Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya terbentuklah karbondioksida, energi dan air, akan tetapi
penambahan yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. (Aziz, Alimul. H,
2006)
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologis dalam Hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen
dibutuhkan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena
apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada
jaringan otak. Apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama akan
mengakibatkan kematian.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang
kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian.
Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang
mengalami masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ
pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali. Prosedur pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanule, masker dan kateter
nasal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan oksigen?
2. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
3. Bagaimana proses oksigenasi?

1
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
5. Bagaimana pernapasan dan pengukuran funsi paru?
6. Apa saja masalah kebutuhan oksigenasi?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan
oksigenasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kebutuhan oksigen.
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi atau anatomi fisiologi.
3. Untuk mengetahui proses oksigenasi.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi.
5. Untuk mengetahui pernapasan dan pengukuran funsi paru.
6. Untuk mengetahui masalah kebutuhan oksigenasi.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenisasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sanga dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai
hasilnya terbentuklah karbondioksida, energi dan air. Penambahan
karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna rerhadap aktivitas sel.
Oksigenasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan kepada
pasien untuk mengatasi masalah pernafasan, misalnya pendeita asma
bronkopneumonia pasien tidak sadar dal lain-lain.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan kehidupan sel.
2. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan
Fungsi utama pernapasan adalah memperoleh O agar dapat digunakan
oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO yang dihasilkan oleh sel
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas
saluran pernapasan bagian atas, bagian bawa, dan paru.
Saluran Pernapasan Bagian Atas :
a. Nasal
Nasal terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan
bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lender yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi
diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidunh oleh
bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung). Kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.

3
b. Faring
Faring merupakan tempat persipangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan.
c. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran,
terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
Saluran Napas Bagian Bawah. Saluran pernapasan bagian bawah
berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini
terdiri atas :
a. Trakea
Trakea atau disebut dengan sebagai batang tenggorokan, memiliki
panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira
kira ketinggian vertebrata torakalis kelima.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea
yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih
pendek atau lebar dari padabagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian
kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
d. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai diagfragma.
Sistem Fisiologi Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi :
a. O2 di udara dan sisa pembakaran CO2
b. Inhalasi oleh hidung ke seluruh tubuh
c. Udara melewati trachea
d. Alveoli jantung
e. Pertukaran gas ikatan
f. Pembuluh kapiler O2 dan pelepasan CO2
3. Proses Oksigenasi

4
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap,
yaitu Ventilasi, Difusi Gas, dan Transportasi Gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
b. Difusi Gas
Difusi Gas merupakan proses pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.
c. Transportasi Gas
Transportasi Gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
a. Saraf Otonomik
Rasangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilantasi atau konstruksi, hal ini
dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk
simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin
yang berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran
pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.
b. Hormon dan Obat
Semua hormone dapat melebarkan pelebaran saluran
pernafasan.Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan
saluran nafas sedangkan obat yang tergolong beta non selektif dapat
mempersempit nafas.
c. Alergi Pada Saluran Napas
Banyak factor yang dapat menimbulkan alergi. Faktor faktor ini
menyebabkan bersin, bila terdapat rangsangan di daerah nasal.
Batuk, bila di saluran pernafasan di bagian atas. Boronkokontriksi

5
pada asama bronkhiale dan rhinitis bila terdapat di saluran
pernafasan bagian bawah.
d. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
aksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
dengan perkembangan usia.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
seperti factor alergi, ketinggian tanah dan suhu.
f. Perilaku
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adlah
dalamcara kita mengonsumsi makanan ( status nutrisi ), aktivitas dan
merokok.
5. Jenis Pernapasan
a. Pernpasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa.
b. Pernpasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas
antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan
proses metabolism tubuh, atu juga dapat dikatakan bahwa proses
pernapasan ini diawalu dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-
Nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler dan bergerak sangat lambat.
6. Pengukuran Fungsi Paru
Kemampuan faal paru dapat dinilai dari volume dan kapasitas paru.
Volume paru merupakan volume udara yang yang mengisi ruangan
udara dalam paru, terdiri atas volume pasang surut( tidal volume TV ),
volume cadangan hisap ( Inspiratory reserve volume IRV ), volume
cadangan hembus ( expiratory reserve vplume ERV ), dan volume sisa
( residual volume RV ), sedangkan kapasitas paru merupakan jumlah
dua atau lebih volume paru yang terdiri atas kapasitas hisap ( inspirator

