkuman data-
untuk melihat sekaligus melakukan data pada tanggal tertentu dengan cepat.
perubahan pada data. Pada Ubah Data Mulai dari kiriman inti sawit dari berbagai
Pengguna dapat memilih item apa yang ingin kebun sampai mutu dan losisnya, sekali lagi,
dilihat atau dimodifikasi, pilihannya antara pengguna dimudahkan karena dapat

13
Saipul Bahri Daulay, Lukman Adlin Harahap: Sistem Informasi Pengolahan PKO pada Pabrik
Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu

melakukannya tanpa harus membongkar masih banyak memerlukan lebih banyak lagi
dan mencari-cari lagi di tumpukan arsip sumber daya untuk menyempurnakannya.
lama, hemat waktu dan tenaga. Laporan ini
dapat dicetak ke atas kertas dengan menekan Saran
tombol cetak. Laporan yang dicetak hanya
berukuran setengah kertas kuarto. Hal yang disarankan adalah mengenai
Setelah memilih item yang ingin dilihat pembaruan data, dalam pengembangan yang
grafiknya pada Evaluasi, pengguna dapat lebih lanjut ada baiknya jika pembaharuan
melihat grafik yang diinginkan. Dari ketiga (update) dimungkinkan melalui jaringan.
pilihan yang ada, grafik untuk palm kernel
adalah yang paling unik, karena memiliki Daftar Pustaka
dua mode penampilan grafik. Pengguna
dapat melihat grafik rata-rata pengiriman Bank Bumi Daya (BBD), 1988. Minyak
inti sawit dari kebun-kebun pada rentang Kelapa Sawit Palm Oil, Suatu
tanggal tertentu, pengguna dapat Tinjauan Produksi, Pemasaran dan
melakukannya dengan mengisi tanggal saja Prospek, Penerbit Bank Bumi Daya,
tanpa mengisi nama kebunnya. Jakarta.
Mode yang lainnya adalah grafik jumlah
kiriman kebun tertentu pada rentang tanggal Basyar, A.H., 1999. Perkebunan Besar Kelapa
tertentu. Pengguna dapat mendapatkannya Sawit (Blunder ketiga kebijakan
dengan melakukan cara yang sama seperti sektor kehutanan), Penerbit E-Law
mode pertama, hanya saja, kali ini pengguna dan CePAS, Jakarta.
juga harus mengisikan nama kebunnya.
Berbeda dengan tampilan grafik Fathansyah, 2001. Basis Data. Penerbit
produksi palm kernel, tampilan grafik Informatika, Bandung
produksi untuk PKM dan PKO memiliki
tampilan yang hampir sama, yang berbeda Kadir, A., 2002, Penuntun Praktis Belajar
hanya item yang ditampilkan saja. SQL, Penerbit ANDI Yogyakarta,
Yogyakarta
Kesimpulan dan Saran
Kadir, A., 1999, Konsep dan Tuntunan
Kesimpulan Praktis Basis Data, Penerbit Andi
Yogyakarta, Yogyakarta.
Dari studi yang telah dilakukan maka
disimpulkan bahwa dari kesemua tahapan Mangkulo, H.A., 2004, Aplikasi Database
yang dilalui, tahap perancangan adalah Manggunakan ADO VB 6.0 dan SQL
tahap yang paling banyak memakan waktu. Server 2000, PT Elex Media
Selain itu disimpulkan juga bahwa sistem Komputindo, Jakarta.
informasi yang dihasilkan mampu
menyediakan alternatif penyimpanan data Nugroho, A., 2004, Konsep Pengembangan
(pengarsipan) dengan media penyimpanan Sistem Basis Data, Penerbit
digital (database). Dengan menggunakan Informatika Bandung, Bandung.
program aplikasi yang dihasilkan, waktu
yang diperlukan untuk memperoleh Waljiyanto, 2003, Sistem Basis Data : Analisis
informasi spesifik mengenai segala sesuatu dan Pemodelan Data, Penerbit Graha
tentang produksi PPIS dapat dihemat. Ilmu, Yogyakarta.
Meskipun demikian program aplikasi yang
dihasilkan masih jauh dari sempurna dan

14
Sistem Informasi Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
(Studi Kasus pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

Information System of CPO (Crude Palm Oil) Processing


(Case Study at PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

Taufik Rizaldi, Saipul Bahri Daulay, Ahmad Ilmuwan

Abstract

The aim of using of Information System in Palm Oil Factory is to provide information and to
support production process of CPO (Crude Palm Oil), and also to furnish the function of analysis and
observation of factory performance. Especially the usage of information system in Palm Oil Factory of PT.
Perkebunan Nusantara IV Pabatu will being the available archivesystem to completion.
The information system was developed by using Visual Basic Program to create computerized
reporting system, evaluation and analysis of palm oil factory performance.
This information system can improve efficiency and effectivity of factory performance in the case
of reporting and observation of production process so that factory performance will be better.
Keywords: information system, Crude Palm Oil, archive of data, reporting system, product evaluation

Abstrak

Penggunaan Sistem Informasi di pabrik kelapa sawit ditujukan untuk menyediakan data
dan informasi yang mendukung proses produksi CPO (Crude Palm Oil) serta melengkapi fungsi
analisa dan pengawasan kinerja pabrik. Secara khusus penggunaan sistem informasi di Pabrik
Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu akan melengkapi sistem berkas yang
selama ini digunakan.
Sistem informasi berbasis komputer ini dikembangkan dengan menggunakan program
Visual Basic untuk menciptakan sistem pelaporan, analisa dan evaluasi kinerja pabrik kelapa
sawit yang terkomputerisasi.
Sistem informasi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pabrik dalam hal
pelaporan dan pengawasan proses produksi sehingga kinerja pabrik akan berlangsung dengan
baik.
Kata kunci: sistem informasi, Crude Palm Oil, penyimpanan data, pelaporan, evaluasi produksi

Pendahuluan sentra ekonomi baru, serta sebagai


pendorong tumbuh dan berkembangnya
Latar Belakang industri hilir berbasis minyak kelapa sawit
/CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia.
Tanaman kelapa sawit merupakan Luas areal perkebunan kelapa sawit di
salah satu sumber minyak nabati, pada saat Indonesia mengalami peningkatan yang
ini telah menjadi komoditas pertanian utama sangat pesat. Pada tahun 1968 luas areal
dan unggulan di Indonesia, baik sebagai perkebunan hanya mencakup 120 ha dengan
sumber pendapatan bagi jutaan keluarga luas perkebunan swasta sebesar 41 ha dan
petani, sebagai sumber devisa negara, perkebunan milik negara mencapai 79 ha.
penyedia lapangan kerja, maupun sebagai Pada tahun 2000 luas areal perkebunan sawit
pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra- di Indonesia mencapai 3.175.000 ha dengan

15
Taufik Rizaldi, Saipul Bahri Daulay, Ahmad Ilmuwan: Sistem Informasi Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
(Studi Kasus pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

perbandingan perkebunan rakyat (33%), mencapai 2.945.000 ton CPO (Oil Word,
perkebunan swasta (16%), dan perkebunan 2000).
milik negara (51%), atau meningkat sebesar Manajemen produksi CPO perlu
beberapa kali lipat dibandingkan luas areal diperhatikan khususnya pada perkebunan
pada tahun 1968. Sedangkan pada tahun milik negara perlu ditingkatkan seiring
2004 diperkirakan luas areal perkebunan dengan perkembangan teknologi informasi
sawit di Indonesia mencapai 4.409.306 ha sekarang ini. Sistem pelaporan dan
atau meningkat sebesar 1,4% dari luas tahun pengawasan yang selama ini dikerjakan
2000 (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, secara manual (menggunakan kertas, pinsil)
1999). dan dikerjakan secara terpisah-pisah
Seiring peningkatan luas areal menyulitkan proses pelaporan dan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pengawasan sistem produksi CPO. Untuk itu
produksi CPO juga mengalami peningkatan diperlukannya suatu sistem informasi
dari 181.000 ton CPO pada tahun 1968 pengolahan dan penyajian data dalam
menjadi 6.217.000 ton CPO pada tahun 2000. bentuk informasi dengan cara yang lebih
Sedangkan pada tahun 2004 diprediksi cepat dan tepat dengan memanfaatkan
produksi CPO Indonesia mencapai 8.709.064 teknologi komputer.
ton CPO, atau 56% dari total produksi CPO
Indonesia. Dengan demikian Indonesia Tujuan
mengkonsumsi 16% dari konsumsi CPO
dunia sebesar 17,3 juta ton (BIRO, 1999). 1. Mengevaluasi manajemen sistem
Secara historis pertumbuhan produksi informasi pengolahan CPO yang
minyak sawit dunia selama dua dasawarsa diproduksi di PT. Perkebunan
terakhir mencapai 7,3% per tahun. Nusantara IV Pabatu.
Perkembangan minyak sawit dunia ini 2. Melakukan perbaikan terhadap sistem
sangat dipengaruhi oleh produksi minyak informasi pengolahan CPO.
sawit Malaysia dan Indonesia yang
memberikan kontribusi sebesar 80% dari Metodologi Penelitian
produksi dunia. Berdasarkan data oil world
diperkirakan produksi CPO lima tahun ke Tempat dan Waktu Penelitian
depan akan meningkat tetapi tetap lebih
kecil dibandingkan dengan konsumsi Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa
masyarakat dunia. Sehingga membawa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu
kondisi investasi yang baik (Oil Word, 2000). mulai bulan April sampai bulan Juli 2004.
Namum jika dilihat total produksi
produksi CPO dunia yang mencapai 16,7 juta Pengumpulan Data
ton CPO, Indonesia hanya menempati posisi
kedua (30%) di bawah Malaysia (50%), 1. Pengamatan Langsung
sedang sisanya adalah negara-negara lain Data diperoleh dengan meninjau langsung
seperti Nigeria. Dari total produksi CPO itu bagian-bagian yang berkaitan dengan
Indonesia mempunyai tingkat konsumsi penelitian.
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2. Wawancara
konsumsi CPO negara Malaysia. Pada tahun Pengumpulan data dilakukan dengan cara
1998 konsumsi CPO Indonesia mencapai menghubungi petugas-petugas yang
2.784.000 ton atau 16% dari konsumsi CPO berwenang untuk memberikan informasi-
dunia sedangkan Malaysia hanya informasi yang dibutuhkan dalam
mengkonsumsi 6% dari total konsumsi CPO penelitian
dunia. Pada tahun 2000 konsumsi Indonesia 3. Studi Pustaka

