Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tangga merupakan area sirkulasi yang merupakan akses untuk menuju suatu area yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Tangga memiliki standarisasi dengan material yang sesuai dengan kenyamanan
pengguna. Pada perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, tangga
merupakan main enterance menuju ke ruang perpustakaan. Tangga yang didisain dengan tinggi maksimal
untuk sebuah tangga ternyata menjadi tempat pilihan mahasiswa untuk duduk dan berdiskusi.

Kegiatan berdiskusi yang dilakukan mahasiswa tidak memiliki wadah yag tepat dan memadai.
Tangga yang berundak dapat menciptakan teritori bagi para mahasiswa, dijadikan tempat duduk dan
berdiskusi. Aktivitas yang terbentuk berupa duduk menunggu, mengerjakan tugas dan berdiskusi
berdampak pada ketidaknyamanan akses bagi orang yang ingin keluar masuk ruang perpustakaan.

Sementara itu, pada area taman di sebelah tangga juga dijadikan area berdiskusi mahasiswa
tetapi juga tidak mendukung kegiatan mahasiswa sehingga tidak terlalu difungsikan selain sebagai area
terbuka hijau. Hal ini juga menyebabkan area area sekitar taman yang sulit duakses secara visibilitas
karena terhalang oleh vegetasi menjadi tempat yang nyaman bagi mahasiswa untuk duduk berdua,
berkelompok atau hanya duduk sendiri. Area ini juga menimbulkan perilaku negatif seperti, membuang
sampah sembarangan dan pacaran.

Dari permasalahan diatas terdapat beberapa issue yaitu : jalur akses utama dijadikan tempat
duduk dan berdiskusi, taman yang kurang memadai sebagai area diskusi dan beberapa spot di sekitar
taman yang terhalang secara visibilitas menjadi tempat timbulnya perilaku negatif.

TINJAUAN PUSTAKA

Sirkulasi

Definisi Sirkulasi
Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi adalah suatu peredaran.

2. Menurut Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau
pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam bangunan, suatu pola
pergerakan memberukan keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional.

3. Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang
menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama (D.K. Chink, 1973).

Sistem sirkulasi adalah prasaran penghubung vital yang menghubungkan berbagai


kegiatan dan penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang
mempertimbangkan aspek fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan (Tofani, 2011).
Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem
sirkulasi pada bangunan yaitu :
1. Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional.
2. Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.
3. Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh terhadap
banguna secara keseluruhan.
4. Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan akan menarik,
menyenangkan dan mengejutkan.
5. Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran, ruang, skala
monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola sirkulasi harus jelas tanpa
penambahan tanda-tanda pengarah orang berjalan.
Ruang Luar
Pengertian ruang atau space berasal dari bahasa Latin, yakni spatium yang berarti ruangan atau
luas (extent) dan bahasa Yunani, yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) yang memiliki ekspresi
kualitas tiga dimensional.

1. Imanuel Kant berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata, tetapi
merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia.

2. Plato berpendapat bahwa ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana obyek dan kejadian
tertentu berada.

3. Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh
kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan
mudah (Hutagulung, 2010).

4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1223), ruang adalah sela-sela antara dua
(deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah kolong rumah).

Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan dindingnya,
sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas. Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang
mempunyai arti dan maksud tertentu dan sebagain bagian dari alam Arsitektur tanpa Atap, tetapi
dibatasi oleh dua bidang lantai dan dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua
elemen pembatas. Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi elemen penting di
dalam merencanakan ruang luar

Ruang Terbuka

Ruang Terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas
tertentu dari masyarakat baik secara individu atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini
sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan Pola Ruang Umum terbuka
adalah :

1. Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan.

2. Dapat digunakan oieh publik (setiap orang).

3. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan

Contoh ruang terbuka adalah jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan terbang, lapangan olah raga.

Ruang terbuka Aktif adalah ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya,
antara lain: bermain, olah raga, upacara, berkomunikasi dan berjalanejalan. Ruang ini dapat berupa:
Piaza, lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai sebagai tempat rekreasi dan
lain lain (Prabawasati, 2008 ; Belia, 2010).
Ruang Terbuka Pasif adalah ruang terbuka yang didaiamnya tidak mengandung kegiatan manusia,
antara lain berupa penghijauan atau taman sebagai sumber pengudaraan lingkungan, penghijauan
sebagai jarak terhadap rel kereta api dan lain lain (Prabawasati, 2008 ; Belia, 2010).

Teori Arsitektur Perilaku

Teritori

Menurut Julian Edney (1974) teritorialitas merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang ekslusif, personalisasi dan identitas.
Teritori berarti wilayah yang diangggap sudah menjadi milik seseorang. Misalnya kamar tidur
seseoran adalah wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang.Meskipun orang itu tidak
berada disana, tetapi jika wilayah nya ditempati dan menyinggung rasa teritorialitasnya dan dia
akan marah.