6
capacity IC ), Kapasitas cadangan fungsional ( fungsional reserve
capacity FRC ), kapasitas vital ( vital capacity KV ), dan jumlah
keseluruhan volume udara yang ada dalam paru ( total lung capacity
TLC ).
a. Volume Paru
a) Volume pasang surut merupakan jumlah udara keluar masuk
paru pada saat terjadi pernapasan biasa. Padaorang sehat,
besarnya volume pasang surut rata rata adalah 500cc.
b) Volume cadangan hisap merupakan jumlah udara yag masih bisa
dihirup secara maksimal setelah menghirup uadara pada
pernapasan biasa. Pada orang dewasa, besarnya volumecadangan
hisap adalah 3000cc.
c) Volume cadangan hembus merupakan jumlah udara yang masih
bisa di hembuskan secara maksimal setelah menghembuskan
udara pada pernapasan biasa. Pada orang dewasa, besarnya
volume cadangan hembus dapat mencapai 1100cc.
d) Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di
dalam paru meslipun telah menghembuskan napas secara
maksimal. Pada orang dewasa, besarnya volume sisa rata rata
adalah 1200cc.
b. Kapasitas Paru
a) Kapasitas hisap merupakan jumlah dari volume pasang surut dan
volume cadangan hisap.
b) Kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume
cadangan hembus dengan volume sisa.
c) Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus,
volume pasang surut, dan volume cadangan hisap.
d) Jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri
atas volume pasang surut, volume cadangan hisap, volume
cadangan hembus dan volume sisa.
7. Refleks Batuk Dan Bersin

7
a. Bersin
Bersin merupakan aliran udara yang hebat melalui mulut dan hidung.
Ini terjadi di luar kemauan. Biasanya bersin terjadi karena ada
partikel pengganggu dalam hidung. Ujung-ujung saraf di dalam
hidung merangsang kita bersin untuk menyingkirkan partikel-
partikel tersebut. Penyebab lain adalah udara dingin atau sakit flu.
Pada saat sakit flu, banyak partikel asing di dalam hidung sehingga
memaksa hidung merangsang bersin. Kecepatan udara saat kita
bersin mencapai 166 kilometer per jam, lalu saat bersih kita akan
mengeluarkan sampai 100.000 butiran kecil lendir dan mikro
organism, itu sebabnya, saat bersin sebaiknyakita menutupi hidung
dan mulut kita karena membahayakan orang lain.
b. Batuk
Tujuan kita batuk adalah mengusir zat berbahaya dalam tubuh, jika
bersin terjadi karena ada partikel asing di hidung, maka batuk terjadi
karena ada partikel atau zat asing di dalam paru-paru atau
tenggorokan. Tujuan batuk untuk membersihkan paru-paru dari zat
yang berbahaya saat saluran pernapasan mulai terganggu. Batuk
dapat pula menjadi upaya yang disengaja untuk membersihkan
tenggorokan. Batuk juga bisa menyebarkan kuman yang
menyebabkan penyakit, karena itu, sebaiknya ketika batuk, kita
menutupi mulut.

8. Masalah Kebutuhan Oksigenasi


a. Hipoksia
Hipoksia merupakan merupakan kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen
atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai
dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis).

8
b. Perubahan Pola Pernapasan
a) Tachypnea
Tachypnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih
dari 24 x/menit.
b) Bradypnea
Bradypnea merupakan pernafasan yang lambat dan kurang dari 10
x/menit.
c) Hyperventilasi
Hyperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih
cepat dan dalam.
d) Kusmaul
Kusmaul merupakan pola pernafasan yang cepat dan dangkal.
e) Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan upaya tubuh dalam mengeluarkan CO2
dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta
tidak cukupnya penggunaan O2.
f) Dispnea
Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas.
g) Orthopnea
Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk dan berdiri.
h) Cheyne Stokes
Cheyne stokes merupakan siklus amplitudonya mula- mula naik,
turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus awal.
i) Pernafasan Paradoksial
Pernpasan Paradoksial merupakan pernafasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal.
j) Biot

9
Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan
cheyne stokes.
k) Stridor
Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernafasan.
c. Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas)
Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas) merupakan kondisi
pernafasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara
efektif.
d. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas baik O2 maupun
CO2 antara alveoli paru dan system vascular.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH OKSIGENASI


1. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan). Umur pasien
bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya atau penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST). Keluhan
utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif
atau Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
c. Riwayat perkembangan
a) Neonatus : 30 60 x/menit
b) Bayi : 44 x/menit
c) Anak : 20 25 x/menit

10
d) Dewasa : 15 20 x/menit
e) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah atau penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dan lain-lain.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a) Perilaku atau tanggapan klien terhadap masalahnya atau
penyakitnya
b) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c) Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d) Perilaku atau tanggapan keluarga terhadap masalah atau
penyakit dan therapi
g. Riwayat spiritual
h. Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap ini dilakukan dengan cara menilai, apakah batuk termasuk
batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit
kanker. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa
warna, kejernihan dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.
i. Sakit Dada
Dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas
faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila
posisi pasien berubah, serta ada tidaknya hubungan antara waktu
inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
j. Pemeriksaan fisik

11
a) Hidung dan sinus
1) Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
2) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b) Faring
1) Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c) Trakhea
1) Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien,
letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba
trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d) Thoraks
1) Inspeksi :
1. Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah
pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa.
Dada bayi berbentuk bulat atau melingkar dengan
diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-
posterior dan tranversal adalah 1 : 2. Beberapa kelainan
bentuk dada diantaranya :
a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan
diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior
membesar dan sternum sangat menonjol ke depan
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-
ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil.
c. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior
dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1
Kelainan tulang belakang diantaranya :

12
a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang.
b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung.
c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah
satu sisi.
3. Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji yaitu :
Kecepatan atau frekuensi pernapasan :
a. Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16
24 x/menit, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga
untuk melakukannya.
b. Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/menit.
c. Bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/menit, ataukah apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan.
Volume pernapasan :
a. Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam
paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam
dan panjang.
b. Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-
paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.

Sifat pernapasan :
a. Pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan dada.
b. Pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan perut.
Ritme atau irama pernapasan :

13
a. Pernapasan reguler atau irreguler adalah irama
pernapasan yang normal.
b. Pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat
kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
c. Pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan
dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
Kesulitan bernapas klien :
a. Dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi.
b. Ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam
posisi duduk atau berdiri.
Bunyi napas :
a. Stertor atau mendengkur yang terjadi karena adanya
obstruksi jalan napas bagian atas.
b. Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan
didengar saat inspirasi.
c. Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul.
d. Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung
dan didengar saat inspirasi.
e. Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di
dengar saat ekspirasi.
Batuk dan sekresinya :
a. Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi.
b. Batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa
sekresi.
c. Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
4. Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji yaitu :
Heart rate atau denyut nadi :
a. Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/menit.

14
b. Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/menit.
Tekanan darah :
a. Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi.
b. Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Oksigenasi pasien :
a. Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen
dalam jaringan kurang.
b. Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen
dalam darah kurang.
c. Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal.
d. Sianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari hb.
e. Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan
akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
2) Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri
tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil
fermitus. Taktil fermitus adalah vibrasi yang dapat
dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria
besar.
k. Pemeriksaan laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium, Hb, leukosit, dan lain-lain.
Dilakukan secara rutin juga pemeriksaan sputum untuk melihat
kuman dengan cara mikroskopis.
l. Pemeriksaan diagnostik
a) Rontgen dada

15
b) Fluoroskopi
c) Bronkografi
d) Angiografi
e) Endoskopi
f) Radioisotop
g) Mediastinoskopi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Penurunan kardiak output
e. Rasa berduka
f. Koping tidak efektif
g. Perubahan rasa nyaman
h. Potensial/resiko infeksi
i. Interaksi sosial terganggu
j. Intoleransi aktifitas, dan lain-lain sesuai respon klien
Penjelasan :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran
napas.
Tanda-tandanya :
a) Bunyi napas yang abnormal.
b) Batuk produktif atau non produktif.
c) Sianosis.
d) Dispnea.
e) Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Kemungkinan faktor penyebab :

16
a) Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan
obstruksi.
b) Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).
c) Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan
dada.
d) Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e) Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.
f) Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental
dan sulit untuk di expektoran.
g) Immobilisasi.
h) Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan
sekresi.
b. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat.
Tanda-tandanya :
a) Dispnea.
b) Peningkatan kecepatan pernapasan.
c) Napas dangkal atau lambat.
d) Retraksi dada.
e) Pembesaran jari (clubbing finger).
f) Pernapasan melalui mulut.
g) Penambahan diameter antero-posterior.
h) Sianosis, flail chest, ortopnea
i) Vomitus.
j) Ekspansi paru tidak simetris.
Kemungkinan faktor penyebab :
a) Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi,
obesitas, nyeri.
b) Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi

17
c) Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
d) CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
e) Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
f) Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
g) Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
c. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis
respiratori dan alkalosis respiratori.
d. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
a) Kardiak aritmia
b) Tekanan darah bervariasi
c) Takikhardia atau bradikhardia
d) Sianosis atau pucat
e) Kelemahan, vatigue
f) Distensi vena jugularis
g) Output urine berkurang
h) Oedema
i) Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan
batuk)
Kemungkinan penyebab :
a) Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit
jantung.
b) Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi
alergi dan reaksi kegagalan jantung.
c) Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.
d) Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam
darah.
3. Rencana Keperawatan

18
a. Mempertahankan Terbukanya Jalan Napas
a) Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube)
yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada
tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi
ventilasi dan atau pembuangan sekresi. Rute pemasangan :
1) Orotrakheal : mulut dan trakhea
2) Nasotrakheal : hidung dan trakhea
3) Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui
suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau
ke-3
4) Intubasi endotrakheal
b) Latihan Napas Dalam Dan Batuk Efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
1) Pasien dalam posisi duduk atau baring.
2) Letakkan tangan di atas dada.
3) Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada
mengembang.
4) Tahan napas untuk beberapa detik.
5) Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada
berkontraksi.
6) Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali.
7) Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk
beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang
bersuara.
8) Ulangi sesuai kemampuan pasien.
9) Pada pasien post operasi. Perawat meletakkan telapak tangan
atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara
perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya
luka insisi dan mengurangi nyeri.

19
c) Posisi Yang Baik
1) Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan
pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak
menekan diafragma.
2) Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui
perubahan posisi, ambulasi dan latihan.
d) Pengisapan Lendir (Suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan
pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral,
nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
e) Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan
oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi
obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan
nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam
saluran napas.
b. Mobilisasi Sekresi Paru
a) Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien 2
2,5 liter perhari, tetapi dalammengkonsumsi cairan yang banyak
batas kemampuan atau cadangan jantung.
b) Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau
melarutkan lendir.
c) Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi
dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari
bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea,
dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap
sekresinya. Biasanya dilakukan 2 4 kali sebelum makan dan

20
sebelum tidur atau istirahat. Tekniknya, yaitu sebelum postural
drainage, lakukan :
1) Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
2) Perkusi sekitar 1 2 menit
3) Vibrasi 4 5 kali dalam satu periode
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
c. Mempertahankan Dan Meningkatkan Pengembangan Paru
a) Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit
pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang
bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan.
Jenis latihan napas :
1) Pernapasan diafragma
2) Pursed lips breathing
3) Pernapasan sisi iga bawah
4) Pernapasan iga dan lower back
5) Pernapasan segmental
b) Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran
atau penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini
dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode
yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan
ventilasi tekanan positif.
c) Pemasangan chest tube dan chest drainage.
Chest tube drainage/intra pleural drainage digunakan setelah
prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga
pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke
sistem drainage. Indikasinya pada trauma paru seperti :
hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya : Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari
rongga pleura atau rongga thoraks dan rongga mediastinum,

21
mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi
medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
1) The single bottle water seal system
2) The two bottle water
3) The three bottle water
d) Mengurangi atau Mengoreksi Hipoksia Dan Kompensasi Tubuh
Akibat Hipoksia dengan pemberian O2 dapat melalui :
1) Nasal canule
2) Bronkhopharingeal khateter
3) Simple mask
4) Aerosol mask / trakheostomy collars
5) ETT (endo trakheal tube)
d. Meningkatkan Transportasi Gas Dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan
ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan
jalan napas.
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke
mulut atau mulut ke hidung.
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan
sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a) Health promotion
1) Ventilasi yang memadai
2) Hindari rokok
3) Pelindung / masker saat bekerja
4) Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan
nervus 1)
5) Pakaian yang nyaman

22
b) Health restoration and maintenance
1) Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan
sekret
2) Teknik batuk dan postural drainage
3) Suctioning
4) Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi
fowler/semi fowler, significant other
5) Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang
bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman,
terapi yang sesuai, ROM
6) Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai,
pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak
mengandung gas, atur posisi
7) Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene
dan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna
8) Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan
berserat dan ajarkan latihan
9) Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan
menekankan prinsip medikal asepsis
10) Terapi O2
11) Terapi ventilasi
12) Drainage dada
4. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi
dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi
proses. Metode pemenuhan kebutuhan oksigen :
a) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke
dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara
yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen

23
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
1) Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker Vaselin, lubrikan atau
pelumas (jelly).
2) Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan
dengan kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan
telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan akukan observasi.
9. Cuci tangan.
b) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan
yang terdiri atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
1) Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti
sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkuk. Tujuannya, secara mekanik dapat
melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur :
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau
pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit.
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur
yang mudah cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
2) Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat
yang diletakkan datar pada dinding dada klien.

24
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus
yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,
Prosedur :
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke
bawah di area dada yang akan di drainage. Satu tangan
diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama
dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara
bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau
pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan
lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan
(kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika
klien melakukan inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan
sekret ke dalam tempat sputum.
3) Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh
gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum
tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering
dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi
kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural
drainage yaitu:
1. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti
posisi
2. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit
sebelum melakukan postural drainage

25
4. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.

Peralatan:

1. Bantal
2. Papan pengatur posisi
3. Tisu wajah
4. Segelas air
5. Sputum pol

Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage
berdasarkan pengkajian semua area paru, data klinis dan
chest x-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang
tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15
menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan
perkusi dan vibrasi dada diatas area yang di drainage
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk
dan batuk. Bila tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung
sputum di sputum spot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9. Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter
drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan
c) Napas dalam dan batuk efektif

26
1) Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan
abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur :
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah
tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup.
Hitung samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips
braething) secara perlahan-lahan
2) Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk
beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal.
Tampung sekret pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena
dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.
d) Suctioning (pengisapan lendir)

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang


tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri.
Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigenasi.

1) Persiapan Alat dan Bahan :


1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan
desinfektan
2. Kateter pengisap lendir
3. Pinset steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan
desinfektan
5. Kasa steril
6. Kertas tisu
2) Prosedur Kerja :

27
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah
perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap.
6. Hidupkan mesin penghisap.
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter
pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk
mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap.
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5
detik.
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih.
12. Catat respon yang terjadi.
13. Cuci tangan.

Tujuan Umum :
1) Meningkatkan ekspansi dada
2) Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan
oksigen
3) Membantu kelancaran metabolisme
4) Mencegah hipoksia
5) Menurunkan kerja jantung
6) Menurunkan kerja paru paru pada klien dengan dyspnea
7) Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada
penyakit paru (Aryani, 2009:53)
Indikasi :
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1) Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial
normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan
pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2) Gangguan jantung (gagal jantung)

28
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
nutrien dan oksigen.
3) Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2dan CO2.
4) Perubahan pola napas
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea
(kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis
(perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti
bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan
lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit
(Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5) Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat
mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga
mengalami penurunan oksigenasi.
6) Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau
cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi
dan ekspirasi.
7) Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan
meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme.
8) Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke
seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
9) Keracunan karbon monoksida

29
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika
dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan
dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53)
e) Inhalasi Nebulizer
Nebulizer adalah suatu jenis cara inhalasi dengan menggunakan
alat pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti hujan yaitu
berupa uap untuk dihisap.
1) Tujuan :
1. Untuk mengobati peradangan saluran pernafasan bagian
atas.
2. Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian
atas, sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar]
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
4. Melegakan pernafasan.
5. Mengurangi pembengkakan selaput lendir.
6. Mencegah pengeringan selaput lendir.
7. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
2) Indikasi :
1. Pasien sesak napas dan batuk.
2. Broncopneumonia.
3. PPOM (Bronkitis, Emfisema)
4. Asma bronchial.
5. Rinitis dan Sinusitis.
6. Pasca tracheotomi
7. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir.
8. Selaput lendir mengering.
9. Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran
pernafasan bagian atas.
3) Alat dan bahan :
1. Nebulizer

30
2. Tisu
3. Selang atau kanul udara
4. Sarung tangan
5. Obat inhalasi
6. Kapas alkohol
7. Masker, nasal kanule, mouthpiece
8. Neirbeken
9. Kasa lembab
10. NaCl 0,9%
4) Prosedur Kerja
1. Siapkan alat.
2. Baca status pasien dan cuci tangan.
3. Alat didekatkan ke pasien dan pasang sarung tangan.
4. Atur posisi fowler.
5. Jalan napas dibersihkan, hidung dibersihkan dengan kapas
lembab, kapas yang kotor di buang ke neirbeken.
6. Obat dimasukkan dalam tempat penampungan obat.
7. Hubungkan masker atau nasal kanule atau mouthpiece pada
klien, sehingga uap dan obat tidak keluar.
8. Klien dianjurkan napas secara teratur.
9. Bila klien merasa lelah, matikan nebulizer sebentar, berikan
kesempatan klien untuk istirahat.
10. Setelah obat sudah habis maka matikan mesin nebulizer.
11. Berikan oksigen setengah liter per menit atau sesuai
intruksi.
12. Perhatikan keadaan umum.
13. Alat dibersihkan dan dirapikan, lepas sarung tangan dan
cuci tangan.

31
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila
kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan
otak. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti ada yang kekurangan oksigen dan
mengalami hipoksia dan akan terjadi kemtian. Oksigenasi adalah
pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien yang mengalami masalah
pernapasan. Fungsi utama pernapasan adalah memperoleh oksigen agar
dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang
dihasilkan oleh sel.

B. Saran
Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar pasien yang
berhubungan dengan oksigenisasi.

33
DAFTAR PUSTAKA
Alimul A, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika.
Doenges, Marilyn, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://alatnebulizer.com/2014/12/fungsi-nebulizer.html?m=1
https://biologi3mtsnkra.wordpress.com/2012/06/27/pengertian-bersin-
batuk-cegukan-dan-menguap/
http://www.slideshare.net/fhyterdrifachydrimetana/type-the-document-
title-repaired

34

Anda mungkin juga menyukai