16
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Data diperoleh dengan membaca buku- mempelajari format masukan dan keluaran
buku yang berkaitan dengan penelitian. informasi pada setiap bagiannya.
4. Pencatatan 3. Menganalisis sistem.
Data-data pengamatan langsung dan hasil Yaitu menganalisis kelemahan sistem dan
wawancara yang diperoleh dicatat. kebutuhan informasi bagi pemakai.
4. Perbaikan sistem.
Data-Data yang Dibutuhkan Setelah mempelajari berbagai kelemahan
yang ada pada sistem informasi yang lama,
Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data langkah selanjutnya melakukan perbaikan.
sebagai berikut:
1. Data inventaris alat dan mesin Perancangan Sistem
pengolahan CPO di Pabrik Kelapa
Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Langkah-langkah dalam melakukan
Pabatu 2003. perancangan sistem informasi pengolahan
2. Data tandan buah masuk yang CPO di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
diperoleh dari ihtisar timbangan Nusantara IV Pabatu sebagai berikut:
buah tahun 2003 1. Merancang masukan, keluaran, dan
3. Data produksi CPO yang diperoleh merancang program secara keseluruhan,
dari buku jurnal pabrik. berdasarkan masukan dan keluaran
4. Data analisis produksi laboratorium yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit
tentang kadar air, kadar kotor, dan PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu.
ALB 2. Menulis kode program (bahasa
5. Format masukan dan keluaran pemograman), dalam hal ini menulis
laporan, seperti laporan harian kode program dengan mengguakan
tandan buah masuk,laporan hasil Visual Basic 6.0
pengolahan, laporan mutu produksi, 3. Mendiagnosa kesalahan dalam penulisan
dan neraca produksi. kode program.
4. Melakukan perbaikan bila terdapat
Analisis dan Perancangan Sistem kesalahan dalam penulisan kode
program. Bila tidak terdapat kesalahan
Analisis Sistem dilanjutkan dengan menyusun kode
program menjadi program.
Langkah-langkah yang digunakan 5. Mendiagnosa kesalahan program apabila
untuk menganalisis sistem informasi terdapat kesalahan.
pengolahan CPO di Pabrik Kelapa Sawit PT. 6. Bila program sudah benar maka segera
Perkebunan Nusantara IV Pabatu adalah melakukan pengetesan dengan
sebagai berikut: menggunakan data.
1. Mengidentifikasi masalah 7. Mendiagnosa kesalahan program dan
Yaitu dengan cara mempelajari dan melakukan perbaikan bila masih
mengumpulkan data dari setiap bagian terdapat kesalahan
yang terlibat dalam bentuk pengolahan 8. Dokumentasi program.
data yang telah ada.
2. Memahami kerja dari sistem yang ada Hasil dan Pembahasan
Yaitu dengan cara mempelajari aliran
informasi dari setiap bagian yang terlibat Dalam uraian diatas terlihat bahwa
dalam penggunaan dan pengolahan CPO sistem informasi pengolahan CPO di Pabrik
di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
Nusantara IV Pabatu, dan juga Pabatu masih mempunyai beberapa
kelemahan dan oleh karena itu perlu

17
Taufik Rizaldi, Saipul Bahri Daulay, Ahmad Ilmuwan: Sistem Informasi Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
(Studi Kasus pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

dikembangkan suatu sistem informasi yang Sedangkan masukan untuk TBS


lebih baik sehingga dapat menghasilkan masuk/diterima, data tangki untuk mutu
informasi yang lebih cepat dan akurat. pengolahan dan data minyak sawit untuk
Untuk itu penulis membuat sebuah program produksi minyak sawit ditempatkan menu
komputer bernama SIPENG_MUAN untuk transaksi tetapi berada dalam sub menu
melakukan pengolahan data TBS yang berbeda. Pemisahan sub menu
masuk/diterima, hasil pengolahan, dan mutu masukan masing-masing data dimaksudkan
pengolahan. Program tersebut menggunakan untuk memudahkan dalam pemilihan data
Microsoft Visual Basic versi 6.0. yang untuk pembuatan laporan harian.
merupakan bahasa pemrograman yang Pada masing-masing form Inventori
memungkinkan penulis untuk membuat dan Transaksi dilengkapi dengan fasilitas
aplikasi DBMS yang berbasis Windows edit, tambah, dan hapus yang diperuntukkan
dengan mudah. Bahasa ini sangat populer bagi Admin. Fasilitas edit digunakan untuk
disebabkan kemudahan dan kelengkapannya merubah data yang telah ada sebelumnya
untuk mengembangkan dan membuat dengan data baru. Sedangkan fasilitas
aplikasi (tools, database, client server, aplikasi tambah memungkinkan pengguna untuk
web, dan lain-lain) menambah data inventaris alat yang baru
Salah satu alasan yang membuat pada database inventaris alat. Dan fasilitas
Microsoft Visual Basic 6.0 digunakan oleh hapus memungkinkan para pengguna untuk
penulis adalah karena adanya fasilitas editor menghapus data yang sudah ada tetapi tidak
yang serba fungsi. Fasilitas tersebut adalah diperlukan lagi atau alat dan mesin yang
Integrated development Environment atau dimaksud sudah tidak ada, semua form
disingkat IDE. Fasilitas ini memberikan dilengkapi fasilitas cetak.
kemudahan dalam mengelola sumber- Program ini dijalankan dengan
sumber program dan menyediakan segala menampilkan MDI (Multiple Document
sesuatu yang dibutuhkan, seperti untuk Interface) form sebagai layar pembuka dan
membuat sebuah aplikasi, menulis kode, dilengkapi dengan proses login. MDI form
mencoba eksekusi program, dan mengaitkan seluruh form yang terdapat
mengkompilasi kode program hingga dalam menu Inventori, Transaksi, Laporan,
menjadi file EXE. Evaluasi, dan Bantuan. Form-form tersebut
Format masukan dan keluaran data dikaitkan melaui menu pull down sehingga
yang digunakan pada program ini mengacu diharapkan para pengguna dapat dengan
pada format masukan dan keluaran data mudah menggunakannya. Login ditujukan
yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit untuk mengatur segala kepentingan
PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu pengguna (user) pada waktu menjalankan
dengan memberikan beberapa perubahan program. Dalam program ini terdapat dua
tampilan dalam format keluaran. Pada jenis pengguna yang dapat menjalankan
program ini masukan untuk inventaris mesin program dengan tingkat sekuritas yang
dimasukkan dalam menu Inventori dalam berbeda. Yang pertama adalah Admin.
sub menu yang berbeda yaitu sub menu Admin adalah petugas khusus bidang
Mesin dan Elektromotor. Pemisahan tabel administrasi yang mempunyai seluruh
inventaris mesin dan inventaris elektromotor wewenang dalam menggunakan program ini
dimaksudkan untuk melakukan normalisasi dan dapat menggunakan seluruh fasilitas
pada tabel untuk menghindari DBMS (Data Base Management System) yang
ketergantungan antara beberapa field pada yang tersedia seperti edit, tambah dan
field yang bukan merupakan key, sehingga hapus. Sedangkan pengunjung adalah orang
diharapakan tidak terjadi kesalahan kerja selain Admin yang hanya dapat melihat
pada waktu menjalankan program. tampilan browser tabel, laporan, serta
evaluasi tanpa bisa menggunakan menu