Teritorialitas dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya
dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas suatu tempat atau lokasi
geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap ganggan dari
luar.

Dalam kasus tangga sebagai area sirkulasi banyak pengunjung yang malah menjadikan
tangga sebagai tempat duduk dan membuat teritori sendiri yang menggaggu sirkulasi pengunjung
lain. Karena teritorialitas orang yang duduk lebih besar, sehingga orang yang ingin melintas
dengan sendirinya mencari jalan lain.

Klasifikasi teritori

a. Teritori primer
Teritori primer adalah tempat tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh
dimasuki oleh orang orang yang sangat akrab atau yang sudah mendapat izin
khusus.
b. Teritori sekunder
Teritri sekunder adalah tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang
sudah cukup saling mengenal. Kendati pada teritori ini terkadang berganti
pemaikai seperti ruang kelas, kantin dan ruang latihan.
c. teritori publik
Teritori publik adalah tempat tempat terbuka untuk umum. Pada prinsipnya,
setiap orang di perkenankan berada pada tempat tersebut.

Faktor yang mempengaruhi teritori

a. Faktor personal
Karakteristik seseorang seperti jenis kelamin, usia dan kepribadian diyakini mampu
berpengaruh terhadapsikap teritorialitas.
b. Situasi
Tatanan fisik dan budaya dianggap mempunyai peran dalam menentukan sikap
teritorialitas seseorang. Bentuk desain tertentu seperti penghalang dappat digunakan
untuk memiahkan teritori publik dan pribadi.
c. Faktor Budaya
secara budaya terdapat perbedaan sikap teritorial.

Behaviour Setting

Menurut Barker (1968), dalam Laurens (2004:131), behaviour setting di sebut juga
dengan tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan tatanan lingkungan
fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam Laurens (2004:131) bahwa tatar perilaku sama
dengan ruang aktivitas untuk menggambarkan suatu unit hubungan antara perilaku dan
lingkungan bagi perancangan arsitektur.

Barker dan Wright (1968) dalam Laurens (2004:133) mengungkapkan ada kelengkapan
kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas, agar dapat dikatakan sebagai sebuah behaviour
setting yang merupakan suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas, tempat, dengan kriteria
sebagai berikut :

1. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku (standing pattern of
behaviour)

2. Tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu), milieu berkaitan dengan pola perilaku.

3. Membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya, (synomorphy)

4. Dilakukan pada priode waktu tertentu.

METODE SURVEY

Metode penelitian yang dilakukan berupa time budget selama 6 hari pada waktu pagi, siang dan
malam hari serta diperkuat dengan wawancara langsung terhadap pengunjung.

PEMBAHASAN

Deskripsi Objek

Objek berlokasi di Area Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim tepatnya di sebelah timur
gedung perpustakaan yang meliputi area teras perpustakaan, tangga depan perpustakaan, dan taman
depan perpustakaan pada area perpustakaan. Objek merupakan area publik yang bisa diakses semua
kalangan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahi Malang baik mahasiswa, dosen maupun staf.
Denah

Objek desain meliputi teras, tangga dan taman sebelah selatan dengan ukuran 30m x 15m

Kondisi Eksisting

Site terletak di sebelah timur gedung Abdurrahman Wahid yang berbatasan dengan:

Sebelah barat : area perkir dan gedung perpustakaan

Sebelah Timur : Jalan

Sebelah Selatan : Jalan

Sebelah Utara : Taman atau area terbuka

Analisis klimatik pada site :

Angin berhembus dari Timur ke arah Barat dengan kecepatan angin 20km/jam pada siang
hari atau pada musim panas. Pada pagi hari, hampir tidak tersa adanya hembusan angin. Area
cukup teduh pada siang hari karena ternaungi oleh gedung Rektorat dan kurang teduh pada pagi
hari. Area ternaungi hujan sangat sedikit, bila hujan tergolong deras, maka tampias sampai pada
teras bangunan.

Analisis sirkulasi

Site terletak pada corner antara Jalan, sirkulasi kendaraan tidak terlalu ramai pada
sebelah timur site dan cukup ramai pada sebelah selatan. Untuk pejalan kaki menggunakan jalur
pesdestrian sebagai akses.

Analisis Sensori
Kebisingan terbesar pada sebelah barat (area perkir) dan selatan (jalan). Sumber
bebauan ada di area yang berbatasan dengan parkir yang dijadikan tempat pengumpulan sampah
sementara. sedangkan view menuju site dapat dijangkau dari sebelah Timur, selatan dan Utara
karena dari sebelah barat terhalang ketinggian dan tembok bangunan. View dari site dapat
menjangkau area jalan, bila berada di teras, hanya bisa melihat ke arah jalan yang berada di
sebelah timur.