18
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

DBMS yang tersedia. Akses kedua pengguna sub menu yaitu Laporan TBS, Laporan Hasil
ini dibedakan dengan password yang Pengolahan dan Laporan Mutu Produksi.
digunakan. Laporan TBS masuk yang mencantumkan
Menu utama yang terdapat pada laporan TBS masuk harian pada tanggal
program SIPENG_MUAN adalah Inventori, yang dipilih. Laporan Hasil Pengolahan
Transaksi, Laporan, Evaluasi, dan Bantuan. adalah laporan yang mencantumkan jumlah
Pada masing-masing menu terdapat sub TBS yang diolah, produksi minyak sawit dan
menu yang berbeda. Pada Inventori terdapat inti sawit serta rendemennya pada tanggal
inventaris alat dan elektromotor yang yang dipilih.
datanya berubah dalam jangka waktu yang Evaluasi menyediakan evaluasi
cukup lama sedang pada menu transaksi produksi CPO dan TBS masuk yang
terdapat masukan data harian yang memungkinkan pengguna untuk
perubahan datanya berlangsung setiap hari. membandingkan produksi harian dengan
Laporan mencantumkan fasilitas cetak standar mutu yang telah ditetapkan oleh
transaksi harian sedangkan Evaluasi pengguna dan perbandingan ini ditampilkan
memberikan fasilitas evaluasi produksi dan dalam bentuk grafik. Tujuan penggunaan
TBS masuk. Bantuan memberikan informasi grafik adalah untuk memudahkan para
kepada pengguna tentang program pengguna untuk membandingkan hanya
SIPENG_MUAN. dengan melihat gambar atau grafik. Menu
Bagi Admin disediakan fasilitas DBMS yaitu evaluasi juga juga dirancang untuk
tambah, edit dan hapus untuk menambah menampilkan tabel TBS yang masuk pada
data, mengedit data ataupun untuk rentang tanggal yang diinginkan, sehingga
menghapus data untuk menambah data memudahkan pengguna untuk mengetahui
digunakan button tambah yang tersedia pada jumlah TBS masuk dengan melihat daftar
form dan kemudian pada form tambah yang ada.
pengguna dapat memasukkan data Menu terakhir adalah menu Bantuan
inventaris yang akan disimpan ke dalam yang menyediakan sub menu Tentang
daftar inventaris mesin. Begitu pula dengan Program dan sub menu Bantuan. Sub menu
fasilitas edit digunakan button edit untuk Tentang Program menggambarkan sekilas
merubah data yang telah ada. Fasilitas hapus tentang program dan perancangnya dalam
juga disediakan apabila data yang tersedia tulisan berjalan secara vertikal bawah ke
dalam tabel inventaris ingin dihapus karena atas. Sedangkan sub menu Bantuan
alat yang dimaksud sudah tidak digunakan menjelaskan tentang isi program tersebut.
lagi. Sedangkan bagi pengunjung fasilitas
DBMS ditiadakan sehingga pengunjung
hanya dapat melihat tabel Mesin tanpa dapat
mengubah data yang ada pada tabel baik
menambah, mengedit ataupun menghapus
data dalam tabel.
Menu kedua adalah Transaksi. Data
yang terdapat pada menu transaksi adalah
data yang mengalami perubahan dalam
jangka waktu yang cepat (harian) sehingga
diperlukan pemasukan data setiap hari
dalam proses pengolahan CPO. Pada
Transaksi terdapat tiga sub menu yaitu TBS,
Tangki, Minyak Sawit. Gambar 1. Tampilan SI_CPO Beserta
Laporan merupakan menu ketiga dari Menunya
menu utama. Dalam laporan terdapat tiga

19
Taufik Rizaldi, Saipul Bahri Daulay, Ahmad Ilmuwan: Sistem Informasi Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
(Studi Kasus pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu)

Saran

Program yang dihasilkan dapat


membantu pengelolaan sistem informasi di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara IV Pabatu. Namun untuk lebih
baiknya sistem ini nantinya dikembangkan
dengan sistem jaringan per unit pelapor
secara real time data update(setiap saat bisa di-
update) sehingga pemasukan dapat
dilakukan secara on-line.

Gambar 2. Tampilan sub menu Mesin


Daftar Pustaka

Bank Bumi Daya (BBD), 1988. Minyak


Kelapa Sawit Palm Oil, Suatu
Tinjauan Produksi, Pemasaran dan
Prospek, Penerbit Bank Bumi Daya,
Jakarta.

BIRO,1999. Perkembangan Luas Lahan


Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta.

_____,1999. Dugaan Produksi CPO


Indonesia. Jakarta.
Gambar 3. Fasilitas Tambah Pada sub menu
Mesin Ditjen Bina Produksi Perkebunan,1999.
Perkembangan Areal dan Produksi
Kesimpulan dan Saran Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1968
2000. Jakarta.
Kesimpulan
Fathansyah,Ir, 2001. Basis Data. Penerbit
Sistem Informasi pengolahan CPO Informatika Bandung.
(Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit
PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu masih Hadi, R. 2004. membuat Laporan dengan
dilakukan secara manual sehingga Crystal Reports 8.5 dan Visual Basic
penyampaian informasi kepada pimpinan 6.0. Elex Medi Komputindo
perusahaan belum dapat dilakukan dengan Gramedia, Jakarta.
waktu yang cepat
Program SIPENG_MUAN diharapkan Hamsi, A., 2000. Kajian Aliran Proses
dapat digunakan untuk memperbaiki sistem Pengolahan Minyak Kelapa Sawit,
informasi pengolahan CPO yang sekarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
digunakan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Perkebunan Nusantara IV Pabatu yaitu Medan.
sistem kertas menjadi sistem informasi
berbasis komputer. Kadir A., 1999. Konsep dan Tuntunan Basis
Data. Penerbit Andi, Yogyakarta.

20
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Lucas, H.C.Jr.,1993. Analisis, Desain Dan Satyawibawa, I dan Y.E. Widyastuti., 2000.
Implementasi Sistem Informasi. Tj. Kelapa sawit Usaha Budidaya
Abdul Basith, Erlangga, Jakarta. Pemanfaatan Hasil Dan Aspek
Pemasaran, Penebar Swadaya,
Laudon, K.C., Laudon, J.P., 2002. Jakarta.
Management Information System,
Prentice-Hall International Inc, New Sianturi., 1996. Kelapa Sawit, Fakultas
Jersey. Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
Mahyudin, Drs., 1995. Sistem Pengelolaan
Basis Data, USU Press. Medan. Sigit, P. W., 1999. Analisis Dan Perancangan
Sistem, LP3I, Jakarta.
Obrien, J.A., 1996. Managemenr Information
System. Irwin Chicago. Turban,E., Ephraim Mclean, James Wetherbe,
2001. Information Technology For
Oil Word. 1999. Konsumsi CPO dan PKO Management, John Wiley & Son Inc.
Indonesia Tahun 19962000. Jakarta. New York.

21
Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada
(Lactuca sativa var. crispa L.)

Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation


(Lactuca sativa var. crispa L.)

Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M. Abdillah Nasution

Abstract

Para Irrigation system is an application of irrigation technology by exploiting Para construction.


Stipulating of Para irrigation at this research was to study uniformity of electrics conductivity (EC) and
condensation pH of nutrition and also the application effectiveness of water given. The research was
conducted by planting Selada in a glass filled of nutrition at Para construction, and then the data were
collected in accordance to parameter observed during the growth of the crop.
Result of this research indicated that the first irrigation (water supplied to pass a glass of
nutrition) showed better product and EC uniformity than the second method (water given to pass media
glass plant). It was found that the first water application method was more effective and more precise
than the second water application method.
Keywords: para, para irrigation, nutrition solution uniformity, water application

Abstrak

Sistem irigasi Para adalah suatu teknologi aplikasi air irigasi dengan memanfaatkan
konstruksi Para. Penetapan irigasi Para pada penelitian ini adalah untuk dapat mempelajari
keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta efektivitas aplikasi
pemberian air. Penelitian dilakukan dengan menanam tanaman pada gelas nutrisi yang
diletakkan pada konstruksi Para, kemudian melakukan pengumpulan data sesuai parameter
yang ada selama pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode aplikasi air I (air diberikan melalui gelas
nutrisi) memberikan hasil produk dan keseragaman EC yang lebih baik dibandingkan dengan
metode aplikasi II (air diberikan melalui gelas media tanam). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa metode aplikasi air I lebih efektif dan lebih tepat untuk diaplikasikan
pada teknologi aplikasi irigasi Para.
Kata kunci: para, irigasi para, keseragaman larutan nutrisi, aplikasi air

Tujuan Penelitian
Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk
Latar Belakang menganalisis aplikasi sistem irigasi Para
pada budidaya tanaman selada, di antaranya
Sistem irigasi Para adalah suatu yaitu:
teknologi aplikasi air irigasi dengan 1. Menghitung kebutuhan air
memanfaatkan konstruksi Para (Prastowo, tanaman selada secara teoritis dan
2001). Penetapan sistem irigasi Para pada aktual.
penelitian ini adalah untuk mempelajari 2. Menghitung keseragaman larutan
keseragaman EC dan pH larutan nutrisi serta nutrisi yang mencakup eseragaman
efektifitas aplikasi pemberian air. EC dan pH larutan nutrisi.

22
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

3. Menentukan persamaan dan seterusnya. Metode ini diterapkan


karakteristik EC dan pH larutan. pada outlet I, III, dan V.
4. Menghitung produktifitas b. Metode II. Air irigasi dan larutan nutrisi
tanaman. dialirkan ke media tanam pada baris I,
5. Mengevaluasi teknologi aplikasi yang kemudian akan mengisi gelas
irigasi Para. nutrisi dan bila telah penuh akan
mengalir ke media tanam baris II dan
Metodologi Penelitian seterusnya. Metode ini diterapkan pada
outlet II, IV dan VI.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Rumah Kasa Fakultas Adapun prosedur penelitian adalah sebagai
Pertanian Universitas Sumatera Utara, berikut:
Medan mulai bulan Mei sampai Juni 2004. 1. Drum diisi larutan nutrisi dengan EC
2,00 mS dan pH 6,2 lalu diaduk secara
Bahan dan Alat manual sampai larutan tercampur
merata.
Bahan yang dipakai dalam penelitian 2. Kran pada drum dibuka dan
ini adalah larutan nutrisi (pupuk produksi penyiraman pada Para dilakukan sampai
GROW MORE Fertilizer Manufacture), benih seluruh gelas nutrisi mendapat cukup
tanaman selada dan media tanaman arang nutrisi.
sekam. 3. Dilakukan pemindahan tanaman dari
Sedangkan alat alat yang digunakan persemaian ke gelas media tanam.
adalah jaringan irigasi Para, gelas nutrisi 4. Hari berikutnya dilakukan pengamatan
dilengkapi mistar kertas, gelas media tanam, terhadap setiap parameter.
drum nutrisi, termometer larutan dan
termometer bola kering dan bola basah, Parameter yang Diamati
Electro Conductivity meter ( EC meter ), pH
meter, gelas ukur, perlengkapan kerja seperti Adapun parameter yang diamati
alat tulis, kalkulator dan komputer. adalah data suhu harian, data sekunder iklim
setempat, nilai EC dan pH pada seluruh
Metode Penelitian tanaman, volume pemakaian air, suhu
larutan pada setiap outlet, nilai EC pada satu
Rancangan Penelitian sampel baris tanaman

Penelitian ini tidak menggunakan


Hasil dan Pembahasan
rancangan percobaan melainkan penelitian
dengan menggunakan data langsung yang
Suhu rata-rata harian pada bulan Mei
diamati di lapangan.
dan Juni yaitu sebesar 29,89 oC, dengan rata-
Aplikasi pemberian air pada tanaman
dibagi menjadi dua macam, yaitu: rata nilai kelembaban udara adalah 78,80%,
a. Metode I. Larutan nutrisi diberikan sedangkan persentase jam siang hari untuk
langsung ke gelas nutrisi baris I dan wilayah Medan ( Polonia 3o2712 LU ) pada
setelah penuh akan mengalir ke gelas II bulan Mei sebesar 8,60% dan bulan Juni
sebesar 8,33%.

23
Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M. Abdillah Nasution: Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya
Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.)

Tabel 1. Nilai Evapotranspirasi Tanaman Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai
(ETc) pada Setiap Periode keseragaman EC larutan nutrisi semakin
Pertumbuhan menurun dengan semakin bertambahnya
jumlah baris tanaman. Nilai keseragaman
Periode Kc Evapotranspirasi konduktivitas listrik larutan nutrisi untuk
Pertumbuhan Tanaman kedua metode aplikasi pemberian air
( mm/hari ) mempunyai nilai lebih besar dari 80%. Sesuai
Awal 0,300 2,193 dengan Sapei ( 2003 ), hal ini menunjukkan
Tengah 0,625 4,567 bahwa jaringan irigasi Para mampu
Akhir 0,950 6,729 mendistribusikan larutan nutrisi secara
efektif untuk setiap gelas nutrisi yang ada.
Nilai evapotranspirasi tanaman terus
meningkat selama periode pertumbuhan Tabel 4. Nilai Keseragaman pH Larutan
tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa Nutrisi
tingkat kebutuhan air tanaman terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan Jumlah Keseragaman pH Larutan Nutrisi
tanaman. Baris (%)
Kebutuhan air tanaman aktual Metode I Metode II
cenderung meningkat pada setiap periode 4 98,852 98,773
pertumbuhan tanaman, baik pada aplikasi 5 98,825 98,623
pemberian air metode I ataupun metode II. 6 93,040 98,414
7 93,935 98,277
Tabel 2. Kebutuhan Air Tanaman Aktual 8 94,604 98,168
Pada Setiap Periode Pertumbuhan
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
Periode Kebutuhan Air Tanaman keseragaman pH larutan nutrisi menurun
Pertumbuhan ( ml/hari ) dengan bertambahnya jumlah baris tanaman.
Metode I Metode II Untuk kedua metode aplikasi pemberian air,
Awal 26,09 20,22 nilai keseragaman pH larutan nutrisi yang
Tengah 62,08 43,52 lebih besar dari 80%, menunjukkan bahwa
Akhir 96,95 86,68 daya larut unsur hara dalam larutan nutrisi
relatif baik.
Keseragaman EC dan pH larutan Hasil dari pendugaan persamaan
adalah keseragaman dari variasi nilai EC dan karakteristik konduktivitas listrik dan pH
pH larutan nutrisi pada setiap tanaman larutan nutrisi untuk 8, 7, 6, 5 dan 4 baris
untuk masing-masing aplikasi pemberian tanaman, yaitu:
air.
Metode I
Tabel 3. Nilai Keseragaman Konduktivitas Y8 = 1,390 + 0,118x1 + 0,194x2 + 0,304x3
Listrik Larutan Nutrisi 0,0256x4 0,338x5 + 0,132x6 0,0324x7
Y7 = 0,760 0,603x1 0,0639x2 0,0238x3 +
Jumlah Keseragaman Konduktivitas Listrik 0,778x4 + 0,187x5 + 0,369x6
Baris Larutan Nutrisi ( % ) Y6 = 0,465 + 0,03810x1 0,0288x2 + 0,407x3 +
Metode I Metode II 0,327x4 + 0,04914x5
4 97,835 96,854 Y5 = 1,2670 0,0383x1 + 0,231x2 0,0731x3 +
5 97,882 96,557 0,273x4
6 97,748 96,166 Y4 = 0,853 0,109x1 + 0,281x2 + 0,419x3
7 97,571 95,714
8 97,521 95,273

24
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

2.3
2.2
EC ( mS ) 2.1
2
1.9
1.8
24.1 25 26.1 28.4 30.7 33.6 37.3 39 38 36.2 35.9 33.5 32.7
outlet5 baris1 2.01 2.04 2.07 2.09 2.12 2.15 2.18 2.21 2.2 2.19 2.16 2.05 2.04
outlet2 baris3 2.01 2.04 2.14 2.16 2.17 2.2 2.21 2.26 2.23 2.16 2.16 2.18 2.01
Suhu Lingkungan ( oC )

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Suhu Lingkungan dan EC Hari ke-5

Metode II Y5 = 2,154 0,0263x1 + 0,07105x2 + 0,453x3 +


Y8 = 2,417 1,634x1 + 0,728x2 0,430x3 + 0,164x4
0,112x4 + 0,134x5 + 0,586x6 + 0,336x7 Y4 = 3,873 + 0,002692x1 0,0798x2 + 0,464x3
Y7 = 0,493 0,456x1 + 0,167x2 + 0,251x3
0,4478x4 + 0,396x5 + 0,862x6 Keterangan:
Y6 = 1,092 0,724x1 0,218x2 + 0,597x3 + x1-7 : nilai EC dan pH pada baris tanaman ke-
0,380x4 + 0,452x5 1 sampai 7.
Y5 = 0,482 0,0573x1 0,145x2 + 0,752x3 + y4-8 : nilai pendugaan EC dan pH pada baris
0,244x4 tanaman ke-4 sampai 8.
Y4 = 0,125 + 0,06961x1 + 0,372 x2 + 0,527x3
Pada hari ke-5 dilakukan pengukuran
Hasil dari pendugaan persamaan suhu lingkungan dan suhu larutan nutrisi
karakteristik pH larutan nutrisi untuk 8 baris dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2.
tanaman, yaitu:
Perubahan suhu larutan nutrisi pada setiap
Metode I outlet diukur pada hari ke-4, 14 dan 26 dan
Y8 = 4,000 0,0716x1 + 0,231x2 0,0271x3 + dapat dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5.
0,004713x4 + 0,247x5 0,168x6 + 0,148x7
Y7 = 3,303 0,0350x1 + 0,05796x2 + 0,130x3 +
0,005646x4 + 0,102x5 + 0,215x6 34
Suhu Larutan ( oC )

Y6 = 3,160 + 0,014391 + 0,142x2 + 0,139x3 +


0,121x4 + 0,08068x5 33
Y5 = 2,807 + 0,02687x1 + 0,105x2 + 0,304x3 +
32
0,115x4
Y4 = 4,821 + 0,214x1 0,00426x2 + 0,01998x3 31
1 2 3 4 5 6 7 8
Outlet 1 32 32.4 32.1 32 32 33 33.2 33
Metode II Outlet 2 32.2 32.5 32.5 32.9 33.5 33.2 33 33

Y8 = 5,496 + 0,190x1 0,171x2 0,191x3 Baris Tanaman


0,141x4 + 0,299x5 + 0,317x6 0,162x7
Y7 = 6,871 0,263x1 0,306x2 + 0,374x3 +
0,03827x4 + 0,152x5 0,0798x6
Y6 = 4,040 0,0607x1 0,201x2 0,0268x3 +
0,315x4 + 0,337x5

25
Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M. Abdillah Nasution: Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya
Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.)

Suhu Larutan ( o C )
36 34
Suhu Larutan ( oC )
34 32

32 30

30 28
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

outlet 3 32 32 32.2 32.5 32.8 32.9 33 33 o ut let 5 31 31 32 32 32 33 33 33

outlet 4 31.7 32.3 32 33.1 33.5 33.7 33.7 34 o ut let 6 30 30 31 31 32 32 32 32

Baris Tanaman Baris T anaman


Suhu Larutan ( oC )

Gambar 4. Grafik Suhu Larutan Nutrisi Hari


34
Ke-14
32

Suhu Larutan ( oC )
31
30
1 2 3 4 5 6 7 8
30
out le t 5 32.3 32.4 32.9 33 33 33 33.8 33.2
29
out le t 6 32.1 32 32.2 32.5 32.9 32.9 33.2 33.1
28
Baris T anaman
27
1 2 3 4 5 6 7 8

outlet 1 29.2 29.3 29 29.1 29.6 29.1 30 29.7

Gambar 3. Grafik Suhu Larutan Nutrisi Hari outlet 2 28.1 29.4 29 29.5 29.1 29.5 30 29.5

Ke-4 Baris Tanaman


Suhu Larutan ( o C )

31
34
Suhu Larutan (o C )

30
32 29
30 28
27
28 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
o ut let 3 30 30 30 29 30 30 29 29
o utlet 1 32 32 32 32 33 33 33 33
o ut let 4 29 29 29 29 29 30 30 30
o utlet 2 30 30 32 33 32 33 33 33
Baris T anaman
Baris T anaman

31
Suhu Larutan ( oC )
Suhu Larutan ( o C )

34
30
32
29
30

28 28
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
outlet 5 29.1 28.9 29 29.2 29.8 29.6 29.5 29.1
o ut let 3 31 31 32 32 33 33 33 33
outlet 6 29 29.1 29.4 29.3 29.7 30.1 29.7 29.6
o ut let 4 30 30 31 32 32 33 33 33

Baris T anaman Baris Tanaman

Gambar 5. Grafik Suhu Larutan Nutrisi Hari


Ke-26

26
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Tabel 5. Berat Produk pada Setiap Tanaman

Berat rata rata Berat Total


Baris Berat Hasil pada Outlet (gram)
Metode Metode
Tanaman
I II III IV V VI I II I II
1 96,8 82,3 84,4 86,7 85,7 100,4 88,966 89,800 266,9 269,4
2 126,4 54,6 37,1 36,6 77,7 70,8 80,400 54,000 241,2 162,0
3 106,7 41,4 106,1 82,3 88,4 58,0 100,400 60,566 301,2 181,7
4 38,7 38,7 43,4 35,1 36,3 37,8 39,466 37,200 118,4 111,6
5 61,8 66,9 54,6 90,5 74,0 76,1 63,466 77,833 190,4 233,5
6 105,4 36,8 39,3 65,9 38,8 35,4 61,166 46,033 183,5 138,1
7 65,4 77,1 90,2 51,3 38,9 45,2 64,833 57,866 194,5 173,6
8 81,9 76,2 84,0 95,8 88,1 80,8 84,666 84,266 254,0 252,8
Rata rata 85,387 59,25 67,387 68,025 65,987 63,062 72,920 63,445
Total 683,1 474,0 539,1 544,2 527,9 504,5 1750,1 1522,7

Tabel 6. Nilai Kebutuhan Air Tanaman Berdasarkan Hasil Produksi

Kebutuhan Air Tanaman per Berat Produk Rata-rata


Baris (ml/kg produk) Metode
Tanaman
I II III IV V VI I II

1 24082,0 25907 21938,7 28999,7 25064,2 21130,5 23695,0 25345,7


2 21435,6 14626,6 13147,4 12471,1 21876,6 15874,5 18819,9 14324,1
3 21621,8 18009,7 23243,0 23464,7 25061,9 19003,9 23308,9 20159,4
4 20698,2 12541,6 19067,5 13347,3 15893,2 16410,0 13914,7 14099,6
5 24970,7 22022,6 35986,8 27169,6 23198,4 17207,0 21039,0 22133,1
6 25340,6 13516,5 12534,0 24111,9 14496,5 12417,4 17457,1 16681,9
7 20869,7 22765,7 22344,6 19137,3 15636,2 14736,3 19616,8 18879,8
8 26139,0 16773,4 21899,7 26848,7 27226,0 30729,6 25088,2 24783,9
Rata-rata 23144,7 18270,4 21270,2 21943,8 21056,6 18438,7 21823,9 19550,9

Produktivitas Tanaman (yield) Pada metode I diperoleh berat


produk total terbesar yaitu 301,2 gram pada
Tingkat produktivitas tanaman dapat baris tanaman ke-3, dan berat produk
diukur dari berat tanaman dan nilai terkecil yaitu 118,4 gram pada baris tanaman
keseragamannya. Berat masing-masing ke-4. Dan pada metode II diperoleh berat
produk yang dihasilkan oleh tanaman dapat produk total terbesar yaitu 269,4 gram baris
dilihat pada Tabel 5. Berat produk terbesar tanaman ke-1, dan berat produk terkecil
sebesar 126,40 gram pada metode I outlet 1 yaitu 111,6 gram pada baris tanaman ke-4.
baris ke-2, sedangkan berat produk terkecil Permatasari ( 2001 ), dengan
sebesar 35,10 gram pada metode II outlet 4 penelitian yang sama terhadap tanaman Pak
baris ke- 4. Dari semua outlet, berat total Choy menunjukkan hasil bahwa aplikasi
tertinggi terdapat pada outlet I yaitu sebesar metode II memberikan produktifitas
683,10 gram, dengan rata-rata berat produk tanaman yang lebih baik jika dibandingkan
dalam outlet sebesar 85,38 gram/tanaman. dengan aplikasi metode I. Hal ini

27
Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M. Abdillah Nasution: Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya
Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.)

berlawanan dengan hasil yang diperoleh Kesimpulan


dalam penelitian ini.
Besarnya nilai evapotranspirasi
Evaluasi Teknologi Aplikasi Irigasi Para tanaman teoritis pada bulan Mei dan Juni
sebesar 2,193 mm/hari pada awal periode
1. Kebutuhan Air Tanaman pertumbuhan dan 4,427 mm/hari pada
Tabel 6 menunjukkan jumlah tengah periode pertumbuhan serta 6,729
kebutuhan air tanaman per berat produk mm/hari pada akhir periode pertumbuhan.
rata-rata tertinggi terdapat pada outlet I, Besarnya nilai evapotranspirasi
yaitu sebesar 23144,7 ml/kg produk dan tanaman aktual
jumlah kebutuhan air tanaman per berat a. Metode I sebesar 26,09 ml/hari pada
awal periode pertumbuhan, 62,08
produk rata-rata terendah terdapat pada
ml/hari pada tengah periode
outlet II, yaitu sebesar 18270,4 ml/kg.
pertumbuhan dan 96,95 ml/hari pada
akhir periode pertumbuhan.
2. Metode Aplikasi Pemberian Air
b. Metode II sebesar 20,22 ml/hari pada
Kebutuhan air tanaman untuk metode
awal periode pertumbuhan, 43,52
aplikasi air I lebih besar jika dibandingkan ml/hari pada tengah periode
dengan metode aplikasi air II, disebabkan pertumbuhan dan 86,68 ml/hari pada
oleh tingkat produktivitas masing-masing akhir periode pertumbuhan.
tanaman menyerap air dan larutan nutrisi Nilai keseragaman larutan nutrisi
yang disediakan. a. Keseragaman konduktivitas listrik
larutan nutrisi; metode I 97,521% pada 8
Tabel 7. Kriteria Evaluasi Teknologi Aplikasi baris tanaman dan metode II 95,273%
Irigasi Para pada 8 baris tanaman.
Kriteris Evaluasi Metode I Metode II b. Keseragaman pH larutan nutrisi; metode
1. Kebutuhan Air I 94,60% pada 8 baris tanaman dan
Tanaman 61,70 50,14 metode II 98,16% pada 8 baris tanaman.
Aktual ml/hari ml/hari Persamaan karakteristik pH larutan
SKA (per 21823,9 19550,9
nutrisi untuk 8 baris tanaman, yaitu:
berat produk) ml/kg ml/kg
2. Keseragaman Metode I
Larutan Nutrisi 97,521 % 95,273 % Y8 = 4,000 0,0716x1 + 0,231x2
Konduktivitas pada 8 baris pada 8 baris 0,0271x3 + 0,004713x4 + 0,247x5
Listrik 94,604 % 98,168 % 0,168x6 + 0,148x7
pH Larutan pada 8 baris pada 8 baris Metode II
3. Produktivitas 1750,1 gr 1522,7 gr Y8 = 5,496 + 0,190x1 0,171x2 0,191x3
Tanaman
0,141x4 + 0,299x5 + 0,317x6 0,162x7
Berat produk total untuk metode I
Pemakaian air oleh tanaman, nilai sebesar 1750,1 gram sedangkan
kebutuhan air per berat produk, berat total untuk metode II sebesar 1522,7 gram.
dan rata-rata produk pada metode I lebih Kebutuhan air tanaman per berat
besar bila dibandingkan dengan pemakaian produk rata-rata untuk metode I
air dan nutrisi oleh tanaman pada metode II. sebesar 21823,9 ml/kg produk dan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk metode II sebesar 19550,9
metode I lebih baik daripada metode II. ml/kg produk.

28
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Ditinjau dari produktivitas tanaman Prastowo, 2001. Model Konstruksi jaringan


dan keseragaman larutan nutrisi, Irigasi Tetes dan Pengukuran
aplikasi pemberian air metode I Emission Uniformity ( EU ).
relatif lebih baik dibandingkan Pelatihan Aplikasi Teknologi
metode II. Hidroponik Untuk Pengembangan
Agribisnis Perkotaan. Lembaga
Daftar Pustaka Penelitian Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Doorenbos, J. and W. O. Pruitt, 1984. Sapei, A., 2003. Uniformity dan Efisiensi
Guideline for Predicting Crop Water Irigasi Sprinkler dan Drip. Pelatihan
Requirement. FAO Irrigatio and Aplikasi Teknologi Irigasi Sprinkler
Drainage Paper. Volume 24, Rome. dan Drip. Lembaga Penelitian
Guslim, 1997. Klimatologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fakultas Pertanian, Universitas Sosrodarsono, S. dan K. Takeda, 1993.
Sumatera Utara, Medan. Hidroponik Untuk Pengairan.
Permatasari, H., 2001. Mempelajari Kinerja Pradnya Paramita, Jakarta.
Sistem Irigasi Para pada Budidaya
Tanaman Pak Choy ( Brassica
chinensis L. ) Secara Hidroponik
Dengan Media Arang Sekam.
Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

29
Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer untuk Pengeringan Kunyit

(Testing of a Cabinet Dryer in Drying of Turmeric)

Ainun Rohanah , Saipul Bahri Daulay, Goodman Manurung

Abstract

The aim of the research was to determine the effect of space between trays hole and drying
temperatures of cabinet dryer on quality of dry turmeric. A factorial fully randomised design with three
replication were used two factors, i.e. space between trays hole (L1 = 3 x 3 cm, L2 = 5 x 5 cm, L3 = 7 x 7
cm), and temperatures (T1 = 50 oC, T2 = 60 oC, and T3 = 70 oC) were applied.
The drying of turmeric with electric dryer is a technique in drying turmeric which have the
shape of rack (tray dryer). The research was done by drying the turmeric in the tray dryer, and data were
in accordance with the available parameter.
The results of this research indicated that the 3 x 3 cm space tray and the 70oC drying
temperature gave the best result on moisture content, yield, rehidration and drying efficiency.
Keywords: drying, space between the trays hole, temperature, quality of dry turmeric.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jarak antar lubang rak dan
variasi suhu terhadap mutu kunyit kering dengan mengunakan alat pengering kabinet Dryer
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan tiga ulangan dan dua
perlakuan yaitu jarak antar lubang rak (L1 = 3 x 3 cm, L2 = 5 x 5 cm, L3 = 7 x 7 cm) dan variasi
suhu (T1 = 50 oC, T2 = 60 oC, T3 = 70 oC).
Pengeringan kunyit dengan pengering pemanas listrik merupakan suatu teknik
mengeringkan kunyit pada alat pengering berbentuk rak (tray dryer) dengan sumber panas
berupa pemanas listrik. Penelitian dilakukan dengan mengeringkan kunyit pada rak-rak alat
pengering, kemudian pengumpulan data sesuai parameter yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak antar lubang rak 3 x 3 cm dan
suhu pengering 70oC memberi hasil kadar air, rendemen, rehidrasi, dengan efisiensi
pengeringan yang terbaik
Kata kunci: pengeringan, jarak antar lubang rak, suhu, mutu kunyit kering.

Pendahuluan dapat ditekan (Winarno dkk., 1980 ).


Tujuan pengeringan pada prinsipnya
Latar Belakang adalah menurunkan kadar air dari suatu
produk pertanian sehingga memenuhi
Kunyit merupakan salah satu bahan rencana penggunaan selanjutnya
baku utama untuk industri jamu dan (Matondang, 1989).
kecantikan. Kunyit yang digunakan adalah Keuntungan dari pengeringan
kunyit yang terlebih dahulu dikeringkan. adalah bahan menjadi lebih awet dengan
Pengeringan merupakan suatu metoda volume bahan menjadi kurang sehingga
untuk mengeluarkan atau menghilangkan memudahkan pengangkutan, dengan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara demikian diharapkan biaya produksi
menguapkan air tersebut dengan menjadi lebih murah (Winarno dkk., 1980 ).
menggunakan energi panas. Biasanya Lantai bak yang berlubang pada alat
kandungan air bahan direduksi sampai di pengering berfungsi untuk mengalirkan
bawah 10 % agar pertumbuhan mikroba udara panas dari plenum chamber. Semakin

30
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

banyak jumlah lubang semakin besar jumlah Untuk mencari jarak antar lubang
panas dan semakin cepat panas melewati yang terbaik, dibuat perlakuan jarak antar
tumpukan bahan. Panas yang melewati lubang pada rak (L) sebagai berikut : L1 3 x 3
tumpukan bahan menyebabkan air keluar cm, L2 5 x 5 cm dan L3 7 x 7 cm. Untuk
dari bahan. Semakin besar jumlah panas, mencari syhu pengeringan yang terbaik
jumlah air yang diuapkan juga semakin dibuat perlakuan variasi suhu pengeringan
besar, sehingga kadar air bahan akan (T) sebagai berikut : T1 50oC, T2 60oC dan T3
berkurang (Soehardjo, 1999). 70oC.
Rancangan percobaan yang
Tujuan Penelitian dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan faktor 3 x 3 dilakukan dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk 3 (tiga) ulangan. Data dianalisa dengan
menguji pengaruh jarak antar lubang rak analisa sidik ragam dan nilai rata-rata diuji
dan variasi suhu pengeringan terhadap dengan Least Significant Range (LSR).
mutu kunyit kering pada pengering cabinet Pengujian alat pengering dilakukan
dryer. dengan cara sebagai berikut :
1. Kunyit yang sudah matang secara
Metodologi Penelitian fisiologis dan masih segar disortasi
berdasarkan mutu rimpang, kemudian
Penelitian dilakukan pada bulan dibersihkan.
Oktober-Desember 2004 di Laboratorium 2. Rimpang kunyit yang telah disortasi
Teknik Pertanian Departemen Teknologi diiris secara melintang dengan ketebalan
Pertanian FP USU Medan. 3 mm.
Bahan yang digunakan adalah 3. Ditimbang berat kunyit yang akan
serbuk kayu, kaca broti, triplek, paku, siku dikeringkan sebanyak 4.5 kg
aluminium,aluminium, kunyit dan air. 4. Kunyit yang telah diiris dikukus hingga
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah : kunyit mengeluarkan aroma khas kunyit,
alat pengering tipe Cabinet Dryer, dengan tujuan untuk memperoleh warna
thermometer bola basah dan bola kering, jingga yang diinginkan dan rimpang
thermostat, desikator, pisau pemotong / alat menjadi lunak. Kemudian ditiriskan
perajang, dandang, alat peniris, timbangan, hingga airnya tidak menetes lagi
air flow meter, blower tipe sentrifugal (20 5. Diukur kadar air bahan sebagai kadar air
Watt,220 Volt), kompor, filamen pemanas. awal untuk pengeringan .
Alat pengering dibuat di 6. Dihidupkan blower dan heater hingga
Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas suhu pengeringan tercapai untuk setiap
Pertanian USU Medan . Alat pengering ini perlakuan.
bertipe cabinet dryer. Alat pengering ini 7. Setelah itu bahan dimasukkan ke dalam
dibuat dari triplek yang dilapisi aluminium ruang pengering. Suhu diukur dengan
dan di dalamnya diberi serbuk kayu sebagai menggunakan termometer bola basah
isolator panas yang dialirkan oleh blower dan termometer bola kering, diletakkan
(kipas). di dalam ruangan pengering.
Komponen I. Ruang Pengering dengan 8. Setelah 8 jam pengeringan dihentikan,
panjang, lebar, tinggi masing-masing 70 dan diambil sampel dari beberapa
cm, 50 cm, 60 cm tempat untuk pengukuran parameter
Komponen II. Kotak Elemen Pemanas penelitian.
dengan panjang dan diameter masing- 9. Pekerjaan 1-9 dilakukan sebanyak 9
masing adalah 48 cm dan 10 cm perlakuan dengan perubahan jarak
Komponen III Blower Merk Satake, tipe lubang rak menjadi 5x5 cm dan 7x7 cm
A.B ( sentrifugal), voltage 220 volt, Rpm dan suhu 50oC, 60oC dan 70oC.
2100 rpm, power 20 watt, made in Japan.

31
Ainun Rohanah , Saipul Bahri Daulay, Goodman Manurung: Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer
untuk Pengeringan Kunyit

10. Pekerjaan 1-10 dilakukan sebanyak 3 kali Perbedaan suhu pengeringan


ulangan. memberikan pengaruh yang berbeda sangat
Pengamatan meliputi kadar air nyata (P<0,01) terhadap kadar air. Semakin
dengan metode oven (AOAC, 1985), tinggi suhu pengeringan semakin rendah
rendemen (Sudarmadji, dkk, 1989 ), rehidrasi kadar air. Menurut Adnan (1982), bahwa
(Ranganna, 1977), efisiensi pengeringan semakin tinggi suhu pengeringan yang
(Taib, dkk., 1988 ). digunakan maka semakin besar panas yang
diberikan, sehingga tingginya suhu
Hasil dan Pembahasan mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam kecepatan perpindahan air.
Hasil penelitian secara umum Sedangkan pengaruh interaksi jarak
menunjukkan jarak antar lubang rak dan antar lubang rak dengan variasi suhu
suhu memberikan pengaruh yang sangat peneringan memberi pengaruh yang berbeda
nyata terhadap kadar air, rendemen, sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air.
rehidrasi dan efisiensi pengeringan. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan
L3T1 sebesar 15.57% dan terendah pada
1. Kadar Air perlakuan L1T3 sebesar 5.47%. Semakin
Dari analisa sidik ragam, diperoleh tinggi suhu pengeringan dengan jarak antar
jarak antar lubang rak memberikan lubang rak yang semakin rapat maka kadar
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) air juga semakin menurun. Menurut
terhadap kadar air. Kadar air tertinggi Soehardjo (1999), semakin banyak jumlah
diperoleh pada perlakuan L3 yaitu 10.98% lubang rak semakin besar jumlah panas dan
dan yang terendah pada perlakuan L1 yaitu semakin cepat panas melewati tumpukan
7.41%. Semakin besar jarak antar lubang rak bahan. Semakin besar jumlah panas, jumlah
maka kadar air semakin besar (Gambar 1). air yang diuapkan juga semakin besar,
Soehardjo (1999) jumlah udara panas yang sehingga kadar air bahan akan berkurang..
melewati tumpukan bahan semakin besar Jumlah lubang rak yang semakin banyak dan
dan semakin cepat, karena jumlah lubang suhu pengeringan yang semakin tinggi
rak yang semakin banyak, sehingga panas menyebabkan jumlah air yang diuapkan
yang melewati tumpukan bahan semakin besar, sehingga kadar air semakin
menyebabkan air keluar dari bahan, dan rendah.
semakin besar jumlah panas, maka jumlah
air yang diuapkan semakin besar, sehingga
kadar air bahan akan berkurang.

10.98
12.00 9.82
K a d a r a ir (% )

10.00 7.41
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
Gambar 2. Pengaruh variasi suhu
L1 (3 x 3) L2 (5 x 5) L3 (7 x 7) pengeringan (oC) terhadap
Jarak antar lubang rak (cm) kadar air (%)

Gambar 1. Pengaruh jarak antar-lubang rak


lubang terhadap kadar air

32
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Menurut Adnan (1982), semakin tingginya


suhu pengeringan maka semakin besar
energi panas yang diberikan sehingga
kandungan massa cairan dari bahan akan
lebih banyak yang diuapkan, dengan
semakin banyaknya jumlah air yang
terbuang tersebut maka rendemen juga akan
semakin rendah.

Gambar 3. Pengaruh interaksi jarak antar


lubang rak (cm) dengan variasi
suhu pengeringan terhadap
kadar air (%).
2. Rendemen
Perlakuan jarak antar lubang rak
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01)terhadap rendemen. Semakin
tinggi jarak antar lubang rak semakin Gambar 5. Pengaruh variasi suhu
meningkat rendemen yang dihasilkan karena pengeringan terhadap
jumlah lubang rak semakin sedikit, sehingga rendemen (%)
panas yang melewati bahan semakin kecil
3. Rehidrasi
(Gambar 4). Menurut Adnan (1982), jumlah
Perlakuan jarak antar lubang rak
lubang rak yang semakin banyak, maka
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
semakin banyak pula udara panas yang
(0.01<P<0.05) terhadap rehidrasi. Rehidrasi
melewati tumpukan bahan, sehingga massa
tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu
cairan dari bahan lebih banyak yang
36.98 % dan yang terendah pada perlakuan
diuapkan.
L3 yaitu 30.78 %. semakin tinggi jarak antar
lubang rak maka semakin rendah rehidrasi
35.00 30.39
30.00 24.22 25.8 (Gambar 6). Bahan semakin kering dengan
R e n d e m e n (% )

25.00 lubang rak yang semakin banyak atau lebih


20.00 rapat, dan suhu yang melewati bahan juga
15.00 semakin besar, sehingga kemampuan bahan
10.00 untuk menyerap air kembali lebih besar,
5.00
karna air yang terdapat dalam bahan sudah
0.00
kecil.
L1 (3 x 3) L2 (5 x 5) L3 (7 x 7) Perlakuan suhu pengeringan
Jarak antar lubang rak (cm) memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Gambar 4. Pengaruh jarak antar-lubang rak (0.01<P<0.05) terhadap rehidrasi. Rehidrasi
terhadap rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu
35.66 % dan rehidrasi terendah terdapat
Variasi suhu pengeringan pada perlakuan T1 yaitu 30.92 %. Semakin
memberikan pengaruh yang berbeda sangat tingi suhu pengeringan maka semakin tinggi
nyata (P<0,01) terhadap rendemen. rehidrasi (Gambar 7). Diduga dengan
Rendemen tertinggi diperoleh pada semakin keringnya bahan maka air yang
perlakuan T1 yaitu 29.56 %, sedangkan keluar dari bahan semakin besar sehingga
rendemen terendah terdapat pada perlakuan kemampuannya untuk menyerap air juga
T3 yaitu 25.11 %. semakin tinggi suhu besar, karena air yang tersisa pada bahan
pengeringan maka semakin rendah sudah sedikit.
rendemen yang dihasilkan (Gambar 5).

33
Ainun Rohanah , Saipul Bahri Daulay, Goodman Manurung: Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer
untuk Pengeringan Kunyit

Perlakuan variasi suhu pengeringan


36.98 memberikan pengaruh yang berbeda sangat
R e h id r a s i ( % ) 40.00 32.73 30.78
35.00 nyata (P<0,01) terhadap efisiensi
30.00
pengeringan. Semakin tinggi suhu
25.00
20.00 pengeringan semakin tinggi juga efisiensi
15.00 (Gambar 9). Efisiensi tertinggi diperoleh
10.00 pada perlakuan T3 sebesar 20.91 % dan yang
5.00
terendah pada perlakuan T1 sebesar 12.61 %.
0.00

L1 (3 x 3) L2 (5 x 5) L3 (7 x 7)
Jarak antar lubang rak (cm)
Gambar 6. Pengaruh jarak antar-lubang rak
terhadap rehidrasi

Gambar 9. Pengaruh variasi suhu


pengeringan terhadap
efisiensi pengeringan (%)

Kesimpulan dan Saran


Gambar 7. Pengaruh variasi suhu penge-
ringan terhadap rehidrasi (%) Hasil penelitian secara umum
menunjukkan jarak antar lubang rak dan
4. Efisiensi Pengeringan suhu memberikan pengaruh yang sangat
Jarak antar lubang rak memberikan nyata terhadap kadar air, rendemen,
pengaruh yang berbeda sangat nyata rehidrasi dan efisiensi pengeringan.
terhadap (P<0,01) efisiensi pengeringan. Sedangkan interaksi jarak antar lubang rak
Semakin besar jarak antar lubang maka dengan variasi suhu pengeringan
semakin rendah efisiensi pengeringannya memberikan pengaruh yang berbeda sangat
(Gambar 8). Efisiensi terbesar yaitu pada nyata terhadap kadar air, dan berbeda tidak
perlakuan L1 sebesar 17.35 % dan efisiensi nyata terhadap rendemen, rehidrasi dan
terkecil pada perlakuan L3 sebesar 15.66 %. efisiensi pengeringan.
Berdasarkan hasil penelitian uji jarak
E fis ie n s i p e n g e r in g a n ( % )

antar lubang rak dan variasi suhu terhadap


17.35
17.50 16.92 mutu kunyit kering, sebaiknya
17.00 menggunakan jarak antar lubang rak yang
16.50
16.00
15.66 lebih kecil dan suhu yang lebih besar serta
15.50
jumlah bahan yang dikeringkan lebih besar,
15.00 sehingga lebih efisien dalam hal waktu.
14.50

L1 (3 x 3) L2 (5 x 5) L3 (7 x 7) Daftar Pustaka

Jarak antar lubang rak (cm) Adnan, M. 1982. Aktivitas Air dan
Gambar 8. Pengaruh jarak antar-lubang rak Kerusakan Bahan Makanan.
terhadap efisiensi pengeringan Agretech, Yogyakarta.

34
Buletin Agricultural Engineering BEARING Vol. 1 No. 1 Juni 2005

Aoac, 1985. Association of Official Analical Soehardjo, 1999. Bidang Pengolahan Kakao
Chemist Inc. Arlington, Virginia. PTPN-IV. Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan.
Matondang, S., 1989. Pengeringan Biji-Bijian
Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Taib, G.,G. Said, dan S. Wiraatmadja, 1988.
Universitas Sumatera Utara, Medan. Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian, PT
Ranganna, S., 1977. Manual of Analysis of
Mediatama sarana Perkasa, Jakarta.
Fruit and Vegetable Products. Tata
Mc Graw- Hill Publishing Company
Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz,
Limited, New Delhi.
1980. Pengantar Teknologi Pangan.
PT Sarana Perkasa, Jakarta.
Sudarmadji, S.B. Haryono dan Suhardi, 1989.
Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.

35
PEDOMAN SINGKAT PENULISAN
BULETIN AGRICULTURAL ENGINEERING BEARING

Persyaratan Umum

Artikel harus tulisan asli yang merupakan hasil penelitian dan peninjauan/ulasan
(review) yang belum pernah dimuat di dalam jurnal ilmiah mana pun, baik di lingkup nasional
maupun internasional. Tulisan harus mencakup salah satu disiplin ilmu dalam bidang
pertanian atau erat kaitannya dengan pertanian.
Semua artikel akan ditelaah oleh Mitra Bestari (Reviewer) sebelum dimuat. Redaksi
berhak mengubah kalimat, ejaan, tata letak, dan perwajahan tanpa mengubah isi sebenarnya.
Mitra Bestari dan Dewan Redaksi berhak menolak tulisan yang dianggap tidak relevan. Artikel
yang tidak dimuat dapat dikembalikan jika disertai perangko balasan.
Penyerahan naskah kepada Dewan Redaksi sebanyak 2 rangkap, sedangkan disket (3,5
format IBM) berisi file naskah dikirimkan setelah dinyatakan diterima untuk dipublikasi.
Naskah ditulis dengan pengolah kata MS Words Windows.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang berpedoman pada Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Penyerapan kata asing dan
pemakaian kata asing harus dibatasi se-sedikit mungkin, dan kalau terpaksa, pemakaiannya
juga harus berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Naskah diketik rapi berjarak 2 spasi pada kertas putih HVS A4. Tidak ada catatan kaki
di dalam teks. Panjang naskah maksimum 10 halaman termasuk tabel dan gambar. Subjudul
ditulis di tengah. Besar Huruf font 12 (Times New Roman).
Artikel meliputi urutan sebagai berikut: Judul (dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris), nama dan alamat penulis, Abstract (bahasa Inggris) dengan keywords, Abstrak
(bahasa Indonesia) dengan kata kunci, Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan
Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (bila perlu), dan Daftar Pustaka.
Judul. Ditulis singkat, informatif, dan deskriptif (max. 28 kata). Penulisan huruf kapital hanya
pada awal kata. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan dibawahnya dalam bahasa Inggris.
Abstract atau Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan dibawahnya dalam bahasa
Indonesia. Merupakan sari tulisan, meliputi tujuan, hasil dan kesimpulan dalam kalimat-
kalimat yang ringkas dan padat, sebaiknya tidak lebih dari 150 kata (dalam bahasa Indonesia),
dan 100 kata (dalam bahasa Inggris). Abstrak dalam bahasa Inggris ditulis dalam bentuk past
tense, kecuali bagian justifikasi masalah.
Keywords atau kata kunci. Keywords/kata kunci ditulis langsung sesudah abstract/abstrak
pada baris baru dimulai dari tepi kiri. Kata kunci paling banyak 5 kata, urutannya
menunjukkan hirarki dari yang paling utama sampai yang paling spesifik.
Pendahuluan. Pendahuluan merupakan justifikasi tentang subyek yang dipilih didukung
dengan pustaka yang relevan. Memuat latar belakang penelitian dan harus diakhiri dengan
tujuan penelitian. Tidak terlalu luas tapi juga tidak terlalu singkat, idealnya 400-500 kata.
Bahan dan Metode atau Metodologi. Penggunaan sub judul metodologi jika sama sekali tidak
menggunakan bahan, misalnya survey. Memuat bahan dan metode penelitian, mencakup
tempat, waktu, metode pengambilan sampel, pelaksanaan rancangan percobaan, metode
analisa, dan lain-lain yang berkaitan. Harus detil dan jelas sehingga orang yang berkompeten
dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproducible).
Hasil dan Pembahasan. Hasil melaporkan apa yang diperoleh dalam percobaan. Hasil
dirangkum dalam bentuk tabel dan grafik yang langsung diberi notasi statistika berdasarkan uji
beda rataan yang umum. Tabel dan grafik dilengkapi dengan nomor dan judul. Judul ditulis
dengan huruf awal dengan huruf besar. Untuk tabel, judul ditulis di bagian atas, sedangkan

36
untuk grafik ditulis di bagian bawah. Kalau tabel dan grafik dikutip, sumbernya disebutkan
sesuai dengan Daftar Pustaka. Tidak mengulang data yang disajikan dalam tabel atau grafik
satu per satu dalam bentuk kata-kata kecuali hal-hal yang sangat menonjol. Pembahasan
membandingkan hasil yang kita peroleh dengan data pengetahuan (hasil penelitian orang lain)
yang sudah dipublikasikan dan disertai dengan sitasi pustaka dan menjelaskan implikasi data
yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan atau pemanfaatannya.
Kesimpulan. Kesimpulan disajikan dalam bentuk paragraf dan bukan dalam bentuk
penomoran. Jika ada saran, maka disajikan secara singkat dan relevan.
Ucapan Terima Kasih. Ucapan terima kasih dibuat sebagai ungkapan terima kasih kepada
pihak yang membantu penelitian, penelaah naskah, atau penyedia dana penelitian.
Daftar Pustaka. Daftar Pustaka harus memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan di
dalam naskah. Daftar Pustaka disusun berdasarkan abjad, semua nama pengarang ditulis,
tanpa penomoran.
Di dalam teks, pustaka harus ditulis sebagai berikut:
Dua penulis: Baker and Cook (1974) atau (Baker and Cook, 1974)
Tiga penulis atau lebih: Suwanto, et.al (1992) atau (Suwanto, et.al., 1992)
Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, boleh menggunakan et.al atau dkk walaupun
pustaka berbahasa asing, yang penting seragam dalam naskah tersebut.

Contoh penulisan Daftar Pustaka:


Buku: judul buku ditulis huruf kapital pada semua huruf awalnya.
Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bagian bab dari buku: judul bab dari buku ditulis dengan huruf kapital pada huruf
awalnya saja.
Jatala, P. dan J. Bridge. 1990. Nematoda parasitik pada tanaman akar dan ubi-ubian.
Dalam Nematoda Parasitik di Pertanian Subtropik dan Tropik, ed. M.Luc, R.A. Sikora,
dan J. Bridge. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 34-42.

Artikel jurnal: judul artikel ditulis huruf kapital hanya pada huruf awalnya saja.
Penyingkatan nama jurnal mengikuti anjuran dari jurnal yang disitasi.
Brockwell, J. and P.J. Bottomley. 1995. Recent advances in innoculant technology and
prospects for the future. Soil Biology and Biochemistry 27: 683-697.

Pustaka yang diakses dari internet:


Fortnum, B.A. and S.B. Martin. 1997. Disease management strategies for control of
bacterial wilt of tobacco in the southern USA. 2nd IBWS, Guadalope. Available at:
http://www.infra.fr/Internet/Departments/PAHOV/2nd IBWS/T43.html (diakses 11
Maret 2002).

37

Anda mungkin juga menyukai