Pemetaan perilaku

Hari 1

pagi

siang

malam
Hari ke 2

pagi

siang

malam

Hari ketiga
pagi

siang

malam

Hari keempat

pagi
siang

Hari kelima

pagi

siang

Hari keenam
pagi

siang

malam
USULAN DAN KONSEP DESAIN

Konsep

Konsep rancangan : Dynamic dengan area desain meliputi : teras depan perpustakaan, tangga
perpustakaan, dan taman. Konsep dynamic diambil untuk memunculkan suasana yang santai dan tidak
terlalu formal walaupun site berada di tempat yang formal.

Tiap desain mencoba memberi solusi pada issue issue yang ada pada objek

Pada area teras diberi kursi tunggu agar para pengunjung bisa menunggu waktu buka
perpustakaan serta dapat dimanfaatkan untuk tempat akses internet. Disediakan juga papan informasi yang
dapat dilihat oleh semua pengunjung.

Pada area taman diberi kursi dan meja untuk media diskusi dan akses internet.

selain itu, karena berdekatan denga koperasi taman bisa dimanfaatkan untuk tempat makan.
Desain meja dan bangku dengan bentuk melengkung, selain bisa menampung lebih banyak orang dengan
space yang lebih kecil , desain melengkung dapat mewadahi teritori maupun kebutuhan privasi kelompok.
Aplikasi pohon peneduh pada taman agar area teduh lebih besar.

Pada area tangga diberi tanaman yang terletak diantara 2 pilar, untuk meminimalisir penggunaan
tangga sebagai area duduk.
Area ini biasa digunakan untuk tempat nongkrong, baik berdua maupun kelompok, selian itu juga
sebagai area hotspot. Adanya dampak perilaku negatif seperti membuang sampah karena kondisi awal
yang tertutupi vegetasi, sehingga visibilitas ke tempat ini kurang terjangkau.

Panel pada area ini, dapat difungsikan sebagai papan informasi atau diberi ornamen untuk
photospot. Panel pada sisi berdempetan dengan kolom dijadikan vertical garden sebagai area hijau

Hasil Desain

Denah / layout

Kursi dan meja ditata secara dinamis dengan pohon sebagai peneduh pada area tengah. penataan
meja memungkinkan untuk berdiskusi dengan memakai ruang yang lebih sedikit.

Tampak
Penerapan tanaman tabebuia selain sebagai peneduh juga sebagai penambah nilai estetis di area
tersebut, selain perawata yang mudah tanaman tabebuia tajuknya tidak terlalu lebar sehingg cocok di
tempatkan di depan bangunan dan lahan yang sempit.

Perspekitf

Suasana taman dengan tatanan vertikal garden, pencapaian visibilitas ke area yang rawan terjadi perikalu
menyimpang menjadi lebih mudah sehingga mendapapat kontrol dari pengunjung lain. Vertikal garden
menjadi alternatif untuk mengganti ruang hijau yang terpakai untuk perkerasan.

Selain berfungsi sebagai pembatas, panel juga diberi ornamen berupa papan tulis, yang bisa
difungsikan sebagai papan informasi, atau menjadi media yang mempermudah diskusi. Panel yang
menempel pada kolom dan dinding menjadi media vertikal garden.

Aplikasi tanaman pada tangga berfungsi memperkecil space yang tidak bisa dilalui pejalan kaki
agar tidak menjadi tempat untuk duduk. Panel tidak dibuat permanen untuk memudahkan perawatan.
Pemilihan vegetasi seperti lidah mertua mengurangi polusi serta tidak terlalu mencolok.
pemberian kursi tunggu pada teras. Teras bagian tengah dibiarkan kosong untuk memaksimalkan
area sirkulasi dan tidak menghalangi view ke arah pintu. pemberian papan informasi digital sebagai media
yang dapat dinikmati para pengunjung terkain dengan informasi tentang perpustakaan.

REFERENSI

Marcella, Joyce. 2005. Arsitektur dan Perilaku manusia.Jakarta : Grasindo

Aditya, Panca Bintang.2010.Jenis jenis pola sirkulasi.diakses pada 28 Februari 2010. link :
http://gooddesignforgoodlife.blogspot.co.id/2010/02/jenis-jenis-pola-sirkulasi.html

Iswara, Angga. Pola Ruang, Massa, dan Sirkulasi .link :


http://anggasvara.blogspot.co.id/2014/06/bab-i-pendahuluan-1.html . diakses pada Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai